Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

“Titrasi Argentometri”
Analisis Gravimetri
Dosen Pengampu : 1. Zaldy Rusli, M.Farm

2. Apt. Nyanyu Lily E., M.Farm

3. Cantika Zaddana, S. Gz., M.Si

4. Rikkit, S.Farm

Asisten Dosen : Amanda Putri

Disusun Oleh:

Ratna Sari Kusumawati

066120097

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mampu membuat dan membakukan larutan perak Nitrat 0,1N.
b. Mahasiswa mampu membedakan metode-metode yang terdapat pada titrasi
argentometri.
c. Mahasiswa mampu menetapkan kadar natrium klorida (NaCl) dalam sampel
garam dapur secara argentometri dengan metode Mohr.
1.2 Dasar Teori
Reaksi pengendapan adalah reaksi kimia yang menghasilkan produk berupa
endapan tak larut. Endapan ini dapat disaring untuk dipisahkan dari cairannya.
Reaksi ini dimanfaatkan untuk tujuan pemisahan kimia dan untuk tujuan analisis
kimia yaitu analisis gravimetri dan volumetri. Analit berupa ion-ion yang dapat
mengendap sebagai garam dapat dianalisis dengan metode titrasi pengendapan.
Klorida, bromida, iodida, sulfat, sianida dan sebagainya dapat membentuk garam
yang tak larut dalam air sehingga dapat diterapkan titrasi pengendapan. Terdapat
3 metoda titrasi pengendapan yang sangat popular yaitu Metode Mohr, Metode
Fajans dan Metode Volhard. Kemudahan suatu senyawa kimia mengendap atau
larut dinyatakan dengan tetapan hasil kali kelarutan atau Ksp (tetapan solubility
product). Semakin besae nilai Ksp suatu senyawa semakin mudah larut atau
sukar mengendap (Sutanto, 2017).
Titrasi Argentometri merupakan titrasi pengendapan. Titrasi pengendapan
merupakan reaksi titran dengan titrat membentuk endapan yang sukar larut
seperti misalnya ion klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3)
membentuk endapan perak klorida (AgCl) berwarna putih. yaitu : metode Mohr;
metode Fajans; dan metode Volhard. Metode Mohr adalah metode yang
digunakan dalam pengukuran kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) dan penambahan kalium kromat
(K2CrO4) sebagai indikator. Titrasi dalam suasana asam menyebabkan perak
kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perak (Ag+), maka ion kromat akan bereaksi dengan perak
(Ag) berlebih membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna
coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Metode Volhard didasarkan pada
pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion
besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Titrasi Argentometri dengan
metode Fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan
pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini
adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion
yang diendapkan oleh Ag+ (Purnama Sari, Yuli; Parwatha, Adi; Manik, Ayu.
2014).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari
larutan. Endapan mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu,
tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi
pelarutnya. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain,
terutama ion-ion, dalam campuran itu. Larutan jenuh suatu garam, yang juga
mengandung garam tersebut yang tak terlarut, dengan berlebihan, merupakan
suatu sistem kesetimbangan terhadap mana hukum kegiatan massa dapat
diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan
dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang terjadi yaitu Ag+ + Cr, ini
merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada dalam fase padat, sedang
ion-ion Ag+ dan Cl+ ada dalam fase terlarut (G.Svehla, 1985).
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Buret
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Kaca Arloji
5. Labu Ukur
6. Pipet Tetes
7. Spatel
8. Statip
9. Timbangan Analit
2.1.2 Bahan
1. AgNO3
2. Aquadest
3. K2CrO4
4. Garam Dapur
5. NaCl
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Cara Kerja Pembakuan AgNO3

Ditimbang NaCl setara Dilarutkan kemudian di ad


Dipipet 10mL
100mg dengan aquadest 100mL

Dititrasi
menggunakan AgNO3 Ditambahkan K2CrO4
ad warna merah bata sebanyak 3 tetes

2.2.2 Cara Kerja Sampel Garam Dapur

Ditimbang Garam setara Dilarutkan kemudian di ad


Dipipet 10mL
100mg dengan aquadest 100mL

Dititrasi
menggunakan AgNO3 Ditambahkan K2CrO4
ad warna merah bata sebanyak 3 tetes
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Pembakuan AgNO3
Bobot NaCl
Perlakuan Volume Titrasi Normalitas
ditimbang (g)
Simplo 0,1065 10,18 0,0178 N
Duplo 0,1062 10,22 0,0177 N
Triplo 0,1067 10,20 0,0178 N
̅ 0,0177 N

3.1.2 Sampel Garam Dapur


Bobot Sampel
Perlakuan Volume Titrasi %Kadar
ditimbang (g)
Simplo 0,1069 10,47 101,4%
Duplo 0,1078 10,45 100,3%
Triplo 0,1073 10,51 101,4%
̅ 101%

3.2 Reaksi
3.2.1 Pembuatan AgNO3
AgNO3(g) + H2O(l) → AgNO3(aq) + H2O(l)
3.2.2 Standarisasi AgNO3
NaCl(g) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
K2CrO4(g) + H2O(l) → K2CrO4(aq) + H2O(l)
2NaCl(aq) + K2CrO4(aq) → Na2CrO4(aq) + 2KCl(aq)
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl↓(putih) + NaNO3(aq)
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) → Ag2CrO4 ↓(merah tua) + 2KNO3(aq)
3.2.3 Penetapan Kadar NaCl dalam Sampel
NaCl(g) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl↓(putih) + NaNO3(aq)
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) → Ag2CrO4 ↓(merah bata) + 2KNO3(aq)
3.3 Perhitungan
3.3.1 Perhitungan Pembakuan AgNO3
Bst NaCl = 58,5
Fp = 10
Menghitung Normalitas :

N AgNO3 =

Menghitung Normalitas Simplo:


Dik : Bobot NaCl = 0,1065 gram = 106,5 mg
V. AgNO3 = 10,18 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : Normalitas ?

N AgNO3 =

= = 0,0178N

 Menghitung Normalitas Duplo:


Dik : Bobot NaCl = 0,1062 gram = 106,2 mg
V. AgNO3 = 10,22 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : Normalitas ?
N AgNO3 =

= = 0,0177N
 Menghitung Normalitas Triplo:
Dik : Bobot NaCl = 0,1067 gram = 106,7 mg
V. AgNO3 = 10,20 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : Normalitas ?
N AgNO3 =

= = 0,0178N

 Menghitung Rata-rata Normalitas:

= = 0,0177N

3.3.2 Perhitungan Penetapan Kadar Garam Dapur


Bst NaCl = 58,5 Fp = 10
Menghitung Kadar:

Kadar = x 100%

 Menghitung %Kadar Simplo:


Dik : Bobot Sampel = 0,1069 gram = 106,9 mg
V. AgNO3 = 10,47 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : %Kadar ?

Kadar = x 100%

= x 100%

= x 100%

= 1,014 x 100%
= 101,4%
 Menghitung Kadar Duplo:
Dik : Bobot Sampel = 0,1078 gram = 107,8 mg
V. AgNO3 = 10,45 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : %Kadar ?

Kadar = x 100%

= x 100%

= x 100%

= 1,003 x 100%
= 100,3%
 Menghitung Kadar Duplo:
Dik : Bobot Sampel = 0,1073 gram = 107,3 mg
V. AgNO3 = 10,51 mL
Bst NaCl = 58,5 g/mol
Fp = 10 gram
Dit : %Kadar ?

Kadar = x 100%

= x 100%

= x 100%

= 1,014 x 100%
= 101,4%
 Menghitung Rata-rata %Kadar:
3.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan titrasi argentometri menggunakan metode
Mohr karena metode Mohr memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau pengendapan berdasarkan titik akhir, metode Mohr juga menggunakan
Kalium Kromat (K2CrO4) sebagai indikatornya. Praktikum kali ini dilakukan
dengan tujuan untuk membuat larutan AgNO3 0,1N, standarisasi larutan AgNO3
dengan NaCl dan penetapan kadar NaCl dengan Garam Dapur. Dilakukan
perhitungan pada pembakuan AgNO3 yaitu mencari nilai Normalitas AgNO3,
dilakukan juga perhitungan pada penetapan garam dapur yaitu mencari nilai
%kadar pada sampel tersebut.
Pada uji titrasi argentometri ini dilakukan penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat (AgNO3). Pada argentometri, ion perak memegang
peranan penting dalam pembentukan endapan. Cara ini dipakai untuk penetapan
kadar ion halida (Cl-, Br- dan I-), anion yang dapat membentuk endapan garam
perak atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Penentuan Klorida dengan titrasi argentometri metode Mohr menggunakan
larutan baku sekunder perak nitrat. Larutan AgNO3 yang akan dijadikan larutan
baku terlebih dahulu ditandarisasi menggunakan larutan Natrium Klorida (NaCl),
hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai normalitas larutan AgNO3. Standarisasi
larutan standar menggunakan larutan baku primer yaitu larutan yang
mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara pasti
melalui metode gravimetri. Larutan baku primer yang digunakan sebagai analit
yaitu Natrium Klorida (NaCl).
Pada titrasi argentometri dapat dilakukan menggunakan 3 metoda yaitu
Metode Mohr, Metode Fajans dan Metode Volhard. Metode Mohr merupakan
metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+, prinsip kerja penentuan
konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion
klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3 dengan
menggunakan K2CrO4 sebagai indikator. Metode Fajans merupakan adalah sama
seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi
seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. Indikator
absorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada
titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan
pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan
setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl-
akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder.
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan
asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat
berlebih. Metode ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak,
larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Indikator
yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar
garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih.
Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan KCNS, dimana kelebihan larutan
KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari Fe(SCN)3.
Pada praktikum kali ini dilakukan titrasi argentometri menggunakan metode
Mohr karena metode Mohr memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau pengendapan berdasarkan titik akhir, metode Mohr juga menggunakan
Kalium Kromat (K2CrO4) sebagai indikatornya. Praktikum kali ini dilakukan
penentuan konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode Mohr yaitu dengan
mentitrasi ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan
AgNO3 dengan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator sehingga dapat
ditentukan nilai normalitas dari AgNO3.
Menurut Underwood dan Day (1992), Larutan AgNO3 dan larutan NaCl pada
awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.
Ketika NaCl ditambahkan dengan aquadest larutan tetap jernih dan tidak
berwarna dan aquadest tersebut larut dalam larutan. Penambahan aquadest ini
dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa. Setelah
ditambahkan indikator K2CrO4, larutan kemudian berubah warna menjadi
kuning mengikuti warna K2CrO4 yang ditambahkan. Setelah dititrasi dengan
AgNO3, awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl.
Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3
masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4
membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah keruh. Endapan tersebut
adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl- mengendap dengan sempurna,
kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion kromat membentuk
endapan perak kromat yang berwarna merah.
Pada kadar garam dapur dilakukan uji sebanyak 3 kali yaitu simplo, duplo,
dan triplo. Pada simplo menghasilkan nilai kadar sebesar 101,4%, pada duplo
menghasilkan nilai kadar sebesar 100,3% dan pada triplo menghasilkan nilai
kadar sebesar 100,4% dengan nilai rata-rata kadar yaitu sebesar 101%. Pada hasil
literatur seharusnya nilai kadar garam yang ideal atau yang baik yaitu bernilai
85-90% dan tidak melebihi dar 95%. Hasil percobaan ini didapatkan nilai rata-
rata kadar sebesar 101% yang artinya nilai kadar ini tidak ideal atau tidak sesuai
literatur, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kualitas air laut yang terkandung
dalam garam dapur, zat pengotor, pada saat titrasi kemungkinan masih berada
dalam suasana asam atau basa sehingga dapat bereaksi dengan CrO4, serta
kurangnya ketelitian pada saat praktikum.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada percobaan Titrasi Argentometri ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan
endapan dalam penetapan kadar ion halida (Cl-, Br- dan I-), anion yang dapat
membentuk endapan garam perak atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
2. Terdapat 3 metoda titrasi pengendapan yaitu Metode Mohr, Metode Fajans dan
Metode Volhard.
3. Praktikum kali ini dilakukan titrasi argentometri menggunakan metode Mohr
karena metode Mohr memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut
atau pengendapan berdasarkan titik akhir, metode Mohr juga menggunakan
Kalium Kromat (K2CrO4) sebagai indikatornya.
4. Nilai ideal atau kandungan NaCl yang baik dalam garam dapur yaitu sekitar 85-
90% dan tidak lebih dari 95%.
5. Didapatkan nilai rata-rata normalitas pada AgNO3 sebesar 0,0177N dengan nilai
rata-rata %kadar sebesar 101% yang memiliki arti bahwa nilai %kadar tidak ideal
atau tidak sesuai dengan hasil literatur, hal ini disebabkan karena kualitas air laut
yang terkandung dalam garam dapur, zat pengotor, pada saat titrasi kemungkinan
masih berada dalam suasana asam atau basa sehingga dapat bereaksi dengan CrO4,
serta kurangnya ketelitian pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
G.Svehla. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT.Kalman Media
Pusaka.
Purnama Sari, Yuli; Parwatha, Adi; Manik, Ayu. 2014. Chemistry Laboratory.
Denpasar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika.
Sutanto. 2017. Pengantar Kimia Analisis Farmasi. Bogor: Khalifah Mediatama.
LAMPIRAN

Gambar 1 (Keadaan sebelum titrasi) Gambar 2 (Setelah ditambahkan K2CrO4)

Gambar 3 (Hasil setelah titrasi)

Gambar 4 (Bukti Absensi)

Anda mungkin juga menyukai