Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TEKNOLOGI PANGAN

“BAKSO IKAN”

Dosen Pengajar: 1. Zulfiana Dewi, SKM., MP

2. Ir.Hj.Ermina Syainah, MP

3. Rahmani, STP., MP

Disusun oleh :

Akhmad Durrun Nafs

P07131216091

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEHNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN GIZI
BANJARBARU
2018
Hari/tanggal : Rabu, 11 April 2018
Judul : Pembuatan Bakso Ikan
Tempat : Laboratorium ITP Jurusan Gizi Poltekkes Banjarmasin
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan sebagai sumber protein, akan mengalami proses pengolahan sebelum
dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan pangan disamping meningkatkan nilai
tambah juga dapat memperpanjang masa simpan, meningkatkan penerimaan
terhadap produk dan menganekaragamkan produk olahan pangan. Proses
pengolahan selain dapat meningkatkan daya cerna protein, juga dapat menurunkan
nilai gizinya. Peningkatan daya cerna protein pada proses pemasakan dapat terjadi
akibat terdenaturasinya protein dan terhentinya aktivitas senyawa-senyawa anti
nutrisi. Penurunan nilai gizi protein daging dapat disebabkan oleh perlakuan suhu
yang tidak terkontrol yang dapat merusak asam-asam amino protein ikan. Oleh
karena itu, perlu perlakuan yang tepat dalam pengolahan ikan, mengingat ikan
merupakan bahan pangan sumber protein.

Ikan merupakan bahan pangan yang relatif lebih murah jika dibandingkan
dengan sumber protein yang lain. Ikan merupakan salah satu jenis daging yang
dapat diolah menjadi bakso, sosis, abon, dendeng maupun daging panggang.
Pengolahan ikan dengan berbagai cara, diduga dapat meningkatkan atau bahkan
menurunkan nilai gizi protein yang dikandungnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengkajian mengenai nilai gizi protein baik secara kuantitas maupun kualitas pada
ikan dan hasil olahannya.
Bakso sangat popular di Indonesia, karena harga dan macam bakso yang
sangat bervariasi mampu memenuhi selera dan daya beli berbagai lapisan
masyarakat (Hermanianto dan Andayani, 2002). Bakso daging adalah produk
makanan berbentuk bulat atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ternak
(kadar daging minimal 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan yang diizinkan. Kadar protein bakso minimal 9% (Badan
Standadisasi Nasional, 1995). Kadar protein bakso dipengaruhi oleh jumlah
penambahan tepung. Semakin tinggi penambahan tepung maka kadar protein bakso
semakin menurun (Octaviani, 2002).
Bakso yang mudah ditemukan adalah bakso yang terbuat dari daging sapi.
Teksturnya kenyal, berwarna abu-abu, aromanya harum dan berbau rempah, serta
rasanya gurih. Selain bakso yang terbuat dari daging, ada juga bakso yang terbuat
dari surimi. Bakso ini disebut dengan bakso ikan.
Bakso ikan hampir sama dengan bakso yang terbuat dari daging.
Perbedaannya hanya terletak pada bahan baku, yaitu ikan. Ikan yang digunakan
dalam pembuatan bakso ikan bervariasi, tergantung rasa yang diinginkan.
Kekenyalan dapat diatur berdasarkan tepung tapioka yang digunakan.
Potensi pasar bakso ikan maupun daging di Indonesia maupun luar negeri
seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Kanada cukup tinggi.Apabila kualitas
bakso ikan baik, maka dapat dijadikan usaha yang cukup menjanjikan. Bakso ikan
maupun daging yang bermutu tinggi dapat diperoleh dari penanganan bahan baku
yang baik, hingga ke pemasaran.

1.1 Tujuan Praktikum


1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami teknologi penerapan panas

1.1.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan teknologi
penerapan panas basah pada pembuatan bakso daging ikan
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik bakso ikan berdasarkan uji
organoleptik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakso
Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari daging atau ikan yang
dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau
lebih besar dan dimasak dalam air panas hingga bakso tersebut mengapung.
Masyarakat lebih mengenal bakso sebagai makanan sepinggan yang dihidangkan
dengan pelengkap lain seperti mie, sayuran, pangsit, dan kuah. Makanan ini sangat
populer dan digemari oleh masyarakat.Hal ini terlihat dari banyaknya penjual mie
bakso, mulai dari restoran sampai ke warung-warung kecil dan gerobak dorong.
Harga satu porsi mie bakso sangat bervariasi tergantung dari kualitas baksonya.
Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan-bahan mentahnya, terutama
jenis dan mutu ikan, jumlah tepung yang digunakan, atau perbandingannya dalam
adonan dan faktor-faktor lain, seperti pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara
pemasakannya, juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang akan dihasilkan .
Bahan pangan olahan ikan umumnya mempunyai nilai gizi yang tinggi
ditinjau dari kandungan protein, asam amino, lemak, dan mineral. Zaman yang
makin modern dan masyarakat yang makin sibuk, terutama di kota besar,
menyebabkan makin sedikit waktu untuk mempersiapkan makanan dengan proses
yang panjang dan memakan waktu. Di sisi lain, masyarakat makin terbuka
wawasannya terhadap makanan yang sehat dan bergizi tinggi, namun dapat
disajikan dengan cepat, contohnya bakso.
Sebagai sumber bahan pangan, tepung sagu dapat dikonsumsi secara
langsung atau digunakan dalam industri pangan. Tepung sagu mempunyai
komponen yang paling dominan seperti tepung tapioka yaitu kandungan
karbohidratnya yang tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992).Dalam pembuatan bakso
tepung sagu dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Dengan menambahkan
tepung sagu dalam adonan bakso akan mengahsilkan bakso dengan tekstur lebih
kenyal dan padat.
Bakso tanpa pengawet memiliki masa simpan maksimal satu hari pada suhu
kamar dan dua hari pada suhu dingin. Menurut Damiyati (2007), bakso merupakan
bahan pangan yang mudah rusak karena bakso mengadung protein yang tinggi,
memiliki kadar air yang tinggi, dan pH netral.

Bahan pengisi dan bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan bakso.


Perbedaan antara bahan pengikat dan bahan pengisi terletak pada fraksi utama dan
kemampuannya mengemulsikan lemak. Bahan pengisi mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih tinggi, sedangkan bahan pengikat mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi. Bahan pengikat memiliki kemampuan untuk mengikat air
dan mengemulsikan lemak (Kramlich, 1971).

Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso adalah tepung
dari pati, seperti tepung tapioca dan tepung sagu. Tepung dari pati dapat
meningkatkan daya mengikat air karena memiliki kemampuan menahan air selama
proses pengolahan dan pemanasan (Tarwotjo et al., 1971). Menurut Forrest et al.
(1975), penambahan bahan pengisi dimaksudkan untuk mereduksi penyusutan
selama pemasakan, memperbaiki stabilitas emulsi, meningkatkan cita rasa,
memperbaiki sifat irisan dan mengurangi biaya produksi. SNI 01-3818-1995
menetapkan penggunaan bahan pengisi dalam pembuatan bakso maksimum 50%
dari berat daging yang digunakan.

Proses pembuatan bakso menurut Subarnas (2004) yaitu daging dipotong


kecil-kecil, kemudian dihancurkan selama tiga menit dengan penambahan 0,3%
STPP, 20% es batu dan 3% garam. Adonan selanjutnya dicampur dengan 20%
tapioka, 0,3% merica, 0,3% bawang putih dan digiling kembali selama tiga menit.
Adonan bakso yang terbentuk disimpan selama 30 menit.Setelah disimpan, adonan
kemudian dicetak dan dimasukkan ke dalam air panas.Bakso kemudian direbus
hingga pengapung.

Pembuatan bakso menurut (Wibowo, 1997), pada prinsipnya terdiri atas


empat tahap yaitu: (1) penghancuran daging, (2) pembuatan adonan, (3) pencetakan
bakso dan (4) pemasakan bakso. Tujuan dari penghancuran daging yaitu untuk
memecah serabut otot daging, sehingga memudahkan protein larut garam seperti
aktin dan miosin terekstrak keluar. Menurut Wilson (1981), penghancuran daging
dapat dilakukan dengan cara mencacah, menggiling atau mencincang sampai halus
atau lumat.

Pengolahan bakso dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemisahan


daging dari tulang, bagian yang banyak mengandung lemak dan jaringan pengikat
(Naruki dan Kanoni,1992). Bumbu-bumbu dihaluskan dan daging diiris tipis, kira-
kira 5 x 5 cm. Daging digilingdan dalam mesin giling dimasukkan es. Daging yang
telah digiling ditambahkan tepung danbumbu, dicampur sampai rata dengan
ditambahkan air sedikit dan es, sehingga adonan menjadi kental. Adonan dibentuk
bulat-bulat dengan menggunakan tangan kiri, kemudiantangan kanan memotong
adonan yang keluar dari tangan kanan. Adonan yang terpotong dimasukkan dalam
air mendidih, perebusan dihentikan bila bakso telah muncul kepermukaan.
Perebusan kedua diperlukan bila bakso yang tebentuk kurang matang
(Bintoro,2008). Es yang ditambahkan dalam penggilingan berfungsi untuk
mempertahankan suhu agar tetap rendah dan untuk menghasilkan tekstur yang
halus (Henrickson, 1978), sedangkan penambahan air adalah untuk melarutkan
garam dan mendistribusikan secara merata keseluruh bagian daging, memudahkan
ekstraksi protein serabut otot, membantu emulsi dan mempertahankan suhu adonan
akibat pemanasan mekanis (Kramlich et al., 1971).

Pembuatan bakso dapat dilakukan dengan mencampurkan seluruh bahan


kemudian menghancurkannya atau dengan cara menghancurkan daging ikan
terlebih dahulu kemudian mencampurkannya dengan seluruh bahan lainnya.

Menurut (Pearson, 1984), kenaikan suhu akibat panas yang dihasilkan


selama proses penggilingan daging perlu diperhatikan dalam pembuatan bakso.
Stabilitas emulsi perlu dijaga dengan cara mempertahankan suhu dibawah 20ºC
karena suhu diatas 20ºC pada saat penggilingan daging akan menyebabkan
terjadinya denaturasi protein sehingga sebagian emulsi akan pecah. Pencetakan
bakso umumnya dilakukan dengan cara membentuk adonan menjadi bulatan-
bulatan sebesar kelereng atau lebih besar dengan menggunakan tangan atau alat
pencetak bakso (Wibowo, 1997).
Pengolahan bakso meliputi aspek penyediaan bahan baku yaitu daging,
tepung pati dan cara pengolahannya. Bahan tambahan yang biasanya digunakan
dalam pembuatan bakso adalah garam, es atau air es dan bumbu-bumbu. Tujuan
penggilingan daging adalah mencacah dan meningkatkan keseragaman ukuran
serabut otot dan jaringan ikat schingga distribusinya dapat merata. Selain itu emulsi
yang terbentuk akan lebih stabil (Purnomo, 1990).

Beberapa penguasaha bakso menggunakan bahan tambahan seperti tepung


tapioka, tepung sagu ataupun campuran dari kedua tepung tersebut sebagai bahan
pengikat. Selain itu bumbu yang digunakan ada campuran bawang putih, merica,
garam, dan penyedap.Tetapi ada juga yang menggunakan bumbu campuran bawang
putih, bawang merah, garam, merica, dan penyedap rasa.

Meskipun bakso sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat


mengenai bakso yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Buktinya,
bakso yang mengandung boraks atau formalin masih banyak beredar dan tetap
dikonsumsi. Menurut Damiyati (2007), formalin dapat memperpanjang daya awet
bakso, sedangkan boraks dapat mengenyalkan bakso. Tetapi formalin dan boraks
sangat membahayakan kesehatan.

Bakso yang mengandung boraks teksturnya lebih kenyal, bila digigit akan
kembali ke bentuk semula dan warnanya akan tampak lebih putih. Ini berbeda
dengan bakso yang baik, yang biasanya berwarna abu-abu segar merata pada semua
bagian, baik dipinggir maupun ditengah. Bakso dengan warna abu-abu tua
menandakan bakso tersebut dibuat dengan tambahan obat bakso yang berlebihan
(Widyaningsih dan Murtini, 2006).

2.2 Bakso Ikan


Bakso Ikan adalah bola-bola daging yang terbuat dari campuran tepung
tapioca dan daging ikan. Selain itu, juga terdapat bahan tambahan seperti garam, air
es, dan bumbu bumbu.
Bahan baku yang digunakan berupa daging ikan segar. Bahan yang kedua
yaitu tepung tapuioka. Tepung ini berfungsi sebagai bahan pengikat atau perekat,
bahan pengental, dan bahan pengisi. Kualitas tepung tapioca ditentukan oleh tingkat
atau derajat keputihan, kehalusan, kadar air tersisa, dan ada tidaknya kandungan
bahaya.Bahan tambahan utama yang digunakan adalah garam. Garam yang
ditambahkan pada daging giling akan meningkatkan protein miofibrilar yang
terekstraksi (Aberle et al, 2001). Garam ini berfungsi untuk menambah atau
meningkatkan cita rasa dan memperpanjang daya simpan produk. Selain garam,
bahan tambahan yang digunakan adalah STPP (Sodium tripolifosfat). Bahan
tambahn ini berfungsi untuk mengontrol pH, meningkatkan daya ikat air,
emulsifier, stabilisator, pengental, dan pembentukan gel pada makanan. Batas
penggunaan maksimal STPP adalah 3% dari jumlah berat daging yang digunakan.
Yang ketiga yaitu air es. Bahan ini berfungsi sebagai emulsifier daging,
yaitu dengan menurukan panas produk yang ditimbulakan oleh penggiling. Bahan
tambahan yang keempat adalah merica. Bahan ini berfungsi sebahai penguat rasa
bakso.Dan bahan tambahan yang terakhir yaitu bawang putih. Bawang putih ini
berfungsi untuk memperpanjang daya simpan bakso karena mengandung senyawa
antioksidan yang kuat.
Proses pengolahan bakso ikan ini meliputi aspek penyediaan bahan baku,
penggilingan, pembentukan adonan, dan pemasakan bakso. Penggilingan ini
berfungsi untuk mencacah dan meningkatkan keseragaman ukuran serabut otot
serta jaringan ikat sehingga distribusinya dapat merata. Selain itu, emulsi yang
terbentuk akan menjadi lebih stabil. Pembuatan adonan dilakukan dengan cara
mencampur seluruh bahan lalu dihancurkan (mixing and chopping) hingga
terbentuk suatu adonan. Pembentukan adonan yaitu cara dimana adonan yang telah
dibuat tadi dibentuk menjadi bulatan-bulatan bakso dengan ukuran yang seragam.
Pemasakan bakso dilakukan menggunakan suhu 50-60˚C dengan tujuan
membentuk bakso menjadi kenyal, lalu bakso direbus dengan air dalam suhu 100˚C,
untuk mematangkannya.
Bakso merupakan produk olahan daging atau ikan, dimana daging tersebut
telah dihaluskan terlebih dahulu dan dicampur dengan bumbu-bumbu, tepung dan
kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil lalu direbus dalam air panas. Produk
olahan daging seperti bakso telah banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat.
Secara teknis pengolahan bakso cukup mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Bila ditinjau dari upaya kecukupan gizi masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai
sarana yang tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua
lapisan masyarakat (Widyaningsih dan Murtini, 2006)
Bahan lain yang diperlukan dalam pembuatan bakso adalah tapioka. Untuk
menghasilkan bakso daging yang lezat dan bermutu tinggi jumlah tepung yang
digunakan sebaiknya paling banyak 15% dari berat daging. Idealnya, tepung
tapioka yang ditambahkan sebanyak 10% dari berat daging. Memang sering
dijumpai, terutama yang dijajakan dijalanan, bakso yang tepungnya mencapai 30-
40% dari berat daging. Bakso seperti ini diduga rasa dan mutunya kurang bagus
(Wibowo,2006).
Sebagai sumber bahan pangan, tepung sagu dapat dikonsumsi secara
langsung atau digunakan dalam industri pangan. Tepung sagu mempunyai
komponen yang paling dominan seperti tepung tapioka yaitu kandungan
karbohidratnya yang tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Bakso tanpa pengawet memiliki masa simpan maksimal satu hari pada suhu
kamar dan dua hari pada suhu dingin. Menurut Damiyati (2007), bakso merupakan
bahan pangan yang mudah rusak karena bakso mengadung protein yang tinggi,
memiliki kadar air yang tinggi, dan pH netral.

