Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA ANALISIS

PRINSIP REAKSI ASAM POLIBASIS SERTA PENENTUAN TITIK


EKIVALEN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Dedi Setiawan 151650012


Eka Dwi Gustari 151650026
Ersa Mayora 151650020
Qasthari Fadlillah Nurjannah 151650053
Sriwulan Ayuningtyas 151650017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


KHARISMA PERSADA
D III FARMASI
Jl. Padjajaran, Pamulang Barat, Tangerang Selatan
Tangerang Selatan
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan reaksi kimia secara kuantitatif dapat memberikan informasi yang lebih jelas
tentang perubahan kimia yang terjadi dan perubahan mengikuti hukum-hukum dasar ilmu
kimia. Bidang kimia yang mempelajari atau memberikan hubungan-hubungan kuantitatif
merupakan antara pereaksi dan hasil reaksi dikenal sebagai Stoikiometri.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui
proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya
mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi
dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang
biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan
alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan
standar basa untuk menentukan asam.
Kurva titrasi pH asam polibasis bergantung pada nilai relatif pK untuk disosiasi
berturut-turut (Haryadi, 1990). Asam polibasis adalah asam yang mempunyai dua atau
lebih gugus karboksil per molekul dan menghasilkan lebih dari satu garam. Kurva titrasi
asam polibasis menunjukkan lebih dari satu titik akhir. Misalnya H3PO4 merupakan asam
tribasi di mana pada kurva titrasinya memiliki tiga titik akhir (Underwood, 1999).
Dalam bidang farmasi, titrasi asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil
sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu
perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin. Asam
polibasis merupakan asam yang mengandung lebih dari satu ionisasi proton per molekul.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan prinsip reaksi asam polibasis.
2. Mampu menjelaskan cara penentuan titik ekivalen.

1
C. Manfaat
Dapat mengetahui bagaimana prinsip dari reaksi asam polibasis serta mampu
mengetahui bagaimana cara menentukan titik ekivalen saat melakukan percobaan dengan
titrasi asam basa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran
volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stokiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T,
disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam
bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan
disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi.
Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan bahan titik ekivalen titran telah tercapai. (Anshory, 2000)
Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan
sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang sensitif atau menanggapi adanya titran
berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi
tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik
ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan
koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa
titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan
untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering
digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik
lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada
analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volume gas. (Haryadi, W. 1990)
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang
sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda),
atau Sure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam
kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang

3
umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brnsted-Lowry, dan Lewis.
(Irfan, Anshory. 2000).

B. Definisi Asam Menurut Para Ahli


1. Arrhenius
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi
dengan membentuk ion hidrogen (H+) sebagai satu-satunya ion psitif. Sementara itu,
basa di definisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi
dengan membentuk ion-ion hidroksida (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asam adalah senyawa yang
mengandung ion hidrogen dengan satu atau lebih unsur lain dan basa merupakan
senyawa yang mengandung ion hidroksida dengan satu atau lebih unsur lain. (Day,
Underwood. 1999)
a. Asam
Berdasarkan banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan maka larutan asam
dapat dibagi menjadi asam monobasis dan asam polibasis
1) Asam monobasis (berbasa satu) adalah asam yang dalam larutan air akan
menghasilkan satu ion hidrogen (H+).
Contohnya adalah:
HC1(aq) --------------------- H+(aq) + Cl (aq)
asam klorida ion hidrogen ion klorida
CH30OOH(aq) ---------------------- H+(aq) + CH30OO-(aq)
asam asetat ion hidrogen ion asetat
2) Asam polibasis (berbasa banyak) adalah asam yang dalam larutan air
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen (H+).
Contohnya adalah:
H2SO4(aq) ------------------------------ H+(aq) + HSO4 (aq)
asam sulfat ion hidrogen ion hidrogensulfat
HSO4(aq) ------------------------------ H+(aq) + SO4(aq)
ion hidrogen sulfat ion hidrogen ion sulfat
Asam monobasis dan polibasis disebut juga asam monoprotik dan poliprotik.
Dalam keadaan sebenarnya, ion hidrogen tidak dapat berdiri bebas. Dalam
larutan air, ion hidrogen (H+) akan berikatan secara koordinasi dengan
molekul air (H2O) menjadi ion hidronium (H3O+).
4
H+(aq)+ H2O(1) ' H3O+(aq)
Dengan demikian, reaksi ionisasi dalam contoh tersebut di atas dituliskan
sebagai berikut:
HC1(aq) + H2O(1) -------------------------------- H30+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH(aq) + H2O(1) ----------------------- H30+(aq) + CH3COO-(aq)
H2SO4(aq) + 2H2O(1) ------------------------- 2H3O+(aq) + SO24 (aq)
b. Basa
Seperti halnya larutan asam, larutan basa juga dibagi menjadi basa monoasidik
dan poliasidik. Pembagian ini menunjukkan sifat keasaman (hidroksitas) suatu
basa.
1) Basa monoasidik yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan
NaOH(aq) ---------------------------- Na+(aq) + OH (aq)
natrium hidroksida ion natrium ion hidroksida
NH4OH(aq) --------------------------- NH4 (aq) + OH (aq)
amonium hidroksida ion amonium ion hidroksida
2) Basa poliasidik yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan lebih dari satu
ion hidroksida (OH-)
Contohnya adalah:
Ca(OH)2(aq) --------------------------- Ca2+(aq) +2OH (aq)
kalsium hidroksida ion kalsium ion hidroksida
Berdasarkan sifat-sifat ion di atas, maka reaksi antara ion H+ dan OH- dapat
membentuk H2O. Proses ini disebut dengan netralisasi.

2. Bronsted-Lowry
Asam adalah donor proton dan sebaliknya basa disebut sebagai aseptor proton.
Kemudian teori ini lebih dikenal sebagai teori asam basa Bronsted-Lowry sebagai
penghargaan bagi mereka berdua. Konsep asam basa Bronsted-Lowry tidak
menentang konsep asam-basa Arrhenius akan tetapi bisa dikatakan sebagai perluasan
dari konsep tersebut. Ion hidroksida dalam konsep Arrhenius tetap menjadi basa
dalam konsep Bronsted-Lowry disebabkan ion hidroksida dapat menerima H+
(aseptor proton) untuk membentuk H2O. (Underwood. 1999)
Contoh:
HCl dan HNO3 adalah asam Bronsted-Lowry disebabkan kedua spesies ini mampu
memberikan ion H+ (proton H+) kepada air dengan reaksi sebagai berikut:
5
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) + H2O H3O+(aq) + NO3-(aq)
NH3 dan ion OH- adalah basa menurut Bronsted-Lowry disebabkan kedua spesies ini
adalah aseptor proton. NH3 dapat bereaksi dengan air untuk membentuk NH4+ dan
OH- dapat bereaksi dengan H+ membentuk air.
NH3(g) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
OH-(aq) + H+(aq) H2O(l)
Salah satu keunggulan teori asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep ini bisa
menjelaskan mengenai sifat asam basa reaksi yang reversible. Contoh jenis reaksi ini
adalah reaksi disosiasi asam lemah CH3COOH.
CH3COOH(aq) + H2O
H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Sekarang perhatikan reaksi yang hanya berjalan ke kanan
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO-(aq)

CH3COOH adalah asam sebab spesies ini mendonorkan proton pada H2O
H2O adalah basa sebab spesies ini menerima proton dari CH3COOH

Sedangkan untuk reaksi kebalikkannya


H3O+(aq) + CH3COO-(aq) CH3COOH(aq) + H2O(l)

H3O+ adalah asam sebab spesies ini mendonorkan proton pada CH3COO-
CH3COO- adalah basa sebab spesies ini menerima proton pada H3O+

Artinya reaksi reversible dari asam lemah diatas memiliki 2 asam dan 2 basa yang
saling berpasangan yang kita sebut sebagai pasangan asam basa konjugasi. Pada teori
Bronsted-Lowry CH3COOH adalah asam konjugasi dari CH3COO- atau CH3COO-
adalah basa konjugasi dari CH3COOH. Keduanya berpasangan sehingga dinamakan
asam basa konjugasi Bronsted-Lowry. (Zulkarnaen, 1991)

3. Lewis
Asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron.Basa adalah zat
yang dapat mendonorkan pasangan elektron.Semua zat yang didefinisikan sebagai
asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena

6
proton adalah akseptor pasangan elektron. Dalam reaksi netralisasi proton membentuk
ikatan koordinat dengan ion hidroksida.
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa
reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori Arrhenius
dan Bronsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam teori Lewis. Sebagai
contoh reakasi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F-. (Zulkarnaen, 1991)

C. Definisi asam basa secara umum


Kata asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti masam. Asam
adalah zat (senyawa) yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa
adalah zat (senyawa) yang dapat beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang
disebut garam. Sedangkan basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara
kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan dari
rasa pahit dan licin.
Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh
manusia juga terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga
fungsinya dengan baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. (Jerome.1994)

D. Sifat asam dan basa


1. Sifat-sifat asam, yaitu (Underwood, 2002) :
a. Rasanya masam/asam
b. Bersifat korosif atau merusak
c. Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan
ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-
ion dapat di tuliskan sebagai berikut:
HA (aq) H+ (aq) + A- (aq)
d. Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus
tersebut menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus
yang berwarna merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna.
Indikator adalah suatu alat untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam
maupun basa.
3) Sifat-sifat basa, yaitu (Underwood, 2002) :
a. Rasanya pahit
7
b. Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
c. Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan
ion logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir
seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat
atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang rendah dan begitu juga
sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa menjadi ion-ion dapat
dituliskan sebagai berikut:
BOH (aq) B+ (aq) + OH- (aq)
d. Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah
warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus
biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.

8
BAB III
PEMBAHASAN

Titrasi merupakan suatu metode penentuan kadar atau konsentrasi suatu larutan
dengan laruatan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukkan reaksi kompleks dan sebagainya. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut titik ekuivalen. (Sodiq,
2005)
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Titik
akhir titrasi merupakan keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan yang biasanya ditandai
dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yaitu senyawa
organik asam atau basa lemah yang mempunyai warna molekul (asam) berbeda dengan warna
ion (basa) dimana ion memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indikator yang
ditambahkan ke dalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator
tidak mempengaruhi Ph larutan, dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi
perubahan warna juga seminimal mungkin. Indikator yang biasa digunakan pada percobaan
yaitu fenoftalin (PP). Indikator ini memiliki trayek pH 8,3 10,5. Pada asam indikator ini
akan berwarna bening, sedangkan pada basa indikator ini akan berwarna merah muda.
(Anshory, 2000)
Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang sangat penting, hal ini
disebabkan karena larutan ini telah diketahui konsentrasinya secara pasti. Larutan standar
merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan
9
standar sekunder. Larutan standar primer yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui
secara pasti, sehingga tidak distandarisasi. Ciri-ciri dari larutan standar primer yaitu antara
lain mudah didapat, konsentraasinya tinggi, berat molekul tinggi, dan tidak bersifat
higroskopis. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl. (Khoppar, 1990).
Larutan standar sekunder yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui, tetapi
belum tetap sehingga harus distandarisasi lagi. Ciri-ciri dari larutan standar sekunder yaitu
antara lain sulit didapat, konsentrasinya rendah, berat molekul rendah, dan bersifat
higroskopis. Contoh dari larutan standar sekunder yaitu NaOH. NaOH bersifat higroskopis,
maksudnya mudah bereaksi dengan udara sehingga kalau terbuka terus maka lama-kelamaan
akan habis. Analisa kualitatif digunakan pada saat kita mengamati proses perubahan warna
pada larutan yang dititrasi. Sedangkan analisa kuantitaif digunakan pada saat kita menghitung
konsentrasi larutan yang distandarisasi berdasarlkan data dari hasil percobaan. (Jerome,1994).

A. Prinsip Dasar Titrasi


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan. Sedangkan keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai
titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh
titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH)
dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut: NaOH(aq) +
HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l). (Underwood. 1999). Dibawah ini gambar penetesan titrasi
dan, sebagai berikut :

10
Gambar III.1 penetesan titrasi (Underwood. 1999)
B. Syarat Syarat Titrasi
1. Reaksi antara titran dengan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat
ditulis dalam persamaan reaksi yang telah diketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi
antara titran dan analit diketahui secara pasti sehingga kita dapat menulis dan
menyetarakan reaksinya. Sebagai contoh reaksi antara HCl dengan KOH dapat ditulis
secara pasti sebagai berikut: HCl + KOH -> KCl + H2O
2. Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hall ini untuk
memastikan proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalent cepat diketahui.
3. Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada zat-zat
pengganggu maka zat tersebut harus dihilangkan. Sebagai contoh bila kita melakukan
titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh ada asam lain seperti H2SO4 yang
nantinya akan mengganggu reaksi antara asam asetat dan NaOH
4. Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna (artinya titran
dan analit sama-sama habis bereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk penanda keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya
warna larutan, perubahan arus listrik, ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain.
Perubahan ini dalam titrasi asam basa bisa dipergunakan indicator tapi yang perlu
diingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen harus berdekatan.
5. Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat
diukur secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk
maka akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi. (Underwood, 2002).

C. Indikator - Indikator Dalam titrasi


1. Indikator Asam Basa
Indikator untuk titrasi asam basa memegang peranan yang amat penting
disebabkan indikator ini akan menunjukkan kita dimana titik akhir titrasi berlangsung.
Pemilihan indikator yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan titrasi yang
akan kita lakukan. Jangan sampai kita salah memilih indicator yang menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi.
Untuk memilih indikator yang akan dipakai pada titrasi asam basa maka
terlebih dahulu kita harus memperhatikan trayek pH indikator tersebut. Misalkan kita

11
memiliki indikator asam lemah HIn dimana bentuk takterionisasinya berwarna merah
sedangkan bentuk terionisasinya berwarna kuning.
Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH tertentu. Perubahan ini tampak
bergantung pada kejelihan penglihatan orang yang melakukan titrasi. Untuk warna
indikator yang terjadi akibat terbentuknya dari transisi kedua warna (misal HIn
berubah dari warna merah ke kuning maka kemungkinan warna transisinya adalah
oranye), maka umumnya hanya satu warna yang akan teramati jika perbandingan
kedua konsentrasi adalah 10:1 jadi hanya warna dengan konsentrasi yang paling
tinggi yang akan terlihat.
2. Indikator Pengendapan dan Adsorpsi.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti
pada Argentometri. Dalam Titrasi Argentometri dibedakan menjadi 3 macam cara
berdasar indikator yang dipakai untuk titik akhir titrasi, yaitu : cara Mohr, cara Fajans,
dan cara Volhard.
Jadi dalam tiga cara tersebut titrant masing-masing tertentu, indikator dan pH
untuk cara Mohr dan Volhard tertentu, sedang dalam cara Fajans tidak harus tertentu
dan pH disesuaikan dengan indikator.
3. Indikator Redoks
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat
anorganik maupun organik.Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial,
sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati
titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator. Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara
titrant dan analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam
atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganate, penentuan besi (II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri
danm permanganometri.

12
D. Tingkat ionisasi asam asam polibasis
Asam asam polibasis adalah asam asam yang bervariasi lebih dari satu dalam
larutan mengalami proses ionisasi beberapa tingkat, misalnya : asam sulfat (H2SO4)
dalam larutan mengalami dua tingkat ionisasi, dimana pada tingkat pertama proses
ionisasi hamper sempurna, sedang pada tingkat kedua hanya sebagian kecil ion H+ yang
terbebaskan, kecuali dalam larutan yang sangat encer. Menurut Bransted dan Lowry,
Asam adalah suatu zat (baik molekul maupun ion) yang dapat memberikan proton (zat
pemberi proton) ; sedang basa adalah suatu zat (baik molekul maupun ion) yang dapat
menerima proton (zat pemberi proton). Jenis jenis asam dan basa menurut Bronsted dan
Lowry Sesuai dengan batasan Bronsted dan Lowry.
Dimaksud dengan asam adalah :
1. Molekul tidak bermuatan seperti halnya menurut teori dissosiasi klasik, misalnya :
HCl, HNO3, H2SO4, CH3-COCH dan lain lain.
2. Anion anion yang terdapat dalam garam garam asam misalnya : anion bisulfat :
HSO4 - ; anion bikarbonat : HCO3 - ; anion bifosfat : H2PO4 - ; anion bioksalat :
HC2O4 dan lain lain.
3. Ion ammonium dan Ion Hidroxonium, karena kedua ion tersebut mempunyai
kecenderungan memberikan proton, yaitu : NH4 + NH2 + H + H3O + H2O + H+
4. Kation kation dimaksud terhidrat seperti misalnya ion Almunium hidrat.

E. Cara Mengetahui Titik Ekivalen


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara
lain :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang
dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH.

13
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat
dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika
menggunakan indikator fenolftalein :

Gambar III.2 Perubahan warna menggunakan indikator fenolftalein saat menentukan titik
ekuivalen (Anshory, 2000)

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
2. Berdasarkan banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan maka larutan asam dapat dibagi
menjadi 2, yaitu : asam monobasis dan asam polibasis. Monobasis adalah asam yang
dalam larutan air akan menghasilkan satu ion hidrogen (H+), sedangkan polibasis
adalah asam yang dalam larutan air akan menghasilkan satu ion hidrogen (H+).
3. Indikator yang digunakan dalam titrasi, yaitu : Indikator Asam Basa, Indikator
Pengendapan dan Adsorpsi, Auto indikator, Indikator Redoks, Indikator dalam,
Indikator luar, Indikator Metal.
4. Cara menentukan titik ekivalen, yaitu : Memakai pH meter untuk memonitor
perubahan pH selama titrasi dilakukan, Memakai indikator asam basa.

B. Saran
Dalam melakukan titrasi mahasiswa harus mengerti bagaimana cara menentukan titik
ekivalen dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum berlangsung dan
memahami dasar teori dari titrasi asam basa beserta prinsip reaksi asam polibasis dan
monobasis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Underwood, D. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta: Erlangga.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Sodiq, I. 2005. Kimia Analitik I. Malang: UM Press.


Anshory, I. 2000. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga

Khoppar, SM 1990. Konsep Dasar Kimia Organik. Jakarta: Universitas Indonesia Press,

Jerome R.1994. Kimia Dasar. Edisi IV. Jakarta: Erlangga.

Underwood, AL. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Zulkarnaen, AK. 1991. Kimia Analisa Kuantitatif. Yogyakarta: Departemen Perindustrian

SMTI.

Anda mungkin juga menyukai