Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan kimia umumnya diperdagangkan dalam bentuk padatan

(kristal) atau larutan pekat, jarang sekali dalam bentuk siap pakai. Sementara

dalam laboratorium setiap percobaannya selalu menggunakan larutan encer. Oleh

karena itu, larutan yang diperlukan harus dibuat dari larutan pekat atau melarutkan

dari padatan murni. Pembuatan itu dilakukan dengan mencampurkan zat terlarut

dalam pelarut dalam jumlah tertentu. Larutan dibuat dengan konsentrasi tertentu

dan dinyatakan dalam konsentrasi molaritas (M).

Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yang melibatkan

perubahan struktur, komposisi dan energi setiap spesies yang berperan serta di

dalamnya dalam skala molekular, bahkan kadangkadang atomik. Pengetahuan

kesetaraan massa antara zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan

yang melibatkan reaksi kimia. Dalam suatu pelaksanaan analisis kimia secara

kualitatif maupun kuantitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan

pembentukan senyawa kompleks. Selain digunakan dalam hal menganalisis,

pereaksi juga digunakan untuk menguji adanya senyawa-senyawa seperti asam

amino, protein, lipid, pati, enzim dan karbohidrat dalam suatu sampel baik itu

makanan maupun cuplikan lain yang hendak diidentifikasi. Latar belakang inilah

yang menjadi dasar dilakukannya praktikum pembuatan pereaksi ini.

1.2 Rumusan Masalah


2

Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu bagaimana membuat pereaksi

yang baik untuk digunakan dalam berbagai uji-uji dalam biokimia.


1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini yaitu untuk membuat pereaksi yang akan digunakan

dalam berbagai uji-uji dalam biokimia.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini yaitu mengetahui cara membuat pereaksi yang

akan digunakan dalam percobaan serta kegunaan dari pereaksi itu sendiri.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reagen/Larutan

Reagen atau sering disebut pereaksi adalah suatu zat yang berperan

dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis. Istilah reagen juga

digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian yang cukup untuk

sebuah analisis atau percobaan. Sebagai contoh sebuah reagen air tidak boleh

mengandung banyak ketidakmurnian seperti ion natrium, klorida atau bakteri dan

juga memiliki tahanan listrik yang tinggi. Penggolongan reagen terbagi menjadi

dua, yaitu :

a. Reagen padat adalah pereaksi yang berbentuk padatan atau serbuk, seperti

calcium carbonate.

b. Reagen cair adalah pereaksi yang berbentuk cairan, baik encer maupun

kental, seperti hydrochloric acid.

Jenis reagen yang akan didinginkan oleh cold storage adalah reagen cair.

Produk reagen ini mempunya komposisi didalam cairan tersebut adalah protein

dan enzim. Pada penyimpanannya produk reagen ini harus berada pada kisaran

suhu 2 8 oC. Apabila produk reagen ini berada pada batas atas suhu tersebut

maka akan merusak kandungan protein dan enzim yang ada pada produk reagen

ini, sehingga akan memperpendek umur dari kualitas produk tersebut. Kemudian

jika produk reagen ini berada pada batas bawah suhu tersebut, maka akan

membekukan produk sehingga produk tersebut akan rusak (Rahmat, 2015).


4

Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang

memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumeya.

Berdasarkan komposisi zat terlarut dan pelarut yang menyusun larutan, dapat

dibedakan larutan jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut

maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature

konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada sifat zat tersebut,

volume pelarut, suhu dan tekanan (Azizah, 2004).


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat

yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat

bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah

larutan yang mengandung sejumlah kecil solut, relatif terhadap jumlah pelarut.

Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solut.

Solut adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana

solut terlarut (Baroroh, 2004).

Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh : Jenis zat pelarut,

jenis zat terlarut, temperatur, dan tekanan. Zat-zat dengan struktur kimia yang

mirip umumnya saling bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar

bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna, air dan eter bercampur

sebagian, sedang air dan minyak tidak bercampur sama sekali (Sukardjo, 2002).

2.2 Pelarut dan Zat terlarut


Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam

air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon

dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka.

Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai


5

pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan

60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 %

gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat

tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut

(menyerupai air) (Harper, 1980).


2.3 Konsentrasi Larutan
Kosentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam cara

yaitu : Persen berat : Bagian berat zat terlarut tiap 100 bagian berat larutan, persen

volum : bagian volume zat terlarut tiap 100 bagian volume larutan, bagian berat

zat terlarut tiap seberat tertentu pelarut, bagian berat zat terlarut tiap sebesar

tertentu larutan, molaritas (M) : Jumlah mol zat terlarut tiap liter larutan,

normalitas (N) : Jumlah grek zat terlarut tiap liter larutan, nolalitas (m) : Jumlah

mol zat terlarut tiap 1000 gram zat pelarut, fraksi mol (NA) : Jumlah mol zat

terlarut dibagi jumlah mol larutan (Sukardjo, 2002).


Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah

tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau

ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan

dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Gunawan, 2004).
Molar (M) larutan didasarkan pada jumlah mol kimia dalam 1 liter

larutan. Mol terdiri dari molekul atau atom 6.02x1023. Berat molekul (MW) adalah

berat satu mol kimia. Tentukan MW menggunakan tabel periodik dengan

menambahkan massa atom setiap atom dalam rumus kimia. Setelah berat molekul

dari suatu bahan kimia yang diketahui, berat kimia untuk larut dalam air untuk

larutan molar kurang dari 1M (Delvin, 2003).


2.4 Macam-Macam Pereaksi
6

2.4.1 Pereaksi Ninhidrin

Pengembangan reagen ninhidrin yang digunakan dalam penentuan

kuantitatif asam amino ditemukan bahwa kehadiran dari pengurangan ninhidrin

dalam larutan sangat penting jika pengembangan warnanya sesuai dengan

hukum Beer. Menurunnya Senyawa (dalam bentuk hydrindantin) hampir

sepenuhnya tidak larut dalam air. Persiapan reagen membutuhkan air- pelarut

organik yang mampu melarutkan baik hydrindantin dan senyawa yang

berwarna biru (diketohydrindyliden-diketohydrindamin) dibentuk oleh reaksi

ninhidrin dengan asam amino. Pelarut yang paling efektif untuk diuji adalah

methil cellosolve; penderita dari keterbatasan serius yang umumnya dengan

banyak pelarut organik yang mudah menguap, sehingga harus ditangani dengan

hati-hati karena toksisitasnya (Moore, 1968).

Secara konvensional, reagen ninhidrin dibuat dari 0,5 gram ninhidrin

dan 1 mL 0,01 M kalium sianida kedalam 59 mL metil sellosol (Yokoyama,

2003). Pereaksi ninhidrin adalah 0,1 % w,v lautan ninhidrin dalam butanol.

Adanya warna violet menunjukan adanya asam amino dalam uji tes ninhidrin

(Hasan, 2013).

2.4.2 Uji Aldehid dan Keton


7

Pereaksi Fehlingdan pereaksi Benedict yang terdiri dari kelompok Cu2+

dengan ion tartrat untuk pereaksi Fehlingatau ion sitrat untuk perekasi Benedict,

keduanya adalah larutan basa. Reaksinya dengan aldehida ialah :

Gambar. 2.1 Reaksi Fehlingdan Aldehid

Pereaksi tembaga berwarna biru tua. Jika pereakis ini bereaksi dengan aldehida,

terbentuk endapan Cu2O berwarna merah bata.

Reaksi dengan pereaksi Tollen atau Fehlingmengubah ikatan C-H

menjadi ikatan C-O. Aldehida dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah

atom karbon yang sama. Karena keton tidak mempunyai hydrogen yang

menempel pada atom karbon karbonil, keton tidak dapat dioksidasi dengan

pereaksi-pereaksi ini (Hart, 1990).

2.4.3 Pereaksi Fehling

Modifikasi pereaksi Fehling adalah pereaksi Benedict, yang merupakan

campuran 17,3 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sitrat, dan 100 gram natrium

karbonat dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi

Benedict akan terjadi perubahan warna dari biru hijau kuning kemerah merahan

dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila konsentrasi

karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi Fehling, dalam reaksi

ini, karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat, sedangkan pereaksi

Benedict (sebagai Cu++) akan tereduksi menjadi kupro oksida. Jadi, dalam uji ini

terjadi proses oksida dan proses reduksi.


8

Gambar. 2.2 Reaksi Karbohidrat dengan pereaksi Benedict

Filtrat direaksikan dengan reagen Fehling A dan B, adanya warna coklat

kemerah merahan menunjukan bahwa adanya gula yang tereduksi. Larutan

Fehling A adalah larutan tembaga sulfat dalam air. FehlingB adalah larutan alkali

yaitu kalium tartat atau yang sering di sebut sebagai garam Rochelle. Ketika

kedua larutan Fehling A dan Fehling B dicampurkan maka muncul warna biru dari

tembaga hidroksida, itensitas warnanya akan berkurang akibat teroksidasi oleh

aldehid (Murugan, 2013).

2.4.4 Pereaksi Tollens

Pereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitrat dengan

larutan ammonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula

mula terbentuk larut.

2.3 Reaksi Karbohidrat dan pereaksi Tollens

(Sumardjo, 2009).

Prosedur Tollens, mengikuti metode sintesis hijau, metode ini

berdasarkan reduksi (Ag(NH)3)2+ dalam larutan oleh aldehid dengan kehadiran

ammonia. Larutan perak nitrat digunakan sebagai prekusor dalam suhu kamar dan
9

tekanan atm. Pertama, larutan perak nitrat (0.5 M) dan NaOH (0.5 M) dicampur

menghasilkan endapan Ag2O.

2 Ag + + 2OH- Ag2O + H2O

Endapan Ag2O terpisah dari larutan dan lalu dibilas tiga kali dengan air yang

telah disuling dua kali. Endapan kering di suhu lingkungan dan endapan Ag2O

berubah menjadi coklat. Lalu 2% larutan ammonium yang disiapkan kemudian di

tambahkan Ag2O sedikit demi sedikit, sampai rasio konsentrasi antara NH 3 dan

Ag2O adalah 4:1 . ion kompleks (Ag(NH)3)2+ berwarna coklat (Montazer, 2011).

2.4.5 Test Barfoed dan Selliwanof

Filtrate direaksikan dengan reagent barfoed dan melalui panas,adanya

warna orens kemarah-merahan menunjukan adanya gula non pereduksi. (Sarma,

2011).Tes Selliwanof digunakan untuk membedakan antara monosakarida yaitu

glukosa dan fruktosa), dengan penambahan 3 mL pereksi selliwanof kemudian di

panaskan dalam water bath selama 1 menit, adanya warna orens menandakan

adanya fruktosa (Aladesida,2013)


10

2.4.6 Larutan Pati

Pati adalah polimer karnohidat yang terbuat dari unit hidroglukosa ang

beriaktan seperti ikatan 1,4 glikosidik . pati terbagi menjadi dua yatiu amilosa dan

amilopektin (yusuf, 2007). Larutan alhohol di campur dengan setetes larutan

glukosa kemudiakn di tambahkan asam sulfat. Muculnya warna ungu menandakan

adanya naftol. Secara teori turunan fulfural dibentul dari reaksi asam sulfur

menghasilkan warna ungu di tengah lapisan, dengan Pemanasan atau Pada suhu

rendah, warna ungu di yakini akibat dar reaksi triphenilmetana antara napthol

dan fulfural (Murugan, 2013)

2.4.7 Pereaksi Schiff

Uji pereaksi Schiff : sampel di masukan ke dalam tabung reaksi, di

tambahkan perekasi Schiff, adanya warna pink menunjukan adanya aldehid dalam

sampel. Reagen Schiff sangat mudah larut dalam larutan p rosalian hidroclorida

dalam air, reagent Schiff setelah bereaksi dengan aldehih membentuk warna pink

mengalami reoksidasi sehingga warna reagetn schiff kembali ke keadaan asal

(Murugan, 2013).
11

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu 15 april 2017 pukul 13.00-

17.00 WITA di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

3.2 Desain Praktikum

Desain praktikum yang dilakukan adalah praktikum eksperimen

laboratorik dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium

lalu dibuat larutannya yang akan digunakan sebagai larutan uji untuk praktikum

selanjutnya.

3.3 Sampel

Sampel dalam praktikum ini adalah bahan-bahan kimia yang digunakan

untuk pembuatan reagen pada uji protein dan asam amino, pati/karbohidrat, enzim

dan lipid. Pengambilan sampel dilakukan pada ruang bahan kimia yang terdapat di

laboratorium jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.4 Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan sebagai berikut gelas kimia 250 mL, batang

pengaduk, corong gelas, gelas arloji, pipet tetes, labu takar 25 mL, 50 mL, 100

mL, botol semprot, pipet volume 25 mL, filler, gegep, botol reagen, spatula, gelas

ukur 50 mL, 100 mL.


12

Bahan-bahan yang digunakan yaitu naftol, alkohol, orcinol besi (III)

klorida, HCl pekat, resinol 0.5 %, HCl 6 M, asam asetat glasial, Kristal Cu (II)

asetat, HCl 12 M, H2SO4 18 M, ninhidrin 0,2 gram, HgSO4 1 gram, NaOH 0,4

gram, aquades

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Pereaksi Mollisch
Sebanyak 5 gram naftol (C 10H8O) ditimbang, kemudian dilarutkan

dengan alkohol dalam gelas kimia dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,

lalu ditambahkan alkohol sampai batas tanda tera.


3.5.2 Pereaksi Seliwanof

Sebanyak 8,75 mL resorsinol 0,5 % dan 4 mL HCl 6 M dicampurkan,

kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, lalu ditambahkan HCl 6 M

hingga batas tanda tera dan dihomogenkan.

3.5.3 Pereaksi Barfoed

Sebanyak 6,65 gram Cu asetat ditimbang lalu larutkan dengan sedikit

asam asetat 1% dalam gelas kimia, kemudian dimasukkan dalam labu takar 100

mL, dan ditambahkan asam asetat 1% sampai batas tera, lalu dihomogenkan.

3.5.4 Pereaksi Tollens


3.5.4.1 Larutan A

Sebanyak 1 gram AgNO3 ditimbang, lalu dilarutkan dengan 10 mL aquades

dan dimasukkan dalam labu takar 10 mL, kemudian dihomogenkan.


13

3.5.4.2 Larutan B

Sebanyak 3 gram Kristal NaOH ditimbang lalu dilarutkan dengan 10 mL

aquades dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian dihomogenkan.

3.5.5 Pereaksi Fehling


3.5.5.1 Pereaksi FehlingA

Sebanyak 6,928 gram kristal Cu(II)SO4 ditimbang, kemudian dilarutkan

dalam gelas kimia dengan campuran 10 mL aquades ditambah sedikit asam sulfat

encer, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dan ditambahkan aquades

sampai batas tera. Dikocok hingga homogen.

3.5.5.2 Pereaksi FehlingB

Sebanyak 12 gram NaOH dan 34,6 gram natrium kalium tartarat

ditimbang, kemudian dilarutkan dengan aquades, lalu dimasukkan dalam labu

takar 100 mL, dan dicukupkan dengan aquades sampai batas tera.

3.5.6 Pereaksi Ninhidrin


Sebanyak 0,2 gram ninhidrin ditimbang, lalu dilarutkan dengan sedikit air,

kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dan ditambahkan aquades

hingga batas tanda tera.

3.5.7 Pereaksi Millon

Sebanyak 1 gram HgSO4 ditimbang, lalu dilarutkan dengan sedikit larutan

H2SO4 10%, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu ditambahkan

aquades hingga batas tanda tera.

3.5.8 Larutan HCl


14

Dimasukkan 0,83 mL HCl pekat ke dalam labu takar 100 mL, lalu

ditambahkan aquades hingga batas tanda tera.


3.5.9 Larutan NaOH
Sebanyak 0,4 gram padatan NaOH ditimbang dan dilarutkan dengan

sedikit aquades dalam gelas kimia, lalu masukkan ke dalam labu takar 100 mL,

dan ditambahkan aquades hingga batas tanda tera.

3.5.10 Larutan Asam Asetat 1 M

Dimasukkan 57,75 mL asam asetat glacial ke dalam labu takar 1L, lalu

ditambahkan aquades hingga batas tanda tera.

3.5.11 Larutan Dapar/ Buffer Asetat


3.5.11.1 Larutan A

Sebanyak 5,775 mL larutan asam asetat 0,2 M diencerkan dengan sedikit

aquades, lalu dimasukkan dalam labu takar 500 mL dan ditambahkan aquades

sampai tanda tera.

3.5.11.2 Larutan B

Sebanyak 8,2 gram Na-asetat 0,2 M dilarutkan dengan aquades dan

dimasukkan ke dalam labu takar 100, lalu ditambahkan aquades sampai batas tera.

3.5.12 Larutan Iod 0,01 N


Sebanyak 2 gram KI dan 1,269 gram I 2 ditimbang lalu dilarutkan dengan

aquades, dan dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, kemudian ditambahkan

aquades hingga batas tanda tera.


3.5.13 Pereaksi Benedict
15

Sebanyak 0,25 gram resorsinol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam

gelas kimia, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dan ditambahkan

aquades hingga batas tanda tera.

3.5.14 Pereaksi Bial Orsinol


Sebanyak 0,5 gram orcinol FeCl3 ditimbang, dilarutkan sedikit HCl

pekat dan diisi dengan HCl pekat.


3.5.15 Pereaksi Schiff
Ditimbang 1 gram natrium metabisulfit, ditambahkan 0,1 gram p-

rosanilin HCl, ditambahkan 1 mL HCl, diisi dengan akuades sampai tanda tera.
3.5.16 Larutan Kanji
Ditimbang 10 gram kanji ditambahkan 10 mgHgl ditambahkan 30 mL

akuades, ditambahkan 1 L akuades mendidih.

3.5.17 Pereaksi Nelson


3.5.17.1 Nelson A

12,5 gram natrium karbonat anhidrat ditambahkan 12,5 gram garam

rochelle, ditambahkan 10 gram natrium bikarbonat ditambahkan 100 gram

natrium sulfat anhidrat. Dilarutkan dalam 350 mL akuades. Diencerkan hingga

500 mL.

3.5.17.2 Nelson B

Sebanyak 7,5 CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 50 mL akuades ditambahkan

1 tetes H2SO4 pekat.

3.5.18 Asam Asetat 1%

Dipipet volume 1 gram CH3COOH, diisi sampai tanda tera labu takar 100

mL dengan akuades.
16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pereaksi Fehling

Tabel 4.1 Pereaksi Fehling


No. Perlakuan Pengamatan
1. Pereaksi FehlingA
- Menimbang kristal Cu Padatan berwarna biru
(II)SO4 sebanyak 6,928 gram
- Melarutkan dalam gelas Larutan biru muda
kimia dengan campuran 10
mL aquades + sedikit asam
sulfat encer
- Memasukkan ke dalam labu
takar 100 mL, lalu
ditambahkan aquades sampai
batas tera
2. Pereaksi FehlingB
- Menimbang 12 gram NaOH Padatan berwarna putih
dan 34,6 gram natrium
kalium tartarat
- Melarutkan dengan aquades, Larutan bening
lalu memasukkan dalam labu
takar 100 mL, lalu
dicukupkan dengan aquades
sampai batas tera.

Pereaksi Fehlingterdiri atas dua bagian yaitu FehlingA dan FehlingB.

FehlingA dibuat dengan melarutkan Kristal Cu(II)SO4 dalam air. Larutan CuSO4

tersebut ditambahkan beberapa tetes asam sulfat encer yang bertujuan untuk ,

sedangkan FehlingB dibuat dengan mencampurkan NaOH dan kalium natrium

tartrat dan dilarutkan dalam aquades. Pembuatan pereaksi Fehlingadalah dengan

mencampurkan kedua larutan FehlingA dan FehlingB, saat akan digunakan dalam

volume yang sama. Pereaksi Fehlingdari pencampuran kedua larutan tersebut

akan menghasilkan suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling,
17

terdapat ion Cu2+ sebagai ion kompleks.pereaksi Fehlingdapat dianggap sebagai

larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam

suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Pereaksi Fehlingdalam larutan

glukosa 1% akan menghasilkan endapan merah bata, sedangkan pada larutan yang

lebih encer misalnya, glukosa 0,1% akan terjadi endapan berwarna hijau

kekuningan. Pereaksi Fehlingbiasa digunakan untuk menunjukkan adanya gula

reduksi yang merupakan golongan karbohidrat yang mempunyai kemampuan

untuk mereduksi senyawa-senyawa electron, yang dikerenakan adanya gugus

aldehid atau keton dalam molekul karbohidrat tersebut. Adanya gula reduksi,

dengan uji pereaksi Fehlingditandai dengan adanya warna merah bata.Pereaksi

Fehlingjuga biasa digunakan untuk tes golongan darah.


18

4.2 Pereaksi Benedict

Tabel 4.2 Pereaksi Benedict


No. Perlakuan Pengamatan
1. Menimbang 34,6 g natrium sitrat
dan 1 g natrium karbonat Larutan bening
anhidrat
2. dilarutkan dengan 80 ml aquades
dan tambahkan kembali 5 ml
aquades
3. Timbang 3,46 g CuSO4 hidrat ke
10 ml aquadst , lalu isi aquadest
sampai tanda tera

Pereaksi Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran cuprisulfat,

natrium karbonat dan natrium sitrat, yang kemudian dilarutkan didalam

aquades.Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang

kemudian mengendap sebagai Cu2O.adanya natrium karbonat dan natrium sitrat

membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Suatu uji yang menggunakan

pereaksi benedict akan menghasilkan endapan berwarna hijau, kuning, atau merah

bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang

diperiksa.Pereaksi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam

urine.

4.3 Pereaksi Ninhidrin

Tabel 4.3 Pereaksi Ninhidrin


No. Perlakuan Pengamatan
1. Menimbang 0,2 gram ninhidrin Serbuk ninhidrin
lalu dilarutkan dengan sedikit air
2. Memasukkan ke dalam labu Larutan bening
takar 100 mL, lalu
menambahkan aquades hingga
batas tanda tera
19

Pereaksi Ninhidrin, adalah suatu pereaksi yang berguna untuk mendeteksi

asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini

merupakan hidrat dari triketon siklik,dan biala bereaksi dengan asam amino akan

menghasilkan zat berwarna ungu. Ninhidrin merupakan oksidator sangat kuat

yang dapat menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam amino.Pada

praktikum ini, pembuatan pereaksi ninhidrin dibuat dari melarutkan sejumlah zat

ninhidrin didalam air, dan diencerkan.

4.4 Pereaksi Millon

Tabel 4.4 Pembuatan Pereaksi


No. Perlakuan Pengamatan
1. Menimbang 1 gram HgSO4 lalu Serbuk berwarna putih
dilarutkan dengan sedikit larutan
H2SO4 10 %
2. Memasukkan ke dalam labu takar Larutan bening
100 mL, lalu menambahkan
aquades hingga batas tanda tera

Pereaksi Millon adalah campuran raksa(II)nitrat dan raksa (III) nitrat

dalam asam nitrat.Pada praktikum ini pereaksi milondibuat dengan melarutkan

raksa sulfat (HgSO4) kedalam asam sulfat 10%. Pereaksi millon biasa digunakan

untuk menguji keberadaan asam amino dalam makanan dan jaringan tubuh , akan

tetapi tidak semua asam amino dapat diuji dengan uji millon. Hanya asam amino

yang mengandunggugus hidroksil fenil, misalnya tirosin. Hasil positif dengan uji

millon ditunjukkan dengan adanya endapan putih, dan jika dipanaskan akan

berubah menjadi endapan berwarna merah.


20

4.5 Larutan Dapar/Buffer Asetat

Tabel 4.5 Larutan Dapar/Buffer Asetat


No. Perlakuan Pengamatan
1. Larutan A : 11,55 ml larutan Serbuk kuning pudar
asam asetat 0,2 M + aquades,
lalu diencerkan dengan 1000 mL Larutan bening
aquades
2. Larutan B : 16,4 gram Na-asetat
0,2 M dilarutkan dan Larutan bening
dimasukkan kedalam labu takar
1000 mL, lalu diencerkan

Larutan buffer asetat merupakan larutan buffaer asam, yang di peroleh dari

pencampuran larutan asam asetat dengan garam natrium asetat. Pencampran ini

dibuat pada volume yang berbeda. Larutan buffer merupakan suatu larutan yang

dapat mempertahankan nilai pH suatu larutan. Agar saat penembahan sedikit asam

maupun sedikit basa, tidak mengalami perubahan pH yang besar.

4.6 Larutan Iod 0,01 N

Tabel 4.6 Larutan Iod 0,01 N


No. Perlakuan Pengamatan
1. 2 gram KI + 1,269 gram I2 lalu
dilarutkan,
2. Memasukkan kedalam labu takar Larutan bening
1000 mL, lalu Menambahkan
aquades hingga batas tanda tera

Larutan Iod diperoleh dari 2,5 gram KI dengan 1,26 gram I2 yang

dilarutkan dalam 250 mL aquades. Larutan ini digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya asam lemak tak jenuh pada jenis minyak atau lemak tertentu.
21

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

untuk nmengidentifikasi adanya protein dan asam amino pada suatu sampel dapat

menggunakan reagen Millon .Untuk mengidentifikasi hidrolisis pati dalam suatu

sampel dapat digunakan larutan iodin dan pereaksi Nelson, sedangkan untuk

menguji ada tidakya karbohidrat/pati dalam suatu sampel dapat juga dilihat dari

perubahan warnanya ,perubahan warna ini dapat di uji menggunakan pereaksi

Benedict.Untuk mengetahui ada tidaknya asam lemak tak jenuh pada jenis

minyak/lemak tertentu dapat menggunakan larutan Iod.

5.2 Saran

Saran yang dibeikan pada percobaan ini sebaiknya pihak laboratorium

lebih memperhatikan ketersediaan bahan yang ada dilaboratorium agar semua

langkah dalam percobaan dapat dilakukan

Anda mungkin juga menyukai