DOSEN PENGAMPU :
RORI THERESIA KA
Pendahuluan
Penentuan kadar protein merupakan proses rutin yang digunakan dalam laboratorium
Biokimia. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk penentuan kadar protein, baik
dengan metode spektrofotometri maupun metode titrasi yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahannya. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu
pengukuran tergantung pada beberapa faktor seperti, banyaknya sampel yang tersedia, waktu
yang tersedia untuk pengukuran, besar kecilnya kadar protein dalam sampel, alat
spektrofotometer yang tersedia (Visible atau UV). Secara spektrofotometri, kadar protein
dapat ditentukan dengan metode Biuret dan metode Lowry yang akan dilakukan dalam
praktikum kali ini. Penentuan protein dalam bahan makanan atau jaringan hewan, seringkali
dilakukan melalui penentuan kadar nitrogen total dalam sampel (Penentuan N cara Kjeldahl).
Dalam metode tersebut kita menganggap bahwa semua nitrogen yang ditentukan berasal dari
protein. Walaupun tidak selalu demikian (ada komponen non protein yang juga mengandung
N, misalnya nukleotida, urea dan lain-lain), tetapi di dalam praktek metode Kjeldahl ini sering
dilakukan karena untuk keperluan-keperluan tertentu hasilnya cukup memuaskan. Metode
penentuan kadar N total ini terdiri atas tiga tahap yaitu ; Tahap Destruksi untuk membebaskan
semua semua nitrogen dalam protein menjadi amonium sulfat, Tahap Distilasi untuk
memecah amonium sulfat menjadi amonia sehingga dapat dipisahkan dengan cara distilasi,
dan yang terakhir adalah Tahap Titrasi untuk menentukan kadar amonia.