Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu: 1. Larutan baku primer Adalah suatu
larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam
oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: – mudah diperoleh, dimurnikan,
dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan
murni. – tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat
tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat
mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena
penimbangan dapat diabaikan. – zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. –
reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah. 2. Larutan
baku sekunder Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3,
KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat kemurnian lebih rendah
daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Analisis Titrimetri
Analisis adalah pemeriksaan atau penentuan sesuatu bahan dengan teliti. Analisis ini dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kuantitatif dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif adalah
pemeriksaan sesuatu berdasarkan komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi kuantitatif adalah
pemeriksaan berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya . Pada saat ini yang dibahas hanyalah
analisis kuantitatif. Salah satu cara analisis kuntitatif adalah titirimetri, yaitu analisis penentuan
konsentrasi dengan mengukur volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dengan
volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti atau analisis yang berdasarkan
pada reaksi kimia. Reaksi pada penentuan ini harus berlangsung secara kuantitatif.
Jenis reaksi yang terjadi pada titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang tidak terjadi
transfer/perpindahan elektron;
2. reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang terjadi transfer/
perpindahan elektron.
Pada saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini. Reaksi yang tidak mengalami
perubahan bilangan oksidasi meliputi (1)reaksi penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan
endapan, reaksi pembentukan kompleks. Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi
asam-basa karena dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa, sifat-
sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan konsentrasi larutan. Reaksi
asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini
dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang
direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan baku
biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur
volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur
volumenya dengan menggunakan pipet seukuran/ gondok(pipet volumetri) dan ditempatkan di
Erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Mengapa larutan baku ada 2 jenis? Apa perbedaan antara larutan baku primer dan sekunder ini?
Zat seperti apakah yang dapat digolongkan sebagai larutan baku primer dan sekunder.
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah
pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku primer.
Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer adalah:
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti,
dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya
dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku
primer adalah asam oksalat{C2H2O4 2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam
benzoat(C6H5COOH). Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak
harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya
ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Sebagai
larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau asam dari senyawa anorganik misalnya
NaOH, HCl. Larutan baku sekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang
setiap minggu.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam
satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan
molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan
normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan. Di atas
telah dikatakan bahwa yang akan dibahas hanyalah reaksi asam-basa, jadi harus diingat, bahwa
ekivalen asam atau basa berhubungan dengan jumlah ion hidrogen atau ion hidroksil. Sebagai
catatan kembali pernyataan satu ekivalen asam adalah sejumlah asam yang dapat menghasilkan
satu mol ion hidrogen(H+ atau H3O) dan satu ekivalen basa adalah sejumlah basa yang dapat
menghasilkan satu mol ion hidroksil( OH-) atau sejumlah basa yang dapat menetralkan satu mol
ion hidrogen(H+ atau H3O).
Proses titrimetri atau titrasi terjadi jika larutan baku ditambahkan pada larutan yang akan
dianalisis sampai reaksi selesai dengan sempurna secara kuantitatif. Larutan yang akan dianalisis
disebut sebagai larutan titrasi sedangkan larutan baku disebut juga larutan penitrasi. Reaksi pada
penentuan ini harus sederhana yang berarti dapat dinyatakan sebagai persamaan reaksi, reaksi
berjalan cepat, dan reaksi harus tercapai secara kuantitatif yang berarti reaksi sempurna kalau
titik ekivalensi tercapai. Titik ekivalien adalah titik kesetaraan yaitu suatu akhir reaksi secara
teoritis di mana reaksi berjalan secara stoikiometri.
Penentuan titik ekivalen biasanya sukar untuk ditentukan oleh mata terutama untuk larutan yang
tidak berwarna, padahal kesempurnaan reaksi harus dapat diamati dan dideteksi setiap
perubahannya. Untuk menentukan perubahan ini maka kita dapat menggunakan bahan penolong
yang dapat membantu untuk mengamati perubahan tersebut. Bahan yang membantu pengamatan
ini disebut sebagai indikator.
Indikator harus dapat menunjukkan perubahan yang nyata, pada saat reaksi antara larutan yang
dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna. Perubahan nyata yang ditunjukkan indikator
disebut sebagai titik akhir titrasi. Perubahan nyata dari indikator dapat ditunjukkan dengan
perubahan warna yang jelas dari indikator. Secara ideal titik akhir titrasi harus sama dengan titik
ekivalen, pada kenyataannya keadaan ini sulit untuk dicapai karenanya pasti ada perbedaan
antara kedua titik tersebut. Perbedaan titik akhir
titrasi dan titik ekivalen disebut kesalahan tittrasi. Kesalahan titrasi harus dibuat sekecil mungkin
agar kesalahan perhitungan tidak terlalu besar. Untuk reaksi asam basa maka indikatornya
disebut indikator asam-basa.
Indikator asam basa adalah suatu zat elektrolit yang sangat lemah, dapat merupakan senyawa
asam, basa, dan atau garam organik yang memiliki warna berbeda pada larutan asam dan basa.
Perbedaan warna pada larutan asam dan larutan basa merupakan karakteristik dari indikator,
yang perubahannya tiba-tiba tetapi menempati interval(range) pH kecil. Di bawah ini diberikan
tebel beberapa indikator asam basa yang umum digunakan dalam titrasi beserta perubahan warna
yang terjadi. Contoh ini pernah diberikan pada modul menyiapkan bahan dan alat sesuai
keperluan dengan judul nama dan sifat bahan.
PERUBAHAN WARNA DAN RANGE PH DARI BEBERAPA INDIKATOR ASAM-BASA
No. Nama indikator Range pH Warna dalam Asam Basa
1. Timol biru(asam) 1,2 – 2,8 Merah Kuning
2. Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah Jingga
3. Brom kresol hijau 3,8 – 5,4 Kuning Biru
4. Metil merah 4,2 – 6,3 Merah Kuning
5. Brom timol biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
6. Timol biru(basa) 8,0 – 9,6 Kuning Biru
7. Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna Merah
2. Tahap kedua melakukan titrasi untuk penentuan konsentrasi dari larutan yang telah dibuat
• Siapkan alat-alat untuk titrasi dan bilas alat ukurnya dengan larutan yang sesuai. (buret dengan
larutan baku sekunder dan pipet dengan larutan bahan yang telah disiapkan di atas)
• Isi buret dengan larutan baku sekunder ingat semua bagian buret harus terisi penuh.
• Pipet 25 cm3 larutan bahan yang telah disiapkan di atas, teteskan larutan indikator, lalu titrasi
dengan larutan baku sekunder NaOH sampai terjadi perubahan warna.
Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2
macam larutan baku, yaitu:
Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri.
Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
- mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius)
dan disimpan dalam keadaan murni.
- tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
- zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
- sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan
karena penimbangan dapat diabaikan.
- zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang
mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang
mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah
yang sama dan disebut titik ekivalen. Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan
volume titrasi larutan basa dan garam dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut
asidimetri.
Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah basayang ada.
Penentuan konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan asam dan garam
dari basa lemah dengan larutan baku basa disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat
ekivalen secara kimia ditentukan dengan jumlah asam yang ada.