Bahan Tambahan
Berdasarkan pendapat Daniati (2005), fungsi bahan dan bumbu-bumbu
tambahan adalah sebagai berikut :
a. Tepung tapioca
Tepung digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan bakso,
tepung yang digunakan dalam pembuatan bakso berfungsi sebagai pengikat
dan perekat bahan lain. Kualitas tepung yang digunakan sebagai bahan
makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan.Tepung
yang baik kualitasnya dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yaitu berwarna
putih, tidak berbau apek, teksturnya halus. Agar baksonya lezat, teksturnya
bagus, bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-
15% dari berat daging.
b. Rempah (bumbu)
Bumbu yang umum digunakan dalam pembuatan bakso ikan meliputi :
bawang putih, bawang merah, merica, dan garam.
 Bawang merah
Bawang merah (Alllium cepa) berasal dari Iran dan Pakistan Barat yang
kemudian dibudidayakan didaerah dingin, sub-tropik maupun tropik
Umbinya dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat
tradisional, kulit umbinya dapat digunakan sebagai zat pewarna dan
daunnya dapat digunakan sebagai campuran sayur. Senyawa berkhasiat
dalam bawang relative utuh dan tidak mengalami kerusakan sekalipun
dimasak, penggunaan bawang merah pada pembuatan bakso ikan
bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.
 Bawang putih
Bawang putih (Allium sativum) berasal dari daerah Asia Tengah,
bawang putih mempunyai bau yang tajam karena umbinya mengandung
sejenis minyak atsiri (Methyl allyl disulfida) sehingga akan memberikan
aroma yang harum. Umbinya dapat digunakan sebagai campuran bumbu
masak serta penyedap berbagai masakan.Bawang putih yang digunakan
sekitar 1% dari berat daging ikan.

 Merica
Merica (Piper Nigrum) sering disebut juga dengan lada.Merica putih
maupun lada hitam mengandung senyawa alkaloid piperin yang berasa
pedas. Minyak atsiri yang terdapat dalam merica, yakni filandren
membuat bau pedasnya menyengat, terutama jika dicium dari jarak
dekat.Merica yang digunakan sekitar 1% dari berat daging ikan.
 Garam
Garam dapur mempunyai istilah kimia natrium clorida (NaCl).Pada
umumnya digunakan untuk memantapkan rasa dalam pembuatan
makanan termasuk dalam pembuatan bakso. Mencermati bentuk dari
garam, ada garam padat berbentuk batang, garam kasar atau garam
rosok, dan garam halus yang sering digunakan sebagai garam meja.
Fungsi garam adalah memberi rasa gurih pada bakso, garam yang
bermutu baik adalah berwarna putih, bersih dari kotoran. Garam yang
digunakan sekitar 2,5% dari berat ikan.
 Es batu
Es batu membantu pembentukan adonan dan memperbaiki tekstur
bakso, serta menjaga suhu adonan tetap rendah selama penggilingan
(Anonymous, 2001). Adanya peningkatan suhu akan mengganggu pada
pembentukan emulsi. Menurut Soeparno (2005), stabilitas emulsi
maksimum diperoleh melalui pencacahan dan penghancuran lemak dan
daging pada suhu 3-11˚C. Suhu di atas 22˚C dapat mengakibatkan
pecahnya emulsi, protein daging terdenaturasi, penurunan viskositas
emulsi, dan lelehnya partikel lemak.

2.3.1 Tahapan Pengolahan Bakso Ikan


Potong-potong kecil daging Ikan, kemudian blender bersama es batu
hinggahalus. Buanglah jika timbul lemak yang mengapung di permukaan.
Lumatkan daging ikan tersebut dengan cara digiling dengan menggunakan alat
penggiling daging). Haluskan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging ikan lumat
sambil diaduk dan masukkan tepung sagu sani sedikit demi sedikit. Aduk adonan
sampai homogen dan tidak lengket di tangan dan tambahkan bawang goring halus.
Aduk adonan sampai homogen dan tidak lengket di tangan. Lakukan pencetakan
yaitu dengan membuat bola-bola kecil dengan cara adonan diletakkan pada telapak
tangan, dikepal-kepal, kemudian ditekan sehingga akan keluar bola-bola bakso dari
sela-sela jari dan telunjuk. Bola-bola
bakso yang keluar dari kepalan itu diangkat dengan sendok dan sedikit
diratakan. Rebus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah
matang (sekitar 15 menit). Angkat bakso yang telah matang dan tiriskan. Bakso
ikan dapat disajikan dalam bentuk rebusan dengan kuah. Bakso ikan yang disajikan
dalam bentuk kuah perlu dipersiapkan kuahnya yaitu dengan membuat kaldu
(merebus bagian tulang dari ikan tadi) kemudian diberikan bumbu yang telah
dihaluskan (merica, bawang putih dan garam), sedangkan bumbu-
bumbu penyedap kuah antara lain, bawang goreng, tongcai, saos
tomat, cabe/sambal, kecap, cuka, sayur caisim (Anonim, 2010).

2.3.2 Standar Mutu Bakso Ikan

Kriteria bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang
terdapat didalam SNI 01-7266.12006 adalah:

- Bentuk : bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, tidak


kusam.
- Warna : putih merata tanpa warna asing lain.
- Rasa : lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang digunakan.
- Aroma : bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang
digunakan dan bau bumbu cukup tajam.
- Tekstur : kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat daging,
tanpa duri atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair, dan tidak rapuh.

Mutu suatu produk merupakan salah satu faktor utama yang membedakan tingkat
penerimaan produk tersebut oleh konsumen. Persyaratan mutu dan keamanan
pangan bakso ikan berdasarkan SNI 017266.1-2006 disajikan dalam tabel 1
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Baskom
 Timbangan
 Serbet
 Wajan
 Pisau
 Nampan
3.1.2 Bahan
 daging ikan tenggiri : 500 gram
 garam : 1¼ sdt
 es batu : 50 gram
 tepung sagu : 2 sdm
 air es : 150 ml
 merica bubuk : 1 ½ sdt
 bawang goreng yang haluskan : 3 sdm

3.2 Prosedur Kerja


1) Potong kecil daging ikan tenggiri
2) Blender bersama es batu hingga halus
3) Angkat daging ikan yang sudah lembut
4) Tambahkan tepung sagu, merica bubu, garam,air sambil di uleni
dengan tangan dengan berputar satu arah, masukan bawang
goreng halus
Bulatkan adonan daging ikan masukkan dalam air hangat hingga
adonan habis setelah itu rebus adonan hingga mengapung,
5) Angkat tiriskan

3.3.3 Diagram Alir

Daging Ikan Tenggiri


Potong kecil-kecil dan blender hingga halus es batu

tepung sagu tani, bawang goreng


uleni hingga homogen
merica bubuk halus
garam dan air
Masukkan ke dalam air hangat

hingga mengapung

Bakso Ikan

DAFTAR PUSTAKA
Fajriannor. 2012. Laporan Praktikum Bakso Ikan.
https://fajrirectaespada.wordpress.com/2012/06/15/laporan-praktikum-
bakso-ikan/comment-page-1/ (Diakses pada 10 April 2017)

Assambo, Siti. 2013. Laporan Praktikum Pembuatan Bakso.


http://sittiassambo.blogspot.co.id/2013/10/laporan-praktikum-pembuatan-
bakso.html (Diakses pada 10 April 2017)

Lubis, Romadhon. 2014. Laporan Pembuatan Bakso Ikan .


https://romadhonlubismedan.wordpress.com/2014/01/10/laporan-
pembuatan-bakso-ikan/ (Diakses pada 10 April 2017)

Tridiyani, Anisa. 2011. Mutu Bakso Ikan.


http://3diyanisa3.blogspot.co.id/2011/05/mutu-bakso-ikan.html (Diakses
pada 10 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai