Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KIMIA ANALITIK

FILTRASI DAN KRISTALISASI

Dosen Pengampuh:

Adnan Malaha, S.pd., M. Si

Oleh:

Julinda Husain

NPM : 2320201031

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS


SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GOROTALO

T.A 2021
LEMBAR ASISTENSI

Laporan Kimia Analitik dengan judul “Filrasi dan kristalisasi” disusun oleh :
Nama : Julinda Husain
Kelas :A
Prodi : D-III Analis Kesehatan
No Hari/Tanggal Keterangan Paraf
1

5
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kimia Analitik “Filtrasi dan Kristalisasi” disusun oleh :
Nama : Julinda Husain
Kelas :A
Prodi : D-III Analis Kesehatan
Pada hari ini.............tanggal.......bulan..............tahun 2021 telah di periksa dan
disetujui oleh asisten, maka dengan ini dinyatakan diterima dan dapat mengikuti
percobaan berikutnya.

Gorontalo, Maret 2021

Dosen

Adnan Malaha S.pd., M.Si


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga
dengan nikmatnya itu penulis bisa menyelesaikan Laporan ini yang berjudul
“Filtrasi dan Kristalisasi”.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW,
yang telah menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga kita selalu menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman, Amin.
Laporan ini berisikan tentang pemurnian zat . Saya berharap laporan ini dapat
berguna untuk menambah pemahaman bagi penyusun ataupun pembacanya. Saya
sebagai Penyusun menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir harapan dari saya agar laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Gorontalo, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filtrasi adalah operasi dimana campuran yang heterogen antara fluida dan
partikelpartikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida
tetapi menahan partikelpartikel padatan. Untuk semua proses filtrasi, umpan
mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai
contoh adalah akibat gravitasi atau tenaga putar. Secara umum filtrasi
dilakukan bila jumlah padatan dalam suspensi relatif lebih kecil dibandingkan
zat cairnya. (teguh dan eny,2008:136)
Filtrasi juga memiliki banyak tipe seperti Filter Gravitasi (Gravity Filter),
Filter Pelat dan Bingkai (Plate and Frame), Batch Leaf Filter, dan Filter
Bertekanan (Filter Press). Namun, banyak industri yang lebih memilih untuk
menggunakan sistem filter bertekanan (filter press) untuk proses penyaringan
dan pemurnian bahan. Misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan
kristal-kristal garam dari cairan induknya, pabrik-kertas dan lain-lain. Pada
industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan sederhana
hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan
atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya. Suatu saat justru limbah padatnya yang harus dipisahkan dari
limbah cair sebelum dibuang. (michael,2006:94)
Zat padat tidak dapat dipisahkan dari larutan dengan cara disaring. Zat
padat seperti garam yang terlarut dalam air dapat dipisahkan dari larutannya
dengan cara penguapan dan terjadi kristalisasi. Petani garam mendapatkan
garam dengan cara menguapkan air laut. Proses penguapan terjadi dengan
bantuan sinar matahari. Air yang terkandung dalam air laut akan menguap
sehingga terbentuklah kristal garam.(teguh dan eny,2008:136)
Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sehingga zat pelarutnya
menguap dan meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut
mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pelarutnya. Contohnya
pembuatan garam dari air laut. Dengan cara kristalisasi dapat diperoleh zat
padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih
kecil tidak ikut mengkristal.(michael,2006:94)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang didapatkan dalam praktikum ini yaitu bagaimana
melakukan pemisahan campuran dengan cara filtrasi dan melakukan campuran
pembentukan kristalisasi.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini untuk mempelajari tahapan melakukan
pemisahan campuran dengan cara filtrasi dan campuran dengan pembentukan
kristalisasi.
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu, mahasiswa dapat mengetahui
bagaiamana melakukan pemisahan campuran dengan cara filtrasi dan
melakukan pemisahan campuran dengan pembentukan kristalisasi.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Filtrasi
Filtrasi adalah operasi pemisahan campuran yang heterogen antara fluida
dan partikelpartikel padatan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi
menahan partikel-partikel padatan, dengan cara melewatkan fluida melalui
suatu media penyaring atau septum yang dapat menahan zat padat (Pinalia,
2011).
Didalam campuran zat cair, partikel-partikel padat tersuspensi dapat
berupa partikel yang sangat halus (beberapa pm), partikel tegar (rigid) atau
plastis, berbentuk bulat atau beragam dan partikel agregat atau individual
(diskrit). Filter medium (medium penyaring) adalah bahan padat berpori yang
berfungsi menahan partikel-partikel padatan berukuran lebih besar dan
mcloloskan partikel padat berukuran lebih kecil dari diameter porinya
bersama-sama dengan cairan. Beberapa filter medium yang sering digunakan
antara lain seperti nilon, dacron cloth, kawat baja (steel mesh) gulungan baja
tahan karat berbentuk koil, kain kasa dan lain-lain (Anonim, 2020).
Fluida mengalir melalui media filter karena adanya perbedaan tekanan
pada media tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan perbedaan tekanan yang
digunakan, filter trdiri atas dua macam, yaitu filter yang beroperasi pada
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer di sebelah hulu media filter
yang disebabkan oleh adanya gravitasi atau disebut filtrasi gravitasi, dan yang
beroperasi dengan tekanan atmosfer di sebelah hulu dan vakum di scblah hilir
atau disebut dengan filtrasi system vakum. Pemilihan cara didasarkan pada
kemudahan pelaksanaan, efisiensi waktu proses, dan hasil optimal yang bias
dicapai (Pinalia, 2011).
Filtrasi gravitasi merupakan metode pemisahan yang sederhana,
menggunakan polietilen atau corong kaca dan kertas saring. Kertas saring
memiliki ukuran pori yang kecil hingga besar untuk memperlambat proses
penyaringan yang berlangsung cepat. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan
gaya gavitasi secara alamiah. Sementara filtrasi vakum dilakukan dengan cara
campuran padat-cair dituangkan melalui kertas saring dalam corong Buchner
atau corong Hirsch kemudian padatan akan terperangkap dalam kertas saring,
sementara cairan ditarik olch vakum melalui saluran ke dalam labu (Pinalia,
2011).
Pada metode filtrasi gravitasi, dibagi dalam beberapa teknik antara lain :
a) Filter concs
Filtrasi gravitasi filter cones merupakan filtrasi dengan menggunakan
kertas saring yang dilipat hingga membentuk kerucut. Kertas dilipat dua,
kemudian dilipat lagi hingga membentuk seperempat bagian. Salah satu
ujungnya kemudian disobek untuk memudahkan pemasangan dalam
corong. Kertas saring berbentuk kerucut, dimasukkan dalam corong
dengan batang memanjang. Kemudian corong ditempatkan pada labu
Erlenmeyer (gambar 1.3.1). Campuran senyawa cair-padat yang akan
dipisahkan dituangkan melalui corong (gamber 1.3.2.c). Cairan akan
melewati corong dan turun ke dalam labu Erlenmeyer secara gravitasi,
sedangkan padatan akan tertahan pada kertas saring (gambar 1.3.2.d)
(Pinalia, 2011).
b) Fluted filters
Pada prinsipnya fluted filters cara kerjanya hamper sama dengan filter
cones hanya saja kertas saring yang digunakan merupakan kertas saring
dengan lipatan khusus. (Pinalia, 2011).
c) Filtrasi pipet
Filtrasi dapat dilakukan menggunakan pipet Pasteur, jika volume
pelarut tidak lebih dari 3.0 ml (Pinalia, 2011). Untuk proses filtrasi, pipet
Pasteur disiapkan dengan cara memasukkan sepotong kapas kecil ke
bagian atas pipet Pasteur dan didorong hingga ke bagian awal
penyempitan pipet. Kapas yang digunakan harus cukup untuk
mengumpulkan semua padatan yang disaring. Tetapi jumlah kapas juga
tidak boleh terlalu banyak, schingga laju alir pipet dapat dibatasi secara
signifikan (Pinalia, 2011).
Pipet Pasteur yang telah diberi kapas kemudian dijepit sehingga filtrat
dapat turun ke labu Erlenmeyer. Campuran yang akan disaring ditransfer
ke pipet Pasteur yang lain. Jika volume campuran yang disaring kurgan
dari 1-2 ml, filter dan kapas harus dibilas dengan sejumlah kecil pelarut
setelah filtrate terakhir melewati pipet. Jika diinginkan laju filtrasi dapat
ditingkatkan dengan cara memberikan tekanan yenly menggunakan bulb
pipet (Pinalia, 2011).
Jika campuran cair padat hanya memiliki sejumlah kecil padatan, maka
penyaringan cukup dilakukan dengan filter lip Pipet Pasteur yang telah
diberi kapas kemudian digunakan untuk k menarik campuran yang akan
disaring dengan melewari buld pipet. Saat campuran melewati ujung pipet,
padatan akan tertahan dalam kapas, dan terpisah dari filtratnya Filtrat pipet
disajikan pada gambar 3.4 (Pinalia, 2011).
d) Dekantasi
Filtrasi gravitasi juga dupat dilakukan dengan dekantasi, metode
pemisahan ini sangat hati-hati. Selain itu kemungkinan terikutnya padatan
dalam filtrate yang akan dipisahkan juga sangat besar. Proscs dekuntasi
dilakukan dengan cara: cairan dituangkan dengan hati-hati ke dalam
tabung yang lain dan meninggalkan padatan dalam tabung sebelumnya
(Pinulia, 2011).
e) Filtrasi gravitasi panas
Teknik filtrasi ini merupakan proses filtrasi yang dilakukan pada
kondisi hangat. Filtrasi gravitasi panas diperlukan jika produk yang
diinginkan larut dalam pelarut panas, tetapi presipitat dalam pelarut
dingin. Schingga jika campuran mendingin selama filtrasi berlangsung,
maka produk yang diinginkan akan mengendap dan terjebak pada kertas
saring bersama pengotor (Pinalia, 2011).
Dalam industri, filtrasi ini meliputi beragam operasi mulai dari
penapisan sederhana sampai separasi yang amat rumit. Fluidan yu
mungkin berupa zat cair atau gas, arus yang berharga mungkin fluidanya,
tetapi bisa pula zat padatnya, atau bahkan kedua-duanya. Terkadang tidak
ada diantara keduanya yang berharga, seperti limbah padat yang harus
dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Dalam filtrasi industri,
kandungan zat padat dapat mencapai jumlah yang sangat tinggi (Anonim.
2020).
Terkadang umpan dimodifikasi dengan sesuatu cara perlakuan
pendahuluan untuk meningkatkan laju filtrasi, misalnya dengan
pemanasan, rekristalisasi, atau dengan menambahkan bahan penolong
niltrasi (filter aid) seperti sclulosa, kapur giling, atau tanah diatomca.
Selain dapat membantu melancarkan proses penyaringan atau
meningkatkan laju filtrasi, filter aid juga dapat mempertinggi umur (life
time) medium filter dan menghilangkan zat warna dan bau yang terdapat
dalam cairan (Anonim, 2020).
2.2 Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses terbentuknya fasa padatan kristalin. Kristal
adalah fasa padatan berbentuk tertentu/spesilik dimana permukaannya berupa
kisi-kisi. Bentuk kristal yang spesifik ini disebut dengan kristal habit: contoh
bentuk kubus, prisma, octahedron. rhombic dan lain-lain (Wahub dan La Nafi,
2014).
Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
a) Kristalisasi dari larutan (solution)
Merupakan proses kristalisasi yang umum dijumpai di bidang Teknik
Kimia : pembuatan produk-produk kristal senyawa anorganik maupun
organic seperti urca, gula pasir, sodium glutamat, asam sitrat, garam
dapur, tawas, fero sulfat dll.
b) Kristalisasi dari lelehan (melt)
Dikembangkan khususnya untuk pembuatan silicon single kristal yang
selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan bahan dasar pembutan
chip-chip integrated circuit (IC). Proses Prilling ataupun granulasi sering
dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
c) Kristalisasi dari fasa uap
Adalah proses sublimasi-desublimasi dimana suatu senyawa dalam fasa
uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam industri prosesnya bisa
meliputi beberapa tahapan untuk mendapatkan produk kristal yang murni.
Contohnya pemisahan suatu senyawa dari campurannya melalui tahapan
proscs : padat cair uap → padat kristalin. Contohnya: pemurnian
anthracene, anthraquinon, camphor, thymol Uranium hexafluoride,
zirconium tetrachloride, sulphur (Wahab dan La Nafi, 2014).
Kristalisasi merupakan proses separasi suatu solute dari larutannya
membentuk fasa padatan kristalin, artinya solute dalam larutan akan berpindah
dan menempel ke permukaan kristal induk, sehingga seolah-olah kristal
induknya tumbuh membesar sesuai dengan bentuk habitnya (Wahab dan La
Nafi, 2014).
Proses separasi dengan Kristalisasi mempunyai kelebihan antara lain :
a) Dapat diperoleh kemurnian produk kristal dari solute yang cukup tinggi
hanya dalam satu stage / langkah operasi. Dengan design dan
operasionalisasi kristaliser yang baik, dapat diperoleh kemurnian sampai
lebih dari 99% dengan mudah.
b) Produk akhir berupa padatan kristalin yang mempunyai bentuk habit,
ukuran yang scragam schingga meningkatkan daya tarik, kemudahan
handling, packing dan penjualan ataupun prosesing lanjutannya. (Wahab
dan La Nafi, 2014).
Tetapi proses kristalisasi juga punya kelemahan antara lain :
a) Purifikasi multi komponen (lebih dari satu) dalam suatu larutan tidak bisa
dilakukan dengan satu tahapan operasi.
b) Tidak memungkinkan separasi semua solute dari larutannya dalam satu
tahapan operasi kristalisasi, karena terbentur pada sifat kelarutan solute itu
sendiri.
Karena kristalisasi menyangkut proses pemisahan dan handling 2 macam
fasa: cair dan padatan, maka proses kristalisasi digunakan apabila proses
pemisahan dengan cara lain tidak memungkinkan lagi baik ditinjau dari segi
teknis maupun ckonomis. Contoh proses kristalisasi Icbih feasible dibanding
proses distilasi untuk pemisahan campuran naphthalenc-benzene; pemisahan
ortho, mctha dan para xylenc (Wahab dan La Nafi, 2014).
Kristalisasi merupakan proses pemisahan/separasi solute dari fasa
larutannya membentuk fasa padatan sendiri yang memakai fenomena dasar :
mass transfer dan sebagai driving forcenya adalah beda konsentrasi solute di
dalam larutan dengan di boundary layer permukaan kristal (Wahab dan La
Nafi, 2014).
Suatu larutan yang terdiri dari solute (zat terlarut) dan solvent (zat pelarut)
dapat mempunyai konsentrasi solute yang berbeda-beda, sehingga dikenal:
a) Larutan belum jenuh (unsaturated solution)
larutan ini masih mampu menerima tambahan solute. Schingga bila
larutan ini ditambah zat padat, maka zat padat tersebut masih bisa melarut
sebagian/semuanya.
b) Larutan jenuh = saturasi (saturated solution):
larutan ini pada kondisi stabil = setimbang = cquilibrium, yang artinya
jumlah solute yang terlarut tepat pada batas kemampuan melarutkan dari
solvent. Schingga bila larutan ini ditambah lagi zat padat, tidak lagi bisa
melarutkannya.
c) Larutan lewat jenuh (supersaturated solution):
konsentrasi solute di dalam larutan ini sudah melebihi kelarutannya,
artinya konsentrasi solute dalam larutan tersebut sudah melewati
konsentrasi jenuhnya. (Wahab dan La Nafi, 2014).
Kelarutan suatu zat padat dalam suatu solvent adalah jumlah zat padat
yang bisa melarut dalam suatu solvent (menjadi solute). Kelarutan suatu zat
padat dalam suatu solvent berbeda-beda tergantung pada senyawanya serta
suhu / temperatur solventnya. Schingga dikatakan kelarutan suatu zat padat
dalam suatu solvent tergantung pada suhu. Ada kecenderungan, semakin
tinggi suhu semakin besar pula zat padat yang bisa dilarutkan, schingga
dikatakan kelarutan zat pada dalam solvent merupakan fungsi suhu (Wahab
dan La Nafi. 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Pelaksaan Praktikum
Praktikum kimia analitik mengenai filtrasi dan kristalisasi yang dilakukan
pada hari selasa, 30 maret 2021 pukul 09.00-12.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Kimia Universitas Bina Mandiri Gorontalo
3.2 Alat dan Bahan
Alat: 1. Gelas kimia 100 ml
2. Labu Erlenmeyer 250 ml
3. Cawan penguap / porselen
4. Corong
5. Pembakar spritus
6. Kertas saring
Bahan: 1. Garam dapur 2 gram
2. Serbuk pasir 1 gram
3. Aquadest 5 ml
3.3 Prosedur Kerja
1. Timbang garam sebanyak 2 gram dan pasir sebanyak 1 gram
2. Masukkan air kedalam gelas kimia berukuran 100 ml
3. Campurkan garam, pasir dan air lalu diaduk sampai semua tercampur
4. Kemuadian larutan tersebut difiltrasi
5. Air filtrasinya dijenuhkan
6. Setelah itu Kristal disaring
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperolah pada praktikum ini sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Praktikum
No Uji Perlakuan Hasil
1 Filtrasi Timbang garam sebanyak 2
gram dan pasir sebanyak 1
gram.
Masukkan air kedalam gelas
kimia berukuran 100 ml.
Campurkan garam, pasir dan Garam, pasir dan air
air lalu diaduk sampai semua tercampur.
tercampur.
Kemuadian larutan tersebut Pasir dan filtrate terpisah
difiltrasi.
2 Kristalisasi Air filtrasinya dijenuhkan. Mulai berbentuk Kristal.
Setelah itu Kristal disaring. Terbentuk kristal
4.2 Pembahasan
Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan
dan pemurnian. Adapaun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan
produk Kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas
Kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter yaitu: distribusi
ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian Kristal (Crystal
purity) dan bentuk Kristal. Pada proses Kristal, suatu Kristal dapat diperoleh
dari lelehan (Melt crystallization) atau larutan (Crystallization from solution).
Dari kedua proses ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah
kristalisasi dari suatu larutan (Setyopratomo,2003). Jenis pelarut berperan
penting pada proses kristalisasi karena pelarutan merupakan factor penting
pada proses kristalisasi (Maulin, 2001).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya
dengan cara mengkristalisasi kembali zat tersebut setelah dilarutkan kembali
zat tersebut setelah dilarutkan zat pelarut (solven) yang sesuai atau cocok
(Rostawati, 2013)
Faktor yang mempengaruhin rekristalisasi diantaranya yaitu, laju
pembentukan inti (nukleous), laju pembentukan inti dinyatakan dengan
jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu, jika laju pembentukan inti
tinggi, maka banyak sekali Kristal yang terbentuk, tatapi tak satupun akan
tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
Dan laju pertumbuhan Kristal merupakan factor lain yang mempengaruhi
ukuran Kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju
tinggi Kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan Kristal juga
dipengaruhi detajat lewat jenuh. (Donald, 2002).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah massa garam dapur setelah kristalisasi lebih sedikit dibandingkan
massa garam dapur sebelum di kristalisasi.
2. Warna garam dapur lebih terlihat bersih karena pasir dari campuran garam
kotor tersebut tersaring oleh kertas filter atau penyaring.
3. air garam murni yang dipanaskan, lama-kelamaan akan menjadi endapan
garam Karena air tersebut mengalami penguapan.
4. Perbedaan ukuran dan perbedaan kelarutan zat padat dapat mempengaruhi
terjadinya proses filtrasi.
5.2 Saran
Ketika melakukan praktikum ini, diharapkan untuk serius dalam setiap
metodenya, karena kesalahan yang disebabkan kekurang hati-hatiannya dalam
melaksanakan metode dapat mengakibatkan kekurang akuratan hasil yang
akan didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyarto, Teguh dab Eny Ismawati. 2008. IPA Kimia. Jakata :
Prisma Esta Utama
Purba, Michael. 2006 IPA Kimia. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai