Anda di halaman 1dari 9

LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER

Posted on Mei 22, 2009 by rajaki

Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu: 1. Larutan baku primer Adalah suatu
larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam
oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: – mudah diperoleh, dimurnikan,
dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan
murni. – tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat
tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat
mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena
penimbangan dapat diabaikan. – zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. –
reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah. 2. Larutan
baku sekunder Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3,
KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat kemurnian lebih rendah
daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

Analisis Titrimetri

Analisis adalah pemeriksaan atau penentuan sesuatu bahan dengan teliti. Analisis ini dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kuantitatif dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif adalah
pemeriksaan sesuatu berdasarkan komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi kuantitatif adalah
pemeriksaan berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya . Pada saat ini yang dibahas hanyalah
analisis kuantitatif. Salah satu cara analisis kuntitatif adalah titirimetri, yaitu analisis penentuan
konsentrasi dengan mengukur volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dengan
volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti atau analisis yang berdasarkan
pada reaksi kimia. Reaksi pada penentuan ini harus berlangsung secara kuantitatif.

Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang tidak terjadi
transfer/perpindahan elektron;
2. reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi transfer/
perpindahan elektron.

Pada saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini. Reaksi yang tidak mengalami
perubahan bilangan oksidasi meliputi (1)reaksi penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan
endapan, reaksi pembentukan kompleks. Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi
asam-basa karena dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa, sifat-
sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan konsentrasi larutan. Reaksi
asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini
dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang
direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.

Larutan Baku Primer dan Sekunder

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan baku
biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur
volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur
volumenya dengan menggunakan pipet seukuran/ gondok(pipet volumetri) dan ditempatkan di
Erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Mengapa larutan baku ada 2 jenis? Apa perbedaan antara larutan baku primer dan sekunder ini?
Zat seperti apakah yang dapat digolongkan sebagai larutan baku primer dan sekunder.

Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah
pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku primer.
Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer adalah:

1. memiliki tingkat kemurnian yang tinggi;


2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
3. mudah larut dalam air;

4. mempunyai massa ekivalen yang tinggi.

Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti,
dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya
dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku
primer adalah asam oksalat{C2H2O4 2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam
benzoat(C6H5COOH). Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak
harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya
ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Sebagai
larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau asam dari senyawa anorganik misalnya
NaOH, HCl. Larutan baku sekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang
setiap minggu.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam
satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan
molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan
normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan. Di atas
telah dikatakan bahwa yang akan dibahas hanyalah reaksi asam-basa, jadi harus diingat, bahwa
ekivalen asam atau basa berhubungan dengan jumlah ion hidrogen atau ion hidroksil. Sebagai
catatan kembali pernyataan satu ekivalen asam adalah sejumlah asam yang dapat menghasilkan
satu mol ion hidrogen(H+ atau H3O) dan satu ekivalen basa adalah sejumlah basa yang dapat
menghasilkan satu mol ion hidroksil( OH-) atau sejumlah basa yang dapat menetralkan satu mol
ion hidrogen(H+ atau H3O).

Titik Ekivalensi dan Titik Akhir

Proses titrimetri atau titrasi terjadi jika larutan baku ditambahkan pada larutan yang akan
dianalisis sampai reaksi selesai dengan sempurna secara kuantitatif. Larutan yang akan dianalisis
disebut sebagai larutan titrasi sedangkan larutan baku disebut juga larutan penitrasi. Reaksi pada
penentuan ini harus sederhana yang berarti dapat dinyatakan sebagai persamaan reaksi, reaksi
berjalan cepat, dan reaksi harus tercapai secara kuantitatif yang berarti reaksi sempurna kalau
titik ekivalensi tercapai. Titik ekivalien adalah titik kesetaraan yaitu suatu akhir reaksi secara
teoritis di mana reaksi berjalan secara stoikiometri.
Penentuan titik ekivalen biasanya sukar untuk ditentukan oleh mata terutama untuk larutan yang
tidak berwarna, padahal kesempurnaan reaksi harus dapat diamati dan dideteksi setiap
perubahannya. Untuk menentukan perubahan ini maka kita dapat menggunakan bahan penolong
yang dapat membantu untuk mengamati perubahan tersebut. Bahan yang membantu pengamatan
ini disebut sebagai indikator.
Indikator harus dapat menunjukkan perubahan yang nyata, pada saat reaksi antara larutan yang
dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna. Perubahan nyata yang ditunjukkan indikator
disebut sebagai titik akhir titrasi. Perubahan nyata dari indikator dapat ditunjukkan dengan
perubahan warna yang jelas dari indikator. Secara ideal titik akhir titrasi harus sama dengan titik
ekivalen, pada kenyataannya keadaan ini sulit untuk dicapai karenanya pasti ada perbedaan
antara kedua titik tersebut. Perbedaan titik akhir
titrasi dan titik ekivalen disebut kesalahan tittrasi. Kesalahan titrasi harus dibuat sekecil mungkin
agar kesalahan perhitungan tidak terlalu besar. Untuk reaksi asam basa maka indikatornya
disebut indikator asam-basa.

Indikator Asam -Basa

Indikator asam basa adalah suatu zat elektrolit yang sangat lemah, dapat merupakan senyawa
asam, basa, dan atau garam organik yang memiliki warna berbeda pada larutan asam dan basa.
Perbedaan warna pada larutan asam dan larutan basa merupakan karakteristik dari indikator,
yang perubahannya tiba-tiba tetapi menempati interval(range) pH kecil. Di bawah ini diberikan
tebel beberapa indikator asam basa yang umum digunakan dalam titrasi beserta perubahan warna
yang terjadi. Contoh ini pernah diberikan pada modul menyiapkan bahan dan alat sesuai
keperluan dengan judul nama dan sifat bahan.
PERUBAHAN WARNA DAN RANGE PH DARI BEBERAPA INDIKATOR ASAM-BASA
No. Nama indikator Range pH Warna dalam Asam Basa
1. Timol biru(asam) 1,2 – 2,8 Merah Kuning
2. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah Jingga
3. Brom kresol hijau 3,8 – 5,4 Kuning Biru
4. Metil merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
5. Brom timol biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
6. Timol biru(basa) 8,0 – 9,6 Kuning Biru
7. Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah

Membuat Larutan Indikator


Larutan indikator asam basa sebagai larutan stok biasanya mengandung 0,5 – 1 gram zat
indikator dalam 1 L pelarut, jika zat indikator ini larut dalam air maka pelarut digunakan air.
Contoh zat indikator yang larut dalam air adalah garam-garam natrium dari senyawa organik.
Umumnya pelarut untuk zat indikator ini digunakan alkohol 50 %, 70 %, 90 %. Cara membuat
larutan indikator stok adalah sebagai berikut. Siapkan alat dan bahan( gelas kimia kecil, gelas
ukur, batang pengaduk, dan botol tetes)

1. Larutan indikator metil jingga


Timbang 0,5 gram metil jingga dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 50 %, sambil diaduk-aduk,
setelah larut masukkan dalam botol tetes(dapat dilakukan seperti membuat larutan kerja).

2. Larutan indikator metil merah


Timbang 0,5 gram metil merah dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 70 %, sambil diaduk-aduk,
setelah larut masukkan dalam botol tetes.

3. Larutan indikator fenolftalein


Timbang 0,5 gram fenolftalein dan larutkan dalam 100 cm3 alkohol 90 %, sambil diaduk-aduk,
setelah larut masukkan dalam botol tetes.

Membuat Larutan Baku Sekunder


Larutan baku sekunder untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan
asam dari senyawa anorganik. Larutan ini dapat dibuat dengan cara menimbang basa atau
mengencerkan larutan asam yang pekat, lalu larutan ini distandarkan dengan larutan baku primer.
Larutan basa yang umum digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah larutan NaOH 0,1 M,
sedangkan larutan asamnya adalah larutan asam klorida HCl atau asam sulfat(H2SO4) 0,1 M.
Konsentrasi larutan asam pekat dari HCl adalah 10,5 – 12 M, sedangkan untuk asam
sulfat(H2SO4) adalah 18 M. HCl adalah suatu gas yang kelarutannya dalam air sangat
dipengaruhi oleh suhu. Larutan basa yang digunakan sebagai larutan baku sekunder harus larutan
basa yang bebas karbonat. Cara membuat larutan ini sama seperti membuat larutan kerja hanya
konsentrasi yang digunakan antara 0,1 – 0,25 M(molar) atau N(normal). Cara membuat larutan
baku sekunder adalah sebagai berikut.

1. Pembuatan larutan baku asam


Larutan baku asam yang dibuat adalah larutan asam klorida 0,1 M. Larutan ini dibuat dengan
cara pengenceran larutan asam klorida pekat. Dari perhitungan pengenceran dapat dihitung
banyaknya HCL 36 % dengan massa jenisnya (ρ)nya 1,09 gram/cm3 yang digunakan untuk
membuat 1 L larutan baku sekunder HCl 0,1 M adalah sebanyak: 9,3 cm3 .
• Siapkan alat dan bahan( gelasukur besar, gelas ukur kecil, batang pengaduk, dan botol reagen,
botol semprot).
• Sembilan koma tiga cm3 HCl pekat ini dituangkan dan diukur dalam gelas ukur kecil(10 cm3),
kemudiandituangkan dalam gelas ukur yang lebih besar (1 L) yang telah berisi sedikit air(± 200
cm3+).
• Bilas gelas ukur kecil bekas HCl pekat tadi, lalu tuangkan air bilasan ini ke dalam gelas ukur
besar dan isi kembali gelas ukur besar ini sampai batas 1 L.
• Lalu tuangkan larutan dalam gelas ukur ini ke dalam botol reagen 1 L. Aduk-aduk larutan
dalam botol agar tercampur sempurna.
• Lakukan juga pembuatan larutan bakyu sekunder untuk larutan asam sulfat.

2. Permbuatan larutan baku basa


Larutan baku basa yang dibuat adalah larutan NaOH 0,1 M. Larutan ini dibuat dengan cara
penimbangan padatan NaOH lalu dilarutkan dalam air. Dari per-hitungan konsentrasi dapat
dihitung banyaknya NaOH padat yang diperlukan untuk membuat 1 L larutan baku sekunder
NaOH 0,1 M adalah sebanyak empat gram .
• Siapkan alat dan bahan( gelas ukur besar, gelas kimia kecil, batang pengaduk, dan botol reagen,
botol semprot, corong pendek).
• Empat gram NaOH ini ditimbang dengan neraca biasa(Tehnis) dan air sebagai pelarut diukur
dalam gelas ukur (1 L). Air yang digunakan sebagai pelarut adalah air yang bebas CO2. Air ini
dibuat dengan cara memanaskan aquades dalam Erlenmeyer besar sampai mendidih, lalu
dibiarkan terus mendidih selama ± 10 menit. Setelah itu air yang sudah mendidih ini didinginkan
dengan cara ditutup.
• NaOH yang telah ditimbang ini dilarutkan dengan sedikit air, sambil diaduk sampai padatan
terlarut, jika padatan sudah tidak dapat larut lagi, tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia ke
dalam botol reagen dan lanjutkan pelarutan dengan cara yang sama seperti di atas.
• Setelah semua padatan larut bilas gelas kimia ini dengan sedikit air, lalu tuangkan air bilasan
ini ke dalam botol reagen. Setelah itu jika air dalam gelas ukur masih tersisa tuangkan air ini
langsung ke dalam botol reagen. Aduk-aduk larutan dalam botol agar tercampur sempurna.

Membuat Larutan Baku Primer


Larutan baku Primer untuk reaksi netralisasi pada umumnya berupa larutan basa atau larutan
asam baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Larutan ini dapat dibuat dengan cara
menimbang basa/asam dengan akurat(teliti) lalu dilarutkan dalam wadah yang ukurannya akurat
juga. Wadah untuk melarutkan larutan baku primer ini adalah labu ukur. Zat yang dipakai untuk
larutan baku primer haruslah zat yang stabil terhadap lingkungan(udara, cahaya), zatnya murni.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku primer asam adalah asam oksalat pro analisa(pa),
asam benzoat pa, kalium hidrogrn petalat(KH(C8H4O4)) pa, sedangkan untuk larutan baku
primer basa adalah Na2CO3 anhidrat pa, Na2B4O7 pa. Biasanya konsentrasi larutan baku primer
ini adalah 0,1 M atau N. Cara membuat larutan baku primer adalah sebagai berikut.
• Tentukan dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akan dibuat menjadi
larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya. Misalnya 100 cm3 larutan asam oksalat
0,1 M.
• Setelah itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan sesuai yang
diperlukan( gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek, batang pengaduk , botol
semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan dibuat). Keadaan alat harus bersih dan siap
untuk segera dipakai.
• Timbang zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti(sampai 4 desimal) dalam
gelas kimia kecil atau botol timbang, lalu catat hasil penimbangan tersebut dengan baik untuk
menentukan konsentrasi secara akurat.
• Siapkan wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu ukur) diletakkan
corong pendek.
• Larutkan zat dengan sedikit air dan aduk sampai sebanyak mungkin zat padat tersebut larut,
jika sudah tidak dapat larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam labu ukur yang sudah siap(di atas)
dan lanjutkan pelarutan sampai semua zat padat terlarut.
• Setelah semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbang tersebut dan air dan
air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itu lakukan pembilasan dengan cara gelas
kimia kecil atau botol timbang dan batang pengaduk dipegang dengan tangan kiri dan letakkan di
atas corong pendek yang di bawahnya terdapat labu ukur, lalu semprotkan air dari botol semprot
pada gelas kimia tersebut. Hati-hati penyemprotan air ini jangan sampai airnya terpercik ke luar.
Lakukan ini minimal 3 kali, lalu letakkan gelas kimia kecil dan semprot batang pengaduknya lalu
angkat batang pengaduk dan simpan. Bilas juga corongnya 3 kali baru corong diangkat perlahan-
lahan sambil tangkainya dibilas.
• Isikan air sampai mendekati tanda batas lalu keringkan bagian dalam di atas larutan dengan
kertas isap(hati-hati jangan sampai kertas isap masuk dalam larutan).
• Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bagian luarnya kering ke
atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk campuran dengan cara pegang tutup labu dengan jari
tangan dan ujung labu yang lain diletakan pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik
sebanyak 10 kali maka larutahn baku primer siap untuk digunakan.
• Lakukan juga pembuatan larutan baku primer untuk larutan boraks. Setelah ditimbang, boraks
ini ditambahkan air lalu dipanaskan dengan sedikit air sampai boraks larut , lalu tambahkan lagi
sedikit air dan biarkan mendingin baru dilarutkan seperti di atas.

Standarisasi Larutan Baku Sekunder


Cara menstandarkan larutan baku sekunder adalah sebagai berikut.
• Siapkan alat-alat untuk melakukan titrasi( Erlenmeyer, gelas kimia kecil, kaca arloji, corong
pendek, pipet gondok, buret, statip, klem buret, alas yang berwarna putih, tabung reaksi, kertas
isap, larutan indikator, larutan baku primer, dan larutan baku sekunder).
• Bilas alat-alat ukur (alat untuk mengukur volume larutan)dengan larutan yang akan digunakan.
Misalnya Buret dibilas dengan larutan baku sekunder, pipet gondok dengan larutan baku primer.
Selain itu lakukan juga pembilasan ini untuk alat-alat bantu yang berhubungan dengan alat ukur
tersebut, misalnya corong pendek dan gelas kimia kecil berhubungan dengan buret jadi harus
dibilas dengan larutan sekunder, sedangkan tabung reaksi berhubungan dengan pipet gondok jadi
harus dibilas dengan larutan baku primer.
• Isi buret dengan larutan baku sekunder(NaOH) yang akan ditentukan konsentrasinya.
(perhatikan buret dicapit dengan klem buret dan disimpan tegak pada statif harus benar-benar
tegak). Cara mengisi buret adalah tuangkan larutan baku sekunder dari gelas kimia ke dalam
buret melalui corong pendek sampai sedikit di atas batas tertentu. Buka kran buret dan biarkan
cairan mengalir beberapa saat sampai bagian bawah buret(bagian kran) terisi penuh. (perhatikan
bahwa semua bagian bawah dari ukuran buret harus terisi penuh). Keringkan bagian atas buret
kemudian tanda bataskan buret pada volume tertentu misalnya 0 cm3
• Pipet sejumlah volume tertentu dari larutan baku primer misalnya 25 cm3 asam oksalat 0,1 M
dengan cara menyedot larutan baku ini menggunakan pipet gondok. Perhatikan cara memipet
larutan ini yaitu ibu jari dan jari tengah memegang pipet, sedangkan jari telunjuk dapat bergerak
bebas. Masukkan pipet pada larutan baku primer dan sedot larutan ini sampai melewati tanda
batas. Angkat pipet dengan cara ujung pipet ditutup oleh jari telunjuk dan keringkan bagian luar
pipet dengan kertas isap. Tanda bataskan larutan dalam pipet dengan cara membuka ujung pipet
yang ditutup telunjuk secara perlahan-lahan. Setelah larutan berada pada tanda batas, ujung pipet
ditutup kembali dengan telunjuk dan pipet diangkat, lalu dipindahkan ke Erlenmeyer.Tuangkan
isi dari pipet tadi ke Erlenmeyer dengan cara pipet berdiri tegak lurus dan erlenmeyer pada posisi
miring dengan sudut kemiringan 45 º. Tunggu sampai cairan semua berpindah dan biarkan pipet
berada pada posisi seperti semula selama 30 detik(perhatikan jangan sekali-kali meniup pipet).
Angkat pipet dan disimpan dalam tabung reaksi. Bilas pinggiran Erlenmeyer dengan
menggunakan botol semprot, lalu teteskan 3 tetes larutan indikator(larutan fenolftalein).
• Lakukan titrasi dengan cara meletakkan Erlenmeyer di bawah buret, jangan lupa alas untuk
titrasi harus putih. Kran buret dipegang dengan tangan kiri dan Erlenmeyer dipegang tangan
kanan. Buka kran buret dan teteskan larutan baku sekunder, ke dalam Erlenmeyer yang berisi
larutan baku primer, sambil Erlenmeyer ini digoyangkan berlawanan arah jarum jam. Amati
terus penambahan larutan ini(jangan palingkan mata Anda dari paduan alat yang sedang Anda
pegang dan jangan hentikan goyangan pada Erlenmeyer), sampai terjadi perubahan warna dari
indikator dan tutup kran dengan segera. Baca volume larutan baku sekunder pada buret. Dan
catat pada bukuMisalnya 24,5cm3
• Tuliskan data-data ini dalam tabel pengamatan dan berdasarkan data-data yang telah dilakukan
tentukan konsentrasi larutan baku sekunder.

Penentuan Kadar Suatu Zat


Di atas telah dijelaskan bagaimana melakukan standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam
oksalat melalui cara titrimetri. Titrasi akan akurat jika dilakukan minimal 2 kali (duplo). Untuk
mensatandarkan larutan HCl dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan menggunakan
larutan baku sekunder yang sudah distandarkan(NaOH). Setelah Anda melakukan hal ini
diharapkan Anda dapat menentukan konsentrasi larutan asam atau basa yang lainnya dengan cara
yang sama. Misalnya untuk menentukan kadar asam / basa yang digunakan sehari-hari. Contoh
menentukan kadar asam cuka.
Biasanya bahan yang ingin ditentukan kadarnya ini mempunyai kadar/konsentrasinya jauh lebih
besar dari konsentrasi larutan baku sekunder yang dibuat karenanya perlu penurunan konsentrasi
lebih dahulu. Cara penurunan konsentrasi dapat dilakukan dengan cara menimbang bahan dan
melarutkannya atau mengencerkannya. Cara penimbangan dan pelarutan dilakukan untuk bahan
yang padat atau cair, sedangkan cara pengenceran dilakukan hanya untuk bahan yang cair. Cara
yang dilakukan dapat sebagai berikut.
1. Tahap pertama melakukan pembuatan larutan yang akan di titrasi
• Jika bahan berbentuk cair dilakukan sebagai berikut.
Bilas pipet gondok dengan asam asetat/cuka yang akan diperiksa setelah itu pipet 10 cm3 asam
asetat tersebut dan diencerkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3. Cara mengencerkan larutan ini
adalah sebagai berikut.
Larutan bahan dipipet dengan hati-hati seperti memipet larutan baku sampai melewati tanda
batas, ditutup, dikeringkan bagian luarnya, lalu ditandabataskan. Cairan dalam pipet dipindahkan
ke dalam labu ukur dengan cara pipet dipegang tegak lurus dan labu dimiringkan pada
kedudukan 45 º. Biarkan cairan mengalir sampai semua turun dan biarkan pipet pada posisi
semula selama 30 detik. Bilas bagian pinggir labu yang terkena aliran cairan bahan tadi lalu isi
labu sampai hampir tanda batas. Keringkan labu bagian dalam atas dari labu. Tanda bataskan
labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bagian luarnya kering ke atas larutan.
Tutup labu dan aduk-aduk campuran dengan cara pegang tutup labu dengan jari tangan dan
ujung labu yang lain diletakan pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali
maka larutahn baku primer siap untuk digunakan.

• Jika bahan berbentuk padat


Timbang gelas kimia kecil yang kering lalu tambahkan zat yang akan ditentukan sebanyak ± 5
gram (misalnya soda kue)lalu dilarutkan dalam labu ukur 100 atau 250 cm3 dan dilakukan
seperti membuat larutan baku primer.

2. Tahap kedua melakukan titrasi untuk penentuan konsentrasi dari larutan yang telah dibuat
• Siapkan alat-alat untuk titrasi dan bilas alat ukurnya dengan larutan yang sesuai. (buret dengan
larutan baku sekunder dan pipet dengan larutan bahan yang telah disiapkan di atas)
• Isi buret dengan larutan baku sekunder ingat semua bagian buret harus terisi penuh.
• Pipet 25 cm3 larutan bahan yang telah disiapkan di atas, teteskan larutan indikator, lalu titrasi
dengan larutan baku sekunder NaOH sampai terjadi perubahan warna.

Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2
macam larutan baku, yaitu:

1. Larutan baku primer

Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri.
Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer:

- mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius)
dan disimpan dalam keadaan murni.
- tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
- zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
- sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan
karena penimbangan dapat diabaikan.
- zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.

2. Larutan baku sekunder


Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan
larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder:


- derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
- mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
- larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang
mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang
mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah
yang sama dan disebut titik ekivalen. Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan
volume titrasi larutan basa dan garam dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut
asidimetri.

Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah basayang ada.
Penentuan konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan asam dan garam
dari basa lemah dengan larutan baku basa disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat
ekivalen secara kimia ditentukan dengan jumlah asam yang ada.

Anda mungkin juga menyukai