Anda di halaman 1dari 9

Nama asisten : Tiara Aray Rahmah

Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019


Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

PRAKTIKUM PROTEIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Zahida Rahmi (240210180086)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: zahida18001@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT
Proteins are macromolecules that are formed from amino acids composed of
nitrogen, carbon and oxygen atoms connected by peptide bonds. This practicum aims to
identify the types of proteins and study the properties of proteins based on their types. the
methods used to test proteins are biuret test, ninhydrin test, formation of deposits with
acids and alkalis, formation of deposits with heavy metal salts, denaturation and
coagulation, isoelectric points and salting out. lab results showed positive albumin and
urea samples containing peptide bonds; positive albumin contains free amino groups;
Strong acid and base samples react to acids and form sediments; albumin reacted
throughout the metal sample showed positive results precipitating; good concentration
for denatured proteins is at pH 4.5; the isoelectric point of casein protein is at pH 4.6; at
salting out test in albumin the addition of metals produces a precipitate and in gelatin
only CuSO4 and FeCl3 produce a precipitate.
Keywords : Protein, Biuret, Ninhydrin.

PENDAHULUAN peptida. Protein merupakan senyawa


polimer yang tersusun atas asam – asam
Protein merupakan bagian dari amino sebagai monomernya. Asam
semua sel hidup dan bagian terbesar dari amino terdiri dari 20 jenis dan kumpulan
tubuh manusia sesudah air. Seperlima amino yang saling terikat satu sama lain
dari bagian tubuh adalah protein. melalui iktana peptida (ikatan antara
Separuh protein dalam tubuh adalah gugus karboksil (-COOH) asam amino
bagian dari otot, tulang dan tulang ruh di dengan gugus amino (-NH2) dari asam
dalam kulit, jaringan juga terdapat amino yang lain dengan melepaskan
dalam cairan tubuh. Semua enzim, satu molekul air (Nelson & Cox, 2004)
berbagai hormone, pengangkut zat – zat Protein mengontrol sifat sel dan
gizi dan darah, matriks intraseluler dan mendukung struktur molekulnya. Fungsi
sebagainya adalah protein. Asam amino protein di dalam mengatur fungsi tubuh
yang membentuk protein bertindak yaitu enzim sebagai katalisator,
sebagai precursor sebagian besar enzim, transport molekul di dalam darah dan sel
hormone, asam nukleat dan molekul – – sel, sistemimun sebagai pembentuk
molekul esensial. Protein berfungsi antibody, hormon (insuln dan GH),
sebagai zat pembangun serta pemelihara molekul yang membantu kontraksi otot,
sel – sel dan jaringan tubuh (Almatsier, keseimbangan cairan, keseimbangan
2010) asam dan transmisi syaraf (Page, 1997)
Protein adalah makromolekul yang Protein merupakan polimer dari
terbentuk dari asam amino yang asam amino. Asam amino membentuk
tersusun dari atom nitrogen, karbon dan polimer rantai lurus dengan ikatan
oksigen yang dihubungkan oleh ikatan peptida, sehingga polimer ini disebut
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

