Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Analisis Kadar Abu Dan Mikro Mineral

DISUSUN OLEH

Kelompok 8 ( Delapan )

Nama : Deva Kartika Lette

Nim : 20330105010

UNIVERSITAS TRINITA MANADO

FAKULTAS GIZI

2021
DASAR TEORI

A. Pengertian Mineral

Mineral merupakan komponen inorganic yang terdapat dalam tubuh manusia mineral
adalah zat organik yang diperlukan tubuh walau dalam jumlah yang tidak banyak namun
diperlukan dalam proses metabolisme manusia. Mineral adalah unsur kimia yang dibutuhkan
tubuh untuk menjaga Kesehatan. Mineral memebantu tubuh mencernakan makanan,
menyerap nutrien, dan menjaga keseimbangan pH lebih alkali, dari pada asam.

Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro
adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah dari 100 mg sehari, sedangkan mineral
mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro kurang dari 15 mg.

B. Klasifikasi Mineral

1. Mineral makro

Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari.
Contoh : kalsium, fosfor, magnesium, natrium, klorida, kalium.

2. Mineral mikro

Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral
mikro kurang dari 15 mg. contohnya : besi, seng, lodium, selenium, tembaga, mangan,
molibden, fluor, dan kobalt.

C. Fungsi Mineral

1. Sebagai kofaktor, sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzyme dan hormon.

2. Sebagai komponen utama tubuh ( structural element ) atau penyusunan kerangka tulang,
gigi dan otot – otot. Ca, P, Mg, FI dan Si untuk pembentukan dan pertumbuhan gigi sedang P
dan sekolah luar biasa untuk penyusunan protein jaringan

3. Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai elektrolit yang mengatur
tekanan osmuse ( Fluid balance ), mengatur keseimbangan basa asam dan permeabilitas
membran. Contoh adalah Na, K, CI, Ca dan Mg
D. Analisa Mineral

Analisa mineral dapat dilakukan dengan melakukan penentuan mineral total ( dengan
menggunakan kadar abu ) dan dengan melakukan penentuan masing – masing komponen
mineral ( jika dikehendaki ) dengan spektofotometri serapan atom ( SSA ).

1. Analisis kandungan mineral total ( kadar abu )

Untuk analisis kandungan abu ( mineral ) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
kering dan cara basah.

a) Cara kering

Metode ini digunakan untuk penetapan kadar abu ( mineral total ) dalam makanan
secara gravimetri sampai diperoleh bobot kostan ( bobot yang diperoleh dari 2 kali
penimbangan dengan selisih ≤ 0,5 mg/g sampel )

Prinsip : abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan penimbangan sisa mineral hasil
pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550 derajat selsius

Prosedur :

Sampel
Timbangan 2 – 3 gr sampel
( cawan porselen/platina )
yang telah diketahui bobot cawannya.
Dibakar dalam tanur listrik pada
Suhu max 500 derjat selsius

Pengabuan sempurna

Dinginkan dalam desikator


Timbangan sampai bobot tetap

Abu
Note : untuk sampel cairan dilakukan penguapan terlebih dahulu diatas penangas air
sampai kering

b) Cara basa

Prinsip : bahan organik dimusnakan dan dioksidasi dengan bantuan campuran asam
pengoksidasi kuat yang didihkan bersama – sama dalam labu kjeldahl. Pereaksi yang
digunakan asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam perklorat, atau hydrogen peroksida

( H2o2 ) 30% ( perhidrol ),

2. Analisis mineral dengan spektroskopi serapan atom ( SSA )

SSA digunakan untuk analisis kuantitatif unsur – unsur logam dalam jumlah kelumit
( trace ) dan ultra kelumit ( ultra trace ). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam
dalam suatu cuplikan dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam cuplikan
tersebut. Kurva baku dalam SSA dibuat dengan memasukan sejumlah tertentu konsentrasi
larutan dalam sistem dan dilanjutkan dengan pengukuran absorbnsinya. Unsur hara Fe, Mn,
Cu, Se dan Zn dalam air dapat diukur langsung dengan SSA.

Prinsip : setelah bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui pengabuan kering
atau pengabuan basah sisa abu dilarutkan dalam asam encer. Logam yang diatomisasi dalam
nyala akan menyerap energi tertentu yang diemisikan oleh lampu katoda. Jumlah energi
terserap oleh logam sebanding dengan kosentrasi mineral dalam sampel. Logam- logam
tertentu seperti Na, K, dan Ca dapat ditetapkan dengan pengukuran emisi yang terjadi setelah
logam tersebut tereksitasi dalam nyala.

Prosedur :

 Lakukan tahapan a atau b. tahapan b dilakukan apabila tidak tersedia sampel dalam
bentuk abu.
 Tahapan a

Abu
+ 10 ml HCL 5 M

Dinginkan

Larutan

Saring dengan kertas saring

Masukan filtrate ( abu ukur takar 250 ml )

Bilas cawan dengan aquades

Campurkan air pembilas dengan filtrate dalam

labu ukur

Cuci endapan didalam kertas saring 2 kali ( 20 ml


aquades )

Encerkan sampai merata

Filtrat

 Tahapan b

Sampel

Timbang 5 gr ( gelas piala 150 ml )


+ 20 ml asam nitrat pekat
Didikan selama 5 menit
Dinginkan
Tambahkan 15 ml aquades
Didikan selama 10 menit
Dinginkan
Pindahkan ( labu takar 250 ml )
Bilas gelas piala sampai bersih ( gelas takar )
Encerkan sampai merata

Larutan
 Penetapan sampel

Larutan

Pipet 10 ml larutan ( labu ukur takar 100 ml


+ 40 ml aquades
+ 25 ml pereaksi vanadate molibdat
Encerkan dengan aquades
Diamkan selama 10 menit
Ukur absorbansinya pada Panjang gelombang 400 ppm
Catat hasil
Konsentrasi
fosfor

 Perhitungan : % forfor dalam sampel ( P2O5 ) = C X 2,5


W
Dimana :

C = konsentrasi fosfor dalam sampel ( mg/100ml ) yang terbaca dari kurva standar.

W = berat sampel yang digunakan


3. Analisa Mineral Mikro Lainnya
a) Analisa besi

Kandungan besi total dalam bahan pangan dapat ditetapkan dengan mereaksikan dengan
senyawa kompleks berwarna yang dapat diukur secara spektofotometri vesibel.

 Penetapan besi metode 1


Prinsip : kandungan besi dalam bahan pangan dianalisa dengan mengkonversi besi
dari bentuk fero menjadi feri dengan menggunakan oksidator seperti K2S2O5
( potassium tiosinat ) sehingga membentuk feri tiosinat yang berwarna merah.
Prosedur :
Abu :
- masukan dalam 3 tabung reaksi
- masing – masing tabung encerkan sampai V = 15ml ( dengan air )
- ukur absorbansi warna
Perhitungan :
Mg besi/100 gr = OD sampel x 0,1vol total lar tabu x 100
OD standar x 5 x berat sampel yang digunakan untuk pengabuan
 Penetapan besi metode II
Prinsip : besi ( II ) bereaksi dengan 1,10 penatrolin membentuk kompleks yang
berwarna merah orange. Intesitas warna yang dibentuk tidak tergantung pada
keasamaan pada selang pH 2 – 9 dan stabil untuk waktu yang lama.

b) Analisis lodium ( I )

Metode lodometri

Prinsip : lodium dalam KIO3 akan dibebaskan oleh H2SO4,I2 yang dibebaskan akan
dititrasi dengan Na2S2O3.

E. Fungsi Mineral Dalam Tubuh

a) Besi ( Fe )
Besi dalam badan terletak dalam sel – sel darah merah ( cairan intraseluler ) sebagai
home, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.
 Fungsi :
 Berperang sebagai komponen pembentuk warna darah ( hemoglobin ).
 Hemoglobin berperan dalam mengikat oksigen
 Meningkatkan kualitas darah dan meningkatkan ketahanan terhadap
stress dan penyakit
 Pembentukan formasi myoglobin yang terdapat pada otot
b) Lodium ( I )
Jumlah iodium dalam tubuh orang dewasa diperkirakan 9-10 mg.
 Fungsi :
 Sebagai komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid
 Peranan tiroksin adalah meningkatkan laju oksidasi dalam sel – sel
tubuh sehingga meningkatkan BMR ( basal metabolic rate )
 Tiroksin menyebabkan mitokondrial sel – sel tubuh membesar baik
bentuk maupun jumlahnya, dan meningkatkan permaibilitas
membrane mitikondrial sehingga memudahkan masuk keluarnya zat
zat yang terlibat dalam kegiatan respirasi dan pemindahan energi.
c) Mangan ( Mn )
didalam tubuh mangan hanya berjumlah 10-20mg, yang terutama berada didalam
tulang dan kelenjar ( cairan ekstraseluler ).
 Fungsi :
 Mangan diperlukan untuk membentuk tulang rangka dan jaringan
pengikat.
 Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu
bermacam proses metabolisme
 Mangan merupakan bagian struktur dan fungsi mitokondria ( yang
berfungsi dalam pelepasan energi )
d) Tembaga ( Cu )
Tembaga dalam tubuh sebanyak 50-120mg didalam tubuh banyak terdapat pada
cairan ekstraseluler, sekitar 40% ada didalam otot, 15% didalam hati, dan 10%.
 Fungsi :
 Sebagai bagian dari enzim
 Sebagai besar tembaga didalam sel darah merah terdapat sebagai
metalonzim superoksida dismutase yang terlibat dalam pemenuhan
radikal bebas ( sebagai antioksida )
 Tembaga memegang peranan dalam mencegah anemia dengan cara
membantu absorpsi besi, merangsang sintesis hemoglobin dan melepas
simpanan besi dari ferritin.
e) Fluor ( F )
Flurr terdapat dalam tanah,air, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
 Fungsi :
 Berperan dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email gigi
 Pada saat gigi dan tulang dibentuk, pertama terbentuk kristal
hidrokstapatit yang terdiri atas kalsium fosfor.
f) Seng ( Zn )
Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel.
 Fungsi :
 Berperan sebagai antioksida
 Sintesis protein
 Memepertahankan keseimbangan asam dan basa
 Pembentukan organ reproduksi
g) Selenium ( se )
Selenium termasuk zat gizi ensensial yang merupakan bagian dari enzim glutation
peroksidase.
 Fungsi :
 Enzim glutation peroksidase berperan sebagai katalisator
 Sebagai antioksida
 Mencegah terjadinya radikal bebas
 Mencegah penyakit kanker dan penyakit degenerative lainnya
 Membantu reaksi oksigen dan hydrogen pada akhir rantai metabolisme
 Membantu sintesis immunoglobulin dan ubiginon
h) Krom ( Cr )
Krom merupakan mineral esensial yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan
lipida.
 Fungsi :
 Membantu pengikatan insulin pada sel
 Metabolisme karbihidrat dan lipida
 Memudahkan masuk nya glukosa dalam sel – sel
i) Molibden ( Mo )
Molibden berkerja sebagai kofaktor berbagai enzim.
 Fungsi :
 Dapat mencegah kerusakan ( pembusukan ) gigi dengan cara
meningkatkan retensi fluor pada email
j) Kobal ( Co )
Sebagian besar kobal dalam tubuh terkait dalam vitamin B12.
 Fungsi :
 Vitamin ini diperlukan untuk mematangkan sel darah merah
 Menormalkan fungsi semua sel
 Kobal mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim

Anda mungkin juga menyukai