Anda di halaman 1dari 10

Nama asisten : Tiara Aray Rahmah

Tanggal Praktikum : 27 November 2019


Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

PRAKTIKUM SISTEM DISPERSI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Zahida Rahmi (240210180086)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: zahida18001@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT

The dispersion system is a system in which a matter dispersed substance


(dispersed phase) in another substance (dispersion or medium phase), or food dispersion
is a food system comprising one or more dispersed or discontinuous phases in a
continuous phase. Food has various phases. The purpose of this practicum are to
recognize food dispersion system with water as one phase, knowing the types of emulsion
o/w and w/o, and knowing the influence of emulsifier. The food dispersion system is
tested by observation of aqueous solutions, dispersions, soles, foams, solid foams,
emulsions, determination of emulsion types and microscopic structures, heating effect of
emulsion, emulsion stability, relative stability of coconut milk, and the relative stability of
emulsifiers by homogenization, mixing, separation of substances, visual observations etc.
The results is we can know which type of food that is included each type of dispersion.
Keywords: Determine type dispersion of the sample, Food dispersion system, Type of
dispersion.

PENDAHULUAN dalam jarak koloidal,sedangkan yang


besar – besar dapat diklasifikasikan
Sistem dispersi adalah sistem sebagai partikel – partikel kasar
dimana suatu zat terbagi halus atau (Moechtar,1989).
terdispersi dalam zat lain, koloid Dispersi dapat diklasifikasikan
merupakan suatu sistem dispersi, karena berdasarkan ukuran dan kondisi fisik
terdiri dari dua fasa, yaitu fasa dari partikel-partikel yang terdispersi
terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan menjadi dispersi kasar, dispersi koloidal,
fasa pendispersi. Fase terdispersi dan larutan. Berdasarkan perbedaan
umumnya memiliki jumlah yang lebih ukuran zat yang didispersikan, sistem
kecil atau mirip dengan zat terlarut dan dispersi dapat dibedakan menjadi:
fasa pendispersi jumlahnya lebih besar 1. Dispersi kasar (suspensi)
atau mirip pelarut dalam suatu mengandung partikel zat yang
larutan(Yazid,2005). didispersikan berukuran lebih besar
Zat yang terdispersi tersebut dari 0.5 nm dalam satu fase
berjarak ukuran antara dimensi partikel kontinyu.
– partikel atomik dan molekular sampai 2. Dispersi koloid mengandung
partikel – partikel yang berukuran partikel zat yang didispersikan
milimeter, ukurannya dapat berukuran antara 1 nm – 100 nm.
diklasifikasikan baik yang sebagai 3. Dispersi molekuler (larutan sejati)
membentuk dispersi molekular maupun mengandung partikel zat yang
dispersi koloidal. Beberapa suspensi dan didispersikan berukuran lebih
emulsi dapat mengandung suatu jarak kecil dari 1 nm dalam satu sistem
ukuran partikel sedemikian sehingga fase tunggal. (deMan, 1998).
partikel – partikel nya yang kecil masuk
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

Emulsi adalah suatu sediaan yang diaduk, lalu diamati warna, kejernihan,
mengandung dua zat cair yang tidak dan homogenitas.
tercampur, biasanya air dan minyak Dispersi Kasar
cairan yang satu terdispersi menjadi Sampel tepung tapioka sebanyak
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. 2 spatula diamati sifat fisiknya lalu
Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini dimasukkan ke tabung reaksi. Air
akan bergabung dan membentuk dua sebanyak 10 mL ditambahkan ke dalam
lapisan air dan minyak yang terpisah. tabung reaksi dan diamati campurannya.
Dalam fase air dapat mengandung zat- Kemudian didiamkan selama 15 menit,
zat terlarut seperti pengawet, zat lalu diamati. Sampel kemudian diaduk
pewarna, dan perasa. Air yang lagi dan diamati kembali.
digunakan sebaiknya adalah air. Zat
perasa dan pengawet yang berada Sol
dalam fase air yang mungkin larut Susu skim bubuk sebanyak 2
dalam minyak harus dalam konsentrasi spatula diamati sifat fisiknya kemudian
cukup untuk memenuhi yang dimasukkan ke tabung reaksi. Setelah itu
diinginkan (Anief,M.,1999). ditambahkan 10 mL air dan diamati.
Tujuan dari praktikum ini ialah
untuk mengenal sistem dispersi pangan Busa
dengan air sebagai salah satu fase, Sebanyak putih telur dikocok dengan
mengetahui jenis emulsi o/w dan w/o, mixer dan garpu sampai kaku. Sampel
serta mengetahui pengaruh zat kemudian diamati secara mikroskopis
pengemulsi. dan digambar.

Busa Padat
METODOLOGI Sampel arumanis diamati dengan
Alat dan Bahan kaca pembesar. Hasil pengamatan
Alat yang digunakan yakni batang dinyatakan dalam gambar.
pengaduk, beaker glass, cover glass,
garpu, kaca pembesar, mikroskop, Menentukan Jenis Emulsi dan
mixer, object glass, penangas air, pipet Struktur Mikroskopis
tetes, spatula, dan tabung reaksi. Sampel susu UHT, mayonnaise,
Bahan yang digunakan pada salad dressing, margarin, dan mentega
praktikum ini ialah air, akuades, diteteskan ke objek glass. Sampel
arumanis, CMC 0,5%, deterjen, garam, kemudian ditetesi metil blue dan sudan
gula, gum arab, kuning telur, margarin, (III) dengan perbandingan 1:1. Sampel
mayonnaise, mentega, merica, kemudian diamati secara mikroskopis
methylene blue, minyak sayur, putih dan digambar.
telur, salad dressing, santan alami,
santan bubuk, santan komersil cair, Pengaruh Pemanasan Terhadap
sudan (III), susu skim bubuk, susu UHT, Emulsi
tepung tapioka. Sebanyak 5 gram sampel mentega
dan margarin dipanaskan dengan
Prosedur penangas air. Sampel kemudian diamati
Larutan warna, kekeruhan, dan waktu yang
Sampel garam dan gula masing- digunakan.
masing dimasukkan ke 2 tabung reaksi Kestabilan Emulsi
yang berbeda. Sampel tersebut diamati Sebanyak 5 mL air, 5 mL CMC
bentuk fisiknya. Selanjutnya 0,5%, dan 5 mL gum arab dimasukkan
ditambahkan air 10 mL ke masing- ke tiga tabung reaksi yang berbeda.
masing tabung reaksi. Tabung kemudian Tabung tersebut kemudian ditambahkan
5 mL minyak sayur lalu dikocok selama
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

30 menit dan amati waktu pemisahan air (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
dan minyak. Berdasarkan hasil pengamatan,
larutan garam dan gula terlarut dalam air
Stabilitas Relatif Santan Kelapa (system disperse larutan). Hal ini sesuai
Sebanyak 10 mL santan alami, dengan yang dikatakan oleh Sutresna
komersial cair, dan bubuk dimasukkan (2007) bahwa campuran gula dengan air
ke tabung reaksi. Sampel kemudian dan garam dengan air merupakan larutan
disimpan dalam suhu kamar selama 1 karena pencampuran tersebut
minggu. Setelah itu volume cream yang mengahasilkan satu fase yang homogen,
memisah dihitung. jika campuran ini disaring maka tidak
ada zat yang tersaring, dan partikel zat
Zat Pengemulsi terlarut di dalam suatu larutan lebih
Sebanyak 3 mL asam asetat dan 3 kecil dari 1 nm.
mL minyak dimasukkan ke tabung Homogenitas larutan garam dan
reaksi dan ditambah dengan zat gula dipengaruhi oleh komponen yang
pengemulsi seperti garam, merica, terkandung di dalamnya. Menurut
deterjen, dan kuning telur. Sampel Campbell dkk. (2007), jika kristal
kemudian diamati kecepatan emulsinya. senyawa ionik natrium klorida
dilarutkan dalam air pada permukaan
HASIL DAN PEMBAHASAN kristal, ion natrium dan ion klorida akan
dipaparkan dalam air. Molekul-molekul
Sistem dipersi yang akan dibahas
air dan ion-ion tersebut memiliki afinitas
pada praktikum kali ini adalah larutan,
mutual melalui tarik-menarik listrik.
dispersi kasar, sol, busa, busa padat,
Daerah oksigen dari molekul air yang
emulsi, dan dibahas pula jenis dan
bermuatan negatif akan berikatan
struktur emulsi, kecepatan kelelehan
dengan kation natrium, hidrogen dari air
emulsi, kestabilan emulsi, stabilitas
yang bermuatan positif akan ditarik oleh
relatif santan kelapa, dan stabilitas
ion klorida. Air mengelilingi ion-ion
relatif zat pengemulsi pada bahan
tunggal, memisahkan natrium dan
pangan.
kloridanya dan melindungi ion yang satu
dari ion lainnya. Air menembus
Larutan
permukaan kristal garam dan terus
Larutan dapat didefinisikan
bergerak ke dalam Kristal garam
sebagai campuran homogen yang terdiri
sehingga akhirnya melarutkan semua
dari dua atau lebih zat. Zat yang
ion. Hasilnya adalah dua zat terlarut
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
yaitu natrium dan klorida yang secara
disebut zat terlarut atau solute,
homogen tercampur dengan air.
sedangkan zat yang jumlahnya lebih
Campbell dkk. (2002) menambahkan
banyak daripada zat-zat lain dalam
bahwa senyawa polar juga dapat larut
larutan disebut pelarut atau solvent
dalam air, seperti gula dapat larut dalam
(Winarno, 1992). Pengujian system
air karena molekul air dapat
dispersi larutan dilakukan dengan
menyelubungi molekul polar gula.
menggunakan dua sampel yang berbeda,
Larutan gula terdiri dari air dan gula, air
yakni gula dan garam. Berikut
sebagai zat pelarut dan gula adalah zat
merupakan hasil pengamatan system
terlarut.
disperse larutan :
Adapun warna larutan yang terbentuk
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sistem
dipengaruhi oleh kandungan sampel.
Dispersi Larutan
Menurut Muchtaridi dan Justiana
Kejern Homogeni
Sampel Warna (2007), gula pasir terbuat dari tebu yang
ihan tas
Gula Bening Jernih Homogen diperas lalu larutan tebunya diuapkan
Tidak hingga terbentuk kristal gula berwarna
Garam Putih Keruh putih kecoklatan. Menurut Othmer
Homogen
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

(1969), kristal garam NaCl ada yang diameter partikel lebih besar dari 10-5
tidak berwarna dan berwarna putih. cm (Sumardjo, 2006).
Berdasarkan karakteristik penyusunnya
tersebut, maka warna larutan pada
praktikum telah sesuai dimana larutan
garam yang tampak berwarna putih Sol
keruh. Adapun gula yang berwarna Pengujian sistem dispersi sol
bening dikarenakan konsentrasi gula dilakukan dengan melarutkan sampel
yang lebih kecil dibandingkan dengan susu skim dalam air. Berikut hasil
air. pengamatan sistem dispersi sol:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Sistem
Dispersi Kasar Dispersi Sol
Pengujian sistem dispersi kasar Sampel Sebelum Setelah
dilakukan dengan melarutkan tepung dilarutkan dilarutkan
tapioca dan melibatkan proses Susu Warna putih Warna putih
pendiaman untuk menguji ada tidaknya Skim susu, susu, tidak
ada endapan,
endapan yang terbentuk. Berikut hasil
keruh
pengamatan sistem dispersi kasar: homogen
Tabel 2. Hasil Pengamatan Sistem (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Dispersi Kasar Hasil pengamatan menunjukkan
Samp Sebelum Setelah Setelah
bahwa susu skim menjadi keruh setelah
el dilarutk dilarutk 15’
an an dilarutkan dan memiliki sifat homogen
Tepun Putih, Putih, Terbent yang sesuai dengan literature yang
g bubuk keruh, uk 2 menyatakan bahwa campuran susu dan
Tapio halus larut, fase, air akan membentuk sistem dispersi sol.
ka sedikit banyak Menurut Kitti (2010), campuran serbuk
endapan endapan susu dengan air menyebabkan airnya
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) keruh dan berwarna putih seperti warna
Berdasarkan hasil pengamatan susu dan tidak terpisah antara air dan
larutan menjadi keruh (terbentuk 2 fase) susu serta susunya tidak larut dalam air.
dengan adanya endapan setelah Hal inilah yang dinamakan sistem
didiamkan selama 15 menit. Ketika dispersi koloid.
diberi perlakuan diaduk, endapan dapat Menurut Suyatno dkk (2007),
memungkinkan untuk muncul kembali koloid nampaknya homogen tetapi
karena berdasarkan hasil pengamatan masih terlihat adanya dua fase, agak
dibuktikan tepung tapioka yang keruh atau keruh, tidak dapat disaring
dilarutkan dalam air merupakan sistem kecuali dengan penyaring ultra, dan
dispersi suspensi. berukuran antara 1 nm – 100 nm.
Menurut Sutresna (2007), Campuran susu dalam air merupakan
suspensi adalah dispersi zat padat di koloid sol, karena susu yang berbentuk
dalam air. Zat terdispersi pada suspensi padatan dilarutkan dalam air yang
merupakan zat padat berukuran cukup berbentuk cairan. Sol merupakan salah
besar. Sampel tepung tapioka dalam satu jenis sistem koloid yaitu pada fase
sistem dispersi sebagai zat terdispersi. padat-cair. Sol terbentuk dari fase
Tepung tapioka yang memiliki ukuran terdispersi berupa zat padat dan fase
cukup besar, medium pendispersi (air) pendispersi berupa cairan (Sutresna,
tidak mampu menahannya sehingga 2007).
padatan tersebut dapat mengendap.
Berbeda dengan larutan, dispersi kasar Busa
kurang stabil dan memiliki dua fase. Pengujian sistem dispersi busa
Dispersi kasar memiliki dua fase yang dilakukan dengan metode pengocokkan
heterogen, tidak jernih, dan memiliki dengan dua metode, yaitu dengam mixer
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