dengan peptida atau polipeptida. hidrogen, ikatan garam, interaksi


Polipeptida mengalami pelipatan karean hidrofobik, dan ikatan disulfida.
reaksi gugus fungsi dan sisi reaktif Struktur kuartener melibatkan
molekul penyuunnya, sehingga beberapa polipeptida dalam membentuk
tebentuklah molekul besar polipeptida suatu protein. Ikatan-ikatan yang terjadi
yang dinaman protein. Protein secara sampai terbentuknya protein sama
garis besar dibagi menjadi dua, yaitu dengan ikatan-ikatan yang terjadi pada
protein sederhana yang hanya tersusun struktur tersier.
oleh asam amino dan protein konjugasi Tujuan dari percobaan uji protein
yang tersusu tidak hanya oleh asam kali ini untuk mengidentifikasi dan
amino namun juga bahan lain seperti mengetahui sifat – sifat protein.
karbohidrat (glikoprotein), asam nukleat
(nukleoprotein), lipid (lipoprotein), METODOLOGI
logam (metaloprotein) dan fosfat Alat dan bahan
(fosfoprotein).
Menurut Winarno (2002), Struktur Alat yang diperlukan pada
asam amino dapat dibagi menjadi praktikum ini adalah batang pengaduk,
beberapa bentuk yaitu struktur primer, labu ukur, neraca analitik, Erlenmeyer,
sekunder, tersier, dan kuartener. pipet tetes, pipet volume, penangas air,
Susunan linier asam amino dalam spatula, dan tabung reaksi.
protein merupakan struktur primer. Bahan yang dibutuhkan pada
Susunan tersebut merupakan suatu praktikum ini adalah akuades, albumin,
rangkain unik dari asam amino yang ammonium sulfat, asam asetat 0,1 N,
menentukan sifat dasar dari berbagai asam sulfat, aseton, bubuk kasein,
protein, dan secara umum menentukan gelatin 2%, HgCl2 0,2%, HCl pekat,
bentuk struktur sekunder dan tersier. KOH, larutan albumin 2%, larutan
Bila protein mengandung banyak asam CuSO4 1% dan 0,2%, larutan FeCl3
amino dan gugus hidrofobik, daya 0,2%, larutan kasein, larutan NaOH
kelarutannya dalam air kurang baik 10%, larutan ninhydrin, padatan NaOH,
dibandingkan dengan protein yang NaCl, MgSO4, Na2SO4, PbAc 0,2%, dan
banyak mengandung asam amino urea.
dengan gugus hidrofil. Uji Biuret
Struktur sekunder adalah struktur
protein yang merupakan polipeptida Mula-mula disiapkan dua tabung
terlipat-lipat, berbentuk tiga dimensi reaksi, kemudian dimasukkan albumin
dengan cabang-cabang rantai 2% atau urea sebanyak 1 ml,
polipeptidanya tersusun saling ditambahkan juga 1 ml NaOH 10% lalu
berdekatan. Contoh bahan yang diaduk. Ditambahkan kembali 1 tetes
mempunyai struktur ini ialah bentuk α- larutan CuSO4 1% kemudian diaduk
heliks pada wol, bentuk lipatan-lipatan kembali. Bila sudah terdapat endapan
(wiru) pada molekul-molekul sutera, merah ungu, ditambahkan kembalo tetes
serta bentuk heliks pada kolagen. demi tetes larutan CuSO4 1% sampai
Bentuk penyusunan bagian terbesar terbentuk warna (maksimal 10 tetes),
rantai cabang disebut struktur tersier, kemudian ditambahkan dan dipanaskan.
yaitu susunan dari struktur sekunder Uji Ninhidrin
yang satu dengan struktur sekunder
bentuk lain. Contohnya adalah beberapa Disiapkan tabung reaksi,
protein yang mempunyai bentuk α- dimasukkan albumin 2%. Kemudian
heliks dan bagian yang tidak berbentuk ditambahkan 0,1 M buffer asetat yang
α-heliks. Biasanya bentuk-bentuk memiliki pH 5 dan 20 tetes ninhydrin
sekunder ini dihubungkan dengan ikatan dalam aseton. Dilakukan pemanasan
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

