“BAKSO IKAN”
2. Ir.Hj.Ermina Syainah, MP
3. Rahmani, STP., MP
Disusun oleh :
P07131216091
Ikan merupakan bahan pangan yang relatif lebih murah jika dibandingkan
dengan sumber protein yang lain. Ikan merupakan salah satu jenis daging yang
dapat diolah menjadi bakso, sosis, abon, dendeng maupun daging panggang.
Pengolahan ikan dengan berbagai cara, diduga dapat meningkatkan atau bahkan
menurunkan nilai gizi protein yang dikandungnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengkajian mengenai nilai gizi protein baik secara kuantitas maupun kualitas pada
ikan dan hasil olahannya.
Bakso sangat popular di Indonesia, karena harga dan macam bakso yang
sangat bervariasi mampu memenuhi selera dan daya beli berbagai lapisan
masyarakat (Hermanianto dan Andayani, 2002). Bakso daging adalah produk
makanan berbentuk bulat atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ternak
(kadar daging minimal 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan yang diizinkan. Kadar protein bakso minimal 9% (Badan
Standadisasi Nasional, 1995). Kadar protein bakso dipengaruhi oleh jumlah
penambahan tepung. Semakin tinggi penambahan tepung maka kadar protein bakso
semakin menurun (Octaviani, 2002).
Bakso yang mudah ditemukan adalah bakso yang terbuat dari daging sapi.
Teksturnya kenyal, berwarna abu-abu, aromanya harum dan berbau rempah, serta
rasanya gurih. Selain bakso yang terbuat dari daging, ada juga bakso yang terbuat
dari surimi. Bakso ini disebut dengan bakso ikan.
Bakso ikan hampir sama dengan bakso yang terbuat dari daging.
Perbedaannya hanya terletak pada bahan baku, yaitu ikan. Ikan yang digunakan
dalam pembuatan bakso ikan bervariasi, tergantung rasa yang diinginkan.
Kekenyalan dapat diatur berdasarkan tepung tapioka yang digunakan.
Potensi pasar bakso ikan maupun daging di Indonesia maupun luar negeri
seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Kanada cukup tinggi.Apabila kualitas
bakso ikan baik, maka dapat dijadikan usaha yang cukup menjanjikan. Bakso ikan
maupun daging yang bermutu tinggi dapat diperoleh dari penanganan bahan baku
yang baik, hingga ke pemasaran.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakso
Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari daging atau ikan yang
dihaluskan, dicampur dengan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau
lebih besar dan dimasak dalam air panas hingga bakso tersebut mengapung.
Masyarakat lebih mengenal bakso sebagai makanan sepinggan yang dihidangkan
dengan pelengkap lain seperti mie, sayuran, pangsit, dan kuah. Makanan ini sangat
populer dan digemari oleh masyarakat.Hal ini terlihat dari banyaknya penjual mie
bakso, mulai dari restoran sampai ke warung-warung kecil dan gerobak dorong.
Harga satu porsi mie bakso sangat bervariasi tergantung dari kualitas baksonya.
Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan-bahan mentahnya, terutama
jenis dan mutu ikan, jumlah tepung yang digunakan, atau perbandingannya dalam
adonan dan faktor-faktor lain, seperti pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara
pemasakannya, juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang akan dihasilkan .
Bahan pangan olahan ikan umumnya mempunyai nilai gizi yang tinggi
ditinjau dari kandungan protein, asam amino, lemak, dan mineral. Zaman yang
makin modern dan masyarakat yang makin sibuk, terutama di kota besar,
menyebabkan makin sedikit waktu untuk mempersiapkan makanan dengan proses
yang panjang dan memakan waktu. Di sisi lain, masyarakat makin terbuka
wawasannya terhadap makanan yang sehat dan bergizi tinggi, namun dapat
disajikan dengan cepat, contohnya bakso.
Sebagai sumber bahan pangan, tepung sagu dapat dikonsumsi secara
langsung atau digunakan dalam industri pangan. Tepung sagu mempunyai
komponen yang paling dominan seperti tepung tapioka yaitu kandungan
karbohidratnya yang tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992).Dalam pembuatan bakso
tepung sagu dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Dengan menambahkan
tepung sagu dalam adonan bakso akan mengahsilkan bakso dengan tekstur lebih
kenyal dan padat.
Bakso tanpa pengawet memiliki masa simpan maksimal satu hari pada suhu
kamar dan dua hari pada suhu dingin. Menurut Damiyati (2007), bakso merupakan
bahan pangan yang mudah rusak karena bakso mengadung protein yang tinggi,
memiliki kadar air yang tinggi, dan pH netral.
Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso adalah tepung
dari pati, seperti tepung tapioca dan tepung sagu. Tepung dari pati dapat
meningkatkan daya mengikat air karena memiliki kemampuan menahan air selama
proses pengolahan dan pemanasan (Tarwotjo et al., 1971). Menurut Forrest et al.
(1975), penambahan bahan pengisi dimaksudkan untuk mereduksi penyusutan
selama pemasakan, memperbaiki stabilitas emulsi, meningkatkan cita rasa,
memperbaiki sifat irisan dan mengurangi biaya produksi. SNI 01-3818-1995
menetapkan penggunaan bahan pengisi dalam pembuatan bakso maksimum 50%
dari berat daging yang digunakan.
Bakso yang mengandung boraks teksturnya lebih kenyal, bila digigit akan
kembali ke bentuk semula dan warnanya akan tampak lebih putih. Ini berbeda
dengan bakso yang baik, yang biasanya berwarna abu-abu segar merata pada semua
bagian, baik dipinggir maupun ditengah. Bakso dengan warna abu-abu tua
menandakan bakso tersebut dibuat dengan tambahan obat bakso yang berlebihan
(Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Bahan Tambahan
Berdasarkan pendapat Daniati (2005), fungsi bahan dan bumbu-bumbu
tambahan adalah sebagai berikut :
a. Tepung tapioca
Tepung digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan bakso,
tepung yang digunakan dalam pembuatan bakso berfungsi sebagai pengikat
dan perekat bahan lain. Kualitas tepung yang digunakan sebagai bahan
makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan.Tepung
yang baik kualitasnya dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yaitu berwarna
putih, tidak berbau apek, teksturnya halus. Agar baksonya lezat, teksturnya
bagus, bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-
15% dari berat daging.
b. Rempah (bumbu)
Bumbu yang umum digunakan dalam pembuatan bakso ikan meliputi :
bawang putih, bawang merah, merica, dan garam.
Bawang merah
Bawang merah (Alllium cepa) berasal dari Iran dan Pakistan Barat yang
kemudian dibudidayakan didaerah dingin, sub-tropik maupun tropik
Umbinya dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat
tradisional, kulit umbinya dapat digunakan sebagai zat pewarna dan
daunnya dapat digunakan sebagai campuran sayur. Senyawa berkhasiat
dalam bawang relative utuh dan tidak mengalami kerusakan sekalipun
dimasak, penggunaan bawang merah pada pembuatan bakso ikan
bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari bakso yang dihasilkan.
Bawang putih
Bawang putih (Allium sativum) berasal dari daerah Asia Tengah,
bawang putih mempunyai bau yang tajam karena umbinya mengandung
sejenis minyak atsiri (Methyl allyl disulfida) sehingga akan memberikan
aroma yang harum. Umbinya dapat digunakan sebagai campuran bumbu
masak serta penyedap berbagai masakan.Bawang putih yang digunakan
sekitar 1% dari berat daging ikan.
Merica
Merica (Piper Nigrum) sering disebut juga dengan lada.Merica putih
maupun lada hitam mengandung senyawa alkaloid piperin yang berasa
pedas. Minyak atsiri yang terdapat dalam merica, yakni filandren
membuat bau pedasnya menyengat, terutama jika dicium dari jarak
dekat.Merica yang digunakan sekitar 1% dari berat daging ikan.
Garam
Garam dapur mempunyai istilah kimia natrium clorida (NaCl).Pada
umumnya digunakan untuk memantapkan rasa dalam pembuatan
makanan termasuk dalam pembuatan bakso. Mencermati bentuk dari
garam, ada garam padat berbentuk batang, garam kasar atau garam
rosok, dan garam halus yang sering digunakan sebagai garam meja.
Fungsi garam adalah memberi rasa gurih pada bakso, garam yang
bermutu baik adalah berwarna putih, bersih dari kotoran. Garam yang
digunakan sekitar 2,5% dari berat ikan.
Es batu
Es batu membantu pembentukan adonan dan memperbaiki tekstur
bakso, serta menjaga suhu adonan tetap rendah selama penggilingan
(Anonymous, 2001). Adanya peningkatan suhu akan mengganggu pada
pembentukan emulsi. Menurut Soeparno (2005), stabilitas emulsi
maksimum diperoleh melalui pencacahan dan penghancuran lemak dan
daging pada suhu 3-11˚C. Suhu di atas 22˚C dapat mengakibatkan
pecahnya emulsi, protein daging terdenaturasi, penurunan viskositas
emulsi, dan lelehnya partikel lemak.
Kriteria bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang
terdapat didalam SNI 01-7266.12006 adalah:
Mutu suatu produk merupakan salah satu faktor utama yang membedakan tingkat
penerimaan produk tersebut oleh konsumen. Persyaratan mutu dan keamanan
pangan bakso ikan berdasarkan SNI 017266.1-2006 disajikan dalam tabel 1
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Baskom
Timbangan
Serbet
Wajan
Pisau
Nampan
3.1.2 Bahan
daging ikan tenggiri : 500 gram
garam : 1¼ sdt
es batu : 50 gram
tepung sagu : 2 sdm
air es : 150 ml
merica bubuk : 1 ½ sdt
bawang goreng yang haluskan : 3 sdm
hingga mengapung
Bakso Ikan
DAFTAR PUSTAKA
Fajriannor. 2012. Laporan Praktikum Bakso Ikan.
https://fajrirectaespada.wordpress.com/2012/06/15/laporan-praktikum-
bakso-ikan/comment-page-1/ (Diakses pada 10 April 2017)