dan garpu. Berikut hasil pengamatan air dan dapat menstabilkan busa yang
sistem dispersi busa: terbentuk. Glubulin mempunyai
Tabel 4. Hasil Pengamatan Sistem kemampuan untuk meningkatkan
Dispersi Busa kekentalan dan menurunkan
Alat Kecepata War Tekst Bu kecenderungan pemisahan cairan dari
n na ur sa gelembung udara. Disamping itu,
Pembentu globulin juga dapat menurunkan
kan Busa tegangan permukaan, sehingga
Gar 2’ putih Lemb ++ membantu tahapan pembentukan busa.
pu ut +
Pembentukkan gelembung udara yang
Mix 1’ putih Lemb ++
kecil, banyak dan lembut diperlukan
er ut +
tegangan permukaan yang rendah.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Ovalbumin adalah protein yang dapat
Hasil pengamatan menunjukkan
membantu membentuk busa yang kuat.
pembentukan busa dengan mixer
menghasilkan busa yang lebih banyak
Busa Padat
dengan waktu yang lebih singkat
Pengamatan sistem dispersi busa
dibandingkan menggunakan garpu.
padat dilakukan dengan mengamati
Perbedaan hasil busa yang terbentuk
sampel arumanis dengan kaca pembesar
akibat pengocokan dengan dan garpu
yang hasilnya dinyatakan dalam gambar.
disebabkan oleh perbedaan kecepatan
Berikut hasil pengamatan sistem dispersi
saat pengadukan. Menurut Widiarnako
busa padat:
dkk. (2000), untuk memerangkap udara
Tabel 5. Hasil Pengamatan Sistem
sebanyak-banyaknya, dapat dilakukan
Dispersi Busa Padat
pengocokan dengan kecepatan tinggi.
Sampel Gambar
Kecepatan tinggi ini diperoleh dengan
penggunaan alat mixer yang
kecepatannya dapat disesuaikan
termasuk ditinggikan. Widiarnako dkk. Arumanis
(2000) menambahkan, pembusaan ini
dapat terjadi apabila ada udara atau gas
yang terperangkap didalamnya. Semakin
banyak udara atau gas yang (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
terperangkap, pembusaan juga akan Berdasarkan hasil pengamatan
semakin hebat dan hal ini akan dapat diketahui bahwa pada sampel
ditunjukkan oleh pengembangan volume arumanis terdapat kristal-kristal gula
dan kekakuan tekstur putih telur. halus dan benang-benang halus yang
Busa sendiri menurut Koswara menyerupai serat-serat kasar. Arumanis
(2009), merupakan dispersi koloid dari tergolong ke dalam busa padat yang
fase gas dalam fase cair, yang dapat ditunjukkan dari kekakuan arumanis.
terbentuk pada saat telur dikocok. Arumanis membentuk busa seperti
Mekanisme terbentuknya busa telur kristal yang terlihat seperti tumpukan
adalah terbukanya ikatan-ikatan dalam jarum namun tidak keras. Bila dibiarkan
molekul protein sehingga rantai protein dalam waktu yang lama pada udara
menjadi lebih panjang, kemudian udara terbuka, maka arumanis akan
masuk diantara molekul-molekul yang menggumpal karena kandungan gula di
terbuka rantainya dan tertahan sehingga dalamnya.
terjadi pengembangan volume. Busa Hal ini sesuai dengan pernyataan
dibentuk oleh beberapa protein dalam Sakurai et al. (1993) bahwa udara yang
putih telur yang mempunyai menguap menyebabkan lapisan tipis
kemampuan dan fungsi yang berbeda- permen kapas menjadi tidak berbentuk,
beda. Ovomucin mampu membentuk penyimpanan permen kapas pada suhu
lapisan atau film yang tidak larut dalam
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

