Anda di halaman 1dari 41

Kimia Analitik

Dasar – Dasar Kimia Analitik


Titrasi Pengendapan (Argentometri)

Nita Abelia 22030234080 KC 2022

S1 Kimia/Kimia
PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI PENGENDAPAN (ARGENTOMETRI)

Oleh :

Nita Abelia

22030234080 / KC

PRODI S1 KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


I. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Pengendapan
II. TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 10 Maret 2023
III. WAKTU PERCOBAAN : 07.00 WIB – 09.30 WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan standarisasi larutan
AgNO3 menggunakan larutan baku NaCl
0,01 N
2.Menentukan konsentrasi NaCl
menggunakan larutan AgNO3 yang telah
distandarisasi
V. DASAR TEORI :
Titrasi pengendapan atau argentometri menggunakan prinsip metode
gravimetri. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada
stokiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan
persamaan : aA + pP → AaPp “a” adalah koefisien reaksi setara dari
reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan
pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi
yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukkan beratnya
dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan
reaktan pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai
proses pengendapan yang sempurna (Underwood & Day, 1998). Metode
analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat yaitu
proses isolasi dan penimbangan suatu unsur dalam bentuk yang semurni
mungkin. Pada pemisahan unsur atau senyawa yang terkandung dapat
dicapai dengan beberapa metode, antara lain : (a) pengendapan, (b) metode
penguapan atau pembebasan (gas), (c) metode elektrolisis, dan (d) metode
ekstraksi dan kromatografi. Gravimetri dengan metode pengendapan
perekasi digunakan dalam mengendapkan zat yang dianalisis (Wulandari,
2022) . Syarat-syarat umum dalam gravimetri metode pengendapan adalah
sebagai berikut :
1. Kelarutan zat yang dibuat endapannya itu harus kecil sehingga zat
yang harus dipisahkan mengendap secara kuantitatif.
2. Endapan harus dipisahkan dengan cara penyaringan.
3. Komponen yang diinginkan harus dapat dirubah menjadi senyawa
murni dengan susunan kimia yang tepat.

Titrasi pengendapan adalah Suatu proses titrasi yang menggunakan


garam Argentum Nitrat sebagai larutan standard disebut Proses Titrasi
Argentometri. Dalam titrasi Argentometri, larutan AgNO3 digunakan
untuk menetapkan garam – garam Halogen dan Sianida, karena kedua
jenis garam ini dengan ion Ag+ dari suatu garam standard AgNO3 dapat
membentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks, sesuai
persamaan reaksi sebagai berikut :

NaH + Ag+ → Ag Halogen ↓ + Na+


KCN + Ag+ → AgCN ↓ + K+
KCN + AgCN → K(Ag(CN)2)
(Underwood,1998)
Titrasi pengendapan jarang digunakan karena minimnya indikator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir ekivalen pada titrasi. Setiap rekasi
pengendapan yang beralngsung cepat karena adanya indikator yang
menjadi dasar titrasi tak banyak indikator yang memenuhi syarat dalam
titrasi pengendapan (Rohmah & Rini, 2020).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :
1. Temperatur
Logam anorganik yang meningkat kelarutannya sejalan dengan
peningkatan temperatur merupakan suatu kelebihan dalam proses
pengendapan, Penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas.
Partikel berukuran besar akan diihasilkan sehingga penyaringan
yang akan terjadi lebih cepat membuat kotoran kotoran terurai
lebih jauh. Sehingga temperatur sangat mempengaruhi pendapatan
yang dihasilkan karena pada saat temperatur tinggi dapat tersebut
akan larut sehingga datanya dihasilkan hanya sedikit.
2. Pemilihan larutan
Garam anorganik dapat larut dalam air daripada dalam larutan
organik. Air memiliki momen dipol besar dan ditarik ke kation dan
Anion dalam pembentukan ion hidrat. Semua ion terhidrasi dalam
tingkat larutan air dan energi yang dilepaskan akan membantu gaya
tarik menarik yang cenderung dalam menahan ion dalam kisi padat.
Sebagai contoh campuran nitrat yang Dikeringkan dari kalsium dan
Stronsium nitrat dipisahkan dengan penanganan memakai
campuran alkohol dan eter.
3. Efek ion sekutu
Pentingnya efek yang sekutu dalam memicu pengendapan
yang lengkap dalam analisis kuantitatif telah terlihat dalam
menjalankan pengendapan analisis selalu menambahkan beberapa
kelebihan unsur pengendapan untuk memastikan pengendapan
selesai dalam pencucian endapan juga pengurangan Kelarutan
cukup berarti di mana sebuah Iyan sekutu dapat dipergunakan
dalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan. Iyon yang
digunakan harus berasal dari unsur pengendapan bukan ion yang
dicari untuk itu garam yang dipergunakan dalam air pencuci harus
segera memindahkan kelebihan apapun dengan Folat till lisasi atau
penguapan ketika Andapan sebut di Panasi sampai
berat yang konstan.
4. Efek aktivitas
Ditemukan banyak Andapan menunjukkan peningkatan Kelarutan
dalam larutan yang mengandung ion yang tidak bereaksi secara
kimiawi dengan ion dari endapan efek tersebut dikenal dengan
berbagai nama seperti efek ion aneka, efek garam netral atau efek
aktivitas. Dalam larutan elektrolisa yang lebih ter konsentrasi
koefisien aktivitas menurun secara drastis dikarenakan gaya tarik
yang lebih besar antara iyon yang bermuatan berlawanan. Efektifitas
dari ion dalam menjaga kondisi setimbang akan menurun dan
endapan yang dihasilkan harus diuraikan dalam pengembalian
aktivitas tersebut. Efektivitas tidak menimbulkan permasalahan yang
begitu dalam analisis karena kondisi yang dipilih normal dalam
kehilangan dari Kelantan sangat kecil.