dalam penangas air dan diamati warna Salting Out


yang terbentuk.
Pertama-tama dipanaskan 10 ml
larutan albumin pada suhu sekitar 40 oC.
Setelah itu ditambahkan padatan
ammonium sulfat sampai titik
Pembentukan Endapan dengan Asam kejenuhan. Jika terdapat endapan
dan Alkali dilakukan pengadukan dan penyaringan.
Tes filtrat dengan pereaksi biuret.
Pertama-tama disiapkan 3 tabung Ditambahkan NaOH dan diperiksa
reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml dengan kertas lakmus. Dibandingkan
albumin atau gelatin 2%, kemudian pada dengan sampel NaCl, MgSO4, dan
tabung 1 ditambahkan HCl pekat tetes Na2SO3.
demi tetes dan didiamkan selama 90
menit. Setelah 90 menit diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
perubahan yang terjadi. Kemudian Pada praktikum ini dilakukan
dipanaskan dan diamati kembali pengujian terhadap sifat-sifat protein.
perubahan yang terjadi. Langkah Uji yang dilakukan pada praktikum ini
tersebut dilakukan pada sampel yang antara lain uji biuret dan ninhidrin,
berbeda selain HCl pekat. pengujian titik isoelektrik, uji
Pembentukan Endapan dengan pembentukan endapan dengan asam dan
Garam dari Logam Berat alkali, pembentukan endapan dengan
garam dari logam berat, salting out dan
Pertama-tama disiapkan tabung uji denaturasi koagulasi.
reaksi, lalu dimasukkan 1 ml albumin
0,2% atau gelatin dan ditambahkan Uji Biuret dan Ninhidrin
CuSO4 0,2% tetes demi tetes sampai Uji biuret pada umumnya
terbentuk endapan. Kemudian diamati digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan yang terjadi, diulangi adanya ikatan peptida dan protein.
prosedur dengan FeCl3, HgCl2, dan Reagen biuret terdiri dari larutan NaOH
PbAc. dan CuSO4. Prinsip dari uji biuret ini
sendiri adalah ion Cu2+ yang berasal dari
Denaturasi dan Koagulasi pereaksi biuret dalam suasana basa
Pertama-tama disiapkan 5 tabung bereaksi dengan polipeptida atau ikatan
reaksi, kemudian dimasukkan 1 ml – ikatan peptida yang menyusun protein
kasein 0,5% ke dalam masing-masing sehingga terbentuklah senyawa
tabung reaksi, dan ditambahkan larutan kompleks yang berwarna ungu
buffer asetat sebanyak 1 ml dari setiap (Poerdjadi, 2006).
pH, lalu dikocok dan diamati penambahan NaOH ke dalam
perubahannya. pereaksi albumin dalam tabung reaksi
berfungsi sebagai pembentuk suasana
Titik Isoelektrik basa dalam reaksi dengan CuSO4 yang
bersifat asam sehingga ion OH dari basa
Mula-mula disiapkan 10 tabung
kuat dapat mengikat H+ dari garam
reaksi, disiapkan pula larutan kasien
CuSO4 dan tidak akan dapat
(ditimbang 0,3 g padatan kasein murni),
mengganggu ikatan antara ion Cu2+
lalu ditambahkan NaOH sebanyak 25 ml
dengan ikatan peptida. Dalam uji biuret
dipanaskan hingga suhu mencapai 40oC.
ini, terdapat 3 sampel yang digunakan
Setelah larutan selesai dibuat, diisi
yaitu albumin, urea yang tidak
tabung reaksi dengan akuades dan
dipanaskan dan urea yang dipanaskan
dipipet 10 ml larutan kasein, kemudian
(Poerdjadi, 2006).
ditunggu selama dua menit setelah itu
diamati perubahan yang terjadi.
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

