OLEOKIMIA I
OLEH :
1.3. Abstrak
Minyak atau lemak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat
dan protein. Selain itu minyak juga digunakan sebagai media penghantar panas dan
memberikan rasa gurih pada makanan. Minyak dan lemak tidak larut didalam air sehingga
pada percobaan kali ini digunakan pelarut kloroform (non polar) karena minyak dan lemak
memiliki polaritas yang sama dengan pelarut kloroform. Bilangan peroksida merupakan
indeks jumah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Tujuan praktikum kali ini
untuk menentukan mutu minyak yang dijadikan sampel berdasarkan angka peroksidanya.
Semakin tinggi angka peroksida yang dimiliki minyak maka akan semakin turun mutu minyak
tersebut. Pada percobaan kali ini didapatkan nilai bilangan peroksida dari ketiga sampel
minyak. Untuk minyak I memiliki bilangan peroksida sebesar: 11,70588 mek/kg ; untuk
minyak II memiliki bilangan peroksida sebesar: 9,5673 mek/kg ; sedangkan untuk minyak III
memiliki bilangan peroksida sebesar: 7,88118 mek/kg. Menurut SNI 3741-2013 untuk
bilangan peroksida minyak goreng sebesar maksimal 10 mek/kg. Sehingga dari pernytaan
diatas dapat diketahui bahwa minyak I tidak memenuhi SNI karena memiliki bilangan
peroksida yang lebih dari 10 mek/kg. Sedangkan untuk minyak II dan minyak III sudah
memenuhi SNI. Maka dapat dipastikan bahwa sampel minyak I memiliki mutu yang rendah,
sedangkan sampel minyak III memiliki mutu yang paling bagus karena memiliki bilangan
peroksida yang paling kecil dari ketiga sampel.
3.1. Alat
NO. NAMA ALAT UKURAN JUMLAH
1. Erlenmeyer tertututp 250 ml 1 buah
2. Beaker Glass 500 ml 1 buah
3. Buret 50 ml 1 buah
4. Corong Kaca - 1 buah
5. Neraca Digital - 1 set
6. Water Bath - 1 set
7. Statif & Klem - 1 set
8. Pipet Tetes - 4 buah
9. Gelas Ukur 100 ml 1 buah
10. Pipet Ukur 20 ml 1 buah
11. Bola Hisap - 1 buah
3.2. Bahan
NO. NAMA BAHAN FASE JUMLAH
1. Minyak I Liquid 5,10 gram
2. Minyak II Liquid 5,20 gram
3. Minyak III Liquid 5,05 gram
4. Vaseline Semi liquid Secukupnya
5. Larutan Kloroform Liquid 36 mL
6. Larutan Asam Asetat Liquid 54 mL
7. Larutan Pati 1 % Liquid 9 tetes
8. Larutan KI Jenuh Liquid 30 tetes
9. Aqudest Panas Liquid 90 mL
10. Alumunium Foil Solid Secukupnya
11. Larutan Na2S2O3 Liquid 1,4 Ml
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1. Prosedur
1. Sampel minyak (tropical dan wijen ) ditimbang sebanyak kurang lebih 5 gram
2. Vaseline diolesin di kedua leher erlenmeyer
3. Kloroform di pipet sebanyak 12 ml ke dalam setiap sampel (minyak )
4. Asam asetat glasial di pipet sebanyak 18 ml ke dalam setiap sampel
5. Campuran pelarut dengan minyak dipanaskan dalam waterbath agar sampel ( minyak)
larut secara sempurna
6. KI jenuh ditambahkan sebanyak 10 tetes ke dalam erlenmeyer yang berisi minyak
Tropical
7. Aquadest panas ditambahkan sebanyak 30 ml ke dalam erlenmeyer yang berisi minyak
Tropical dan KI jenuh
8. Sampel (minyak ) dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai larutan menjadi kuning
10. Setelah dititrasi dan berubah warna menjadi larutan kuning lalu larutan Pati 1%
ditambahkan sebanyak 3 tetes hingga terbentuk warna biru kegelapan
10. Larutan kembali dititrasi hingga warna biru kegelapan hilang dan titrasi dihentikan
jika larutan berubah menjadi tidak bewarna
11. Volume natrium tiosulfat yang digunakan saat titrasi diukur dan dicatat
12. KI jenuh ditambahkan sebanyak 10 tetes ke dalam erlenmeyer yang berisi minyak
wijen
13. Aquadest panas ditambahkan sebanyak 30 ml ke dalam erlenmeyer yang berisi
minyak wijen dan KI jenuh
14. Sampel (minyak) dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai larutan menjadi kuning
15. Setelah dititrasi dan berubah warna menjadi larutan bewarna kuning lalu larutan Pati
1% ditambahkan sebanyak 3 tetes hingga terbentuk warna biru kegelapan
16. Larutan kembali dititrasi hingga warna biru kegelapan hilang dan titrasi dihentikan
jika larutan berubah warna menjadi tidak bewarna
17. Volume natrium tiosulfat yang digunakan saat titrasi diukur dan dicatat
4.2. Gambar Rangkaian
BAB V
ANALISA DATA
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Besarnya bilangan peroksida yang didapat dari masing – masing sampel adalah:
Untuk sampel minyak I memiliki bilangan peroksida11,70588 mek/kg, untuk sampel
minyak II memiliki bilangan peroksida sebesr: 9,5673 mek/kg, sedangkan minyak III
memiliki bilangan peroksida sebesar 7,88118 mek/kg.
2. Kualitas dari ketiga sampel minyak tersebut dapat diketahui dari besarnya angka
peroksida dari masing – masing sampel. Untuk sampel minyak I memiliki mutu yang
rendah karena angka peroksidanya melebihi SNI, sedangkan untuk sampel minyak II
memiliki angka peroksida yang memenuhi SNI, dan untuk sampel minyak III
memiliki mutu yang paling bagus dari ketiga sampel, hal itu dapat terjadi karena
sampel minyak III memiliki angka peroksida yang lebih rendah dari ketiga sampel
diatas.
3. Besarnya bilangan peroksida menjadi parameter mutu sebuah minyak, semakin tinggi
bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan suatu minyak, dan
menyebabkan mutu minyak menjadi rendah.
7.2. Saran
Alangkah baiknya dalam memvideokan percobaanya di tampakkan hasilnya dan juga
cara merangkai alat percobaanya sehingga praktikan dapat lebih memahaminya .
DAFTAR PUSTAKA
Hasil Standart Nasional Indonesia (SNI) dari bilangan peroksida minyak goreng adalah:
SNI 3741-2013 dengan niali bilangan iodium sebesar : 10 mek/kg
LAMPIRAN 3