S1 Kimia/Kimia
PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK
Oleh :
Nita Abelia
22030234080 / KC
PRODI S1 KIMIA
JURUSAN KIMIA
5. Efek pH
Kelarutan sebuah garam tergantung pada pH larutan tersebut
seperti pada oksalat., sulfida, hidroksida karbonat dan fosfat. Ion
hidrogen bergabung dengan anion dari garam untuk membentuk
asam lemah sehingga meningkatkan Kelarutan dari garam tersebut.
6. Efek Hidrolisis
Jika sebuah garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka
akan menghasilkan perubahan konsentrasi H+ karena hal tersebut
menyebabkan kation garam mengalami hidrolisis sehingga akan
menigkatkan kelarutan dalam garam.
Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak digunakan
beberapa indikator yang telah dikembangkan yaitu indikator fajars,
indikator Volhard, dan indikator mohr.
Indikator fajars menggunakan Indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan diatur pada titik ekivalen
dengan memilih indikator dan pH larutan. Cara kerja indikator adsoprsi
ialah indikator ini asam lemah atau basa lemah organik yang dapat
membentuk endapan dengan perak. Penyerapan terjadi pada permukaan
dalam titrasi agar permukaaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak sejelas mungkin maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu
bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titran
(ion Ag+). Titik akhir titrasi ini diketahui berdasarkan tiga macam
perubahan, yaitu (i) Endapan yang semula putih menjadi merah muda
dan endapan kelihatan menggumpal, (ii) Larutan yang semula keruh
menjadi lebih jernih dan (iii) Larutan yang semula kuning hijau hampir –
hampir tidak berwarna lagi.
Indikator mohr menggunakan indikator K2CrO4 yang pada titik akhir
titrasi bereaksi dengan larutan titran membentuk endapan yang berwarna
merah bata.
K2CrO4 + 2AgNO3 → 2KNO3 + Ag2CrO4 ↓ (merah bata)
(Underwood,1998)
Dalam Penggunaan K2CrO4 sebaiknya pH larutan dikoreksi agar
berada pada pH netral atau sedikit alkali. Bila pH rendah ion CrO4 2-
sebagian berubah menjadi Cr2O7 2- oleh karena disosiasi asam yang
melepaskan ion H+ yang mana dapat mengurangi konsentrasi indikator
dan menyebabkan tidak timbul endapan atau terlambat menunjukkan titik
akhir titrasi. Pengganggu dalam penggunaan indikator ini adalah adanya
ion Pb+ dan Ba+ yang mengendapkan ion CrO4 2- menjadi endapan
yang berwarna kuning yang tidak larut oleh ion Ag+ berupa PbCrO4 dan
BaCrO4 yang dapat mengurangi dan menggangu titik akhir titrasi.
Indikator Volhard menggunakan indikator r Fe3+ (Ferri Ammonium
Nitrat). Indikator ini bekerja berdasarkan pembentukan kompleks yang
larut antara Fe3+ dengan ion SCN- membentuk ion kompleks yang
sangat kuat warnanya yaitu merah :
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)
(Underwood,1998)
Pada penetapan kadar Iodida (I-), penambahan indikator Fe3+
dilakukan setelah Iodida diendapkan sebagai AgI, agar tidak dioksidasi
oleh Fe3+ menjadi Iodium.
2Fe3+ +2I- → 2Fe2+ + I2
(Underwood,1998)
Reaksi ini berlangsung karena kesanggupan Fe3+ untuk
mereduksi/menerima elektron dari Iodida, oleh sebab itu pada titrasi
kembali hendaknya I - harus tepat habis diendapkan sebagai AgI.
Metode Mohr pembentukan sebuah endapan titrasi mohr terbatas pada
larutan larutan dengan nilai PH sekitar 6 - 10. Dalam Larutan yang lebih
Alkalin perak oksida akan mengendap sedangkan dalam larutan asam
konsentrasi kromat secara besar besaran menurun karena HCrO 4- hanya
sedikit terionisasi untuk lebih lanjut kromat ada dalam
kesetimbangan dengan dikromat :
2H+ + 2CrO42- ↔ 2HCrO42- ↔ Cr2O72- + H2O
(Underwood,1998)
Penurunan konsentrasi Iyan ke rumah mengharuskan untuk
penambahan sejumlah besar uang perak dalam menghasilkan
pengendapan dari perak, dan akhirnya mengarah pada galat yang besar.
Metode tersebut diaplikasikan dalam Titrasi dari Yun bromida dengan
perak dan juga ion Sianida dalam larutan yang sedikit Alkalin. Efek atau
search sih membuat Titrasi dari ion iodida dan tiosiqbat tidak
memungkinkan. Perak kromat mengendap secara sekilas terurai kembali
secara lambat saat dekat dengan Ekivalen.
Metode Fajars adsorpsi Pada sebuah komponen organik berwarna
pada permukaan sebuah endapan dan dapat menyebabkan pergeseran
elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena tersebut
digunakan untuk mendeteksi akhir dari titrasi pengendapan garam garam
perak. Fluoresein yang biasa disebut dengan HFl. Ketika Flouresein Kita
makan dalam Titrasi Anion FI- tidak terabsorpsi oleh koloid perak klorida
selama ion klorida berlebih. Bagaimana pun juga ketik berlebih imin
dapat tertarik ke permukaan partikel yang bermuatan positif (Hasri,
2020).
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat
1) Buret
2) Klem
3) Labu Erlenmeyer
4) Gelas ukur
5) Batang pengaduk
6) Kaca arloji
7) Labu ukur
8) Statif
9) Timbangan
10) Tabung reaksi
11) Pipet tetes
Bahan
1) Aquadest
2) larutan AgNO3
3) larutan NaCl
4) Indikator K2CrO4
AgNO3 (s)
NaCl p.a(s)
KSCN
Konsentrasi KSCN
Reaksi :
Ag+ + SCN- → AgSCN ↓ (endapan putih)
SCN- + Fe3+ → FeSCN2+ (merah)
(Underwood,1998)
VIII. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1 Penentuan (standarisasi) larutan -Larutan Tabung 1, 2, -Cl- + Ag+ → AgCl Dari percobaan
AgNO3 dengan larutan NaCl 0,01N AgNO3: tidak dan 3 (Endapan putih) yang telah
NaCl 0,01N Larutan AgNO3 berwarna - 10mL Larut -Ag+ + CrO42- → dilakukan
-Larutan an NaCl 0,01 Ag2CrO4 (Endapan diperoleh
1.Dipipet sebanyak 1.Diisi buret NaCl 0,01N: N + 10 mL merah batu) konsentrasi
10mL dengan larutan
AgNO3 hingga tidak aqudest = AgNO3 sebesar
2.Dimasukkan ke
melebihi skala berwarna tidak ber 0,01 M dan
dalam labu
nol
Erlenmeyer 250 mL -Aquades: warna normalitas
2.Diturunkan tidak - 10mL Larut sebesar 0,01 N
3.Ditambahkan
sampai tepat
10mL air suling berwarna an NaCl 0,01 dengan volume
pada skala nol
4.Ditambahkan 1mL -Indikator N + 10 mL rata rata 10mL
3.Dicatat
indikator K2CrO4
2.Dicatat angka buret awal dan akhir K2CrO4: aqudest + 1
berwarna mL K2CrO4:
3.Dicatat volume AgNO3 yang terpakai
1.Dititrasi sampai larutan dalam labu kuning berwarna
4.Dihitung konsentrasi NaCl
Erlenmeyer menjadi merah bata aquades + kuning
5.Diulang 3 kali
K2CrO4: - 10mL Larut
warna an NaCl 0,01
N + 10 mL
aqudest + 1
mL K2CrO4 +
larutan
AgNO3 =
endapan
merah bata
-Volume
AgNO3 yang
digunakan:
V1: 9,9 mL
V2: 10,1 mL
V3: 10mL
m 1,00 5,00 -
r 1,00 1,00 -
s - 4,00 -
4,00 mmol
[Cl-] = =0,067 M
60,0 ml
pCl = 1,17
Kemudian setelah penambahan 20,00 ml AgNO3
m 2,00 5,00 -
r 2,00 2,00 -
s - 3,00 -
3,00 mmol −2
[Cl-] = =4,2 ×10 M
70,0 ml
pCl = 1,37
Kemudian setelah penambahan 30,00 ml AgNO3
m 3,00 5,00 -
r 3,00 3,00 -
s - 2,00 -
2,00 mmol
[Cl-] = =0,025 M
80,0 ml
pCl = 1,60
m 5,00 5,00 -
r 5,00 5,00 -
s - - -
m 6,00 5,00 -
r 5,00 2,00 -
s 1,00 - -
1,00 mmol −3
[Cl-] = =9,1× 10 M
110 ml
pAg = 2,04
pCl = 7,96
4
1.17 1.37 1.6
21
0
0 10 20 30 40 50 60
V AgNO3
No Gambar Keterangan
1. Dituangkan larutan AgNO3 pada
gelas beker
8. Ditambahkan aquadest 10 mL
aquadest kedalam labu Erlenmeyer
menghasilkan larutan tidak
berwarna
9. Ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 menghasilkan larutan
berwarna kuning
No Gambar Keterangan
1. Dituangkan larutan AgNO3 pada
gelas beker
8. Ditambahkan aquadest 10 mL
aquadest kedalam labu Erlenmeyer
menghasilkan larutan tidak
berwarna
9. Ditambahkan 1 mL indikator
K2CrO4 menghasilkan larutan
berwarna kuning