dingin atau suhu ruang menyebabkan


lapisannya menjadi menempel dan
seperti kristal kecil. Lapisan kristal yang
Marga Mer W/
saling menempel tersebut kemudian rin ah O
membentuk gumpalan. Selain sifatnya
yang mudah menggumpal, arumanis
juga memiliki sifat lengket. Muchtadi
(1992) menyatakan bahwa sukrosa Mente Mer W/
bersifat dapat mengikat udara di ga ah O
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
lengketnya arum manis. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, warna merah pada sampel
Menentukan Jenis Emulsi dan margarin menunjukkan kandungan
Struktur Mikroskopis lemak, sedangkan warna biru pada
Penentuan jenis emulsi dan sampel susu UHT, mayonnaise dan
struktur mikroskopis dari beberapa salad dressing menunjukkan komponen
emulsi dilakukan dengan menambahkan air. Pengamatan struktur mikroskopis
metilen blue yang berfungsi untuk dilakukan dengan cara meneteskan
mengikat airdan sudan (III) yang sampel di atas objek glass kemudian
berfungsi untuk mengikat lemak. ditutup dengan cover glass dan diamati
Berikut hasil pengamatan penentuan di bawah mikroskop. Berdasarkan hasil
jenis emulsi dan struktur mikroskopis: pengamatan, diperoleh hasil bahwa pada
Tabel 6. Hasil Pengamatan Jenis susu UHT dan margarin yang diamati
Emulsi dan Warna melalui mikroskop terdapat bulatan-
Jeni bulatan kecil berwarna bening. Bulatan-
Samp Wa s bulatan kecil ini merupakan globula
Gambar
el rna em emulsi yang terkandung dalam sampel.
ulsi Lemak susu terdapat di dalam susu
dalam bentuk jutaan bola kecil
berdiameter antara 1-20 μm dengan
garis tengah rata-rata 3 μm (Buckle,
Susu O/ 1985). Secara alami, globula lemak
Biru
UHT W terstabilisasi oleh membran yang terdiri
dari lipoprotein. Ketika suhu
dihomogenisasi, membran lipoprotein
digantikan oleh lapisan protein yang
merupakan misel kasein dan protein
whey (Fennema, 1996). Menurut Adnan
(1984), zat-zat yang ada di dalam air
Mayon Mer W/ susu seperti air, lemak, protein, gula
aise ah O dan   mineral berada dalam tiga keadaan
yang berbeda: 1) sebagai larutan sejati,
misalnya: hidrat arang, garam-garam
organik, vitamin dan senyawa-senyawa
nitrogen bukan protein; 2) sebagai
larutan koloidal, terutama partikel-
partikel yang besar yang dapat
Salad
O/ memberikan efek Tyndal, dalam
dressin Biru
W golongan ini termasuk protein dan
g
enzim; 3) sebagai emulsi, seperti: lemak
dan senyawa-senyawa yang
mengandung lemak yang terdapat
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

sebagai emulsi berbentuk globula- seperti penggilingan koloid dan


globula. homogenisasi, waktu penyimpanan
Selain diamati struktrur produk, warna fase pendispersi,
mikroskopis pada susu dan margarin, perbedaan indeks refraksi dari dua fase,
ditentukan pula jenis emulsi pada susu dan ukuran partikel fase terdispersi.
dan margarin. Emulsi terbagi menjadi
emulsi Oil in Water (o/w) dan Water in Pengaruh Pemanasan Terhadap
Oil (w/o). Jika bola-bola minyak berada Emulsi
di dalam air maka emulsi tersebut Pengujian pengaruh pemanasan
merupakan emulsi tipe o/w , jika bola- terhadap emulsi dilakukan dengan
bola air berada di dalam minyak maka metode pemanasan terhadap sampel
emulsi tersebut merupakan emulsi tipe mentega dan margarin. Berikut hasil
w/o (Anggraeni, 2014). pengamatan pengaruh pemanasan
Penentuan jenis emulsi dilakukan terhadap emulsi:
dengan cara meneteskan zat warna yang Tabel 7. Hasil Pengamatan Kecepatan
merupakan campuran dari methylene Pelelehan Emulsi
blue (biru) dan Sudan III (merah). Sampel Warn Kekeruh Waktu
Setelah ditetesi zat warna, sampel susu a an perlaku
dan margarin diamati di bawah an
mikroskop. Hasil pengamatan Margar Kunin Keruh + 2’, 1”
mikroskop menunjukkan bahwa susu in g+
UHT menyerap warna biru dari Menteg Kunin Keruh 4’, 6”
methylene blue dan margarin menyerap a g
pekat
warna merah dari Sudan III. Hal ini
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
mengindikasikan bahwa susu dan
Berdasarkan pengamatan yang
margarin merupakan jenis emulsi yang
dilakukan, waktu pelelehan tercepat
berbeda. Jika didapatkan warna biru
dimiliki oleh sampel margarin dengan
merata dengan penambahan methylene
lama waktu perlakuan 2 menit 1 detik
blue maka disimpulkan bahwa sediaan
dan mengalami perubahan sistem
mempunyai tipe emulsi o/w, sedangkan
menjadi kuning dan keruh +. Hal ini
jika terbentuk warna merah dari Sudan
telah sesuai dengan literatur menurut
III maka sediaan tersebut merupakan
Winarno (1992) bahwa mentega
tipe emulsi w/o. Dengan demikian,
mempunyai titik leleh lebih rendah
dapat disimpulkan bahwa susu
daripada margarin. Titik leleh mentega
merupakan jenis emulsi o/w dan
berkisar antara 32–350C. Sedangkan titik
margarin merupakan jenis emulsi w/o.
leleh margarin yakni 34–370C, sehingga
Hal ini sesuai dengan teori menurut
mentega lebih cepat mengelami
Anggraeni (2014) bahwa kebanyakan
pelelehan.
makanan mempunyai emulsi o/w,
Perbedaan kandungan lemak
seperti susu segar atau mayonnaise.
merupakan faktor adanya perbedaan titik
Contoh emulsi w/o adalah mentega atau
leleh yakni meliputi komposisi asam
margarin. Umumnya, emulsi o/w
lemak yang terikat pada gliserol dan
mempunyai tekstur lembut/halus
karakteristiknya yang dapat
(creamy), sedangkan emulsi w/o
menyebabkan perbedaan titik leleh
memiliki tekstur kasar (greasy). Emulsi
lemak dan mempengaruhi waktu
o/w umumnya mempunyai
pelelehan. Umumnya jenis lemak padat
konduktivitas listrik lebih besar daripada
tidak akan langsung meleleh pada suatu
emulsi w/o.
titik tertentu, tetapi akan meleleh
Ukuran gelembung mikroskopis
perlahan pada suhu sekitar 10-200C.
yang teramati dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain jenis dan konsentrasi
Kestabilan Emulsi
zat pengemulsi, perlakuan mekanis
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