5. Efek pH
Kelarutan sebuah garam tergantung pada pH larutan tersebut
seperti pada oksalat., sulfida, hidroksida karbonat dan fosfat. Ion
hidrogen bergabung dengan anion dari garam untuk membentuk
asam lemah sehingga meningkatkan Kelarutan dari garam tersebut.
6. Efek Hidrolisis
Jika sebuah garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka
akan menghasilkan perubahan konsentrasi H+ karena hal tersebut
menyebabkan kation garam mengalami hidrolisis sehingga akan
menigkatkan kelarutan dalam garam.
Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak digunakan
beberapa indikator yang telah dikembangkan yaitu indikator fajars,
indikator Volhard, dan indikator mohr.
Indikator fajars menggunakan Indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan diatur pada titik ekivalen
dengan memilih indikator dan pH larutan. Cara kerja indikator adsoprsi
ialah indikator ini asam lemah atau basa lemah organik yang dapat
membentuk endapan dengan perak. Penyerapan terjadi pada permukaan
dalam titrasi agar permukaaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak sejelas mungkin maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu
bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titran
(ion Ag+). Titik akhir titrasi ini diketahui berdasarkan tiga macam
perubahan, yaitu (i) Endapan yang semula putih menjadi merah muda
dan endapan kelihatan menggumpal, (ii) Larutan yang semula keruh
menjadi lebih jernih dan (iii) Larutan yang semula kuning hijau hampir –
hampir tidak berwarna lagi.
Indikator mohr menggunakan indikator K2CrO4 yang pada titik akhir
titrasi bereaksi dengan larutan titran membentuk endapan yang berwarna
merah bata.
K2CrO4 + 2AgNO3 → 2KNO3 + Ag2CrO4 ↓ (merah bata)
(Underwood,1998)
Dalam Penggunaan K2CrO4 sebaiknya pH larutan dikoreksi agar
berada pada pH netral atau sedikit alkali. Bila pH rendah ion CrO4 2-
sebagian berubah menjadi Cr2O7 2- oleh karena disosiasi asam yang
melepaskan ion H+ yang mana dapat mengurangi konsentrasi indikator
dan menyebabkan tidak timbul endapan atau terlambat menunjukkan titik
akhir titrasi. Pengganggu dalam penggunaan indikator ini adalah adanya
ion Pb+ dan Ba+ yang mengendapkan ion CrO4 2- menjadi endapan
yang berwarna kuning yang tidak larut oleh ion Ag+ berupa PbCrO4 dan
BaCrO4 yang dapat mengurangi dan menggangu titik akhir titrasi.
Indikator Volhard menggunakan indikator r Fe3+ (Ferri Ammonium
Nitrat). Indikator ini bekerja berdasarkan pembentukan kompleks yang
larut antara Fe3+ dengan ion SCN- membentuk ion kompleks yang
sangat kuat warnanya yaitu merah :
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)
(Underwood,1998)
Pada penetapan kadar Iodida (I-), penambahan indikator Fe3+
dilakukan setelah Iodida diendapkan sebagai AgI, agar tidak dioksidasi
oleh Fe3+ menjadi Iodium.
2Fe3+ +2I- → 2Fe2+ + I2
(Underwood,1998)
Reaksi ini berlangsung karena kesanggupan Fe3+ untuk
mereduksi/menerima elektron dari Iodida, oleh sebab itu pada titrasi
kembali hendaknya I - harus tepat habis diendapkan sebagai AgI.
Metode Mohr pembentukan sebuah endapan titrasi mohr terbatas pada
larutan larutan dengan nilai PH sekitar 6 - 10. Dalam Larutan yang lebih
Alkalin perak oksida akan mengendap sedangkan dalam larutan asam
konsentrasi kromat secara besar besaran menurun karena HCrO 4- hanya
sedikit terionisasi untuk lebih lanjut kromat ada dalam
kesetimbangan dengan dikromat :
2H+ + 2CrO42- ↔ 2HCrO42- ↔ Cr2O72- + H2O
(Underwood,1998)
Penurunan konsentrasi Iyan ke rumah mengharuskan untuk
penambahan sejumlah besar uang perak dalam menghasilkan
pengendapan dari perak, dan akhirnya mengarah pada galat yang besar.
Metode tersebut diaplikasikan dalam Titrasi dari Yun bromida dengan
perak dan juga ion Sianida dalam larutan yang sedikit Alkalin. Efek atau
search sih membuat Titrasi dari ion iodida dan tiosiqbat tidak
memungkinkan. Perak kromat mengendap secara sekilas terurai kembali
secara lambat saat dekat dengan Ekivalen.
Metode Fajars adsorpsi Pada sebuah komponen organik berwarna
pada permukaan sebuah endapan dan dapat menyebabkan pergeseran
elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena tersebut
digunakan untuk mendeteksi akhir dari titrasi pengendapan garam garam
perak. Fluoresein yang biasa disebut dengan HFl. Ketika Flouresein Kita
makan dalam Titrasi Anion FI- tidak terabsorpsi oleh koloid perak klorida
selama ion klorida berlebih. Bagaimana pun juga ketik berlebih imin
dapat tertarik ke permukaan partikel yang bermuatan positif (Hasri,
2020).
VI. ALAT DAN BAHAN
 Alat
1) Buret
2) Klem
3) Labu Erlenmeyer
4) Gelas ukur
5) Batang pengaduk
6) Kaca arloji
7) Labu ukur
8) Statif
9) Timbangan
10) Tabung reaksi
11) Pipet tetes
 Bahan
1) Aquadest
2) larutan AgNO3
3) larutan NaCl
4) Indikator K2CrO4

VII. ALUR PERCOBAAN


A. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan AgNO3
1) Pembuatan larutan AgNO3 ± 0,1 N

AgNO3 (s)

- Ditimbang ± 6,5 gram AgNO3 menggunakan


neraca analitik

- Dipindahakan kedalam gelas piala 500 mL

- Dialrutkan dengan aquades dan diencerkan


hingga 500mL

- Disimpan dalam botol berwarna


Larutan AgNO3
2) Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a
sebagai baku

NaCl p.a(s)

- Ditimbang 1,5 gram NaCl p.a

- Dipindahkan kedalam labu ukur 250 mL

- Dilarutkan dengan aquadest

- diencerkan sampai tanda batas

- Dikocok hingga homogen

Larutan NaCl 0,01 N


Larutan AgNO3
Larutan NaCl 0,01 N
- Dipipet sebanyak 10mL - Dibilas buret dengan
larutan AgNO3
- Dimasukan ke labu
Erlenmeyer 250 mL - Diisi buret dengan AgNO3
sampai melebihi skala nol
- Ditambahkan 10 mL
aquadest - Diturunkan sampai tepat
titik nol
- Ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4
- Dititrasi hingga larutan dalam labu Erlenmeyer membentuk
endapan merah bata

- Dicatat angka buret pada awal dan akhir

- Diulangi sebanyak 3 kali

- Dihitung konsentrasi rata-rata


Endapan merah
bata
Reaksi :
Cl- + Ag+ → AgCl ↓ (Endapan putih)
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 ↓ (Endapan merah)
(Underwood,1998)
B. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan KSCN ± 0,1 N
1) Pembuatan larutan AgNO3 ± 0,1 N

KSCN

- Ditimbang ± 4,99 gram KSCN

- Dilarutkan dengan aquades dan

- Diencerkan hingga 500mL dalam gelas piala

- Disimpan dalam botol yang bersih


Larutan KSCN

2) Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan larutan


standar AgNO3
KSCN AgNO3

- Dibilas buret dengan larutan - Dipipet sebanyak 15 mL


KSCN
- Dimasukan ke labu
- Ditambahkan buret dengan Erlenmeyer 250 mL
KSCN sampai melebihi skala nol

- Dibuka keran perlahan - Ditambahkan larutan HNO3


sebanyak 5 mL
- Diturunkan sampai tepat titik
nol - Ditambahkan 1 mL indikator
ion Fe3+

- Dititrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah

- Dicatat angka buret pada awal dan akhir

- Diulangi sebanyak 3 kali

- Dihitung konsentrasi KSCN

Konsentrasi KSCN

Reaksi :
Ag+ + SCN- → AgSCN ↓ (endapan putih)
SCN- + Fe3+ → FeSCN2+ (merah)
(Underwood,1998)
VIII. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1  Penentuan (standarisasi) larutan -Larutan Tabung 1, 2, -Cl- + Ag+ → AgCl Dari percobaan
AgNO3 dengan larutan NaCl 0,01N AgNO3: tidak dan 3 (Endapan putih) yang telah

NaCl 0,01N Larutan AgNO3 berwarna - 10mL Larut -Ag+ + CrO42- → dilakukan
-Larutan an NaCl 0,01 Ag2CrO4 (Endapan diperoleh
1.Dipipet sebanyak 1.Diisi buret NaCl 0,01N: N + 10 mL merah batu) konsentrasi
10mL dengan larutan
AgNO3 hingga tidak aqudest = AgNO3 sebesar
2.Dimasukkan ke
melebihi skala berwarna tidak ber 0,01 M dan
dalam labu
nol
Erlenmeyer 250 mL -Aquades: warna normalitas
2.Diturunkan tidak - 10mL Larut sebesar 0,01 N
3.Ditambahkan
sampai tepat
10mL air suling berwarna an NaCl 0,01 dengan volume
pada skala nol
4.Ditambahkan 1mL -Indikator N + 10 mL rata rata 10mL
3.Dicatat
indikator K2CrO4
2.Dicatat angka buret awal dan akhir K2CrO4: aqudest + 1
berwarna mL K2CrO4:
3.Dicatat volume AgNO3 yang terpakai
1.Dititrasi sampai larutan dalam labu kuning berwarna
4.Dihitung konsentrasi NaCl
Erlenmeyer menjadi merah bata aquades + kuning
5.Diulang 3 kali
K2CrO4: - 10mL Larut
warna an NaCl 0,01
N + 10 mL
aqudest + 1
mL K2CrO4 +
larutan
AgNO3 =
endapan
merah bata
-Volume
AgNO3 yang
digunakan:
V1: 9,9 mL
V2: 10,1 mL
V3: 10mL

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


Perc Sebelum Sesudah
2  Penentuan konsentrasi NaCl XN -Larutan Tabung 1, 2, -Cl- + Ag+ → AgCl Dari percobaan
dengan larutan AgNO3 AgNO3: tidak dan 3 (Endapan putih) yang telah

NaCl X N Larutan AgNO3 berwarna - 10mL Larut -Ag+ + CrO42- → dilakukan


-Larutan an NaCl 0,01 Ag2CrO4 (Endapan diperoleh
1.Dipipet sebanyak 1.Diisi buret dengan
NaCl X N: N + 10 mL merah batu) konsentrasi NaCl
10mL larutan AgNO3
hingga melebihi tidak aqudest = sebesar 0,01 M
2.Dimasukkan ke
skala no berwarna tidak ber dan normalitas
dalam labu
Erlenmeyer 250 mL 2.Diturunkan sampai -Aquades: warna sebesar 0,01 N
tepat pada skala nol
3.Ditambahkan tidak - 10mL Larut dengan volume
10mL air suling 3.Dicatat
berwarna an NaCl 0,01 rata-rata sebesar
4.Ditambahkan 1mL - Larutan N + 10 mL 10mL
indikator K2CrO4
indikator aqudest + 1
K2CrO4: mL K2CrO4:
1.Dititrasi sampai larutan dalam labu warna kuning berwarna
Erlenmeyer menjadi merah bata
-Larutan kuning
4.Dihitung konsentrasi
2.Dicatat angka NaCldan akhir
buret awal
NaCl
5.Diulang 3 kali AgNO3 yang terpakai
3.Dicatat volume
+Indikator
6.Dihitung konsentrasi rata-rata
K2CrO4: - 10mL Larut
Hasil warna kuning an NaCl 0,01
N + 10 mL
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum hari Senin, 10 April 2023 pukul 07.00 WIB sampai
09.30 WIB telah dilakukan praktikum yang berjudul “Titrasi Pengendapan
(Argentometri)” yang meiliki tujuan untuk menentukan standarisasi
larutan AgNO3 menggunakan karutan NaCl 0,01 N dan menentukan
konsentrasi larutan larutan NaCl X N menggunakan larutan AgNO 3 yang
telah distandarisasi. Standarisasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memvalidasi konsentrasi larutan baku yang telah diketahui
konsentrasinya dengan cara titrasi. Sedangkan titrasi merupakan metode
yang digunakan untuk standarisasi. Titrasi merupakan bagian dari
standarisasi, dimana ketika melakukan standarisasi pasti akan melakukan
titrasi sebaliknya jika melakukan titrasi belum tentu melakukan
standarisasi.
Titrasi argentometri adalah metode analisis kuantitatis yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi yang didasarkan pada perubahan volume
titran (AgNO3) hingga teramatinya titik akhir berupa terbentuknya endapan
merah bata. Pada praktikum tersebut larutan standar primernya adalah
larutan NaCl 0,01N, larutan standar sekundernya adalah larutan AgNO3,
dan larutan standar tersiernya adalah larutan NaCl X N. Larutan standar
primer merupakan larutan yang konsentrasinya dapat diketahui. Larutan
dapat dikatakan sebagai larutan standar primer jika memenuhi syarat-
syarat berikut:
1. Tersedia dalam bentuk murni atau dalam suatu tingkat kemurnian
yang tinggi. Kemurnian tinggi yaitu dalam suatu larutan tidak
terdapat zat asing lain maupun pengotor. Jika terdapat pengotor,
total pengotor tersebut tidak boleh melebihi 0,01% sampai 0,02%. i
bahan kimia yang terdiri dari satu jenis senyawa atau unsur saja
dan tidak tercampur dengan zat lain, serta memiliki kemurnian
yang sangat tinggi. Kemurnian tinggi dalam konteks merujuk pada
tingkat kebersihan atau kemurnian bahan kimia tersebut, yang
diukur dengan persentase jumlah bahan kimia murni terhadap
jumlah total bahan kimia dalam sampel. Dalam wujud zat padatan
atau serbuk yang mampu diketahui tingkat pengotornya. Standar
kemurnian untuk bahan kimia berbeda-beda tergantung pada
kebutuhan dan jenis bahan kimia tersebut. Standar umumnya
mencakup standar reagen kimia (SR) atau standar analisis (SA),
yang menunjukkan bahwa bahan tersebut telah diuji dan terbukti
memiliki kemurnian yang tinggi.
2. Harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis sehingga
tidak banyak menyerap air selama penimbangan. Maksudnya Jika
air ikut tertimbang maka akan mempengaruhi massa yang
diinginkan karena terjadi akumulasi NaCl dan air.
3. Standar primer mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar
dapat meminimalisasi konsekuensi galat pada saat penimbangan.
Berat ekivalen yaitu berat yang diperlukan dalam gram untuk
bereaksi dengan 1 mol H+.
Berat ekivalen merupakan berat yang dudapatkan dari massa realtif
molekul dibagi dengan valensi. Berat ekivalen yang besar akan
meminimalisasi konsekuensi galat (perbedaan numerik anatar nilai yang
dihutng dan dilihat. Ketika penimbangan BE besar lebih mudah karena
taraf kesalahan penimbangan dalam membentuk mol lebih kecil. Ketika
pada BM kecil penimbangan yang belebih akan mempengaruhi mol.
Sedangkan pada BE besar berpengaruh tetapi tidak signifikan. Pada
praktikum ini terdaapt 2 percobaan yaitu :
1. Percobaan 1 : menentukan standarisasi larutan AgNO 3 dengan
larutan baku NaCl 0,01 N
Pada praktikum tersebut digunakan larutan standar baku AgNO 3
yang sudah diketahui konsentrasinya. Pada praktikum ini mula-mula
diambil larutan AgNO3 menggunakan gelas beker yang akan digunakan
untuk membilas buret. Buret yang digunakan dalam dalam titrasi ini
adalah buret berwarna gelap atau coklat dengan tujuan melindungi
laturan AgNO3 dari cahaya karena dapat mempengaruhi stabilitas
karena terurainya Ag dan NO3-. Cahaya juga dapat merusak AgNO3
karena adanya reaksi fotokimia. Cahaya memneyebabkan ion akan Ag +
kehilangan electron dan menghasilkan partikel Ag yang tidak larut dan
endapan NO3- yang terionisasi. Ion Ag+ bersifat oksidator kuat sehingga
ketika terkena cahaya maka elektron tersebut akan terlepas dan diambil
oleh NO3- akan menajdi AgNO2- . Maka dari itu, muatan negative pada
NO3- akan lebih terdelokalisasi pada ketiga atom oksigen sehingga
menyebabkan lebih terstruktur dan stabil dan tidak mempengaruhi
konsentrasi. Penggunaan AgNO3 untuk pembilasan buret bertujuan
untuk membersihkan endapan yang mungkin terbentuk pada permukaan
dalam buret dan dapat meninggalkan residu perak nitrat pada
permukaan dalam buret. Oleh karena itu, setelah menggunakan larutan
AgNO3 untuk membilas buret, buret harus dicuci dengan air steril atau
air murni sebanyak beberapa kali untuk menghilangkan residu larutan
AgNO3 dan memastikan bahwa tidak ada sisa larutan yang dapat
mempengaruhi hasil titrasi. Kemudian dimasukan larutan AgNO3
kedalam buret hingga melebihi batas miniskus. Batas miniskus adalah
merupakan cekungan yang menandakan titik terendah dari permukaan
cairan pada sebuah alat ukur seperti buret, hal tersebut terjadi karena
adanya gaya kohesi yang menyebabkan permukaan cairan menlengkung
atau bagian bawah permukaan membentuk cekungan atau miniskus.
Kemudian keran dibuka perlahan hingga larutan tepat pada batas
miniskus nol. Dibaca dan dicatat angkanya.
Perlakukan terhadap NaCl 0,01 N dipipet sebanyak 10mL
menggunakan pipet seukuran. Larutan NaCl 0,01 N berperan sebagai
larutan baku primer yang telah diketahui konsentrasinya. Kemudian
dimasukan kedalam labu Erlenmeyer 250mL dan ditambahkan aquadest
10 mL menggunakan gelas ukur menghasilkan larutan tidak berwarna.
Penambahan aquadest akan mempengaruhi konsentrasi dan tidak
berpengaruh terhadap mol ekivalen. Karena dari hal tersebut akan
menentukan mol ekivalen yang akan digunakan untuk menentukan
molaritas. Kemudian diambil 1 mL larutan indikator K2CrO4
menggunakan gelas ukur dan dimasukan 1 mL larutan indikator K2CrO4
berwarna kuning kedalam labu Erlenmeyer. Penambahan indikator
K2CrO4 bertujuan untuk menidentifikasi titik akhir titrasi yang akan
menghasilkan endapan merah bata. Mekanisme kerja indkator K2CrO4
berdasarkan perubahan warna yang terjadi saat senyawa tersebut
bereaksi dengan ion Ag+ dalam larutan AgNO 3. Sebelum ditambahkan
sebagai indikator K2CrO4 berwarna kuning karena terdapat ion
dikromat( Cr2O72) kemdian ketika dititrasi dengan AgNO3 ion Ag+
mulai bereaksi dengan ion Cl- atau ion lain yang hadir dalam sampel,
ion Ag+ akan berubah menjadi ion kompleks AgCl atau AgX, dan
konsentrasi ion Ag+ dalam larutan akan mulai berkurang. konsentrasi
ion Ag+ dalam larutan AgNO3 menjadi sangat rendah, ion Ag+ akan
mulai bereaksi dengan ion dikromat (Cr2O72-) dalam indikator K2CrO4
untuk membentuk senyawa Ag2CrO4 yang menunjukan perubahan
endapan merah bata. Dapat digunakan indikator lain seperti Potassium
Bromide (KBr), Potassium Iodida (KI), Potassium Chloride (KCl).
Selanjutnya larutan standar primer NaCl 0,01 N dititrasi dengan
larutan AgNO3 dan dihentikan ketika terjadi perubahan berupa
terbentuknya endapan merah bata. Ketika sudah terjadi perubahan
warna maka dibaca dan dicatat volume AgNO3 yang telah dipakai.
Percobaan ini diulangi sebanyak 3 kali, pengulangan yang dilakukan
sebanyak 3 kali disebut “triplo”. Sehingga percobaan ini didapat
banyaknya volume AgNO3 yang digunakan yaitu, volume AgNO3 pada
labu erlenmeyer 1 sebanyak 9,9 mL dengan adanya endapan merah
bata, volume AgNO3 pada labu erlenmeyer 2 sebanyak 10 mL dengan
adanya endapan merah bata, dan volume AgNO3 pada labu erlenmeyer
3 sebanyak 10,1 mL dengan adanya edapan merah bata. Setelah volume
AgNO3 dicatat, kemudian dihitung rata-rata volume dan didapatkan
sebesar 10 mL yang digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari
larutan AgNO3. Nilai konsentrasi larutan AgNO3 yang diperoleh yaitu
sebesar 0,01 M dan 0,1 N . Reaksi yang terjadi pada percobaan ini
yaitu:
Cl- + Ag+ → AgCl ↓ (Endapan putih)
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 ↓ (Endapan merah batu)
AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3
2. Percobaan 2 : menentukan konsentrasi larutan NaCl X N dengan
larutan AgNO3 yang telah distandarisasi
Dalam menentukan konsentrasi larutan NaCl X N digunakan
larutan AgNO3 yang telah distandarisasi sebelumnya. Pada praktikum
ini mula-mula diambil larutan AgNO3 menggunakan gelas beker yang
akan digunakan untuk membilas buret. Buret yang digunakan dalam
dalam titrasi ini adalah buret berwarna gelap atau coklat dengan tujuan
melindungi laturan AgNO3 dari cahaya karena dapat mempengaruhi
stabilitas karena terurainya Ag dan NO3-. Cahaya juga dapat merusak
AgNO3 karena adanya reaksi fotokimia. Cahaya menyebabkan ion akan
Ag+ kehilangan electron dan menghasilkan partikel Ag yang tidak larut
dan endapan NO3- yang terionisasi. Ion Ag+ bersifat oksidator kuat
sehingga ketika terkena cahaya maka elektron tersebut akan terlepas
dan diambil oleh NO3- akan menajdi AgNO2- . Maka dari itu, muatan
negatife pada NO3- akan lebih terdelokalisasi pada ketiga atom oksigen
sehingga menyebabkan lebih terstruktur dan stabil dan tidak
mempengaruhi konsentrasi. Penggunaan AgNO3 untuk pembilasan
buret bertujuan untuk membersihkan endapan yang mungkin terbentuk
pada permukaan dalam buret dan dapat meninggalkan residu perak
nitrat pada permukaan dalam buret. Oleh karena itu, setelah
menggunakan larutan AgNO3 untuk membilas buret, buret harus dicuci
dengan air steril atau air murni sebanyak beberapa kali untuk
menghilangkan residu larutan AgNO3 dan memastikan bahwa tidak ada
sisa larutan yang dapat mempengaruhi hasil titrasi. Kemudian
dimasukan larutan AgNO3 kedalam buret hingga melebihi batas
miniskus. Batas miniskus adalah merupakan cekungan yang
menandakan titik terendah dari permukaan cairan pada sebuah alat ukur
seperti buret, hal tersebut terjadi karena adanya gaya kohesi yang
menyebabkan permukaan cairan menlengkung atau bagian bawah
permukaan membentuk cekungan atau miniskus. Kemudian keran
dibuka perlahan hingga larutan tepat pada batas miniskus nol. Dibaca
dan dicatat angkanya.
Perlakukan terhadap NaCl X N dipipet sebanyak 10mL
menggunakan pipet seukuran. Kemudian dimasukan kedalam labu
Erlenmeyer 250mL dan ditambahkan aquadest 10 mL menggunakan
gelas ukur menghasilkan larutan tidak berwarna. Penambahan aquadest
akan mempengaruhi konsentrasi dan tidak berpengaruh terhadap mol
ekivalen. Karena dari hal tersebut akan menentukan mol ekivalen yang
akan digunakan untuk menentukan molaritas. Kemudian diambil 1 mL
larutan indikator K2CrO4 menggunakan gelas ukur dan dimasukan 1 mL
larutan indikator K2CrO4 berwarna kuning kedalam labu Erlenmeyer.
Penambahan indikator K2CrO4 bertujuan untuk menidentifikasi titik
akhir titrasi yang akan menghasilkan endapan merah bata. Mekanisme
kerja indkator K2CrO4 berdasarkan perubahan warna yang terjadi saat
senyawa tersebut bereaksi dengan ion Ag+ dalam larutan AgNO3.
Sebelum ditambahkan sebagai indikator K2CrO4 berwarna kuning
karena terdapat ion dikromat (Cr2O72) kemdian ketika dititrasi dengan
AgNO3 ion Ag+ mulai bereaksi dengan ion Cl- atau ion lain yang hadir
dalam sampel, ion Ag+ akan berubah menjadi ion kompleks AgCl atau
AgX, dan konsentrasi ion Ag+ dalam larutan akan mulai berkurang.
konsentrasi ion Ag+ dalam larutan AgNO3 menjadi sangat rendah, ion
Ag+ akan mulai bereaksi dengan ion dikromat (Cr2O72-) dalam indikator
K2CrO4 untuk membentuk senyawa Ag2CrO4 yang menunjukan
perubahan endapan merah bata. Dapat digunakan indikator lain seperti
Potassium Bromide (KBr), Potassium Iodida (KI), Potassium Chloride
(KCl).
Selanjutnya larutan NaCl X N dititrasi dengan larutan AgNO3 dan
dihentikan ketika terjadi perubahan berupa terbentuknya endapan merah
bata. Ketika sudah terjadi perubahan warna maka dibaca dan dicatat
volume AgNO3 yang telah dipakai. Percobaan ini diulangi sebanyak 3
kali, pengulangan yang dilakukan sebanyak 3 kali disebut “triplo”.
Sehingga percobaan ini didapat banyaknya volume AgNO 3 yang
digunakan yaitu, volume AgNO3 pada labu erlenmeyer 1 sebanyak 9,9
mL dengan adanya endapan merah bata, volume AgNO 3 pada labu
erlenmeyer 2 sebanyak 10 mL dengan adanya endapan merah bata, dan
volume AgNO3 pada labu erlenmeyer 3 sebanyak 10,2 mL dengan
adanya edapan merah bata. Setelah volume AgNO3 dicatat, kemudian
dihitung rata-rata volume dan didapatkan sebesar 10 mL yang
digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari larutan AgNO 3.
Nilai konsentrasi larutan AgNO3 yang diperoleh yaitu sebesar 0,01 M
dan 0,1 N . Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:
Cl- + Ag+ → AgCl ↓ (Endapan putih)
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 ↓ (Endapan merah batu)
AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3
X. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan pertama standarisasi larutan AgNO 3 menggunakan
larutan baku primer NaCl 0,01 N dengan menggunakan larutan
indikator K2CrO4 didapatkan volume tabung 1 sebesar 9,9 mL, tabung
2 sebesar 10 mL dan tabung 3 sebesar 10,1 mL lalu dirata-rata
menghasilkan volume rata-rata sebesar 10 mL sehingga didapatkan
konsentrsasi AgNO3 sebesar 0,01 M dan Normalitas AgNO3 sebesar
0,01 N dan terjadi perubahan dari larutan berwarna kuning menjadi
endapan merah bata sebagai tanda titik akhir ekivalen.
2. Pada percobaan pertama standarisasi larutan AgNO 3 menggunakan
larutan baku primer NaCl 0,01 N dengan menggunakan larutan
indikator K2CrO4 didapatkan volume tabung 1 sebesar 9,9 mL, tabung
2 sebesar 10 mL dan tabung 3 sebesar 10,1 mL lalu dirata-rata
menghasilkan volume rata-rata sebesar 10 mL sehingga didapatkan
konsentrsasi AgNO3 sebesar 0,01 M dan Normalitas AgNO3 sebesar
0,01 N dan terjadi perubahan dari larutan berwarna kuning menjadi
endapan merah bata sebagai tanda titik akhir ekivalen.
XI. SARAN
Dalam pelaksanaan praktikum diharapkan setiap mahasiswa memahami
dengan lebih teliti prosedur percobaan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan prosedur percobaan dan mengakibatkan tidak ditemukan hasil
yang akurat dalam penentuan konsentrasi baik NaOH maupun HCl ketika
proses mereaksikan titer dan titran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hasri. (2020). Kimia Analitik 1. Makassar: Erlangga.


