Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal
yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur
(bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan
dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus.
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi
Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis.
Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium
ketika dilarutkan dalam air.
Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa
kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan
1
untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium
hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa
dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung
pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.
Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan
larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan
kadarnya.
larutan penguji disebut “TITRAN” sedangkan larutan yang ingin diuji kadarnya
disebut “TITRAT / TITER”
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titrat maka
kita bisa menghitung kadar titran.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
2
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa).
3
D. ALAT DAN BAHAN
- Alat
1. Erlenmeyer
Fungsinya : Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki
takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat
ciar.
3. CORONG
4
Fungsinya : Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan ai satu
tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi
kertas saing pada bagian atas.
4. BURET
Fungsinya : Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula
digunakan untuk mengukut volume suatu larutan.
5.PIPET GONDOK
5
G. STATIF DAN KLEM
- Bahan:
1. HCl
2. NaOH 0.1 M
3. Phenoftalein
6
D. PROSEDUR KERJA
1. TITRASI 1
NaOH ± 5 mL
Larutan Asam
Aquadest
7
Larutan NaOH
Larutan berwarna
ungu
2. TITRASI II
NaOH ± 5 mL
8
Larutan Asam
Aquadest
- Menambahkan kedalam Labu Erlenmeyer
± 5 mL untuk membilas larutan yang
menempel pada dinding Labu
Erlenmeyer.
- Menambahkan 3 tetes indicator
phenoftalien.
Larutan NaOH
Larutan Berwarna
Ungu
9
E. HASIL PENGAMATAN
VHcl = 10 mL
VNaOH = 8.9 mL
[NaOH] = 0.1 M
F. ANALISA DATA
DIK: VHCl = 10 mL
VNaOH = 8,9 mL
[NaOH] = 0,1 M
DIT: [HCl]…?
PENY:
V1 N1 V2 N 2
10 N1 8,9 0,1
8,9 0,1
N1
10
0,89
0,089 M
10
10
HCl NaOH NaCl H 2O
H OH H 2 O
H. PEMBAHASAN
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titrasi asam basa dilakukan berdasarkan reaksi penetralan. konsentrasi larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Pada titrasi asam basa,
jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik
ekivalen reaksi.
Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa
dapat digunakan indikator asam-basa. Namun, indikator hanya mampu menentukan
titik akhir titrasi, bukan titik eqivalen titrasi.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
11
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.
Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungan berubah. Dari perubahan warna ini akan dapat ditentukan titik akhir
titrasi. Indikator asam basa yang sering dipakai dalam titrasi asam basa diantaranya
adalah bromtimol biru, metil jingga, fenolftalein dan yang lainya.
Jenis-jenis indikator
Dari segi fungsinya, dikenal beberapa macam kelompok indikator diantaranya adalah
sebagai berikut.
Indikator Asam-Basa
Contoh: lakmus, fenolftalin, fenol merah, metil jingga, metil merah, brom-timol biru,
brom-kresol hijau, brom-kresol ungu, dan sebagainya.
Indikator Redoks
Indikator Kulometrik
12
Contoh: eosin, fluoresin, diklorofluoresin, ortokrom T, ion kromat
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi
dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam
basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan
membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran
yang ditambahkan.
Sebagai contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah titrasi HCl dengan
NaOH,seperti pada praktikum ini.
Pertama kita membersihkan buret dengan NaOH yang akan dipakai sebanyak
3 kali (±5 mL), kemudian memasukkan larutan NaOH kedalam buret menggunakan
corong sampai volumenya melebihi skala nol buret, kemudian menurunkan volume
larutan NaOH pada buret sampi tepat skala nol. Kemudian mengambil 10 mL larutan
HCl dengan menggunakan pipet dan memasukkannya dalam labu Erlenmeyer dan
kemudian menambahkan aquadest kedalam labu Erlenmeyer ± 5 mL untuk membilas
larutan yang menempel pada dinding labu Erlenmeyer, dan ditambahkan 3 tetes
indicator phenoftalien. Setelah itu lakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan
NaOH dari buret secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan berubah
warna. Kemudian mencatat keadaan akhir buret yang menunjukkan selisih volum
larutan semula dengan volum larutan akhir. Mengulangi percobaan ini untuk titran 2.
Kemudian menghitung konsentrasi larutan dengan menggunakan persamaan
13
V1 N1 V2 N 2
Dimana:
Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai dengan reaksi
kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir
titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral.
14
I. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa titrasi merupakan suatu
metoda untuk menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi
dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang
dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Dari data yang
diperoleh dapat di ketahui bahwa pada titrasi pertama dan kedua berbeda volumenya,
walaupun prosedur kerjanya sama.
15
-Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetric. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perhitungan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoate.
-Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
2. Dengan tujuan untuk mendapatkan hasil titrasi yang efektif karena apabila
buret tidak dibilas kemungkinan besar masih terdapat kotoran atau zat lain
yang terdapat dalam buret, sehingga buret harus dibilas dengan larutan yang
akan dimasukkan agar tidak ada zat lain dalam buret.
3. a. Titik ekuivalen adalah titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa
berada dalam jumlah yang sama.
b. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan warna indicator.
Penentuan pH dapat diamati langsung pada titik akhir titrasi.
4. Perubahan warna indicator phenoftalein yaitu dari bening menjadi ungu dan
rentang pHnya adalah 8,0 sampai 9,6.
- Pasca Praktikum
SOAL:
1. Dapatkah semua indicator tertentu (mis: Brom Timol Biru) digunakan untuk
menentukan pH semua jenis larutan? Jelaskan alasanya.
2. Hitung konsentrasi larutan HCl dan larutan NaOH dalam satuan :
a. Normalitas (N)
16
b. Molaritas (M)
c. Gram/liter
JAWABAN:
1. Tidak.
Karena asam dan basa yang sangat lemah tidak ada perubahan pH yang besar
disekitar titik ekuivalen. Jadi volume larutan basa lebih besar diperlukan
untuk mengubah warna suatu indicator dan titik ekuivalen tidak akan dititrasi
dengan kerapatan yang diharapkan. Bromtimol biru memiliki perubahan
warna dari kuning menjadi ungu dan jangka pHnya 6,0-7,0.
2. a. HCl H Cl
NaOH Na OH
Normalitas adalah hasil dari perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga di dapat konsentrasi
larutan pada HCl adalah 1 0.089M 0.089N dan pada NaOH adalah
1 0.1M 0.1N .
b. Dik:VHCl=10 mL
VNaOH=8.9 mL
[NaOH]=0.1 M
Dit:[HCl]=…?
Peny: V1M1 V2 M 2
10 M1 8,9 0,1
8,9 0,1
M1
10
17
0,89
0,089 M
10
VNaOH=8.9 mL=0.0089L
[NaOH]=0.1 M
Dit:gram/liter…?
Peny:
-Konsentrasi HCl:
0.01L
mol 0.00045mol
22.4 L / mol
0.02 gram
-Konsentrasi NaOH:
0.0089 L
mol 0.0004mol
22.4 L / mol
18
0.016 gram
19
DAFTAR PUSTAKA
20