Pengujian kestabilan emulsi Pengujian stabilitas relatif santan


dilakukan dengan melibatkan teknik kelapa dilakukan dengan menggunakan
pengocokkan sampel dalam tabung krim sebagai indikator terhadap sampel
reaksi. Berikut hasil pengamatan santan bubuk, santan segar, dan santan
kestabilan emulsi: komersil cair merk kara. Kestabilan
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kestabilan santan ditentukan dari terbentuknya
Emulsi krim, semakin sedikit krim yang
Sampel Lama pemisahan terbentuk, maka stabilitas relatif santan
Air + Minyak 0 menit semakin baik. Berikut hasil pengamatan
goreng stabilitas santan:
CMC + Minyak 10 menit Tabel 9. Hasil Pengamatan Stabilitas
goreng Santan
Gum arab + 5 menit Sampel Volume krim yang
Minyak goreng memisah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) Santan bubuk
Berdasarkan hasil pengamatan, air Santan segar
tidak memiliki kestabilan emulsi. Santan kemasan
Diantara CMC dan gum arab yang lebih (KARA)
cepat mencapai kestabilan emulsi adalah (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
gum arab. Hal ini disebabkan karena ada Berdasarkan hasil pengamatan yang
daya emulsifier yang bekerja pada dilakukan, santan Kara memiliki
campuran tersebut. stabilitas tertinggi yang menandakan
CMC banyak digunakan sebagai bahwa mutu/kualitas produk tersebut
stabilizer dalam pembuatan salad merupakan yang paling terjaga di antara
dressing . CMC Mudah terdispersi sampel uji lainnya. Stabilitas santan
dalam air membentuk larutan koloida dapat dipengaruhi berbagai macam
namun tidak larut dalam etanol, eter, dan faktor salah satunya ialah lamanya wktu
pelarut organik lain. Stabilitas CMC penyimpanan pada suhu ruang. Semakin
yaitu Larutan stabil pada pH 2-10, lama penyimpanan dalam suhu ruang,
pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. maka stabilitas akan menurun yang
Viscositas larutan berkurang dengan ditandai oleh semakin banyaknya krim
cepat jika pH diatas 10. Menunjukkan yang terbentuk. Selain itu, kemurnian
viskositas dan stabilitas maksimum pada kara didapatkan juga dengan memeras
pH 7-9. kelapa tanpa penambahan air, sehingga
Gum arab digunakan untuk santan yang didapat bersifat murni.
mendorong pembentukan emulsi lemak Berbeda dengan santan segar yang
yang mantap dan mencegah kristalisasi pembuatannya dengan penambahan air
gula (Tranggono dkk,1991). Gum hangat. Air yang ditambahkan tersebut
dimurnikan melalui proses pengendapan membuat santan menjadi tidak stabil.
dengan menggunakan etanol dan diikuti
proses elektrodialisis (Stephen and Zat Pengemulsi
Churms, 1995). Menurut Imeson (1999), Emulsifier merupakan bahan yang
gum arab stabil dalam larutan asam. pH dapat membentuk lapisan film di
alami gum dari Acasia Senegal ini sekeliling globula lemak yang
berkisar 3,9-4,9 yang berasal dari residu mengakibatkan globula-globula lemak
asam glukoronik. Emulsifikasi dari gum tidak dapat bergabung menjadi globula
arab berhubungan dengan kandungan yang lebih besar, sehingga emulsi yang
nitrogennya (protein). Gum arab dapat terbentuk menjadi stabil Struktur
meningkatkan stabilitas dengan emulsifier terdiri atas molekul-molekul
peningkatan viskositas. yang mempunyai gugus lipofil (larut
lemak) dan gugus hidrofil (larut air),
Stabilitas Relatif Santan Kelapa kedua gugus ini bersama-sama
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

membentuk globula-globula emulsi dispersi suspense. Campuran susu skim


(Winarno, 1991) bubuk dan air akan membentuk sistem
Penambahan asam asetat dispersi sol. Pengocokkan putih telur
bertujuan untuk menghasilkan asam dengan mixer menghasilkan sistem
lemak dan air yang lebih tinggi dari dispersi busa yang lebih bagus
minyak. Asam yang ditambahkan dapat dibandingkan dengan pengocokkan
mempercepat reaksi hidrolisis minyak manual dengan garpu. Arummanis
sehingga kadar asam lemak bebas (FFA) termasuk sistem dispersi busa padat.
dan kadar airnya cukup tinggi. Berikut Pencampuran antara air dan minyak
ini hasil pengamatan yang stabilitas zat akan membentuk kluster fase dan tidak
pengemulsi yang diperoleh: akan homogen. Produk berjenis emulsi
Tabel 10. Hasil Pengamatan Stabilitas w/o yakni mayonnaise, mentega dan
Zat Pengemulsi margarin, sedangkan produk jenis
Sampel Emulsifier Kecepatan emulsi o/w yakni susu dan salad
Minyak Garam Tidak dressing. Mentega lebih cepat
Kanola tercampur mengalami pelelehan daripada margarin.
Minyak Merica Tidak Air merupakan sampel yang paling
Sawit tercampur stabil. Santan komersil cair memiliki
Minyak Detergen Tidak tingkat kestabilan tertinggi. Kuning telur
Kelapa tercampur
memiliki tingkat stabilitas yang tinggi
Minyak Kuning telur Tidak
sehingga cocok digunakan sebagai
Zaitun tercampur
emulsifier.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Hasil pengamatan DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa seluruh sampel
emulsifier tidak membuat sampel Anief, 1999, Ilmu Meracik Obat,
minyak manapun bercampur dengan Cetakan ke-7, 71-73, Gadjah Mada
asam asetat. Meskipun keempat University Press, Yogyakarta
sampel merupakan emulsifier,
namun ternyata sampel tidak Campbell, A., J., B., Reece dan L., G.,
mengemulsi antara minyak dan asam Mitchell. 2002. Biologi.
asetat. Daya kerja emulsifier terutama Erlangga, Jakarta.
disebabkan oleh bentuk molekulnya Campbell, A., J., B., Reece dan L., G.,
yang dapat terikat baik pada minyak Mitchell. 2007. Biologi.
maupun air (Sudarmadji, 1996). Erlangga, Jakarta.
Kecepatan pemisahan pada emulsi Deman, Jhon M. 1998. Kimia Makanan.
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Institut Teknologi Bandung:
Menurut Fennema (1996), terdapat Bandung.
faktor intrinsik yang memengaruhi Fennema, Owen R. 1996. Food
kecepatan pemisahan emulsi yaitu pH, Chemistry Third Edition. Marcel
kekuatan ionik, suhu, adanya surfaktan Dekker Inc. New York
dengan berat molekul rendah, volume Imeson, A. 1999. Thickening and
minyak, tipe protein, dan titik leleh Gelling Agent for Food. Aspen
minyak, sedangkan faktor ekstrinsik Publisher Inc, New York
meliputi jenis peralatan, laju pemasukan Kitti, Sura. 2010. Kimia Itu Asyik XI.
energi, dan laju penyebaran. Kandel, Tangerang.
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi
KESIMPULAN Pengolahan Telur (Teori dan
Praktik). Terdapat pada:
Gula dan garam termasuk sistem http://www.warintek.ristek.go.id
dispersi larutan. Tepung tapioka yang . (Diakses pada tanggal 14
dilarutkan dalam air merupakan sistem Desember 2019).
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2019

Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, Tranggono, S., Haryadi, Suparmo, A.


A. 1993. Farmasi Fisik, Edisi Murdiati, S. Sudarmadji, K.
Ketiga. Universitas Indonesia Rahayu, S. Naruki, dan M.
Press: Jakarta. Astuti. 1991. Bahan Tambahan
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika Bagian Makanan (Food Additive). PAU
Larutan dan Sistem Dispersi, 57- Pangan dan Gizi UGM,
60, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Yoyakarta. Widianarko, B dkk. 2002. Tips Pangan
Muchtadi, R. T. 1992. Pengetahuan Tekhnologi Nutrisi dan
Bahan Pangan. Institut Pertanian Keamanan Pangan. PT
Bogor, Bogor. Gramedia Widiasarana
Muchtaridi dan S., Justiana. 2007. Indonesia, Jakarta.
Kimia 2 SMA Kelas XI. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Yudhistira, Jakarta. Gizi. Penerbit PT Gramedia
Othmer, K. 1969. Encyclopedia of Pustaka utama, Jakarta.
Chemical Technology, 2nd Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
edition. Jhon Wiley dan Sons Gizi. Penerbit PT Gramedia
Inc., USA. Pustaka utama, Jakarta.
Sakurai, Y., Yoshihiro, H., Tsuyoshi, Yazid, estien. 2005. Kimia Fisik untuk
M., Kimisuke, S., dan Kenji, S. Paramedis. Yogyakarta: Andi
1993. Current Topics in
Amorphous Materials Physics
and Technology. Elsevier
Science, Netherlands.
Stephen, A. M. and S. C. Churms. 1995.
Food Polysaccarides and Their
Applications. Marcell Dekker,
Inc, New York
Sudarmadji, S. 1996. Teknik Analisa
Biokimiawi. Liberty,
Yogyakarta.
Sumardjo, Darmin. 2006. Pengantar
Kimia : Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas
Bioeksakta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar
Kimia. Grafindo Media
Pratama, Bandung.
Suyatno, A., Purwadi, H., Widayanto,
dan Kuncoro P.,R. 2007. Kimia
SMA / MA Kelas XII.
Grasindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai