A.
Judul
REAKSI PENGENDAPAN
B.
Tujuan
C.
Waktu pelaksanaan
D.
Dasar Teori
AC + BD
Dalam keseimbangan ini terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD dan pada saat yang
sama AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat zat dalam sistem itu
jumlahnya mendekati konstan. Dalam reaksi kimia terdapat hubungan antara konstanta
kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut hukum kesetimbangan. Konstanta
kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil reaksi dibagi dengan
perkalian konsentrasi zat pereaksidan masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
reaksinya (Syukri, 1999).
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem kesetimbangan homogen
dan sistem kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan
yang anggota sistemnya mempunyai kesamaaan fase, sehingga sistem yang terbentuk itu
hanya memiliki satu fase. Kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang
anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun
mempunyai lebih dari satu macam fase (Keenan, 1991).
Dalam rekristalisasi, sebuah laporan mulai mengendapkan sebuah senyawa bila larutan
tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan, pelarut menyerang
zat padat dan mensolvasinya pada tingkat partikel invidual. Dalam pengendapan, terjadi
kebalikannya: tarik-menarik zat terlarut terjadi kembali saat zat terlarutmeninggalkan larutan.
Tarik-menarik zat terlarut-pelarut tetap berlangsung selama proses pengendapan dan pelarut
bergabung sendiri ke dalam zat padat (Oxtoby, 2001).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat tak larut. Pembentukan
larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih.
Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang
sudah ditentukan (Keenan, 1991).
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan suatu larutan
lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada tempuratur yang lebih tinggi. Zat
terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika
tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan panas itu kemudian
didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh
digetarkan atau diguncangkan dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika tidak ada
zat terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin itu bersifat
lewat jenuh (Keenan, 1991).
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber padatan murni.
Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh jika ion-ion dari sumber
lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada
keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser
kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut dikonsumsi (Petrucci, 1987). Reaksi pelarut
pengendapan seringkali mencapai kesetimbangan secara perlahan. Terlebih lagi, larutan
kadang-kadang menjadi sangat jenuh, sebuah kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut
melebihi nilai kesetimbangannya (Oxtoby, 2001).
Kelarutan pada Zat Ionik
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak yang
akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu.
Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air
adalah yang paling penting dan banyak digunakan. Walaupun semua senyawa ionik larut
sampai tingkat tertentu dalam air, senyawa-senyawa yang mempunyai kelarutan (pada 25C)
kurang dari 0,1 gL-1 disebut tidak dapat larut. Senyawa yang mempunyai kelarutan lebih dari
10 gL-1 disebut dapat larut dan nilainya diantaranya (0,1-10 gL-1) disebut sedikit dapat larut.
Dengan mengetahui kelarutan zat ionik, meskipun dalam bentuk kualitatif, kita dapat
memperkirakan jalannya berbagai reaksi. Sebagai contoh, jika larutan KI ditambah ke Pb
(NO3)2 ion-ion K+ dan NO3- akan berdekatan, demikian juga dengan ion-ion Pb2+ dan I+.
KNO3 adalah garam larut tetapi PbI tidak larut, sehingga pengendapan PbI2 akan muncul
(Oxtoby, 2001).
Hasil Kali Kelarutan
Telah diinyatakan bahwa senyawa ion bukanlah molekul tunggal (seperti senyawa kovalen),
tetapi berupa molekul raksasa berwujud padat dan dapat larut dalam air. Bagian yang larut
dapat dipecah oleh air menjadi ion yang disebut terdehidrasi, sedangkan bagian yang tidak
larut akan mengendap di dasar bejana sebagai padatan. Senyawa ion ada yang mudah laru
dalam air dan ada yang sukar. Sebenarnya cukup sulit membedakan kedua kelompok ini,
tetapi yang kelarutannya lebih kecil dari 0,1 gram dalam 1000 mL air termasuk yang sukar
larut dan di dalam air akan jatuh ke dasar bejana sebagai padatan. Jika sebutir senyawa yang
sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan jatuh ke dasar bejana dan terlihat tidak larut.
Akan tetapi sesungguhnya ada sebagian kecil yang larut dan membentuk kesetimbangan ion
dengan yang tidak larut.
AgCl (s)
Sehingga
Kc =
Karena AgCl adalah padat dan dapat dianggap konstan, maka
Kc (AgCl) = Ksp=
(Syukri, 1999).
Ksp disebut konstanta hasil kelarutan (solubility product constan), yaitu hasil kali konsentrasi
tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Ksp senyawa dapat ditentukan
dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut
dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut
telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut
walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan
memasukkan zat ke dalam pelarut sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang
untuk menghitung massa yang terlarut (Syukri, 1999).
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum
jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali
kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut:
1.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing
kurang dari nilai Ksp maka larutan belum januh daan tidak terjadi endapan.
2.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama
dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat, tidak terjadi endapan.
3.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp,
maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).
Kehadiran ion tak senama cenderung meningkatkan kelarutan. Jika konsentrasi ion total
dalam larutan meningkat, gaya tarik antar ion menjadi lebih nyata. Akifitas (konsentrasi
efektif) menjadi lebih kecil dibanding konsentrasi stoikiometrinya (Petrucci, 1987). Untuk
garam yang sedikit larut (kelarutannya kurang dari 0,001 mol/dm3), adalah fakta eksperimen
bahwa perkalian konsentrasi-konsentrasi molekuler total ion-ion adalah konstan pada
temperatur konstan. Hasil kali ini disebut hasil kali kelarutan (Vogel, 1999).
Lebih umum dari pada ini dan berlangsung terus dalam tekanan, meskipun jumlah kimia
relatif dari kedua ion dalam larutan berbeda dengan yang ada senyawa zat padat murninya.
Keadaan seperti ini sering dihasilkan jika dua larutan dicampur untuk menghasilkan endapan
atau jika garam lain ada yang mengandung ion yang sama dengan garam yang sedang diteliti
(Oxtoby, 2001).
Deposit kerak yang terbentuk pada unit penukar panas terdiri atas komponen-komponen
kerak meliputi CaCO3, CaSO4, MgCO3,MgCO4, CaSiO3 dan sebagainya. Pada umumnya
deposit kerak CaCO3 lebih dominan dibandingkan dengan penelitian efek inhibitor terhadap
inhibisi kerak CaCO3 dalam larutan jenuh 4300 ppm CaCO3berdasarkan metode standar
NACE 03-74 (Sundjono, 2009).
.
E.
1. Gelas kimia
2. Silinder ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Larutan BaCl2
6. Larutan KOH
7. Larutan K2SO4
8. Larutan K2CrO4
9. Larutan Na2CO3
F.
Langkah Kerja
Hasil pengamatan
Tabung
I
II
III
IV
Hasil Pengamatan
H.
Pertanyaan
1.
2.
3.
Lampiran