Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan merupakan campuran homogen. homogen merupakan suatu
sistem yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponen
tidak bisa dibedakan secara fisik. Larutan standar dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui
konsentrasi secara pasti(.(Anwar,2019)
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat
dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing
tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia
yang dapat digunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standard
solution) dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder
(secondary standard solution).
Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit,
maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat
tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat
banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat
rendah. Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya
menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan)
(Rosita, 2011).
Untuk menentukan konsetrasi larutan yaitu di tentukan dengan
menggunakan larutan baku primer,kosentrasi adalah kuantitas suatu zat
tertentu dalam larutan,kosentrasi merupakan salah satu factor yang
menetukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung,kosentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat yang terlarut terdapat dalam suatu pelarut atau
larutan,larutan mengandung sebagian besaer zat terlarut terhadap pelarut,yang
artinya kosentrasinya tinggi atau pekat sebaliknya bila mengandung zat kecil
terlarut maka kosentrasinya rendah atau encer (Sipradi dan Yulian 2019).

1
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting
dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang
telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Analisa volumetri inilah yang digunakan untuk menentukan kadar suatu
obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih
kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang
ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang
digunakan seefisien mungkin (Sipriadi dan Yulian, 2011).
Oleh karena itu,berasarkan praktikum yang dilakukan ini bertujuan untuk
mengetahui pembuatan dan pembakuan larutan baku sehingga kita dapat
menetukan asam dan basa suatu larutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat larutan baku?
2. Bagaimana cara pembakuan larutan baku?
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan larutan baku
2. Untuk mengetahui proses pembakuan larutan baku
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini ialah :
1. Mahasasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan larutan
baku
2. Mahasiswa dapat melakukan proses pembakuan larutan baku primer dan
sekunder

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4 Dasar Teori
2.1.1 Definisi larutan
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat
dibedakkan lagi secara fisik. (Anwar, 2009).
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan
tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-
masing tergantung dari penggunaan bahan baku. bahan baku adalah
bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku
primer (primary standary solution) dan untuk menetapkan
kenormalan larutan baku sekunder (secondary standard solution)
(Benny, 2010).
Larutan standar sekunder dengan menstandarkan larutan primer,
yaitu dengan cara ditimbang dan dilarutkan pada larutan yang
kemurniannya relatif rendah. Persamaan dari kedua larutan standar ini
adalah sama-sama dibuat denga cara ditimbang dan dilarutkan pada
suatu larutan. (Cairms, 2009)
Larutan baku primer memiliki syarat diantaranya mempunyai
kemurnian tinggi rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan
saat penimbangan, berat ekuivalennya tinggi, dan larutan akan stabil
pada proses penyimpanan. Senyawa yang dapat dipakai sebagai
standard primer adalah arsen trioksida, asam benzoat, kalium bromat,
kalium hydrogen, natrium karbonat, natrium klorida, dan asam
sulfanik. Sedangkan larutan baku sekunder memiliki syarat derajat
kemurniannya lebih rendah, berat ekuivalen rendah, dan relative stabil
dalam penyimpanan. (John dan Rachmawati, 2011)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion
yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan,
atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian

3
kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat
adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah
zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam solute
(terlarut) (Gunawan, 2004.).
2.1.2 Konsentrasi Larutan
Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya
sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau
kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit
sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan
itu encer atau kosentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk
memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas
zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan) (Rosita, 2011).
2.1.3 Komponen Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu
pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang
dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen
dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini baik alkohol
maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut (Rosita, 2011).
2.1.4 Titrasi
Titrasi asam basa adalah menetralkan larutan yang tidak diketahui
dengan cara meneteskan (titrasi) suatu asam kuat dan basa kuat yang
diketahui konsentrasinya kedalam larutan tersebut. Penetralan
merupakan kata kunci yang harus dipahami dalam titrasi jenis ini
dimana ion hydrogen yang menyebabkan suatu larutan yang bersifat
asam bereaksi dengan ion hidoksida yang menyebabkan larutan basa
bersifat basa sehingga membentuk suatu molekul air, sehingga
membentuk molekul air. Untuk mengetahui sempel yang bersifat basa
, maka standar yang digunakan untuk proses titrasi adalah standar
asam( motode lebih jauh dikenal dengan istilah asimetri ), demikian
juga sebaiknya standar bias digunakan untuk mengetahui konsentrasi

4
sampel yang bersifat basa yang dikenal dengan istilah alkalimetri.
(Winanti, 2012)
Pada pemilihan indicator harus diperhitungkan pula zat apa yang
digunakan sebagai titran (yang diisikan dalam biuret). Misalnya pada
titrasi larutan HCl dehan larutan NaOH. Jika larutan HCl dipakai
sebagai titran, larutan abalit bersifat basa, maka indicator penoptalin
yang di tambahkan pada analit berwarna merah. Hilangnya warna
merah indicator terjadi pada pH 8,1 sedangkan titik ekuivalen titrasi
tercapai. Karena itu sebaiknya dipakai indicator dengan trayek
perubahan warna pada sebelum atau sekitar pH 7,0. (Winanti, 2012)
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu
cairan yang mengandung reakta ditempatkan dalam buret. Sebuah
tgabung yang panjang salah satu ujungnya terdapat kran (stopok)
dengan skalamil imeter dan sepersepuluh millimeter. Cairan didalam
buret disebut titran dan pada titran ditambah indicator, perubahan
warna indicator menandai habisnya titrasi.( Wahyudi,2000)
2.1.5 Uraian Bahan
Menurut (Dirjen POM, 2019) berdasarkan buku farmakope uraian
bahan ialah sebagai berikut:
1. Aquadest
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Kelarutan : Larut dalam etahol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

5
2. Asam Nitrat
Nama Resmi : ACIDUM NITRAS
Nama Lain : Asam Nitrat
RM / BM : HNO3 / 63
Kelarutan :-
Pemerian : Cairan berasap, jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam
3. Asam Klorida
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dlm air.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan.
4. Asam Sulfat
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Kelarutan : Jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
5. Natrium Hidroksida
Nama Resmi: NATRII HYDROXDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).
Pemerian : Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis dan
korosif.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan

6
6. Asam Asetat
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat
RM / BM : C2 H4 O2 / 60,05
Kelarutan : Campur dengan air, etanol dan gliserol.
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam, tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : zat tambahan
7. Natrium Karbonat
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
M / BM : Na2CO3 / 124,00
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan air
mendidih.
Pemerian : Serbuk hablur putih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, keratolitik
8. Ferri Nitrat
Nama Resmi : FELLOROSI NITRAT
Nama Lain : Ferri Nitrat
RM / BM : Fe(NO3)3 / 242,00
Kelarutan :-
Pemerian : Serbuk putih keabu-abuan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi dan zat uji

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum pembuatan dan pembakuan larutan baku dilakukan pada
hari kamis, tanggal 26 september 2019. Praktikum tersebut dilaksanakan di
kampus Stikes Bina Mandiri Gorontalo tepatnya di Laboratorium Kimia.
3.2 Pra Analitik
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan dan
pembakuan larutan yaitu statif dan klem, buret, Erlenmeyer, labu ukur,
pipet tetes, batang pengaduk, kaca arloji, spatula, corong, beaker glass.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan dan
pembakuan larutan yaitu Metil jingga, Natrium karbonat, H2SO4,
NaOH 0,1 N, Asam oksalat, Fenoftalein, NaO5, H2C2O2.
3.3 Analitik
a. Asam sulfat 1 N
Isi labu ukur dengan menggunakan 2,8 ml asam sulfat pekat,
kemudian larutkan dengan aquades 100 ml, lalu homogenkan.
b. Indikator pp metil jingga
Timbang bubuk metil jingga sebanyak 1 gr. Kemudian masukkan
bubuk metil jingga kedalam beker gelas ukuran 100 ml. Larutkan dengan
aquades dalam ukuran 100 ml. Gunakan batang pengaduk untuk
menghomogenkan. Lalu, tuangkan larutan yang telah tercampur kedalam
labu ukur.
c. Natrium karbonat
Timbang bubuk natrium karbonat sebanyak 100 mg kemudian
masukan kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan aquades, Lalu
homogenkan.

8
d. Pembakuan larutan
Masukan H2SO4 1N ke dalam buret sampai tanda batas 0 ml.
Kemudian masukan 25 ml natrium karbonat ke dalam erlenmayer,
tambahkan 3 tetesan metil jingga hinga menjadi kuning. Kemudian titrasi
hingga berubah menjadi warna merah.
e. Larutan baku NaOH 0,1 N
Bubuk NaOH 4,50 gr ditimbang dengan neraca analitik, kemudian
dimasukan kedalam labu ukur lalu larutkan dengan aquadest 100 ml.
Homogenkan.
f. Larutan asam oksalat
Bubuk asam oksalat ditimbang sebanyak 0,31 gr. Masukan bubuk
asam oksalat kedalam labu ukur 500 ml. Larutkan dengan aquadest lalu
homogenkan.
g. Larutan indikator pp Fenolftalein
Timbang serbuk pp menggunakan timbangan digital sebanyak 0,5 gr.
Lalu larutkan dengan alkohol 96% menggunakan gelas kimia sebanyak
50 ml, aduk menggunakan batang pengaduk, kemudia isi kedalam labu
ukur dan homogenkan.
h. Pembakuan asam oksalat (titrasi)
Masukan larutan primer (NaOH 1 N) kedalam buret dengan ukuran
50 ml, Kemudian masukkan larutan sekunder (asam oksalat) kedalam
erlenmayer ukuran 250 ml sebanyak 25 ml kedalam 2 gelas erlenmayer
(duplo), Tambahkan 4 tetes indikator pp ke masing-masing erlenmayer,
lalu homogenkan kedua larutan tersebut., Titrasikan larutan primer dari
buret kedalam larutan sekunder yang telah di homogenkan kedua
indikator pp hingga berubah warna menjadi merah keungu-unguan.

9
3.4 Pasca Analitik
Adapun langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :
1. Lihat perubahan warna pada larutan
2. Buatlah perhitungan normalitas pada larutan

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Perlakuan Na2CO3 dan H2SO4 dan Perlakuan NaOH dan H2C2O4

No Tabel Perlakuan Hasil Pengamatan


Masukkan 2,5 ml NaCO3
25 ml larutan NaCO3
kedalam erlenmeyer
Tanbahkan 3 tetes indikator Terjadi perubahan
metil jingga warna dari bening
menjadi kuning
1 Dilakukan titrasi dengan Telah terjadi
menggunakan larutan perubahan warna dari
H2SO4 1 N kuning menjadi merah
Jadi didapatkan:
Rata-rata 8,7
Sampel 1 : 9 ml
Sampel 2 : 8,4 ml
Menimbang NaOH 4,5 gr
NaOH anhidrat 0,1 N
dan dilarutkan dengan
sebanyak 100 ml
aquadest 100 ml
Memasukkan 2 ml H2C2O4 Tidak terjadi
ddan ditambahkan 4 tetes perubahan warna
indakator PP (tetap bening)
2
Melakukan titrasi dengan Terjadi perubahan
menggunakan NaOH 0,1 N warna dari bening
menjadi ungu
Jadi didaptkan:
0,9 + 0,5
Sampel 1 : 0,9 ml = 0,7 ml
2
Sampel 2 : 0,5 ml
H2SO4 di larutkan di labu
takar H2SO4 3,6 N
Di larutkan dengan aquades
secara perlahan-lahan H2SO4 1N
sebanyak 100 ml

11
Tabel 4.2 Hasil normalitas larutan
No Primer Volume Sekunder Volume Normalitas
1. H2SO4 1N 8,7 ml NaCO3 25 ml 0,696 N

2. NaOH 0,1 N 0,7 H2 C2 O4 25 ml 0,0014 N

4.2 Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat
terlarut (solution), dan pelarut (solvent).
Dalam pembuatan larutan, dikenal larutan baku, dimana larutan
baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat
dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing tergantung
dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat
dipergunakan untuk membuat larutan baku primer dan untuk menetapkan
kenormalan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah suatu
larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode
gravimetri, sedangkan larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana
konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan
baku primer dan biasanya melalui metode titrimetri.
Pada Percobaan pertama dilakukan dengan menimbang bubuk NaOH
4,5 gr kemudian dilarutkan dengan aquadest 100 ml maka hasil yang
diperoleh ialah larutan NaOH 0,1N dan melakukan dua kali pengamatan,
pada pengamatan pertama volume NaOH yang digunakan yaitu 0,9 ml
dan pengamatan kedua volume NaOh yang digunakan yaitu 0,5 ml dalam
titrasi ini.
Pada percobaan kedua yaitu pembuatan larutan asam oksalat diukur
sebanyak 0,31 gram, kemudian larutkan dengan aquadest sebanyak 500
ml.
Pada percobaan ketiga yaitu pembakuan asam oksalat (titrasi) yaitu
dengan memasukkan larutan primer (NaOH 0,1 N) kedalam buret dengan

12
ukuran 50 ml. lalu masukan larutan sekunder (asam oksalat) kedalam
erlenmayer ukuran 250 ml sebanyak 25 ml kedalam 2 gelas erlenmayer
(duplo). Setelah itu, tambahkan 4 tetes indicator pp ke masing-masing
erlenmayer, lalu homogenkan.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahawa telah terjadi
reaksi asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (
sebagai basa kuat). Pada pembuatan larutan standar NaOH indicator yang
digunakan yaitu fenophtalein (Indikator PP). Indikator fenophtalein
digunakan dalam percobaan ini karena fenophtalein tak berwarna dengan
pH antara 8,3-10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui
bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekuivalen. Perubahan yang
terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna ungu
yang konstan dari warna asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi
karna telah tercapainya titi ekuivalen (Rhaca Triata, 2013).
Pada percobaan pertama H2SO4 yaitu dengan mengisi labu ukur
dengan asam sulfat pekat 2,8 ml kemudian dilarutkan dengan aquadest 100
ml secara perlahan-lahan lalu kemudian.
Pada percobaan kedua NaCO3 yaitu dengan menimbang bubuk
natrium karbonat lalu memasukannya kedalam labu ukur. Kemudian
larutkan dengan aquadest sebanyak 50 ml lalu homogenkan.
percobaan terakhir yaitu pembakuan larutan dengan mencampurkan
H2SO4 dalam buret lalu memasukan 25 ml natrium karbonat kedalam
erlenmayer. Kemudian tambahkan 3 tetes metal jingga. Sehingga
didapatkan hasil titrasi percobaan ini volume 9 ml dan 8,4 ml.
Pada dasarnya,tujuan utama dari penitrasian ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi larutan yang sebenarnya.Sebelum dilakukan
titrasi,konsentrasi larutan adalah 1 N,dan setelah dititrasi ternyata
konsentrasi larutan yang sebenarnya adalah 0,696 N.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari praktikum tersebut mahasiswa dapat mengetahui cara membuat
larutan asam sulfat (H2SO4) 1N yang dilakukan dengan cara memipet
2,8 ml asam selfat pekat yang diencerkan dalam 100 ml aquadet.
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat mengetahui cara membuat
larutan asam oksalat dengan melarutkan 0,31 gr asam oksalat
menggunakan aquadest 500 ml.
2. Dari proses pembakuan larutan yang telah dilakukan dapat diperoleh
hasil akhir perhitungan normalitas asam oksalat adalah 0,0014 N
Dari proses pembakuan larutan yang telah dilakukan dapat diperoleh
hasil akhir perhitungan normalitas N NaCO3 = 0,696 N.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini adalah diharapkan
pihak laboratorium dapat menyediakan larutan yang akan digunakan yaitu
HCL karena akan digunakan sebagai standarisasi pada larutan natrium
karbonat pada pembuatan dan pembekuan larutan baku.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Z. 2009 Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan


Farmasi. Yamasi, Makassar.

Bassett, et al., Pudhaatmaka, A. H. dan Setiono, L. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisis Kuantitatif Anorgnaik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Ke 2. Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta;
Erlangga

Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi. Surakarta.

15
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Rumus pengenceran H2SO4
V1.N1 = V2.N2

V1 = 3,2/

V1 = 2,8 ml

B. Perhitungan normalitas
a) H2SO4 = N1. V1. Val1
= 1. 8,7. 2

N1 = 25
N1.V1.Val1
b) NaCO3 = 𝑉2 .𝑉𝑎𝑙 2

1. 8,7. 2
N2 = 25 .1

N2 = 0,696 N

C. Perhitungan normalitas
NAOH H2C2O4

N1. Vol 1 . Val1 = N2. Vol2. Val2

0,1. 0,7. 1 = N2.25.2


N1. Vol1. Val1
N2 =
Vol2.Val2

0,1. 0,7. 1
=
25 . 2

0,07
NH2C2O4 = = 0,0014 N
50

16
17

Anda mungkin juga menyukai