PENDAHULUAN
Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung unsur S. Jika
membentuk kompleks dengan senyawa lain dapat mengandung P
TUJUAN ANALISIS
Reaksi antara asam alfa amino dan ninhidrin akan terbentuk warna, melibatkan reaksi:
Asam alfa amino + ninhidrin -- ninhidrin tereduksi + asam alfa amino + H2O
Reaksi lengkap :
Asam alfa amino + 2 ninhidrin - CO2 + aldehid + kompleks warna biru + 3 H2O
Reaksi kimia
Ninhidrin mengalami deaminasi oksidatif dan asam amino dekarboksilasi menjadi CO2, NH3 dan
aldehid.
Ninhidrin yang tereduksi akan bereaksi dengan amonia dan dengan molekul ninhidrin lain
sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna ungu ( ungu Ruhemann).
Ninhidrin hanya akan bereaksi dengan asam alfa amino bebas NH2-C-COOH, gugus ini terdapat
pada semua asam amino, peptida dan protein.
Dekarboksilasi hanya terjadi pada asam amino bebas saja tidak terjadi pada peptida dan
protein.
Hanya asam amino bebas saja yang akan membentuk kompleks warna biru.
Catatan!
Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah) maka uji negatif.
Sampel yang mengandung prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, dan 4-asam aminobenzoat hasil
uji yang positif tidak akan memberikan biru tapi kuning.
Beberapa amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah (uji
negatif).
2. METODE KJEDAHL
Umumnya kadar N dalam protein adalah 16% sehingga kadar protein dalam suatu bahan=kadar
NX100/16
FAKTOR KONVERSI
Faktor konversi bisa berbeda tergantung jenis protein dan kadar N dalam protein tsb
Misal:
Gelatin : 5.55
TAHAPAN METODE KJEDAHL
Destruksi
Destilasi
Titrasi
TAHAP TITRASI
Jika larutan asam penampung yang digunakan HCl, sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan
amonia (membentuk NH4Cl) dititrasi dengan NaOH
Jika digunakan indikator PP akhir titrasi adalah perubahan larutan menjadi merah mudah
permanen (dari asam ke basa) atau jika digunakan MR larutan berubah menjadi kuning
Perhitungan :
Jika larutan penampung adalah asam borat/HBO3 (asam lemah), banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan amonia dapat diketahui dengan titrasi dengan HCl 0.1N dengan indikator
MR+BCG
HCl akan mentitrasi amonium-borat menjadi amonium klorida sehingga pada akhir titrasi terjadi
kelebihan HCl/asam kuat
Akhir titrasi ditandai dengan perubahan larutan dari biru/hijau menjadi merah muda
Perhitungan
PENETAPAN SAMPEL
Timbang 1 gram bahan yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam labu kjeldahl.
Kalau kandungan protein bahan tinggi, gunakan bahan kurang dari 1 gram. Kemudian
tambahkan 7.5 g K2S2O4 dan 0.35 g HgO (Awas: zat ini beracun) dan akhirnya tambahkan
15 ml H2SO4 pekat.
Panaskan semua bahan dalam labu kjeldahl dalam almari asam sampai berhenti
berasap. Teruskan pemanasan dengan api besar sampai mendidih dan cairan menjadi
jernih. Teruskan pemanasan tambahan lebih kurang satu jam. Matikan api pemanas dan
biarkan bahan menjadi dingin.
Kemudian tambahkan 100 ml aquades dalam labu kjeldahl yang didinginkan dalam air es
dan beberapa lempeng Zn, juga tambahkan 15 ml larutan K2SO4% (dalam air) dan
akhirnya tambahkan perlahan-lahan larutan NaOH 50% sebanyak 50 ml yang sudah
didinginkan dalam lemari es. Pasanglah labu kjeldahl dengan segera pada alat distilasi.
Panaskan labu kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur kemudian
panaskan dengan cepat sampai mendidih.
Distilat ini ditampung dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 50 ml larutan standar
HCl (0.1 N) dan 5 tetes indikator metil merah. Lakukan distilasi sampai distilat yang
tertampung sebanyak 75 ml.
Titrasilah distilat yang diperoleh dengan standar NaOH (0.1 N) sampai warna kuning.
Buatlah juga larutan blanko dengan mengganti bahan dengan aquades, lakukan
destruksi, distilasi dan titrasi seperti seperti pada bahan contoh.
Contoh
Berapa kadar protein sampel kedelai, jika berat sampel kedelai yang digunakan 1.04 g dan
jumlah larutan NaOH 0.1019 N yang dibutuhkan untuk titrasi sampel adalah 0.32 ml dan untuk
blanko 46.29 ml?
3. METODE BIURET
Semakin tinggi kadar protein bahan, jumlah ikatan peptida semakin banyak
Dasar analisis: bahan yang mengandung ikatan peptida dua atau lebih membentuk kompleks
berwarna ungu dengan ion Cu2+/kupri pada kondisi alkali
Preparasi sampel
Sampel cair yang jernih: bisa langsung digunakan atau dilakukan pengenceran terlebih dahulu
Sampel cair yang keruh atau mengandung senyawa pengganggu seperti glukosa:
Sampel padat:
Sampel dihancurkan
Disaring
Disentrifusa
Supernatan dianalisis
Cara analisis
Penetapan sampel
Perhitungan
Prosedur analisis
Pembuatan kurva standar
Buat larutan standar BSA atau kasein dalam air dengan konsentrasi 0.5 mg/ml.
Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8. dan 1.0 ml larutan protein
standar. Tambahkan air sampai volume total masing-masing 4 ml.
Simpan tabung pada suhu 37C selama 10 menit atau pada suhu kamar selama 30 menit sampai
terbentuk warna ungu yang sempurna.
Persiapan sampel
Timbang sampel padat. Hancurkan sampel padat dengan menggunakan waring blender.
Hancuran yang diperoleh disaring lalu disentrifugasi. Supernatan didekantasi untuk
dipergunakan selanjutnya (protein yang terdapat dalam supernatan adalah soluble protein).
Sampel cair yang berupa protein konsentrat, isolat yang tidak keruh, maka persiapan sampel
cukup dengan pengenceran saja. Jika cairannya keruh atau mengandung bahan-bahan yang
menganggu seperti glukosa maka harus dilakukan perlakuan sebagai berikut:
Timbang ekstrak. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi seperti pada waktu penetapan
standar, kemudian tambahkan air sampai volume total masing-masing 1 ml.
Tambahkan 1 ml TCA (Tri Chloroacetic Acid) 10% pada masing-masing tabung reaksi sehingga
protein akan terdenaturasi.
Sentrifusa pada 3000 rpm selama 10 menit sampai protein yang terdenaturasi mengendap,
supernatan dibuang dengan cara dekantasi.
Ke dalam endapan tambahkan 2 ml etil eter, campur merata lalu sentrifusa kembali untuk
menghilangkan residu TCA. Biarkan mengering pada suhu kamar.
Tambahkan 6 ml pereaksi biuret, alkali dalam pereaksi ini akan melarutkan endapan yang
tersisa.
Penetapan sampel
0.1-1.0 ml sampel (dipipet tepat) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diperlakukan
seperti penetapan standar
Contoh 1
1. Berapa kadar protein (mg/ml) dalam sampel susu cair jika sejumlah 2 ml susu diberi perlakuan
sesuai perlakuan sampel cair yang keruh. Endapan yang diperoleh diencerkan dengan akuades
sampai volume 50 ml. Sebanyak 1 ml sampel ditera dengan spektrofotometer dan diperoleh
absorbansi sampel sebesar 0.84 dengan blanko sebesar 0.02. Kurva standar yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Kurva standar
Contoh 2
2. Berapa kadar protein dalam putih telur cair jika berat putih telur yang digunakan adalah 1,06 g dan
sampel diencerkan menjadi 1000 ml. Sebanyak 1 ml sampel putih telur yang sudah diencerkan yang
digunakan. Absorbansi yang diperoleh adalah 0,65 dengan kurva standar seperti no. 1.
Contoh 3
4. KADAR N-AMINO
(METODE TITRASI FORMOL)
Reaksi antara formol dengan gugus amino tetapi tidak dapat membedakan antara gugus amino
dengan gugus amin yang lain
Prinsip analisis
Formalin akan bereaksi dengan gugus amino dari protein atau asam amino membentuk
dimethilol
Gugus karboksil bebas ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan NaOH
Perhitungan
Titrasi formol
ml titrasi formol
% N = _______________ x N NaOH x 14.008
g bahan x 10
Prosedur analisis
Titrasilah larutan contoh dengan 0.1 N NaOH sampai mencapai warna seperti warna standar
atau sampai warna merah jambu.
Warna standar : 10 ml susu + 10 ml aquades + 0.4 ml K-oksalat jenuh + 1 tetes 0.01% indikator
rosanilin-chlorida.
Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formaldehid 40% dan titrasilah kembali dengan
larutan NaOH sampai warna seperti warna standar tercapai lagi. Catatlah titrasi kedua ini.
Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari : 20 ml aquades + 0,4 ml larutan K-oksalat jenuh + 1 ml
indikator phenolphtalein + 2 ml larutan formaldehid dan titrasi dengan larutan NaOH.
Contoh
Berapa %N protein yoghurt jika hasil titrasi formol menunjukkan kadar NaOH 0,1102 N yang
dibutuhkan untuk titrasi pertama adalah 2,03 ml dan titrasi kedua adalah 24,08 ml. Berat
sampel adalah 1,04 g. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi blanko adalah 0,87 ml.
Spesifitas substrat
Sebagian enzim proteolitik dapat menghidrolisis ikatan lain selain ikatan peptida
Uji aktivitas
Masukkan masing masing ke dalam erlenmeyer 10 ml larutan enzim dengan konsentrasi yang
berbeda. Untuk perlakuan kontrol/blangko tidak ditambah enzim tetapi di tambah 10 ml
akuades ( dan tidak perlu di inkubasi).
Ketiga erlenmeyer diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam.
PERHITUNGAN
ts = titrasi sampel
tb = titrasi blanko
Informasi genetika dari organisme dibawa dalam bentuk molekul DNA yang pada beberapa
makhluk / organisme dalam bentuk RNA yang kemudian akan dipindahkan dalam bentuk
protein.
Untuk mendapatkan informasi genetik maka utas DNA tersebut harus dipotong terlebih dahulu
menggunakan enzim restriksi tertentu sesuai dengan utas DNA yang dikenalinya.
Material Genetika
Protein
Penyusun gen
Cadangan makanan
Macam-macam protein
Lanjutan protein
Pada dasarnya protein adalah polipeptida, setiap sel mampu mensintesis protein tertentu
sesusai dengan keperluan.
Protein merupakan gabungan asam amino dengan gugus karboksil dari asam amino lain secara
berurutan,
Misal :
Bila terjadi penggabungan yang lebih besar maka akan dibentuk POLIPEPTIDA
ASAM AMINO
Glisin, Alanin, Serin, Treonin, Valin, Leusin, Isoleusin, Norleusin, Asam Aspartam, Asam
Glutamat, Lisin, Arginin, Sistin, Sistein, Metionin,Fenilalanin, Tirosin, Histidin, Triptofan, Prolin
Sandi genetik
Basa nukleotida terdiri dari A,G,C,T tetapi dalam proses alaminya triplet kodon dalam
bentuk RNA ( sekuen basa mRNA → A,G,C,U)
Basa triplet (3 basa) : 43 → 64 asam amino >> 20 asam amino sehingga satu asam
amino dapat disandikan lebih dari satu triplet kodon
UGA
Kode genetik selain degenerated ( universal ) : Seperangkat kodon yang sama dipakai
oleh semua organisme dan tipe sel.
Makanan
Hidrolisis Protein
Peristiwa Aminasi
Berasal dari karbohidrat melalui proses transaminasi, sebaliknya asam amino dapat
mensintesis karbohidrat melalui proses deaminasi
• Tabel m RNA
BASA KEDUA
Asam nukleat adalah suatu senyawa yang merupaka asam inti yang terdiri dari DNA dan
RNA
Merupakan rantai POLINUKLEOTIDA
yaitu : Makromolekul yang tersusun oleh molekul yang lebih sederhana yang disebut
Nukleotida
satu gula,
satu fosfat.
Nukleosida adalah kombinasi suatu gula pentosa yang dihubungkan dengan basa purin atau
pirimidin melalui ikatan C – N
Nukleotida
Nukleotida dalam sitoplasma dan dalam inti adalah sama tetapi jenis asam nukleatnya berbeda.
1 Basa DNA
1 Fosfat RNA
Polinukleotida
adalah→ Ikatan antara 2 nukleotida dari 2 gugus fosfat yang terikat pada 2 pentosa →
ikatan Fosfodiester
Tiap struktur DNA / RNA merupakan suatu polinukleotida yang ujung-ujungnya C 3 & C5
DNA (Double)
2 rantai DNA yang membentuk helix saling berikatan antara hydrogen dengan basa nitrogen dari
utas DNA yang berhadapan
5’→3’ \ A-T
3’→5’ / G-C
DNA memiliki struktur 3 dimensi berdasarkan hasil kristalografi sinar X. DNA sangat
padat maka nukleotida yang menyusun poli nukleotida berbentuk pipih yang masing-masing
tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan tiap-tiap nukleoti da mempunyai jarak 3.4 Å
2. Wilkins
3. Spiral mempunyai satu putaran lengkap (10 X putaran ) jarak antara nukleotida 3.4 Å.
Jadi 1 putaran lengkap 34 Å.
5. Molekul DNA berbentuk 2 pita spiral yang saling berpilin (Double Helix) bagian luar
deretan gula fosfat (tulang punggung double helix/ backbone fosfat berada dibagian
luar)
A T
G C
Antipararel : 5! P 3! OH
3! OH 5! P
Struktur DNA
DNA
1. Gen mengendalikan sifat morfologi / sifat fisiologi melalui pembentukan enzim atau
protein
3. Mutasi pada suatu gen menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur enzim atau
protein
4. amino protein
amino protein.