Anda di halaman 1dari 20

MODUL III

A. JUDUL : TITRASI ASAM BASA


B. TUJUAN : Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan asam.
C. DASAR TEORI
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu
zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa),
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam
bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam.

Berbagai definisi asam

Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal
yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur
(bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan
dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus.
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi
Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.

Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium
ketika dilarutkan dalam air.

Menurut Svante Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat


menghasilkan ion Hidroksida [OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa
pahit dan bersifat kaustik.

Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa
kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan

1
untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium
hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa
dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung
pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.

Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan
larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan
kadarnya.

larutan penguji disebut “TITRAN” sedangkan larutan yang ingin diuji kadarnya
disebut “TITRAT / TITER”

Prinsip Titrasi Asam basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.

Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan


ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titrat maka
kita bisa menghitung kadar titran.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum


proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

2
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna


indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

Rumus Umum Titrasi

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume


maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa).

3
D. ALAT DAN BAHAN

- Alat

1. Erlenmeyer

Fungsinya : Tempat membuat larutan. Dalam membuat larutan erlenmeyer yang


selalu digunakan.
2. Gelas Kimia

Fungsinya : Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki
takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat
ciar.
3. CORONG

4
Fungsinya : Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan ai satu
tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi
kertas saing pada bagian atas.
4. BURET

Fungsinya : Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula
digunakan untuk mengukut volume suatu larutan.
5.PIPET GONDOK

Fungsinya : Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai


dengan label yang tertera pada bagian pada bagian yang menggembung.
F. PIPET TETES

Fungsinya : Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.

5
G. STATIF DAN KLEM

Fungsinya : Sebagai penjepit, misalnya:


· Untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi

· Menjepit buret dalam proses titrasi

· Untuk menjepit kondensor pada proses destilasi

- Bahan:
1. HCl
2. NaOH 0.1 M
3. Phenoftalein

6
D. PROSEDUR KERJA
1. TITRASI 1

NaOH ± 5 mL

- Membilas pada buret yang telah


dibersihkan dan yang akan dipakai
sebanyak 3 kali (± 5 mL).
- Memasukkan kedalam buret menggunakan
corong sampai volumenya melebihi skala
nol buret.
- Menurunkan volumenya pada buret
sampai tepat skala nol.

Larutan Asam

- Menentukan konsentrasinya dengan


menggunakan pipet gondok.
- Memasukkan kedalm Labu Erlenmeyer
dengan tekhnik yang benar.

Aquadest

- Menambahkan kedalam Labu Erlenmeyer ±


5 mL untuk membilas larutan yang
menempel pada dinding Labu Erlenmeyer.
- Menambahkan 3 tetes indicator
phenoftalien.

7
Larutan NaOH

- Melakukan titrasi dengan cara meneteskan


dari Buret secara perlahan-lahan tetes
demi tetes sampai larutan akan berubah
warna.
- Mencatat keadaan akhir Buret yang
menunjukkan volume, yakni selisih volum
semula dengan volum akhir.
- Menghitung konsentrasi larutan yang telah
di titrasi.

Larutan berwarna
ungu

2. TITRASI II

NaOH ± 5 mL

- Membilas pada buret yang telah


dibersihkan dan yang akan dipakai
sebanyak 3 kali (± 5 mL).
- Memasukkan kedalam buret
menggunakan corong sampai volumenya
melebihi skala nol buret.
- Menurunkan volumenya pada buret
sampai tepat skala nol.

8
Larutan Asam

- Menentukan konsentrasinya dengan


menggunakan pipet gondok.
- Memasukkan kedalm Labu Erlenmeyer
dengan tekhnik yang benar.

Aquadest
- Menambahkan kedalam Labu Erlenmeyer
± 5 mL untuk membilas larutan yang
menempel pada dinding Labu
Erlenmeyer.
- Menambahkan 3 tetes indicator
phenoftalien.
Larutan NaOH

- Melakukan titrasi dengan cara


meneteskan dari Buret secara perlahan-
lahan tetes demi tetes sampai larutan
akan berubah warna.
- Mencatat keadaan akhir Buret yang
menunjukkan volume, yakni selisih volum
semula dengan volum akhir.
- Menghitung konsentrasi larutan yang telah
di titrasi.

Larutan Berwarna
Ungu

9
E. HASIL PENGAMATAN

TITRASI VASAM VBASA VRATA-RATA TITRASI


1 10 mL 8,4 mL
2 10 mL 9,4 mL 8,9 mL

VHcl = 10 mL

VNaOH = 8.9 mL

[NaOH] = 0.1 M

F. ANALISA DATA
DIK: VHCl = 10 mL
VNaOH = 8,9 mL
[NaOH] = 0,1 M
DIT: [HCl]…?
PENY:

V1 N1  V2 N 2

10  N1  8,9  0,1

8,9  0,1
N1 
10

0,89
  0,089 M
10

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

10
HCl  NaOH  NaCl  H 2O

H   OH   H 2 O

H. PEMBAHASAN

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan konsentrasi suatu zat


dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan titrasi pengendapan
bila melibatkan reaksi pengendapan.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titrasi asam basa dilakukan berdasarkan reaksi penetralan. konsentrasi larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Pada titrasi asam basa,
jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik
ekivalen reaksi.

Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa
dapat digunakan indikator asam-basa. Namun, indikator hanya mampu menentukan
titik akhir titrasi, bukan titik eqivalen titrasi.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

11
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.

Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungan berubah. Dari perubahan warna ini akan dapat ditentukan titik akhir
titrasi. Indikator asam basa yang sering dipakai dalam titrasi asam basa diantaranya
adalah bromtimol biru, metil jingga, fenolftalein dan yang lainya.

Jenis-jenis indikator

Dari segi fungsinya, dikenal beberapa macam kelompok indikator diantaranya adalah
sebagai berikut.

Indikator Asam-Basa

Contoh: lakmus, fenolftalin, fenol merah, metil jingga, metil merah, brom-timol biru,
brom-kresol hijau, brom-kresol ungu, dan sebagainya.

Indikator Redoks

Contoh: metilen biru, difenil-amin, difenil-benzidin, feroin, nitroferoin, 5-metilferoin,


asam difenilamin sulfonat, dan sebagainya.

Indikator Kulometrik

(berupa elektrode pembanding-indikator)

Indikator Kelometrik (Indikator Metalokromik)

Contoh: Erichrome Black T, kalmagit, difenil karbazida, difenil karbazon, natrium


nitro-prusida, pirokatekol ungu, dan sebagainya.

Indikator Pengendapan (Indikator Adsorpsi)

12
Contoh: eosin, fluoresin, diklorofluoresin, ortokrom T, ion kromat

(CrO42-), ion ferri (Fe3+), dan sebagainya.

Indikator Pendar-Fluor (Indikator Fluoresen)

Contoh: iosin, eritrosin, resorufin, kuinin, asam naftol-sulfonat, diazol kuning-brilian,


dan sebagainya.

Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi
dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam
basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan
membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran
yang ditambahkan.

Sebagai contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah titrasi HCl dengan
NaOH,seperti pada praktikum ini.

Pertama kita membersihkan buret dengan NaOH yang akan dipakai sebanyak
3 kali (±5 mL), kemudian memasukkan larutan NaOH kedalam buret menggunakan
corong sampai volumenya melebihi skala nol buret, kemudian menurunkan volume
larutan NaOH pada buret sampi tepat skala nol. Kemudian mengambil 10 mL larutan
HCl dengan menggunakan pipet dan memasukkannya dalam labu Erlenmeyer dan
kemudian menambahkan aquadest kedalam labu Erlenmeyer ± 5 mL untuk membilas
larutan yang menempel pada dinding labu Erlenmeyer, dan ditambahkan 3 tetes
indicator phenoftalien. Setelah itu lakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan
NaOH dari buret secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan berubah
warna. Kemudian mencatat keadaan akhir buret yang menunjukkan selisih volum
larutan semula dengan volum larutan akhir. Mengulangi percobaan ini untuk titran 2.
Kemudian menghitung konsentrasi larutan dengan menggunakan persamaan

13
V1 N1  V2 N 2

Dimana:

V1= Volume larutan asam dan V2= Volume larutan basa

N1= Normalitas larutan asam dan N2= Normalitas larutan basa

Dari langkah-langkah diatas maka didapat hasil pengamatan yaitu larutan


berwarna ungu. Kemudian didapat juga pada titrasi pertama Vasam adalah 10 mL dan
Vtitran 8.4 mL, pada titrasi kedua didapat Vasam 10 mL dan Vtitran 9.4 mL, sehingga V
rata-rata titrasi adalah 8.9 mL. Dan setelah dianalisis menggunakan rumus diatas,
maka didapat konsentrasi HCl 0.089 M. Dimana diketahui volume HCl 10 mL,
volume NaOH adalah 8.9 mL dan konsentrasi NaOH adalah 0.1 M.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

HCl + NaOH -> NaCl + H2O

H+ + OH- -> H2O

Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai dengan reaksi
kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir
titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral.

14
I. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi
dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang
dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Dari data yang
diperoleh dapat di ketahui bahwa pada titrasi pertama dan kedua berbeda volumenya,
walaupun prosedur kerjanya sama.

Perubahan warna indikator terjadi karena pengionannya membawa perubahan


struktur yaitu struktur molekul dan ionnya berbeda. Karena itu sifat penyerapan sinar
ikut berbeda dan mengakibatkan perbedaan warna.

K. JAWABAN PERTANYAAN PRAKTIKUM


- Pra Praktikum
SOAL:
1. Untuk menetapkan konsentrasi larutan asam/basa digunakan larutan baku. Apa
yang dimaksud dengan larutan baku primer dan larutan baku sekunder, berikan
contohnya.
2. Mengapa buret harus dibilas dengan larutan yang akan dimasukan
3. Apa yang dimaksud dengan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi, mana yang
dapat diamati langsung dan dirujuk untuk penentuan pH.
4. Bagaimana perubahan warna indicator Phenoftalien dan berapa rentang pH
nya.
JAWABAN:
1. Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:

15
-Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetric. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perhitungan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoate.
-Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
2. Dengan tujuan untuk mendapatkan hasil titrasi yang efektif karena apabila
buret tidak dibilas kemungkinan besar masih terdapat kotoran atau zat lain
yang terdapat dalam buret, sehingga buret harus dibilas dengan larutan yang
akan dimasukkan agar tidak ada zat lain dalam buret.
3. a. Titik ekuivalen adalah titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa
berada dalam jumlah yang sama.
b. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan warna indicator.
Penentuan pH dapat diamati langsung pada titik akhir titrasi.
4. Perubahan warna indicator phenoftalein yaitu dari bening menjadi ungu dan
rentang pHnya adalah 8,0 sampai 9,6.

- Pasca Praktikum
SOAL:
1. Dapatkah semua indicator tertentu (mis: Brom Timol Biru) digunakan untuk
menentukan pH semua jenis larutan? Jelaskan alasanya.
2. Hitung konsentrasi larutan HCl dan larutan NaOH dalam satuan :
a. Normalitas (N)

16
b. Molaritas (M)
c. Gram/liter
JAWABAN:
1. Tidak.
Karena asam dan basa yang sangat lemah tidak ada perubahan pH yang besar
disekitar titik ekuivalen. Jadi volume larutan basa lebih besar diperlukan
untuk mengubah warna suatu indicator dan titik ekuivalen tidak akan dititrasi
dengan kerapatan yang diharapkan. Bromtimol biru memiliki perubahan
warna dari kuning menjadi ungu dan jangka pHnya 6,0-7,0.
2. a. HCl  H   Cl 
NaOH  Na   OH 

Normalitas adalah hasil dari perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga di dapat konsentrasi
larutan pada HCl adalah  1 0.089M  0.089N dan pada NaOH adalah
 1 0.1M  0.1N .

b. Dik:VHCl=10 mL

VNaOH=8.9 mL

[NaOH]=0.1 M

Dit:[HCl]=…?

Peny: V1M1  V2 M 2

10  M1  8,9  0,1

8,9  0,1
M1 
10

17
0,89
  0,089 M
10

c. Dik: VHCl=10 mL=0.01L

VNaOH=8.9 mL=0.0089L

[NaOH]=0.1 M

Dit:gram/liter…?

Peny:

-Konsentrasi HCl:

0.01L
mol   0.00045mol
22.4 L / mol

gram  0.00045mol  36.5 gr / mol

 0.02 gram

gram 0.02 gram


  2 gram / liter
L 0.01L

-Konsentrasi NaOH:

0.0089 L
mol   0.0004mol
22.4 L / mol

gram  0.0004mol  40 gr / mol

18
 0.016 gram

gram 0.016 gram


  1.8 gram / liter
L 0.0089 L

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.”Titrasi Asam Basa


Neutralisasi”:http://www.dostoc.com/dosc/26506946/Titrasi-Asam-Basa-
Neutralisasi. Diakses tanggal 25 Mei 2011 pukul 14.20 WITA.

Anonim.”Titrasi Asam Basa: Asam Kuat Vs Basa


Kuat”:http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-asam-basa-asam-kuat-Vs-basa-kuat/.
Diakses tanggal 25 Mei 2011 pukul 15.00 WITA.

S.Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Team Teaching.2011.Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Gorontalo: UNG.

20

Anda mungkin juga menyukai