Anda di halaman 1dari 23

Laporan Lengkap Pembuatan larutan baku | Kimia Dasar

BAB I
LATAR BELAKANG

I.1 Latar Belakang

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem

homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya

tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang

heterogen disebut campuran.

Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini

disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi

larutan standar adalah tepat dan akurat).

Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam

proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan

suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui

konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar

tersebut berlangsung secara kuantitatif.

Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk

menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik

ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang

ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan

seefisien mungkin.

I.2 Maksud & Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan


- Mengenal macam-macam larutan baku

- Membuat larutan baku dengan konsentrasi tertentu.

I.2.2 Tujuan percobaan

- Dapat membuat larutan baku dari bahan padat dengan konsentrasi tertentu

- Dapat membuat larutan baku dari bahan cair dengan konsentrasi tertentu

I.3 Prinsip Percobaan

Pembuatan larutan baku NaOH dan HCl dengan konsentrasi tertentu dilakukan

dengan melarutkan homogen NaOH/HCl ke dalam pelarut aquadest. Pembakuan

NaOH dengan menggunakan larutan baku primer Kalium biftalat dititrasi dengan NaOH

0,1 N dengan menggunakan indikator PP hingga terjadi titik akhir. Pembakuan HCl

dengan menggunakan larutan baku primer Natrium carbonat dititrasi dengan HCl 0,1 N

dengan menggunakan indikator PP hingga terjadi titik akhir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Definisi Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali

dinyatakan lain pelarut digunakan air suling (1).

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan

dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan

terdiri atas zat terlarut dan pelarut (2)

Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-

molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya

dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen

penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga

tidak dapat diamati (3).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan

dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan

kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (3)

II.1.2 Komponen Larutan

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat

yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut.

Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini

baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (4)

II.1.3 Jenis-Jenis Larutan


- Gas dalam gas seluruh campuran gas

- Gas dalam cairan oksigen dalam air

- Cairan dalam cairan alkohol dalam air

- Padatan dalam cairan gula dalam air

- Gas dalam padatan hidrogen dalam paladium

- Cairan dalam padatan Hg dalam perak

- Padatan dalam padatan alloys

II.1.4 Kosentrasi Larutan

Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.

Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan

bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang

terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu

encer atau kosentrasinya sangat rendah.

Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan

kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap

sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut (5) :

1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.

3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.

Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :

a. Persen Volum
Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan,

misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol

murni.

b. Persen Massa

Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan

contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup terdapat

80 gram gula.

c. Molaritas

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut tang

terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar

(M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu di ketahui.

d. Molalitas

Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan

contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl


e. Normalitas

Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang

terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang

berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah

fraksi yang sama dari pada 1 mol.

f. Fraksi Mol

Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n)

komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.

Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :

X (terlarut) =n (terlarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

X (Pelarut) =n (pelarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.


II.1.5 Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi

Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen

volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu.

Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang

diperlukan untuk bereaksi secara kimia (4).

Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai

lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya.

Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul

zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya (4).

Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-

sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah

molekul pelarut dan zat terlarut. (6).

Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti,

kemudian di larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana

normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu natrium

oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida.

Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat :

1. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.

2. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.

3. Zat yang digunakan mudah di keringkan.

4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan

kadar larutan yang tidak diketahui.

II.1.6 Larutan Baku


Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya

secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M

(molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan

senyawa baku.

Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk

membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi

larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang

dibuat. Contohnya : HCO . 2HO, Asam Benzoat (CHCOOH), NaCO, KCrO,

AsO, KBrO, KIO, NaCl, dll.

Syarat-syarat baku primer :

- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan

- Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO, cahaya dan uap air

- Mempunyai Mr yang tinggi

2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer

kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan

standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Contoh larutan baku primer :

- NaOH, HCO (as. oksalat), CHCOOH (as. benzoat), KHP

- HCl, NaBO (nat. tetraborat), NaCO (nat. karbonat)

- KMnO, HCO, AsO (arsen trioksida)

- Iodium, AsO, NaSO.5HO baku (nat. tio sulfat)


- Serium (IV) Sulfat, As2O, serbuk Fe pa.

- AgNO, NaCl, NHCNS

- NaSO, KCrO, KBrO, KIO

- EDTA, CaCO pa, Mg pa

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah

di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang

spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri

antara zat yang dianalisis dan larutan standar.

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang

menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.

Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik

akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil

analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat

diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi

harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

adalah sebagai berikut :

- Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

- Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang

kuantitatif/stokiometrik.

- Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia

maupun secara fisika.


- Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator

potensiometrik dapat pula digunakan.

II.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (1)

Resmi : Aqua Destilata

Lain : Air Suling,Aquades

m : HO / 18,02

erian : Cairan Jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa

tan :-

mpanan : Didalam wadah tertutup baik

aan : Sebagai pelarut

2. Natrium Hidroksida (1)

Nama resmi : Natrium Hydroxydium

a Lain : Natrium hidroksida

m : NaOH/40.00

ian : Bentuk batang,massa hablur atau keeping-keping ,rapuh dan mudah meleleh

basah,sangat Alkalis dan korosif,

utan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)

mpanan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak

lebih dari 2,5% NaCO3

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

3. Kalium Biftalat (1)

a Resmi : Kalium Hidrogenftalat


Nama lain : Kalium biftalat

Rm/Bm : CO2 H,C6H4,CO2K. / 204,44

Pemberian : Serbuk hablur,putih tidak berwarna

Kelarutan : Larut perlahan dalam air,larutan jernih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

ungan : Menggandung tidak kurang dari 99,9% dan tidak lebih dari 1001,0% C 8H5 KO4,dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.

Khasiat :-

Kegunaan : Sebagai baku primer

4. Asam Klorida (1)

: Acidum Chloridum

: HCl, Asam Klorida

: Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian

air, asap dan bau hilang

ebasaan : Larutan yang sangat encer masih bereaksi asam kuat terhadp kertas lakmus P

n : Dalam wadah tertutup baik

kegunaan : Zat tambahan

5. Natrium Karbonat (1)

Nama Resmi : Natrii Carbonas

Nama Lain : Natrium Karbonat

: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih

n : Dalam wadah tertutup baik

egunaan : Zat tambahan, keratolitikum


6. Fenolftalein (1)

Nama Resmi : FenolFtalein

Nama Lain : PP

RM/BM : C20H14O4

: Tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan warna

merah dalam larutan alkali kuat

Kegunaan : Indikator
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan

Adapun alat - alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan larutan baku antara

lain timbangan analitik, labu ukur 50 ml dan 100 ml, gelas erlenmeyer, pipet volum 25.0

ml, kaca arloji, sendok anduk, buret , oven dan botol semprot.

B. Bahan yang digunakan

Bahan bahan yang diperlukan pada saat percobaan kesetimbangan yaitu

Aquadest, Tissue, HCl, NaOH, NaCO, K. H. Fhtalat, indikator FenolFtalein dan kertas

perkamen.
III.2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan dan pembakuan NaOH 0,1 N

a). Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu menimbang seksama NaOH

sebanyak 0,2260 gr dengan timbangan analitik diatas wadah kaca arloji. Memasukkan

ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit aquadest hingga larut. Memindahkan

kedalam labu ukur 50 ml, dibilas erlemeyer lalu menambahkan aquadest hingga tepat

50 ml skala labu ukur, kemudian menghomogenkan. Memindahkan larutan NaOH ke

dalam erlenmeyer dan menutup rapat lalu memberi label NaOH.

b). Pembuatan Larutan Baku primer Kalium Biftalat

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu memanaskan Kalium Biftalat di

dalam oven selama 2 jam dengan suhu 180 C - 280 C dan menimbang seksama

kalium Biftalat sebanyak 0,1010 gr dengan timbangan analitik di atas kertas perkamen.

Memasukkan hasil timbangan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit

aquadest. Memindahkan ke dalam labu ukur sambil membilas erlemeyer kemudian

menambahkan aquadest hingga 100 ml ke dalam labu ukur kemudian

menghomogenkan.
c). Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat

Menyiapkan alat dan bahan dan membersihkannya atau mencuci buret dengan

aquades lalu membilas dengan larutan NaOH. mengisi buret dengan larutan NaOH

hingga tepat skala 0 pada buret. Memipet kalium Biftalat masing-masing 25 ml ke

dalam erlenmeyer dan menambahkan indikator Fenolftaleien 4 tetes, homogenkan.

Titrasi dengan NaOH secara perlahan-lahan dan tetes demi tetes sambil terus

menghomogenkan hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda kemudian

mencatat volume titrasi NaOH tepat saat perubahan warna dari tidak berwarna menjadi

merah muda. Ulangi lagi dua kali percobaan.

III.2.1 Pembuatan dan pembakuan HCl 0,1 N

a). Pembuatan larutan baku sekunder HCl 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan kemudian mengukur seksama HCl

sebanyak 0,8360 gr dengan menggunakan pipet skala lalu memasukkan ke dalam labu

ukur 100 ml dan menambahkan aquadest hingga tepat 100 ml skala labu ukur,

kemudian menghomogenkan. Memindahkan larutan HCl ke dalam erlenmeyer dan

ditutup rapat dan memberikan label HCl


b). Pembuatan Larutan baku primer Natrium Karbonat

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan lalu memanaskan Natrium karbonat

didalam oven selama 2 jam dengan suhu 180 C - 280 C. Selanjutnya menimbang

Natrium karbonat sebanyak 0,103 g dengan timbangan analitik diatas kertas perkamen

dan memasukkan hasil timbangan ke dalam erlenmeyer dan menambahkan sedikit

aquadest. memindahkan ke dalam labu ukur dan menambahkan aquadest hingga 100

ml dalam labu ukur kemudian menghomogenkannya.

c). Pembakuan HCl dengan Natrium Karbonat

Menyiapkan alat dan bahan lalu membersihkannya atau mencuci buret dengan

aquadest lalu membilas dengan larutan HCl. Mengisi buret dengan HCl hingga tepat

skala 0 pada buret. Memipet Natrium carbonat masing-masing 25 ml ke dalam labu

erlenmeyer dan menambahkan indikator Fenolftaleien 4 tetes. Mencampurkan atau

menggoyangkan hingga homogen. Titrasi dengan HCl secara perlahan-lahan dan tetes

demi tetes sambil terus dihomogenkan sampai warna merah muda pada larutan hilang.

Mencatat volume titrasi HCl tepat saat perubahan warna dari merah muda menjadi

jernih. Mengulangi lagi dua kali percobaan.

.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

K.H Fhtalat yang ditimbang = 0,101 g

Tabel pengamatan hasil pembakuan NaOH dengan K.H Fhtalat

Volume Pembacaan skala buret

No.Titrasi K.H Volume titrasi


Titik awal Titik Akhir
Fhtalat
1 25ml + PP 0 1,2 1,2 ml
2 25ml + PP 1,2 2,6 1,4 ml
3 25ml + PP 2,6 3,9 1,3 ml
Volume Rata-Rata =

NaCO yang ditimbang = 0,103 g


Tabel pengamatan hasil pembakuan HCl dengan NaCO

Volume Pembacaan skala buret


No.Titrasi Volume titrasi
Titik awal Titik Akhir
NaCO
1 25ml + PP 0 2,8 2,8 ml
2 25ml + PP 2,8 5,1 2,5 ml
3 25ml + PP 5,1 7,9 2,6 ml
Volume rata-rata =

IV.2 Perhitungan dan Reaksi

IV.2.1 Perhitungan Bahan Yang Ditimbang

1. NaOH 0,1 N 50 ml

NaOH Na+ + OH-

BM= Mr Na + Mr O + Mr H = 23 + 16 + 1 = 40

BE = BM = 40

W= N x L x BE

W= 0,1 x 0,1 x 40

W= 0,2 g 2000 mg

2. HCl 0,1 N 100 ml

HCl H+ + Cl-

BM = Mr H + Mr Cl = 1 + 35,5 = 36,5

BE = BM = 36,5

Bj HCl = 1,18 g/ml

% = 37 %

N=

N=
N = 11,96 N

Pengenceran V x N = V x N

100 x 0,1 = V x 11,96

V = 0,836 ml

IV.2.2 Perhitungan normalitas hasil titrasi untuk

1. NaOH 0,1 N 50 ml

Diketahui Volume titrasi rata-rata = 1,3ml

BE = BM K.H fhtalat = 204,44

Mol grek NaOH = mol grek K.H fhtalat

V titrasi x N NaOH =

N NaOH =

N NaOH =

N NaOH = 0,3800 x Faktor pengenceran

N NaOH = 0,3800 x

N NaOH = 0,0950 N

2. Perhitungan HCl 0,1 N 100 ml

NaCO + 2HCl 2NaCl + HCO

BM = 106

BE = BM = 53

Mol grek HCl = mol grek NaCO

V titrasi x N HCl =

N HCl =

N HCl =
N HCl = 0,7389339 x Faktor pengenceran

N HCl = 0,7389339 x

N HCl = 0,1847 N

IV.2.3 Reaksi
1.
NaOH Na+ + OH-
2.
HCl H+ + Cl-
3.

4.
NaCO + 2HCl 2NaCl + HCO
IV.3 Pembahasan

Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk memperoleh

ketetapan konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik bila

dilakukan dalam labu ukur untuk membuat larutan dari bahan padat, maka ditimbang

sejumlah zat tertentu zat padat dilarutkan dalam air sampai volume tertentu sesuai

konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi larutan yang tepat akan diperoleh

pengambilan zat padat dan pengembangan dikerjakan dengan teliti dan sebersih

mungkin.

Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantatif yang biasa digunakan

dalam labu ukur untuk menentukan konsentrasi dari reaktrasi.

Titik akhir adalah titik fitrasi pada indikator berubah untuk mengindikasi titik akhir

dalam rekasi indikator visual.

Titik ekuivalen adalah titik konsentrasi asam dengan konsentrasi basa atau titik di

mana jumlah basa yang ditambahkan dengan jumlah asam yang dinetralkan. Dalam

percobaan ini indikator yang digunakan adalah fenolftalein, hal ini disebabkan karena

fenol mempunyai warna ungu dan tak berwarna atau penambah nion hidroksida,

menghilangkan untuk menggantikannya mengubah indikator-indikator menjadi warna

ungu. Fenolftalein juga digunakan tanda bereaksinya antara NaOH yang telah

diraksikan Fenolftalein dengan kalium biftalat.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan di atas dapat diperoleh kesimpulan yaitu :

1. Untuk membuat NaOH 0,1 N ditimbang 0,226 mg NaOH padat dalam 100 ml aquades

dan untuk membuat HCl 0,1 N dipipet 0,8360 ml dalam 100 ml aquadest

2. N NaOH yang diperoleh setelah pembakuan 0,0950 N

N HCl yang diperoleh setelah pembakuan 0,1847 N

V.2 Saran

Sebelum masuk Lab kordinator bahan harus siapkan bahan yang akan dipakai

sebelum praktikum dimulai.


DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen POM.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


1979.

2. http/kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700009/index.html.diakses
tanggal 11 November 2011.

3. Isfar Anshary. Kimia I. Penerbit : Srikandi. Surakatra.2002.

4. Benny karyadi. Kimia. Jakarta.2000

5. Ralp.H.Putrucci. Kimia dasar, Jilid 2

6. E. G. Jereme. L. Rossenberg. Kimia Dasar

7. Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan. Makassar. 2011

Anda mungkin juga menyukai