Menurut hasil pengamatan pada


tabel 1 terlampir, baik sampel albumin,
urea yang dipanaskan maupun yang
tidak dipanaskan bereaksi positif dengan
larutan biuret. Terjadi perubahan warna
berupa terbentuknya warna ungu bening
di atas permukaan larutan seusai
dipanaskan. Hal tersebut menandakan Fungsi pemanasan pada saat uji
bahwa ketiga sampel memiliki ikatan ninhidrin itu sendiri untuk membuat
peptida dan sesuai dengan literasi. protein mengalami denaturasi sehingga
Reaksi uji biuret : diharapkan molekul protein yang terdiri
dari polipeptida akan terputus menjadi
molekul – molekul penyusunnya yang
berukuran lebih kecil dan mempercepat
terjadinya reaksi (Rosita, E. 2015).
Urea dipanaskan sebagai Ninhidrin merupakan suatu larutan
perbandingan. Setelah di tambahkan pengoksidasi kuat yang bereaksi dengan
4
NaOH dan CuSO , suspensi semua α-asam amino diantara pH 4-8
menghasilkan aroma sulfur dan menghasillkan senyawa berwarna ungu.
terbentuk warna ungu muda. Hal ini Asam amino prolin dan hidroksi prolin
membuktikan bahwa urea memiliki juga dapat bereaksi dengan ninhidrin
ikatan peptida lebih sedikit namun menghasilkan larutan berwarna
dibandingkan albumin. Jika urea kuning (Adisendjaja, dkk. 2016).
mengandung sulfur, maka urea termasuk Asam amino mengandung gugus
molekul protein karena sulfur karboksil yang dapat dilepaskan dengan
merupakan molekul protein. proses dekarboksilasi dan menghasilkan
Uji ninhidrin digunakan sebagai uji suatu amina. Gugus amino pada asam
umum untuk protein dan asam amino amino dapat bereaksi dengan asam nitrit
secara kuantitatif. Asam amino yang dan melepaskan gas nitrogen. Asam
bereaksi dengan ninhidrin akan amino, amonia, dan gugus amino primer
membentuk aldehida dengan satu atom dalam protein apabila dididihkan dalam
C lebih rendah dan melepaskan molekul larutan buffer pH 5,5 dan ditambah
NH3 dan CO2. Ninhidrin yang lebih ninhidrin akan menjadi warna ungu.
bereaksi akan membentuk hidrindantin Penambahan buffer pH 5,5 bertujuan
Menurut data hasil percobaan yang untuk menjaga reaksi agar tetap dalam
tercantum pada tabel 2 terlampir, suasana asam.
Albumin menjadi satu – satunya sampel Baik uji biuret dan uji ninhydrin
yang positif bereaksi dengan ninhidrin keduanya merupakan uji kandungan
disebabkan adanya warna ungu diatas protein namun uji biuret untuk
permukaan larutan. Sedangkan pada mengetahui ada tidaknya protein atau
kedua sampel urea reaksi negative ikatan peptida sedangkan ninhydrin
(berwarna putih) terhadap ninhidrin. untuk menguji asam amino.
warna ungu dan biru menandakan
adanya gugus amino bebas di dalam Pembentukan Endapan dengan Asam
sampel sedangkan warna putih dan dan Alkali
kuning menandakan tidak terdapat Albumin merupakan protein plasma
gugus amino bebas di dalam sampel yang paling banyak dalam tubuh yaitu
(Aditya, L. 2013) sekitar 55-60%. Albumin terdiri dari
Reaksi uji ninhydrin : rantai tunggal polipeptida. Pada
albumin, terdapat 17 ikatan disulfida
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

yang menghubungkan asam – asam basa kuat, asam amino unit


amino yang mengandung sulfur. pembangunnya dibebaskan dari ikatan
Albumin pada manusia dibuat dari kovalen yang menghubungkan molekul-
plasma manusia yang diendapkan molekul ini menjadi rantai. Oleh karena
dengan alkohol. Albumin secara luas itu, dapat dikatakan bahwa penambahan
digunakan untuk penggantian volume asam kuat dan basa kuat menyebabkan
dan mengobati hipoalbuminmia (Uhing, terjadinya hidrolisis protein menjadi
2004; Boldt, 2010) asam amino.
Gelatin merupakan suatu senyawa
protein sederhana hasil hidrosil kolagen Pembentukan Endapan dengan
(komponen tulang dan kulit) yang Garam dari Logam Berat
diperoleh dengan cara hidrolisis asam.
Istilah gelatin berasal dari kata “gelatus” Pengendapan protein penting untuk
yang berarti kuat, kokoh atau dibuat memisahkan protein dari suatu larutan.
beku secara fisik gelatin membeku atau Pengendapan protein dapat dilakukan
dibuat beku. Secara fisik, gelatin dengan penambahan asam, alkali atau
berbentuk padat, kering, tidak berasa juga dengan cara penambahan garam
dan transparan. Gelatin biasa digunakan dari logam berat. Protein bersifat
dalma industry farmas, kosmetika, mengendap dalam asam mineral pekat
fotografi dan makanan dan umumnya seperti asam klorida (HCl), asam sulfat
dimanfaatkan sebagai penjernih (H2SO4), dan asam nitrat (HNO3).
(Imerson, 1992) Sebaliknya, basa tidak dapat
Larutan yang bersifat asam akan mengendapkan protein namun mampu
mendonorkan proton (H+) sedangkan menghidrolisis dan dekomposisi
pada larutan yang bersifat basa akan oksidatif.
mendonorkan OH-. Ion H+ serta ion Penggunaan HgCl2, Zn asetat,
OH- yang ditambahkan akan CuSO4, MgSO4.7H2O dan
mengganggu struktur tersiernya yang (CH3COOH)2 Pb.3H2O menghasilkan
diakibatkan oleh ikatan elektrostatik. reaksi seperti pada tabel 4 terlampir.
Ikatan elektrostatik yang terganggu Terbentuknya endapan pada seluruh
mengakibatkan protein mengalami larutan yang direaksikan dengan
denaturasi dengan ciri terebentuknya albumin menandakan bahwa adanya
endapan/gumpalan. kemampuan protein atau asam amino
Berdasarkan hasil pengujian pada untuk berikatan dengan ion logam di
tabel 3 terlampir terhadap sampel gelatin atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini
dan albumin, Sampel yang mengandung disebabkan karena pada saat pH berada
endapan hanya albumin yang ditambah di atas titik isoelektrik protein atau asam
HCl pekat. Sampel NaOH dan asam amino, maka ia akan bermuatan negatif
sulfat pada albumin menunjukkan sehingga mampu mengikat ion logam
adanya perubahan pada menit ke-15 yang bermuatan positif bahan logam.
sedangkan KOH menjadi kekuningan Sedangkan pada gelatin hanya terbentuk
ketika dipanaskan. Sampel Gelatin yang larutan keruh yaitu pada larutan Zn
diberi NaOH dan asam sulfat terjadi asetat tetes ke-30 dan (CH3COOH)2
perubahan warna menjadi keruh. Pb.3H2O pada tetes ke-15.
Larutan yang digunakan pada praktikum
Denaturasi dan Koagulasi
ini adalah HCl pekat, asam asetat,
NaOH, asam sulfat dan KOH. Asa asetat Denaturasi protein merupakan
tidak bereaksi terhadap penambahan suatu keadaan protein yang mengalami
asam. Hal ini dikarenakan CH3COOH perubahan atau perusakan struktur
atau asam asetat merupakan asam sekunder, tersier dan kuartener.
lemah. Menurut Lehninger (1990), jika Denaturasi dapat disebabkan beberapa
protein dipanaskan dengan asam atau factor seperti pemanasan, suasana asam
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

atau basa yang ekstrim, kation logam endapan tergumpal. Sampel gelatin
berat dan penambahan garam jenuh. ketika dipanaskan tidak menunjukkan
Denaturasi protein terjadi bila susunan adanya endapan yang terbentuk.
ruang atau rantai polipeptida suatu Protein cenderung akan
molekul protein berubah. Jika ikatan – menggumpal pada pH asam, yaitu pada
ikatan yang membentuk konfigurasi pH sekitar 4,5. Sedangkan koagulasi
molekul rusak, maka molekul akan memiliki hubungan dengan suhu bahwa
mengembang (Purnomo, 2007). semakin tinggi suhu maka protein yang
Menurut Winarno (2002), mengendap akan semakin banyak.
denaturasi protein dapat diartikan suatu Tetapi, bila protein yang digumpalkan
perubahan atau modifikasi terhadap akan dibuat menjadi makanan maka
struktur sekunder, tertier dan kuartener suhu tidak boleh terlalu tinggi sebab
molekul protein tanpa terjadinya akan merusak protein tersebut. Protein
pemecahan ikatan-ikatan kovalen. hanya berfungsi aktif biologis pada
Karena itu, denaturasi dapat diartikan daerah pH dan suhu tertentu bergantung
suatu proses terpecahnya ikatan pada jenis protein tersebut.
hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan
garam dan terbukanya lipatan atau wiru Titik Isoelektrik
molekul protein. Proses denaturasi
biasanya disertai dengan terjadinya Protein merupakan senyawa
koagulasi atau penggumpalan pada amfoter yang dapat bereaksi dengan
protein. asam maupun basa. Hal tersebut
Koagulasi merupakan proses dikarenakan adanya molekul yang
lanjutan yang terjadi ketika molekul mempunyai ion positif dan negative.
protein yang didenaturasi membentuk Nilai pH pada saat asam amino tidak
suatu massa yang solid. Cairan (sol) memiliki muatan disebut titik
diubah menjadi padat atau setengah isoelektrik. Ketika titik isoelektrik
padat (gel) dengan proses air yang tercapai, jumah muatan positif dan
keluar dari struktur membentuk spiral- negatif setimbang. Bila pH diatas titik
spiral yang membuka dan melekat satu isoelektrik, protein akan bermuatan
sama lain. negative. Sebaliknya, protein akan
Koagulasi ini terjadi selama rentang bermuatan positif bila pH berada
waktu temperatur yang lama dan dibawah titik isoelektrik (Naga, 2010)
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti Titik isolektrik merupakan pH
panas, pengocokan, pH, dan juga ketika muatan bersih dari molekul dalam
menggunakan gula dan garam. Hasil larutan adalah nol. Asam amino pada pH
dari proses koagulasi protein biasanya ini hampir seluruhnya terdiri dari ion
mampu membentuk karakteristik yang zwitter. Larutan protein atau asam
diinginkan. Yaitu mengental yang amino pada titik isoelektriknya
mungkin terjadi pada proses selanjutnya menunjukkan daya hantar elektrik,
setelah denaturasi dan koagulasi. tekanan osmosis dan viskositas minimun
Kekentalan hasil campuran telur (Pudjaatmaka, 2002).
mempengaruhi keinginan untuk Titik isoelektrik dapat ditentukan
menyusut atau menjadi lebih kuat. berdasar kekeruhan dan endapan karena
(Vickie. 2008) pada titik dekat isoelektrik akan terjadi
Tabel 5 terlampir menunjukkan gaya tolak-menolak elektrostatik yang
hasil sampel albumin yang diberi buffer menyebabkan kelarutan minimum,
asetat dengan pH 3,8; 4,7; 5; 5,3 dan 6 sehingga terjadi kekeruhan. Setiap jenis
sama – sama mengalami penggumpalan protein memiliki titik isoelektrik yang
ketika campuran dipanaskan. Pemanasan berbeda-beda. Pengendapan terjadi
dapat menambah kestabilan dari secara cepat pada saat mencapai titik
endapan yang terbentuk sehingga isoelektrik.
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

Berdasarkan hasil pengamatan pada dalam larutan garam yang pekat seperti
tabel 6 terlampir, tabung 6 mencapai garam dapur, natrium sulfat dan
titik isoelektrik secara jelas karena ammonium sulfat. Protein yang
menunjukkan kekeruhan yang cukup mengendap akan dipisah melalui teknik
pekat. Tabung 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 pada penyaringan dan dimurnikan dengan
menit ke-10 juga tabung 4 dan 7 pada cara dialysis (Tarigan, 1986).
menit ke-20 juga mengalami kekeruhan. larutan sampel yang digunakan
Endapan timbul pada tabung 1, 2, 4 dan dalam praktikum (albumin atau gelatin)
5 menit ke-10 dan tabung 1,2,3,4,5, dan dipanaskan pada suhu ± 400 C dan
6 menit ke-20 dengan endapan terbesar ditambahkan 4 padatan garam yaitu
pada tabung ke-3 menit ke-20. NaOH, NaCl, MgSO4 dan Na2SO4
Protein akan mengalami kekeruhan hingga mencapai titik kejenuhan. Garam
terbesar pada saat mencapai pH yang digunakan merupakan garam netral
isoelektris. pH isoelektris yaitu pH yang tidak mempengaruhi konsentrasi
dimana protein memiliki muatan positif dan jumlah muatan pada tiap ion dalam
dan negatif yang sama, pada saat inilah larutan protein. (NH4)2SO4 bisa diganti
protein mengalami denaturasi yang menggunakan NaCl tanpa iodium.
ditandai kekeruhan meningkat dan Kemudian jika sudah terbentuk
timbulnya gumpalan. (Anna, P., 1994) endapan lalu disaring dengan
titik isoelektrik kasein berada pada pH menggunakan kertas saring. Setelah itu
4,6 dengan kelarutan protein sebesar dilakukan tes filtrat yaitu berupa uji
1,25%. biuret biuret untuk menentukan ikatan
peptida yang masih terbentuk. Uji biuret
Salting Out dilakukan dengan penambahkan 1 ml
NaOH 0,1 N. Kemudian tambahkan
Salting out merupakan suatu CuSO4 1 % 5 tetes. Fungsi dari
peristiwa apabila terdapat zat terlarut penambahan larutan NaOH adalah
yang mempunyai kelarutan lebih besar supaya suspensi protein bersuasana
dibandingkan dengan zat utamanya, alkalis/basa karena prinsip dalam uji
maka akan menyebabkan penurunan biuret ini adalah pembentukan kompleks
kelarutan zat utama atau terbnetuknya Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari
endapan karena ada reaksi kimia. Seperti rantai peptida dalam suasana basa,
pada kelarutan minyak atsiri dalam air sedangkan penambahan CuSO4
yang akan turun apabila ditambahkan dimaksudkan untuk memberi warna
larutan NaCl jenuh ke dalam air (Elly, ungu.
2009) Hasil pengamatan pada tabel 7
Salting out dapat dipakai untuk terlampir tercatat bahwa Albumin yang
memisahkan protein dalam campuran direaksikan dengan garam NaOH, NaCl
dikarenakan setiap jenis protein dan MgSO4 serta Gelatin yang
mempunyai respons yang berbeda pula direaksikan dengan NaCl dan MgSO 4
terhadap konsentrasi garam netral. Suhu menghasilkan reaksi yang positif dimana
pada rentang tertentu mempengaruhi protein dalam larutan mengendap. Dari
kelarutan protein (Wirahadikusumah, kesepuluh sampel yang ada, Albumin
1989). dan gelatin yang ditambahkan NaOH
Protein yang dilakukan uji ada pada suasana basa (lakmus biru)
salting out pada umumnya memiliki karena mengandung NaOH sedangkan
sifat tidak larut dalam larutan garam selebihnya ada pada suasana asam.
yang pekat sehingga akan mengendap Endapan menunjukan bahwa jika protein
atau didesak keluar dari larutan dalam tersebut ditambahkan garam maka
keadaan tidak berubah. Prinsip salting kelarutan protein akan berkurang dan
out tersebut digunakan untuk akibatnya protein akan terpisah sebagai
memisahkan protein dari campuran endapan sehingga membuktikan bahwa
senyawa lain. campuran dilarutkan
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