Rohmah, J., & Rini, C. (2020). Buku Ajar Kimia Analisis. (G. Hanum, Ed.)
Sidoarjo: UMSIDA Press.
Underwood, A., & Day, R. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Wulandari, M. (2022). Analisa Saponin dalam Ekstrak Etanol Daun Sambung
Nyawa (Gynura procumbens(Lour)Merr) dengan Metode Gravimetri. 15-
17.
XII. LAMPIRAN
a. Jawaban pertanyaan
Soal
1. Buatlah Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk
titrasi antara 50 ml 0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 ml
larutan tersebut jika direaksikan dengan 25ml.0,2 M larutan AgNO3
tepat bereaksi habis dengan larutan KSCN 28ml.0,1 M
Jawaban
1. Awal titrasi
[Cl-] = 0,1 M
pCl = 1,00
 Kemudian Setelah penambahan 10,00 ml AgNO3

Mmol Ag+ + Cl- → AgCl(s)

m 1,00 5,00 -

r 1,00 1,00 -

s - 4,00 -

4,00 mmol
[Cl-] = =0,067 M
60,0 ml
pCl = 1,17
 Kemudian setelah penambahan 20,00 ml AgNO3

Mmol Ag+ + Cl- → AgCl(s)

m 2,00 5,00 -

r 2,00 2,00 -

s - 3,00 -
3,00 mmol −2
[Cl-] = =4,2 ×10 M
70,0 ml
pCl = 1,37
 Kemudian setelah penambahan 30,00 ml AgNO3

Mmol Ag+ + Cl- → AgCl(s)

m 3,00 5,00 -

r 3,00 3,00 -

s - 2,00 -

2,00 mmol
[Cl-] = =0,025 M
80,0 ml
pCl = 1,60

 Kemudian setelah penambahan 40,00 ml AgNO3

Mmol Ag+ + Cl- → AgCl(s)

m 5,00 5,00 -

r 5,00 5,00 -

s - - -

[Ag+][Cl-] = Ksp → [Ag+] = [Br-]


[Cl-]2 = 1,0 x 10-10 M
[Cl-] = 1,0 x 10-5 M
pCl = 5,00
 Kemudian setelah penambahan 50,00 ml AgNO3

Mmol Ag+ + Cl- → AgCl(s)

m 6,00 5,00 -
r 5,00 2,00 -

s 1,00 - -

1,00 mmol −3
[Cl-] = =9,1× 10 M
110 ml
pAg = 2,04
pCl = 7,96

Kurva titrasi antara Volume AgNO3


dengan pCl
10
7.96
8
6 5
pCl

4
1.17 1.37 1.6
21
0
0 10 20 30 40 50 60

V AgNO3

2. mmol AgNO3 = mmol NaCl + mmol KSCN


25 ml . 0,2 M = mmol NaCl + 28 ml . 0,1 M
5 mmol = mmol NaCl + 2,8 mmol
mmol NaCl = 2,2 mmol
[NaCl] = 2,2 / 25
= 0.088 M
b. Perhitungan
c. Gambar Rangkaian Alat
d. Dokumentasi
1. Penentuan standarisasi larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl 0,01
N sebagai baku

No Gambar Keterangan
1. Dituangkan larutan AgNO3 pada
gelas beker

2. Ditambahkan larutan AgNO3


kedalam buret

3. Dibuka perlahan kran dan


diturunkan larutan hingga titik nol

4. Dibaca dan dicatat angka pada


buret
5. Dipipet sebanyak 10 mL larutan
NaCl 0,01 N dengan pipet seukuran

6. Dimasukan kedalam labu


Erlenmeyer 250 mL menghasilkan
larutan tidak berwarna

7. Diambil 10 mL aquadest dengan


gelas ukur

8. Ditambahkan aquadest 10 mL
aquadest kedalam labu Erlenmeyer
menghasilkan larutan tidak
berwarna
9. Ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 menghasilkan larutan
berwarna kuning

10. Dititrasi menggunakan larutan


AgNO3 dan dihentikan jika
terbentuk endapan merah bata

11. Dibaca dan dicatat angkat pada


buret

12. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dan


dihitung konsentrasi AgNO3
13. Menghasilkan endapan merah bata

2. Penentuan konsentrasi NaCl X N dengan larutan AgNO3 yang sudah


distandarisasi

No Gambar Keterangan
1. Dituangkan larutan AgNO3 pada
gelas beker

2. Ditambahkan larutan AgNO3


kedalam buret
3. Dibuka perlahan kran dan
diturunkan larutan hingga titik nol

4. Dibaca dan dicatat angka pada


buret

5. Dipipet sebanyak 10 mL larutan


NaCl 0,01 N dengan pipet seukuran

6. Dimasukan kedalam labu


Erlenmeyer 250 mL menghasilkan
larutan tidak berwarna
7. Diambil 10 mL aquadest dengan
gelas ukur

8. Ditambahkan aquadest 10 mL
aquadest kedalam labu Erlenmeyer
menghasilkan larutan tidak
berwarna

9. Ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 menghasilkan larutan
berwarna kuning

10. Dititrasi menggunakan larutan


AgNO3 dan dihentikan jika
terbentuk endapan merah bata
11. Dibaca dan dicatat angkat pada
buret

12. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dan


dihitung konsentrasi NaCl

13. Menghasilkan endapan merah bata


e. Alur
f. Lapsem acc

Anda mungkin juga menyukai