Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Larutan baku ( Larutan standar ) adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan dalam buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Adapun larutan baku dibagi
menjadi :
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasinya diketahui secara cepat
melalui metode Gravimetri ( Perhitungan Massa). Dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan dalam volume tertentu.
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan ( jika mungkin pada suhu 110-
120 C ) dan disimpan dalam keadaan murni.
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan diudara ; kondisi ini menunnjukkan
bahwa zat tidak boleh higroskopik. Tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji pengotornya dengan uji-uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
besar.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dialrutkan itu disebut zat terlarut. Apbila dua atau
lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen, larutan yang dihasilkan
dapat berfasa gas, cair, atau padat. Karena itu biasa disebut larutan gas, larutan cair, dan
larutan.
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada
temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah
zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat
yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, misalnya Natrium Tiosulfat. ( Sukardjo 1997 ).
Temperatur dan,
Tekanan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang
yang tidak biasanya sukar bercampur ( Like Disolves Like ). Air dan alkohol bercampur
sempurna ( completely miscible ), air dan eter bercampur sebagian ( partially miscible ),
sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur ( completely immiscible ).
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan ( H ) negatif,
daya larut turun dengan naiknya temperatur.
Bila panas pelarutan (H ) positif daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak
begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut
gas.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat
terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka dikatakan bahwa larutan itu pekat
atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya, apbila pelarutnya sangat banyak, maka
dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.
Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan. Misalnya : alkohol 76 %. Berarti
dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.Misalnya : sirop
merupakan larutan gula 80%. Artinya dalam 100 gram sirop terdapat 80 gram gula.
Molaritas
Molaritas disingkat dengan M menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam ! liter larutan.
Misalnya : NaCl 0.1 M, berarti dalam 1 liter larutan terdapat 0.1 mol NaCl atau 5.85 gram
NaCl.
Dalam pengenceran suatu larutan, jumlah mol zat terlarut tetap. Prinsip ini perlu selalu
dipegang dalam pengenceran suatu larutan. Bila volume ( V ) suatu larutan dikalikan dengan
molaritasnya, akan diperoleh jumlah mol zat terlarut.
Mengingat prinsip diatas dan hasil perkalian volume dengan molaritas, maka hasil perkalian
volume dan molaritas larutan semula ( V1M1 ) sama dengan hasil perkalian volume dan
molaritas larutan setelah pengenceran ( V2M2 ) :
V1M1 = V2M2
Dimana :
V1 : volume awal
Normalitas
Normalitas disingkat dengan huruf N menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
Molalitas
Molalitas atau disingkat m menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Fraksi mol ( NA )
Adalah jumlah mol dibagi atau jumlah mol terlarut dibagi jumlah mol larutan.
Seperti halnya dengan molalitas, fraksi mol banyak digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koligatif larutan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat-alat
Neraca digital
Labu ukur
Kaca arloji
Spatula
3.1.2 Bahan-bahan
KI
CH3COOH
Aquadest
1. Dihitung zat murni ( gram ) yang ingin dibuat larutan standard dengan konsentrasi x
Normalitas
3. Kemudian aquadest ditambahkan kedalam labu ukur sampai volume tepat mencapai
batas kalibrasi
BAB IV
4.1 Hasil
Dari perhitungan dan percobaan yang telah dilakukan diatas, maka didapatkan hasil :
Pada perhitungan pertama yaitu untuk KI 0,5 N, didapatkan hasil sebanyak atau sebesar 0,41
gram untuk membuat larutan sebanyak 50 ml. Sedangkan untuk membuat larutan 100 ml
konsentrasi 0,2 M dibutuhkan KI sebanya 0,32 gram.
Untuk CH3COOH 0,5 M, dibutuhkan 0,43 ml untuk membuat 50 ml larutan dan 0,175 ml
untuk membuat 100 ml larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,1 N.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, yaitu untuk membuat larutan standard dengan konsentrasi Normalitas dan
Molaritas. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan terlebih
dahulu., karena zat dengan konsentrasi yang diminta tidak ada dalam persediaan. Setelah
jumlah yang kan ditimbang diketahui, kemudian dilakukan penimbangan.
Untuk zat pertama yang kaan dibuat larutan bakunya adalah KI dengan konsentrasi 0,5 N,
ditimbang KI sebanyak 0,41 untuk membuat larutan KI dengan volme 50 ml.
Pada saat pencampuran, kedua zat ini ( KI + air ), KI akan langsung terlarut dalam air, karena
KI merupakan senyawa yang bersifat garam dan mudah larut dalam air, juga memiliki tekstur
seperti kristal, sehingga memungkinkan KI untuk mudak larut dalam air. Juga dalam
percobaan ini, KI yang digunakan hanya dalam jumlah sedikit, sehingga akan dengan mudah
untuk dilarutkan. Setelah pencampuran kedua zat ini, didapatkan hasil larutan yang jernih.
Kemudian hal yang sama dilakukan untuk membuat larutan KI dengan konsentrasi 0,2 M
dengan volume 100 ml, jumlah KI yang dibutuhkan yaitu 0,32 gram. Kemudian dimasukkan
dalam labu ukur, KI dialarutkan dengan cara menggoyangkan labu ukur, setelah itu,
cukupkan volume sampai batas kalibrasi labu ukur.
Untuk zat kedua, yaitu CH3COOH ( asam Asetat ). Zat ini merupakan caitan yang memiliki
konsentrasi murni ( purity ) 99,8 %. Terlebih dahulu dilakukan pengukuran untuk CH3COOH,
karena zat ini tersedia dalam bentuk cairan. Untuk membuat CH3COOH 0,5 M volume 50 ml
dibutuhkan 0,43 ml. Dan 0,175 ml untu membuat 100 ml larutan dengan konsentrasi 0,1 N.
Karena CH3COOH merupakan senyawa asam yang bebentuk cair, sehinnga pada saat akan
membuat larutan tersebut, cairan diambil menggunakan pipet ukur dan karet penghisap.
Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur, lalu kedalam labu ukur ditambahkan aquadest,
kemudian kedua larutan dihomogenkan.
Dari pencampuran kedua larutan ini didapatkan larutan jernih CH3COOH, mengapa
demikian? Karena CH3COOH merupakan senyawa yang bersifat asam, juga berbentuk cairan
sehingga mudah larut dalam air. Juga asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik
( polar ), mirip seperti air, sehingga memungkinkan keduanya untuk dapat bercampur
homogen..
Zat cair bentuknya tidak tetap, tergantung dari wadah yang ditempatinya, memiliki density,
dan partikel partikelnya dapat bergerak dengan sangat cepat. Sedangkan zat padat
mempunyai bentuk dan volume tertentu, jarak antar partikelnya tidak dapat bergerak bebas,
tidak menempati ruang, dan tidak terdapat massa jenis. Massa jenis hanya dimiliki oleh zat
yang berwujud cair. Dirumuskan dengan:
BAB V
KESIMPULAN
2. Semakin sedikit jumlah KI yang ditimbang, maka akan semakin mudah larut dalam
air.
3. Pembuatan larutan standard harus mengacu pada konsentrasi jenis apa yang diminta.
Zat murni ( ml ) =
DAFTAR PUSTAKA
1. Basset, J., 1994. KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK. Ed. IV. Jakarta :
EGC
4. Prof. Dr. Sukardjo. 1994. KIMIA FISIKA. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Tangerang : Binarupa Aksara.
Budiyanto. 2012. Titrasi Asam Basa (Penambahan Asam dan Basa). http://budisma.web.id. Diakses
pada 8 Maret 2014.
Clark, Jim. 2007. IndikatorAsam-Basa. http://www.chem-istry.org/materi kimia/ kimia fisika1/
kesetimbanaganasam-basa/ indikatorasambasa/. Diakses pada 8 Maret 2014.
Haryadit. 2011. Laporan Asidi-Alkalimetri. http://noxarya.blogspot.com/2012 /04/ laporan-lengkap-
asidi-alkalimetri.html. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014.
Khopkar, S.M. 1985.KonsepDasar Kimia Analitik.Depok : UI Press.
Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan Aluminium Hidroksida dalam
Obat Maag. http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014.
Rahmanto, dkk.2006. Sel Elektrolisis 3-Kompartemen untuk Ekstraksi Magnesium dan Sulfat dari
Sistem Larutan MgSO4-KCl-H2O.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa/article/download/3300/2964. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2014.
Sasongko, K. 2010. Asidi Alkalimetri. http://katonsasongko.blogspot.com. Diakses pada 9 Maret 2014.
ScienceLab. 2013a. Acetic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 8 Maret 2014.
_________. 2013b. Sodium Hidroxyde. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
_________. 2013c. Oxalic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10Maret 2014.
_________. 2013d. Phenolphthalein. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
_________. 2013e. Water. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 .Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi Keempat. Jakarta
:Erlangga.