NPM. 1817011062
PENDAHULUAN
Kelarutan adalah suatu jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Adapun cara untuk menentukan kelarutan suatu zat
ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian
memperkirakan suatu jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang
ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok
ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang
tidak larut (Atkins, 1994).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah
banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan
tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat
terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi,
akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu
pelarutan (Sukardjo, 1997).
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari
pada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak
dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu
larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan
bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan
bertambah bila suhu dinaikan (syukri,1999).
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Gelas kimia 1000 ml
1 buah, Tabung reaksi besar 1 buah, Batang pengaduk lingkar, Termometer 100oC,
Pipet 10 ml, Erlenmeyer 250 ml, Labu ukur 100 ml, Pipet ukur 25 ml, Buret 50 ml.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu asam oksalat, NaOH 0,2N, NaOH 0,5
N, indicator PP, es batu, dan garam dapur.
B. Prosedur
Air
Hasil
A. Pembahasan
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp
berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp
berarti larutan tepat jenuh.
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung
lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).
Pada dasarnya titrasi adalah merupakan metode kimia untuk bisa menentukan
konsentrasi larutan. Caranya adalah dengan mereaksikan larutan dalam volume
tertentu dengan larutan lain yang konsentrasi zatnya sudah diketahui. Larutan yang
sudah diketahui ini disebut larutan beku. Sementara tujuan titrasi sendiri adalah untuk
mengetahui tingkat pH sebuah zat kimia. Titik akhirnya adalah ketika terjadi
perubahan warna pada indikator. Pengukuran titrasi ini biasanya menggunakan
beberapa alat khusus, antara lain buret, statif, tabung erlenmeyer, karet penghisap,
gelas arloji, pipet tetes, labu takar, dan pipet volume. Salah satu syarat titrasi agar
berjalan dengan baik di antaranya ditandai dengan reaksinya yang berlangsung cepat,
bahkan dapat menggunakan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Selanjutnya, reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stokiometrinya jelas.
Kemudian tidak terjadi reaksi sampingan yang bisa mempengaruhi reaksi utama.
1. Titrasi Redoks
Untuk jenis titraksi redoks adalah jenis titrasi yang prosesnya dengan reaksi
redoks. Redoks dalam titraksi adalah masih terbagi lagi menjadi tiga. Yakni
yang menggunakan I2 dan merupakan titraksi tidak langsung. Hal ini karena
I2 yang bereaksi masih dibuat dengan reaksi redoks sebelumnya. Sementara
untuk jenis kedua adalah titrasi iodometri yang digunakan langsung dalam
I2 dan bisa disebut reaksi langsung. Jenis redoks ketiga ialah
permanganometri dimana reaksinya memanfaatkan ion Mn2+.
2. Titrasi Kompleks
Titrasi jenis kompleksasi ini sebenarnya adalah titrasi yang menggunakan
reaksi kompleksasi maupun pembentukan ion kompleks. Penggunaannya
biasanya untuk menganalisis kadar logam. Bila Anda ingin melakukan titrasi
jenis ada beberapa hal perlu dipertimbangkan. Ini lebih dikarenakan
pembentukan ion kompleksnya sangat spesifiki di saat kondisi tertentu.
3. Titrasi Asam Basa
Jenis yang ketiga dari titrasi adalah titrasi asam basa. Sebenarnya untuk titrasi
ini lebih mengacu pada metode analisis kuantitatif dengan berdasarkan reaksi
asam basa. Indikator yang digunakan biasanya yang bisa memprofilkan
perubahan warna dalam pH tertentu.
4. Titrasi Argentometri
Jenis terakhir ini adalah titrasi argentometri. Titrasi ini adalah titrasi yang
biasa digunakan untuk reaksi pengendapan. Berdasarkan prinsipnya titrasi
argentometri mengenai kelarutan serta juga tetapan hasil dari reagen yang
bereaksi. Metode untuk titrasi Argentometri ini dibedakan menjadi metode
Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.
Larut dalam air panas maupun air dingin serta larut dalam alkohol.
Dapat membentuk kristal dengan mengikat dua molekul air dan bila
dipanaskan sedikit diatas 100◦ C airnya menguap.
Keasamannya lebih kuat dari asam metanoat ataupun asam cuka.
Mudah dioksidasi oleh KMnO4 dalam suasana pada temperatur 60- 70◦ C.
HO C
C OH
O
oxalic acid
Fenolftalein/ Phenolphthalein adalah pewarna yang berperan sebagai indicator
pH. Fenolftalein adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering
ditulis sebagai "HIn" atau "pp" dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan
sebagai indikator dalam titrasi asam–basa. Indikator ini, berubah warna dari tak
berwarna dalam larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa. Fenolftalein
sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol untuk digunakan dalam
berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat membebaskan ion
H+ dalam larutan. Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi.
Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan
NaOH. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau
netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada
titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3
maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka
warna yang ditimbulkan akan semakin merah.
Sifat fisika:
1. Berupa serbuk padatan
2. Berwarna putih
3. Tidak Berbau
4. Densitas 1,277 g/cm3
Sifat kimia:
1. Rumus molekul C20H14O4
2. Tidak larut dalam benzena
3. Sangat Larut dalam etanol dan eter
OH
O
3,3-bis(4-hydroxyphenyl)-2-benzofuran-1(3H)-one
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisika Jilid III. Erlangga. Jakarta.
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Pt. Kalman.
Jakarta.
TUGAS
1. Tentukan kelarutan zat padat yang digunakan pada keempat temperature?
2. Hitunglah kalor pelarutan rata-rata pada trayek 10°C - 20°C, 20°C - 30°C, 30°C-
40°C?
3. Buat grafik log kelarutan terhadap 1 IT dan tentukan kalor pelarutan dari grafik
tersebut?
Jawab
1. Pada NaOH 0,5 N T = 10oC, 20oC, 30oC
T = 10oC = 283K
[H2S2O4] = 0,287 N
Kelarutannya = 0,287 mol/L x 90 gr/mol
= 25, 83 gr/L
T = 20oC = 293K
[H2S2O4] = 0,233N
Kelarutannya = 0,233mol/L x 90 gr/mol
= 20,97 gr/L
T = 30oC = 303 K
[H2S2O4] = 0,15 N
Kelarutannya = 0,15 mol/L x 90 gr/mol
= 13,5 gr/L
PERTANYAAN
Jawab
∂ ln mz = ∂T
∫ =∫ ∂T
Lnmz ¿ =-
ATAU
∫ =∫
lnmz =
adalah konstan