kelarutan setiap protein berbeda – beda Elly, K. 2009. Pembuatan Konsentrat


(Winarno, 2002). Protein dari Biji Kecipir dengan
Penambahan HCl. Jurnal
KESIMPULAN Penelitian Ilmu – Ilmu Teknik.
9(2) : 115 - 122
Berdasarkan hasil pengamatan
dapat disimpulkan bahwa: pada uji Lehninger. 1982. Dasar-Dasar
biuret, albumin dan gelatin mengandung Biokimia. Jilid 1.Penerbit
lebih dari 1 ikatan peptida. Pada uji Erlangga; Jakarta.
ninhidrin, sampel hanya albumin
mengandung asam amino bebas. Pada Naga, W.S. 2010. Koagulasi Protein dari
uji pembentukan endapan dengan asam Ekstrak Biji Kecipir dengan
dan alkali pada sampel albumin yang Metod Pemanasan. Widya
ditambahkan NaOH, Asam asetat Teknik. 9(1) : 6
glasial, dan HCl mengalami
penggumpalan untuk sampel albumin Page, D.D. 1997. Prinsip – Prinsip
5%, semua sampel gelatin tidak Biokimia. Erlangga, Jakarta
membentuk gumpalan atau endapan. Pudjaatmaka A.H,. 2002. Kamus Kimia.
Pada uji pembentukan endapan dengan Balai Pustaka, Kediri
garam dari logam berat, sampel gelatin
tidak membentuk endapan dengan Poerdjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar
penambahan berbagai jenis garam Biokimia. UI Press, Jakarta
logam. Sementara, pada sampel albumin
Purnomo, H. 2007. Studi tentang
terbentuk endapan. Pada uji salting out,
Stabilitas Protein dan Dendeng
sampel gelatin yang diberi NaOH dan
Selama Penyimpanan. Laporan
Na2SO4 dan tidak mengalami salting out.
penelitian Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Ponis. 1986. Kimia Organik
Adisendjaja, dkk. 2016. Penuntun
Bahan Makanan. Alumni,
Kegiatan Laboratorium
Bandung
Biokimia. Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung. Vaclavik, Vickie. A dan Elizabeth W.
Cristian. 2008. Essential of Food
Aditia L. 2013. Laporan Praktikum
Science Third Edition. Springer
Biokimia Pangan Protein 1 Uji
Science + Business Media : New
Ninhidrin. Program Studi
York
Teknologi Pangan Universitas
Pasundan, Bandung
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Gamedia Pustaka Utama,
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu
Jakarta.
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar


Biokimia. Penerbit UI-Press:
Jakarta.

Boldt, J.2010. Use of albumin: an


update. British journal of
anaesthesia.104(3):276- 84
Nama asisten : Tiara Aray Rahmah
Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : 14 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai