Disusun Oleh
Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakan
metode standar yang digunakan untuk penetapan kadar protein. Sifatnya yang universal,
presisi tinggi dan reprodusibilitas baik membuat metode ini banyak digunakan untuk
penetapan kadar protein. Metode Kjeldahl memiliki kekurangan yaitu purina, pirimidina,
vitamin-vitamin, asam amino besar, dan kreatina ikut teranalisis dan terukur sebagai
nitrogen. Walaupun demikian, cara ini masih digunakan dan dianggap cukup teliti
digunakan sebagai penentu kadar protein (Winarno, 2004).
Analisa protein dengan metode Kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap destruksi, destilasi dan titrasi.
Tahap destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
pemecahan menjadi unsur-unsurnya. Tujuan dari tahap destruksi ini adalah untuk
memecah protein menjadi unsur-unsurnya (C, H, O, N, S) sedangkan penambahan
CuSO4 dan K2SO4 sebagai katalisator yang bertujuan meninngkatkan titik didih asam
sulfat pekat sehingga
destruksi berjalan lebih cepat. Kemudian dilakukan proses destruksi dengan api
langsung, pemanasan pada saat destruksi harus tinggi (370-410oC), agar unsur nitrogen
dan unsur
lainnya dapat lepas dari ikatan senyawanya.
Untuk mendapatkan analisa yang tepat maka perlu dilakukan penetapan blanko (semua
reagen tanpa sampel) untuk mengoreksi adanya senyawa nitrogen yang berasal dari
reagen yang digunakan. Setelah tahap destruksi, diperoleh cairan berwarna hijau jernih
kemudian dilanjutkan ketahap berikutnya.
Tahap destilasi
Pada dasarnya tahap destilasi bertujuan untuk memisahkan NH 4OH menjadi NH4Cl
yaitu dengan memecah ammonium sulfat ditambah natrium hidroksida dan mengambil
ammonia dengan penambahan NaOH sampai alkalis kemudian dipanaskan. Fungsi
penambahan NaOH untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat
berlangsung dalam keadaan asam. Pada proses destilasi ini perlu ditambahkan batu didih
atau lempeng
Zn dengan tujuan untuk meratakan panas dan untuk menghindari pemercikan cairan atau
timbulnya gas yang terlalu besar. Ammonia (NH3) yang dibebaskan selanjutnya akan
ditangkap oleh larutan asam (HCl 0,1N) pada erlenmeyer penampungnya. Proses
destilasi akan berakhir apabila ammonia yang telah terdestilasi sudah tidak bereaksi basa
terhadap indicator fenolftalein, atau ditunjukkan dengan tidak adanya warna pada tetesan
destilat.
Tahap titrasi
Tahap titrasi bertujuan untuk menentukan kadar nitrogen yang terkandung dalam
sampel. Pada tahapan ini, kelebihan HCl yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi
dengan larutan standar NaOH 0,1N dengan menggunakan indicator fenolftalein 1%
sampai terjadi titik akhir titrasi yang ditunjukkan dengan berubahnya warna merah muda
konstan. Dari hasil uji kuantitatif protein, didapat data-data dikumpulkan yang kemudian
dihitung untuk memperoleh kadar N dari protein dan kemudian dikalikan dengan faktor
konversi dengan tujuan untuk mengubah %N menjadi %protein. Setelah didapat kadar
nitrogen, maka harus dikalikan dengan faktor konversi yaitu 5,71.
III. Metode Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pengujian kadar protein dengan metode Kjedhal yaitu
dihubungan dengan penghisap uap aspirator, labu kjedhal, alat destilasi, erlemneyer,
buret 50ml, neraca analitik, kertas tiimbang, gelas kimia, dan labu ukur. Bahan yang
digunakan yaitu sampel H2SO4, K2SO4, HgO, NaOH,-Na2S2O3, asam borat (H3BO3)
jenuh, larutan asam klorida (HCl) 0,02N, larutan indikator metal merah, dan indikator
metil blue.
gr 1000
0,2 = x
40 50
gr = 0,4 gram
H3BO3 0,2 M : 50ml
gr 1000
M = Mr x v
gr 1000
0,2 = x
61,8 50
gr = 0,6 gram
Na2S2O3 0,2 M ; 50ml
gr 1000
M = Mr x v
gr 1000
0,2 = x
158,4 50
gr = 1,58 gram
NaOH 0,02 M ; 250ml
gr 1000
M = Mr x v
gr 1000
0,02 = x
40 250
200 = 1000 gr
gr = 0,2 gram
M asam x V asam = M sampel x V sampel
( v . blanko−v . sampel ) x N aOH x Ar N x 100 %
%N =
gr sampel x 1000
( 14−4 ) x 0,02 x 14,008 x 100 %
%N =
1 x 1000
= 0,112%
volume akhir
Faktor pengenceran = volume awal
50
= 1
= 50
% N nyata = 50 x 0,112%
= 5,6%
Kadar protein tempe = % N x faktor konversi kedelai
= 5,6% x 5,75
= 32,2%
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakuakn penentuan kadar protein dalam bahan pangan
menggunakan metode kjeldahl. Percobaan ini dapat digunakan untuk menentukan kulaitas
protein. Metode Kjeldahl memiliki kekurangan yaitu purina, pirimidina, vitamin-vitamin,
asam amino besar, dan kreatina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen.
Prinsip dari percobaan kali ini adalah protein sampel di dekstruksi dengan asam sulfat
pekat dan katalis. Hasil dari dekstruksi kemudian dinetralkan menggunakan alkali melalui
proses destilasi. Selajutnya dilakukan proses titrasi untuk menangkap sisa asam borat yang
tidak bereaksi dengan NH3. Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tempe.
Langkah yang pertama dalam praktikum ini adalah di timbang sebanyak 1 gram
sampel, kemudian di masukkan kedalam labu kjedhal. Kemudian kedalam labu kjedhal
ditambahkan 2gr K2SO4, 50gr HgO, dan 12 ml H2SO4, serta 20ml H2O. hasil dari perlakuan ini
adalah terbentuk larutan berwarna hijau kehitaman. Kemudian ditambahkan batu didih yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya bumping. Kemudian larutan di panaskan di lemari
asam. Fungsi penambahan K2SO4 adalah untuk menaikkan titik didih dari asam sulfat
sedangkan penambahan HgO adalah sebagai katalisator yang mempercepat proses reaksi.
Setelah di panaskan sampai mendidih larutan kemudian di tambahkan dengan air sebanyak 30
mL sambil didinginkan sampai mencapai suhu ruangan. Proses pendinginan bertujuan untuk
memecah senyawa kompleks merkuri-ammonia menjadi ammonium sulfat.
Setelah proses destruksi proses yang dilakukan selanjutnya adalah proses destilasi.
Larutan yang sudah didinginkan tadi di pindahkan ke dalam alat destilasi. Labu di cuci dan
dibilas hingga 5-6 kali dengan 1-2 ml aquades lalu di tambahkan 8-10ml larutan NaOH,-
Na2S2O3, kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15ml distilat dalam
Erlenmeyer. Fungsi dari penambahan NaOH adalah sebagai alkalis kuat yang akan
membebaskan amonium dari amonium sulfat, reaksi ini hanya dapat terjadi di suasana basa.
Sedangkan untuk Na2S2O3 berfungsi untuk mengendapkan HgO agar tidak mengganggu
proses reaksi yang terjadi. Pada ujung hasil destilasi diletakkan erelmenyer yang berisi 5ml
H3BO3 dan 2 tetes indikator di bawah kondensor. Fungsi dari H3BO3 adalah untuk menangkap
uap ammonia sedangkan indikator digunakan untuk memperluas range pH. Perlu di pastikan
bahwa pipa yang terhubung dengan erlemenyer haru tercelup ke dalam asam borat sehingga
uap ammonia dapat tertangkap sempurna oleh asam borat. Lakukan destilasi hingga didapat
15 mL di destilat.
Setelah itu langkah selanjutnya adalah mentitrasi larutan. Destilat di encerkan hingga
50 mL. kemudian di titrasi dengan NaOH 0,02N. fungsi dari melakukan titrasi adalah untuk
dapat menghitung %N. %N yang di dapat kemudian di kalikan dengan faktor konversi
kedelai untuk mendapatkan kadar protein. Pada percobaan titrasi pertama didapatkan titik
akhir titrasi yaitu 5mL dan untuk larutan blanko yaitu 15 mL. sedangkan pada titrasi kedua
titik akhir titrasi 3mL dan untuk larutan blanko yaitu 13 mL. sehingga di dapat rata – rata 4
mL untuk larutan sampel dan 14 mL untuk larutan blanko. Kemudian nilai faktor kedelai
adalah 5,75 sehingga dapat di dapatkan kadar protein yaitu dengan cara mengalikan %N
dengan 5,75 yang sebesar 28,75%.
V. kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penengtuan
kadar protein metode kedjhal dilakukan dengan cara menghitung %N yang terdapat pada
sampel. Pada praktikum kali ini presentase N yang didapat adalah 5,6% sehingga di dapat
presentase protein yang tekandung dalam sampel adalah 28,75%
Mustika, D.C. (2012). Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
VII. Lampiran
1. Data Pengamatan yang telah disetujui dosen pengampu.