Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PENGUJIAN SIFAT UNSUR GOLONGAN UTAMA

Sekolah :
Program Keahlian : Teknik Kimia
Kompetensi Keahlian : Kimia Analisis
Mata Pelajaran : Analisis Kimia Anorganik
Kelas/Semester : XI
Alokasi Waktu : 4x45 menit

A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif secara multidisiplin sesuai
dengan bidang dan lingkup kerja Kimia Analisis pada tingkat teknis, spesifik, detil,
dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga,
sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Kimia
Analisis. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak
mahir, menjadikan gerak alami, sampai dengan tindakan orisinal dalam ranah konkret
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

B. Kompetensi Dasar
3.5. Menerapkan teknik pengujian sifat unsur dan senyawa golongan utama
4.5. Melaksanakan pengujian sifat unsur dan senyawa golongan utama

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5.2. Menjelaskan identifikasi warna nyala unsur golongan utama dengan uji nyala
3.5.3. Menjelaskan identifikasi kereaktifan unsur golongan utama dengan menggunakan
senyawa lain sebagai pereaksi
3.5.4. Menjelaskan identifikasi kelarutan senyawa golongan utama dengan uji kelarutan
3.5.6. Menjelaskan identifikasi kemampuan menghantarkan listrik dengan uji daya hantar
listrik

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca, mempelajari, dan menggali informasi, peserta didik dapat:
1. Menjelaskan identifikasi warna nyala unsur golongan utama dengan uji nyala
2. Menjelaskan identifikasi kereaktifan unsur golongan utama dengan menggunakan
senyawa lain sebagai pereaksi
3. Menjelaskan identifikasi kelarutan senyawa golongan utama dengan uji kelarutan
4. Menjelaskan identifikasi kemampuan menghantarkan listrik dengan uji daya hantar
listrik

E. Uraian Materi
1. Reaksi nyala
Uji nyala api adalah suatu prosedur analisis yang digunakan dalam ilmu kimia
untuk mendeteksi keberadaan unsur tertentu, terutama ion logam, berdasarkan
karakteristik spektrum emisi masing-masing unsur. Warna nyala api secara umum juga
bergantung pada temperatur.
Uji ini melibatkan introduksi sampel suatu unsur atau senyawa ke dalam nyala api
panas, tak berwarna, dan mengamati warna nyala yang dihasilkan. Ide pengujian ini
adalah bahwa atom-atom sampel menguap dan karena panas, mereka mengemisikan
sinar ketika berada dalam nyala api. Sampel curah juga memancarkan cahaya, tetapi
cahayanya tidak baik untuk analisis. Sampel curah memancarkan cahaya terutama
karena pergerakan atom-atomnya, sehingga spektrumnya lebar, yang terdiri dari rentang
warna yang luas. Atom-atom sampel yang terpisah dalam nyala api dapat mengalami
emisi hanya karena transisi elektron antara tingkat energi atom. Transisi tersebut
mengemisikan cahaya dengan frekuensi yang sangat spesifik, yang tidak lain
merupakan karakteristik unsur kimia itu sendiri. Oleh karena itu, nyala api menjadi
berwarna, yang ditentukan terutama oleh sifat-sifat unsur kimia yang dimasukkan ke
dalam nyala.
Salah satu ciri khas dari suatu unsur ialah spektrum emisinya. Logam alkali dan
alkali tanah memberikan warna nyala yang khas, warna nyala dari logam alkali tanah
dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi adanya unsur logam alkali
dan alkali tanah dalam suatu bahan. Unsur yang tereksitasi karena pemanasan ataupun
karena sebab lainya, memancarkan radiasi elektromagnetik yang disebut spektrum
emisi. Spektrum emisi teramati sebagai pancaran cahaya dengan warna tertentu, akan
tetapi sesungguhnya itu terdiri atas beberapa garis warna (panjang gelombang) yang
khas bagi setiap unsur. Karena keunikannya, spektrum emisi dapat digunakan untuk
mengenali suatu unsur. Unsur-unsur logam dapat dieksitasikan dengan
memanaskan/membakar senyawanya pada nyala api, misalnya pada pembakar bunsen
atau pembakar spiritus. Akan lebih baik jika yang digunakan garam klorida karena
relatif mudah menguap. Warna nyala logam alkali dan alkali tanah diberikan pada tabel
1
Unsur Warna Nyala
Beriulium Putih
Magnesium Putih
Kalsium Jingga-merah
Stronsium Merah
Barium Hijau
Litium Merah
Natrium Kuning
Kalium Ungu
Rubidium Merah
Cesium biru

Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1 unsur IIA memberi warna-warna yang
khas pada nyala api biasa. Dalam pekerjaan laboratorium analitik, uji-uji nyala sering
digunakan untuk mengungkapkan ada tidaknya berbagai unsur alkali dan alkali tanah.
Reaksi nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam
jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan
warna nyala. Untuk warna nyala unsur – unsur logam alkali dan alkali tanah, uji nyala
merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat
dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang
lebih dapat dipercaya – meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat
seperti metode mana yang akan dipakai. Dasar teori yang ada dalam percobaan kali ini
yaitu teori spectrum diskontinu. Spektrum diskontinu atau spektrum garis adalah radiasi
yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang hanya terdiri dari beberapa warna garis
yang terputus putus.
Suatu unsur memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda seperti halnya
untuk logam-logam golongan alkali dan golongan alkali tanah yang memberikan
warna-warna yang khas bila dibakar karena salah satu hal yang mempengaruhi adalah
konfigurasi atom-atom tersebut sebab setiap atom memiliki konfigurasi yang berbeda-
beda serta karakteristik atau sifat-sifat khas dari golongan tersebut. Warna nyala
dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.
Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang
dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai
akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan
dihasilkan. Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari
satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan
memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda
pula.
Sampel biasanya ditaruh pada seutas kawat platina yang dicuci berulang kali
dengan asam klorida untuk menghilangkan sisa analit sebelumnya. Senyawa biasanya
dibuat menjadi pasta dengan asam klorida pekat, sebagai halida logam, yang mudah
menguap, sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Nyala api yang berbeda-beda
harus dicoba untuk menghindari kesalahan data akibat nyala api yang "terkontaminasi",
atau kadang-kadang untuk memverifikasi akurasi warna.
2. Kereaktifan
Unsur-unsur yang mudah bereaksi artinya adalah unsur-unsur yang reaktif. Dalam
sistem periodik unsur, unsur-unsur logam semakin ke bawah semakin reaktif karena
semakin mudah melepas elektron. Sebaliknya semakin ke atas, unsur-unsur logam
semakin tidak reaktif. Sedangkan unsur-unsur non logam semakin ke bawah semakin
tidak reaktif karena sukar menangkap elektron. Golongan unsur paling reaktif adalah I
A dan II A karena mudah membentuk ion positif dan mudah melepas elektron.
Sedangkan golongan unsur paling tidak reaktif adalah golongan VIII A karena sangat
stabil. (Widiastuti, 2014)
Unsur-unsur logam alkali tanah merupakan unsur logam yang reaktif, hal ini
karena unsur-unsur logam alkali tanah mudah melepaskan 2 elektron valensinya untuk
mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-
unsur logam alkali tanah di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi berikatan
dengan unsur- unsur lain. (Ayuningtyas, 2014)
Pada uji kereaktifan logam natrium, setelah bersentuhan dengan air terjadi reaksi
yang sangat cepat. Logam natrium mengeluarkan letupan dan terbakar. Hal ini
dikarenakan logam natrium bereaksi sangat cepat dengan air membentuk natrium
hidroksida dan hidrogen. Na + H2O → NaOH + H Oleh karena itu penyimpanan Na
dilakukan secara khusus yaitu di dalam minyak tanah. Hal ini agar logam Na tidak
bereaksi dengan molekul-molekul air di udara. Karena, minyak tanah tidak bercampur
dengan air. Selain itu, setelah reaksi berlangsung terbentuk warna merah muda di atas
kertas saring. Hal ini dikarenakan logam Na setelah bereaksi dengan air membentuk
senyawa NaOH yang bersifat basa.
Pada uji kereaktifan Mg, logam Mg setelah dipanaskan terdapat gelembung gas
dan warna larutan berubah menjadi merah muda. Gelembung gas berasal dari gas H 2
yang dilepaskan karena reaksi yang terjadi antara Mg dan air, Mg + 2 H 2O → Mg(OH)2
+ H2 Sedangkan warna merah muda berasal dari indikator PP, karena indikator PP akan
berwarna merah pada pH basa dan tidak berwarna pada pH asam. Hal ini membuktikan
bahwa Mg dan air akan bereaksi menghasilkan larutan basa.
Hal ini menunjukan bahwa logam alkali memiliki kereaktifan yang lebih besar
bila dibandingkan logam alkali tanah. Karena logam-logam alkali memiliki elektron
valensi 1, sehingga sifatnya tidak stabil dan mudah bereaksi dengan unsur lain.
Walaupun logam alkali tanah juga termasuk golongan yang reaktif, tetapi lebih kurang
reaktif bila dibandingkan golongan alkali. Karena unsur- unsur golongan alkali tanah
sudah memiliki sepasang elektron (duplet) sehingga sifatnya lebih stabil bila
dibandingkan golongan alkali.
Kalsium (Ca), stronsium (Sr) dan barium (Ba) bereaksi baik dengan air (H 2O)
membentuk basa dan gas hidrogen (H2). Magnesium (Mg) bereaksi sangat lambat
dengan air (H2O) dingin dan sedikit lebih baik dengan air (H2O) panas, sedangkan
berilium (Be) tidak bereaksi.
M(s) + 2H2O(l) → M(OH)2(aq) + H2(g)
(M = Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra)
3. Uji Kelarutan
Pengertian “kelarutan” digunakan dalam beberapa paham. Kelarutan menyatakan
pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara
kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan dinyatakan
merupakan larutan tidak jenuh jika solut dapat ditambahkan untuk memperoleh
berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata
proses penambahan solut tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan
akan dicapai dimana penambahan solut pada sejumlah solven yang tertentu tidak akan
menghasilkan larutan lain yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Pada keadaan ini,
solute tetap tidak larut. Hingga demikian ada batas jumlah tertentu dari solut yang dapat
terlarut dalam jumlah solven yang tertentu. Larutan yang dalam keadaan terbatas ini
disebut larutan jenuh dan konsentrasi dari larutan jenuh disebut kelarutan dari sejumlah
solut dalam jumlah solven tertentu yang digunakan. (Hardjono , S . 2008 )
Salah satu perbedaan logam alkali dari alkali tanah adalah dalam hal kelarutan
senyawanya. Senyawa logam alkali pada umunya mudah larut dalam air (H 2O),
sedangkan senyawa logam alkali tanah banyak yang sukar larut.
Tabel tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa-senyaawa alkali tanah

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan beberapa hal berikut:


a. Kelarutan basa bertambah dari berilium hidroksida (Be(OH)2) ke barium hidroksida
(Ba(OH)2). Dalam hal ini, berilium hidroksida (Be(OH)2) dan magnesium hidroksida
(Mg(OH)2) tergolong sukar larut, kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) sedikit larut,
sedangkan stronsium hidroksida (Sr(OH)2) dan barium hidroksida (Ba(OH)2) mudah
larut.
b. Kelarutan garam sulfat berkurang dari berilium sulfat (BeSO4) ke barium sulfat
(BaSO4). Dalam hal ini, berilium sulfat (BeSO4) dan magnesium sulfat (MgSO4)
tergolong mudah larut, kalsium sulfat (CaSO4) sedikit larut, sedangkan stronsium
sulfat (SrSO4) dan barium sulfat (BaSO4) sukar larut.
c. Kelarutan garam kromat berkurang dari berilium kromat (BeCrO4) ke barium kromat
(BaCrO4). Dalam hal ini, berilium kromat (BeCrO 4), magnesium kromat (MgCrO4)
serta kalsium kromat (CaCrO4) tergolong mudah larut, stronsium kromat (SrCrO4)
sedikit larut, sedangkan barium kromat (BaCrO4) sukar larut.
d. Semua garam karbonat sukar larut.
e. Semua garam oksalat sukar larut, kecuali magnesium oksalat (MgC2O4) sedikit larut.
Reaksi yang terjadi
a. Pereaksi natrium hidroksida (NaOH) 0,01 N
2NaOH(l) + MgCl2(l) → Mg(OH)2(l) + 2NaCl(l)
2NaOH(l) + CaCl2(l) → Ca(OH)2(l) + 2NaCl(l)
2NaOH(l) + SrCl2(l) → Sr(OH)2(l) + 2NaCl(l)
2NaOH(l) + BaCl2(l) → Ba(OH)2(l) + 2NaCl(l)
b. Pereaksi natrium sulfat (Na2SO4) 0,01 N
Na2SO4(l) + MgCl2(l) → MgSO4(l) + 2NaCl(l)
Na2SO4(l) + CaCl2(l) → CaSO4(l) + 2NaCl(l)
Na2SO4(l) + SrCl2(l) → SrSO4(l) + 2NaCl(l)
Na2SO4(l) + BaCl2(l) → BaSO4(l) + 2NaCl(l)
c. Pereaksi natrium karbonat (Na2CO3) 0,01 N
Na2CO3(l) + MgCl2(l) → MgCO3(l) + 2NaCl(l)
Na2CO3(l) + CaCl2(l) → CaCO3(l) + 2NaCl(l)
Na2CO3(l) + SrCl2(l) → SrCO3(l) + 2NaCl(l)
Na2CO3(l) + BaCl2(l) → BaCO3(l) + 2NaCl(l)
4. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik dan panas berkaitan dengan pergerakan muatan listrik karena
pengaruh pergerakan elektron bebas. Daya hantar listrik dan panas tersebut ditentukan
oleh pergerakan elektron-elektron valensinya. Semakin mudah elektron-elektron
valensinya bergerak semakin besar daya hantar listrik dan panasnya. Logam alkali
memiliki daya hantar listrik dan panas yang baik karena ikatan logamnya. Di dalam
ikatan logam, terdapat elektron-elektron valensi yang bergerak bebas. Daya hantar
panas dan listrik logam alkali ditentukan oleh pergerkan elektron elektron valensi
bebasnya. Semakin mudah elektron elektron valensi ini bergerak, maka semakin besar
pula daya hantar listrik dan panasnya. Sebaliknya, semakin sulit elektron-elektron ini
bergerak, semakin berkurang pula daya hantar listrik dan panasnya. Satu hal yang
menghambat pergerakan elektron–elektron adalah kemungkinannya untuk bertumbukan
dengan ion-ion positif itu sendiri.
Semua unsur dari golongan I dan II tabel berkala bereaksi dengan unsur golongan
VI dan VII untuk membentuk senyawa ionik, yang sebagian besar mengkristal dalam
sistem kubik. Sifat yang merupakan karakteristik logam ialah kemampuannya yang
baik untuk menghantarkan listrik dan kalor. Kedua gejala ini muncul karena mudahnya
elektron valensi bergerak; penghantaran listrik adalah akibat aliran elektron dari daerah
dengan energi potensial tinggi ke daerah yang energi potensialnya rendah, dan
penghantaran kalor adalah akibat aliran elektron dari daerah bersuhu tinggi (yang
energi kinetiknya tinggi) ke daerah bersuhu rendah (yang energi kinetiknya rendah).
(Oxtoby, 2003:176-177)
Seperti telah dijelaskan, semua logam alkali dari Li ke Fr mempunyai elektron
valensi yang sama, yakni 1. Akan tetapi ukuran ion-ion positif logam alkali bertambah
dari Li ke Fr. Oleh karena itu kemungkinan untuk elektron-elektron valensi
bertumbukan dengan ion-ion positif semakin bertambah. Dengan kata lain,daya hantar
listrik dan panas cenderung berkurang dari Li ke Fr. Logam Na, Mg, dan Al memiliki
daya hantar listrik yang baik karena memiliki elektron valensi dalam ikatan logamnya
dapat bergerak bebas.Semi logam Si memiliki daya hanatar listrik yang cukup baik
dibanding non logam karena ikatan kovalen dimana elektron–elektronnya terikat ke inti
atom. Non logam P, S, Cl, dan Ar tidak memiliki daya hantar listrik karena struktur
unsurnya tidak memiliki elektron bebas.
Dari Na ke Al daya hantar listrik meningkat. Si memiliki daya hantar listrik yang
jauh lebih rendah dari Al, kemudian menurun hingga S. Al menyumbangakan elektron
lebih banyak daripada Na dan Mg. Semakin banyak elektron yang ada dalam lautan
elektron, daya hantar listrik pun meningkat. Na, Mg, dan Al tergolong konduktor
karena dapat menghantarkan listrik. Na, Mg, Al pun tergolong logam. Si tidak memiliki
elektron bebas dalam strukturnya. Namun Si memiliki daya hantar listrik walaupun
relatif lemah dibandingkan dengan Na, Mg dan Al, sehingga Si tergolong
semikonduktor dan semi-logam/metaloid. Daya hantar listrik Si dapat dimunculkan
dengan menambahkan unsur lain ke dalamnya (doping). Unsur yang ditambahkan
misalnya Fosforus/P (dengan elektron valensi 5) atau Boron/B (dengan elektron valensi
3). Adanya atom lain tersebut dapat mengacaukan ikatan yang teratur antar atom Si
sehingga muncul kelebihan elektron (jika yang ditambahkan P) atau kekurangan
elektron/terjadinya “lubang” (jika yang ditambahkan B) sehingga Si dapat menghantar
listrik. P, S, dan Cl tidak dapat menghantar listrik sehingga termasuk nonkonduktor dan
nonlogam.

F. Soal Latihan
1. Mengapa unsur-unsur gas mulia sukar bereaksi dengan unsur lain?
2. Tulis hasil reaksi:
a. K(s) + H2O(l) → ....
b. Li(s) + Br2 → ....

G. Daftar Pustaka
Widiastuti, Luthfi Nur. 2014. Makalah Reaktifitas Periodik Unsur-Unsur Logam.
http://lutfinur.student.fkip.uns.ac.id/2014/06/20/makalah-reaktifitas-periodik-
unsur- unsur-logam/
Hardjono, Sastrohamidjojo. 2008. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM-Press
Oxtoby,W.D. 2003. Kimia Modern. Edisi Keempat. Jilid 11. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai