ABSTRAK
Protein terdiri dari unsur-unsur seperti C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua yaitu protein nabati
dan protein hewani. Protein digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan
enegi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula
mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan
membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Berdasarkan praktikum
penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
metode mikro Kjeldahl dan metode biuret. Sampel yang akan digunakan dalam
metode Biuret adalah susu full cream dan Legumilk. Sedangkan sampel yang
digunakan pada analisis metode Kjeldahl adalah roti dan kacang hijau.
ABSTRACT
Protein consist of elements such as C, H, O, and N which is not possessed by fat
or carbohydrates. Protein molecules also contain phosporus, sulphur, and there is
some kind of protein containing a metallic element such as iron and copper.
Based on its source, protein can be divided into two kind of protein, it is vegetable
protein and animal protein. Protein used as a fuel when energy needed in the
body wasnt completed by carbohydrate and fat. Protein also took part in various
processes that regulate the body, either directly or indirectly by establishing the
processes of substances in the bodt. Method used at this study was done by using
two method which is a method of micro-kjeldahl and biuret methods. Sample that
will be used in Biuret method are full cream milk and Legumilk. Sample that will
be used in Kjeldhal method are bread and green beans.
PENDAHULUAN
Protein merupakan polimer heterogen molekul-molekul asam amino.
Dalam protein globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian
luar dan rantai samping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko
dkk, 2007). Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah
rusak. Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan
pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein terdiri dari unsur-unsur seperti C, H,
O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. Protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein digunakan sebagai
bahan bakar apabila keperluan enegi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat
dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung
maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh.
Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung
maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam
tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan pembuluh
darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik
tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh darah. Selain itu, sifat
amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur
keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagai
enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau
motil, protein struktural, protein pertahanan, dan protein pengatur. Berdasarkan
komposisi kimianya, protein dibagi atas (Panil, 2004) :
1. Simple Protein, merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-
asam amino atau derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain:
albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, dan histon.
2. Conjugated Protein, merupakan protein yang bergabung dengan zat
yang bukan protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa
contoh Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein,
lipoprotein, dan metalloprotein.
Metode untuk menentukan kandungan protein dalam bahan pangan, yang
sangat umum digunakan yaitu metode Kjedahl. Metode ini terdapat 3 tahapan
dalam penentuan protein, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Kadar N total yang
diperoleh dikalikan dengan faktor perkalian suatu bahan merupakan kadar protein
yang ada dalam bahan pangan. Protein adalah senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Tahap destruksi
diawali dengan penambahan asam kuat dan pemberian perlakuan panas agar
nitrogen pada bahan pangan terlepas sehingga bisa dihitung. Reaksi yang terjadi
pada tahap destruksi adalah sebagai berikut :
N (contoh) + H2SO4 (NH4)2SO4
Tahap selanjutnya adalah tahap netralisasi dan distilasi dengan
penambahan alkali pekat yang bertujuan untuk menetralkan asam sulfat sehingga
terbentuk gas amoniak. Dengan proses distilasi, gas amoniak ini kemudian akan
menguap dan ditangkap oleh asam borat (H3BO3) membentuk NH4H2BO3.
Berikut adalah reaksi yang terjadi :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3
2 NH3 + 2 H3BO3 2 NH4H2BO3
Tahap terakhir dalam metode kjeldahl adalah tahap titrasi. Dalam tahap
ini, senyawa NH4H2BO3 yang terbentuk dititrasi dengan asam klorida encer
sehingga asam borat terlepas kembali dan membentuk amonium klordia. Jumlah
asam klorida yang digunakan dalam titrasi setara degnan jumlah NH3 yang
dibebaskan dari proses distilasi. Berikut adalah reaksi pada tahap titrasi :
2 NH4H2BO3 + 2 HCl 2 NH4Cl + 2 H3BO3
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk
hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim
Berdasarkan praktikum penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan
dua metode yaitu metode mikro Kjeldahl dan metode biuret. Untuk metode mikro
Kjeldahl yaitu dengan menentukan jumlah nitrogen (N) yang terkandung dalam
suatu bahan. Sedangkan untuk metode biuret yaitu mengetahui ada atau tidaknya
ikatan peptida dalam suatu senyawa. (Triyono, 2007). Analisis protein penting
untuk keperluan pelabelan gizi, mengetahui sifat fungsional dan penentuan sifat
biologis protein. Analisis protein juga perlu dilakukan untuk mengetahui
kandungan total protein dari suatu bahan pangan, jumlah protein tertentu dalam
suatu campuran, kandungan protein hasil dari suatu isolasi dan purifikasi protein,
kandungan non-protein nitrogen, komposisi asam amino dan nilai gizi protein
(Andarwulan, 2011).
Metode
Analisis Kadar Protein dengan Metode Mikro-Kjeldahl
Metode Kjeldahl dimulai dengan penimbangan sampel sebanyak 0,1 gram
(100 mg) menggunakan neraca analitik. Sampel yang telah ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam labu destruksi dan ditambah larutan H2SO4 pekat sebanyak
2 ml, padatan HgO 0,04 gram, dan padatan K2SO4 0,9 gram. Langkah selanjutnya
adalah adalah proses pemanasan sampai mendidih. Cairan hasil destruksi
kemudian dimasukkan kedalam labu destilasi sebanyak 10 mL untuk dilakukan
proses destilasi. Kedalam labu destilasi ditambahkan larutan NaOH dan Na2S2O3.
Jika cairan hasil destruksi yang ditambahkan dengan larutan tersebut tidak
berubah warna menjadi hitam maka proses destruksi gagal dan perlu dilakukan
destruksi ulang. Labu erlenmeyer digunakan untuk menampung destilat dan pada
labu tersebut diberi larutan H3BO3 dan indikator N. Destilasi dilakukan hingga
warna larutan pada labu erlenmeyer berubah menjadi hijau dan diperoleh volume
cairan 100 mL. Setelah diperoleh volume cairan destilat 100 mL, cairan tersebut
diberi indikator metil orange beberapa tetes kemudian di titrasi dengan larutan
HCl 0,202 N hingga warna cairan berubah menjadi merah muda dari awalnya
berwarna hijau. Jumlah asam klorida yang digunakan dalam titrasi setara degnan
jumlah NH3 yang dibebaskan dari proses distilasi
KESIMPULAN
Berdasarkan metode Kjeldahl, kadar protein tertinggi terdapat pada sampel
kacang hijau 1 dengan nilai 28,71% sedangkan kadar protein terkecil terdapat
pada sampel roti 2 dengan nilai 10,66%%. Perbedaan nilai antara literatur dengan
hasil praktikum terjadi karena dalam metode Kjeldahl, ion N yang diikat tidak
hanya bersumber dari senyawa protein saja, namun senyawa - senyawa organik
lain juga akan melepaskan ion N sehingga terjadi peningkatan pada nilai N yang
menjadi destilat. Hal ini yang mengakibatkan peningkatan nilai kadar protein pada
kacang hijau dan roti.
Berdasarkan metode Biuret, kadar protein tertinggi terdapat pada susu full
cream 1 dengan nilai 7,76% sedangkan kadar protein terkecil terdapat pada
sampel Legumilk 2 dengan nilai 0,59%. Perbedaan dengan literature disebabkan
oleh terjadinya perlakuan yang tidak disengaja yaitu berupa getaran pada endapan
sampel yang telah didiamkan selama satu malam sehingga sampel yang sudah
mengendap menjadi berantakan dan tidak mengendap dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, Mien dkk. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Purwoko, T., Handajani, N., S. 2007. Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa
Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus.
BIODIVERSITAS. Vol 8. Nomor 2, Hal. 223-227.
Triyono, 2007, Pengaruh Tingkat Protein Ransum Pada Akhir Masa Kebuntingan
Pertama Terhadap Performan dan Berat Lahir Pedet Sapi Perah Peranakan
Friesian Holstein (Pfh), Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil pengamatan analisis kadar protein metode Mikro-Kjeldahl
Berat Volume Faktor
Sampel %N %Protein
Sampel (mg) titrasi (mL) Konversi
Roti 1 100 7,3 1,98 5,7 11,29
Roti 2 100 6,9 1,87 5,7 10,66
Kacang
100 16,2 4,5 6,25 28,71
Hijau 1
Kacang
100 15,7 4,36 6,25 27,82
Hijau 2
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
0.6
0.5
0.4 y = 0.0003x + 0.0077
0.3 R = 0.9982
0.2
0.1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
ppm