Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

PERCOBAAN KE 3

PENETAPAN KADAR CUPRI DALAM CUPRI SUFAT SECARA


IODOMETRI

NAMA : STIVAN JUSHUA

NIM : 2112067024

KELOMPOK : A4

HARI, TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA, 12 JUNI 2022

DOSEN PEMBIMBING : apt. Erma Yunita, M.Sc

LABORATORIUM KIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA


2021

HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Akhir Praktikum KIMIA ANALISA Percobaan Ke 3 dengan


Judul Penetapan Kadar Cupri Dalam Cupri Sulfat Secara Iodometri adalah benar
sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun
sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 12 Juli 2022

Mahasiswa,

Stivan Joshua
IDODOMETRI

A. Tujuan
1. Pembuatan Larutan Standar Natrium Thiosulfat
2. Pembakuan Larutan Natrium Thiosulfat
3. Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4
B. Dasar Teori
Titrasi Iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan
iodium. Titrasi iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat
digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi yang lebih besar dari pada system iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia yang
mengalami kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi dipakai pada
setiap penurunan bilangan oksidasi. Hal itu berarti proses oksidasi disertai
dengan hilangnya suatu electron, sedangkan reduksi yaitu kebalikannya.
Titrasi redoks dilakukan berdasarkan pada perpindahan electron
diantara analit dan titran. Pada jenis titrasi ini, biasanya memakai
potensionometri untuk melakukan deteksi terhadap titik akhir.
(khopkar,2003)
Oksidator akan dianalisis terlebih dahulu baru kemudian
direaksikan dengan ion iodide berlebih. Hal ini dilakukan dalam keadaan
yang sesuai, kemudian iodium dibebaskan secara titrasi dan kuantitatif
dengan larutan standar.
Pada titrasi iodometri digunakan indicator larutan kanji. Indicator
larutan kanji merupakan indicator yang sangat lazim digunakan, namun
indikatir kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru
karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga membuat larutan
indicator tidak tahan lama.
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Erlenmeyer
2. Labu Takar
3. Buret dan Perlengkapannya
4. Gelas Arloji
5. Bekker Glass
6. Timbangan Analitis
7. Pipet Volume

Bahan

1. Natrium Thiosulfat
2. Kalium Kromat
3. Kalium Iodida
4. Asam Klorida
5. Natrium Bikarbonat
6. Indikator Larutan Kanji Baru
D. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Natrium Thiosulfat

Larutkan 26gram Na2S2O3 dan 200mg Na2CO3 dalam air bebas CO2

Dinginkan hingga 1000ml

Jika larutan ini akan digunakan selama beberapa hari, tambahkan 0,1 g
natrium karbonat atau 3 tetes kloroform untuk tiap 1 L
2. Pembakuan Larutan Natrium Thiosulfat 0,1N

Timbang seksama 210mg K2Cr2O7 yang sebelumnya telah dihaluskan dan


dikeringkan pada suhu 120ºC selama 4 jam.

Larutkan dalam 100ml air dalam labu takar 500ml bersumbat kaca,
goyangkan hingga padatan larut, angkat tutup, tambahkan dengan
cepat 3gram Kl, 2 gram NaHCO3 dan 5 ml HCl pekat.

Tutup labu dan goyangkan, tutup hingga bercampur, biarkan ditempat


gelap selama 10 menit.

Bilas tutup dan dinding labu sebelah dalam dengan air dan titrai iodium
yang dibebaskan dengan Na2S2O2 hingga warna hijau kekuningan.

Tambahkan 3ml larutan kanji dan lanjutkan titrasi sampai warna biru
tepat hilang. 1ml Na2S2O3 setara dengan 4,903mg K2Cr2O7.

Pindahkan 25ml kalium bromate 0,1N dalam labu tersumbat kaca,


encerkan dengan 50ml air.

Tambahkan 2gram Kl dan 5ml HCl, tutup biarkan selama 5 menit.


Encerkan dengan 100ml air dan titrasi iodium bebas dengan larutan
natrium thiosulfate menggunakan indicator kanji.
3. Penetapan kadar Cu dalam CuSO4.5H2O (iodometri)

Timbang seksama 1gram tembaga sulfat, larutkan dalam 50ml


air.

Tambahkan 4mg asam asetat dan 3gram Kl dan titrasi iodium


yang dibebaskan dengan Na2S2O3 0,1N menggunakan indicator
kanji
E. Hasil
1. Standarisasi Larutan Natrium Thiosulfat
25 x N KBrO 3
N Na2S2O3 =
mL Na2 S 2O 3
N Na2S2O3 = 0,1N
2. Perhitungan kadar Cupri dalam Cupri Sulfat

Gambar 1. Hasil Akhir Titrasi

Tabel 1. Volume Akhir Titrasi

Replikasi Volume Akir Titrasi (mL)


1 16,30 mL
2 15,80 mL
3 16,60 mL

Perhitungan % kadar Cu dalam CuSO4


Percobaan 1
N Na 2 S 2 O3 x vol . Na 2 S 2 O3 ( ml ) x MrCu 50
% Kadar ¿ x x100%
bobot sample( mg) 25
0,1 N x 16,30 ml x 63,54 g/mol 50
% Kadar = x x 100%
1000 mg 25
% Kadar = 20,7140%
Percobaan 2
0,1 N x 15,80 ml x 63,54 g/mol 50
% Kadar = x x100%
1000 mg 25
% Kadar = 20,0786%
Percobaan 3
0,1 N x 16,60 ml x 63,54 g/mol 50
% Kadar = x x 100%
1000 mg 25
% Kadar = 21,0952%
Rata-rata % kadar dari ketiga percobaan :
20,7140 %+20,0786 % +21,0952 %
Rata-rata =
3
61,8877 %
Rata-rata =
3
Rata-rata = 20,6292%

F. Pembahasan
Iodometri adalah analisa titrimetric untuk zat-zat reduktor dengan
penambahan larutan iodin baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi
dengan larutan Natrium Thiosulfat.
Larutan Standar yang digunakan adalah Natrium Thiosulfat. Garam
ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tidak
boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung tetapi harus
distandarisasi terhadap standar primer. Larutan Natrium Thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat digunakan sebagai standar
primer untuk larutan Natrium Thiosulfat, dalam hal ini digunakan
K2Cr2O7.
Pada pembakuan Na2S2O3 digunakan K2Cr2O7 seberat 210mg yang
sebelumnya sudah dihaluskan dan keringkan pada suhu 120ºC selama 4
jam. Pada penimbangan analitik batas minimal penimbangan adalah 50mg.
K2Cr2O7 seberat 210mg kemudian dilarutkan kedalam air 100ml dalam
labu 500ml tersumbat kaca, dan goyangkan hingga larut. Penambahan zat
Kl pada kali ini bertujuan supaya menjadikan suasana asam, karena jika
dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang akan mengoksidasi
sebagai thiosulfate menjadi ion sulfat sehingga titik kesetaraannya tidak
tepat lagi.

Kemudia dilakukan penggojogam, supaya semua bercampur dan


memudahkan reaksi. Titrasi dilakukan dengan Na2S2O3 bertindak sebagai
titran dan larutan kanji sebagai indicator. Indikator larutan kanji selalu
dibuat segar, karena bahannya yang sangat mudah terkontaminasi dengan
bakteri. Indicator larutan kanji ditambahkan saat larutan sample sudah
terlihat lebih pucat. Titrasi dilakukan sampai sample yang awalnya
berwarna kecoklatan berubah menjadi putih kekuningan.
Berikut hasil dari 3 kali replikasi titrasi secara iodometri :

Gambar 2. Hasil Akhir Titrasi


Berikut hasil akhir dari titrasi, terjadi perubahan warna dari yang
awalnya berwarna kecoklatan berubah menjadi putih kekuningan karena
ditambahkan dengan indicator larutan kanji yang baru.
Setelah dilakukan 3 kali percobaan, maka diperoleh volume akhir titrasi ;
Tabel 1. Volume Akhir Titrasi
Replikasi Volume Akir Titrasi (mL)
1 16,30 mL
2 15,80 mL
3 16,60 mL

Setelah diketahui volume akhir titrasi, maka dilakukan perhitungan persen


kadar Cupri dalam Cupri sulfat dengan rumus :

N Na 2 S 2 O3 x vol . Na 2 S 2 O3 ( ml ) x MrCu
% Kadar ¿ x 100%
bobot sample( mg)

Dan setelah diperoleh hasil % kadar Cupri dalam Cupri Sulfat, maka
dilakukan perhitungan rata-rata % kadar dari ketiga percobaan :

Rata-rata % kadar dari ketiga percobaan :


10,3570 %+10,0393 %+ 10,5476 %
Rata-rata =
3
30,9439 %
Rata-rata =
3
Rata-rata = 10,3147%

Diperoleh hasil rata-rata %kadar adalah 10,3147%.

G. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan titrasi secara iodometri
merupakan titrasi yang dilakukan secara tidak langsung. Iodometri
merupakan analisa titrimetric untuk zat-zat reduktor dengan penambahan
larutan iodin baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan natrium
thiosulfate baku. Pada titrasi iodometri yang bertindak sebagai titran
adalah larutan natrium thiosulfate.
Pada proses titrasi larutan sample dititrasi terlebih dahulu dengan
larutan natrium thiosulfate hingga larutan sample terlihat lebih pucat,
setelah itu baru ditambahkan indicator.
Indicator yang digunakan dalam titrasi ini adalah larutan kanji.
Larutan kanji sebagai indicator harus selalu dibuat baru, hal ini disebabkan
karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga membuat larutan
indicator tidak tahan lama.

Daftar Pustaka
Day, Underwood.2013. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Jhon, kenkel.2013. Analytical Chemistry for Tchnicians. Jakarta : Erlangga
Suyanta.2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analisa. Yogyakarta : FMIPA UNY
W. Haryadi.2014. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai