Jurnal
Jurnal
Abstrak
Parasetamol merupakan senyawa analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang mempunyai waktu
paruh eliminasi singkat 1-3 jam dan sangat baik diabsorbsi di lambung. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sediaan tablet parasetamol menggunakan sistem floating effervescent dan swelling. Sebagai zat
tambahan digunakan natrium bikarbonat (NaHCO3). Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah
dengan larutan povidone (PVP) sebagai pengikat, HPMC sebagai pengembang, natrium bikarbonat sebagai
pembentuk gas, laktosa sebagai pengisi, talkum sebagai pelincir, dan magnesium stearat sebagai lubrikan.
Tablet yang dihasilkan dievaluasi meliputi, kekerasan, keregasan, penetapan kadar, floating lag time, waktu
mengapung, daya mengembang dan pelepasan obat menggunakan HCl 0,1N. Hasil penelitian diperoleh
bahwa tablet parasetamol dengan sistem floating effervescent dan swelling mempengaruhi pelepasan obat.
Tablet parasetamol 200 mg menggunakan sistem swelling lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
sistem floating effervescent. Tablet swelling memiliki pelepasan parasetamol 53,23% selama 3 jam dan
99,10% selama 8 jam, sedangkan tablet floating effervescent memiliki pelepasan parasetamol 95,49%
selama 3 jam dan 100,00% selama 8 jam.
system), sistem magnetik (magnetic system), Bahan penghantar dalam sistem floating ini
modified-shape system, highdensity system, ion menggunakan polimer yang dapat mengembang
exchange resins, osmotic regulated system, super seperti HPMC, polisakarida, kitosan, dan
porous hydrogel system, dan sistem yang menahan komponen effervescent (misal; natrium bikarbonat
pengosongan/pengeluarannya dari lambung dan asam sitrat atau tartrat). HPMC merupakan
lainnya. polimer hidrofilik sintetis yang biasa digunakan
Sistem Floating Effervecent adalah sistem dalam pembuatan sediaan GRDDS pada
dengan densitas kecil yang memiliki kemampuan konsentrasi 10-80%. Keuntungan menggunakan
mengembang dan mengapung dilambung untuk HPMC tidak dipengaruhi oleh pH medium
beberapa waktu, lalu dengan penambahan bahan sehingga dapat membentuk gel dalam suasana
effervescent dapat membentuk gas, maka gas asam, basa maupun netral. Gel yang dibentuk oleh
terperangkap dalam gel, akibatnya tablet akan HPMC mempunyai struktur kuat dengan
mengapung, meningkatkan pergerakan sediaan viskositas yang besar dan tidak mudah terkikis.
dan mempertahankan daya mengapung. Pada HPMC ketika kontak dengan cairan lambung akan
sistem non-effervescent biasanya menggunakan membentuk gel, dengan adanya gas yang
matriks yang memiliki daya pengembang tinggi dihasilkan dari sistem effervescent, maka gas akan
seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida terperangkap dalam gelyfield hydrocolloid,
dan polimer seperti polikarbonat, polimetakrilat akibatnya tablet akan mengapung, meningkatkan
dan polistiren. Swelling system merupakan bentuk pergerakan sediaan, sehingga akan
sediaan ketika kontak dengan cairan lambung mempertahankan daya mengapungnya. Kelarutan
akan mengembang dengan ukuran yang mencegah natrium bikarbonat yaitu larut dalam air, tidak
obat melalui pilorus. Hasilnya bentuk sediaan larut dalam etanol dan digunakan sebagai sumber
tetap berada dalam lambung untuk beberapa basa dengan konsentrasi 10–40% sebagai
waktu tertentu. pembentuk gas.
Penelitian terhadap parasetamol dengan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
sediaan lepas lambat telah banyak dilakukan dilakukan penelitian tentang tablet parasetamol
salahsatunya dengan sistem penghantaran obat dengan 2 metode yang berbeda yaitu floating
terapung dalam bentuk sediaan non-effervecent. effervescent dan swelling. Pembuatan tablet
Penelitian lain yang telah dilakukan adalah tablet parasetamol dengan cara granulasi basah karena
propanolol HCl dengan sistem floating metode ini dapat menghasilkan granul yang
menggunakan HPMC K15, menunjukkan bahwa kompak dengan sifat alir yang baik sehingga dapat
kinetika pelepasan mengikuti kinetika orde nol membentuk tablet yang memenuhi syarat mutu
yang ditunjukan banyaknya propanolol HCl yang fisik dan kimia.
dilepaskan linear terhadap waktu.
1. TINJAUAN PUSTAKA
2
III
Gambar 1: Struktur Molekul Parasetamol dalam lambung, obat dilepaskan perlahan pada
kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang
Parasetamol merupakan penghambat
diperoleh adalah peningkatan Gastrict Residence
biosintesis PG yang lemah. Efek analgetik
Time (GRT) dan pengurangan fluktuasi
parasetamol serupa dengan salisilat yaitu
konsentrasi obat di dalam plasma.
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
Sistem mengapung pada lambung berisi obat
sampai sedang. Efek antiinflamasinya sangat
yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan
lemah, oleh karena itu parasetamol tidak
yang memiliki densitas yang rendah atau Floating
digunakan untuk antireumatik. Parasetamol
Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut
diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
Hydrodynamically Balanced System (HBS).
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
FDDS atau HBS memiliki densitas bulk yang
dalam waktu paruh ½ jam dan masa paruh dalam
lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
mengapung di dalam lambung tanpa
seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%
mempengaruhi motilitas dan keadaan dari
parasetamol terikat protein plasma. Obat ini
lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan pada
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.
kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem.
Parasetamol sebagian (80%) dikonjugasi dengan
asam sulfat. Obat ini juga dapat mengalami 2.2.1. Mekanisme Sistem Mengapung
hidroksilasi. Parasetamol dieksresi melalui ginjal, FDDS memiliki berat jenis nyata yang lebih
sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian rendah dibandingkan cairan lambung tetap
besar dalam bentuk terkonjugasi. Parasetamol mengapung di lambung tanpa dipengaruhi oleh
jarang memiliki reaksi alergi. Manifestasinya penggosongan lambung untuk memperpanjang
berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih waktu tinggal di lambung. Pada saat sistem
berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Pada floating berada dipermukaan cairan lambung obat
penggunaan kronis 3-4 gram sehari dapat terjadi akan dilepaskan secara sedikit perlahan-lahan
kerusakan hati. Hepatoksisitas ini disebabkan oleh dengan kecepatan yang direncanakan, setelah obat
metabolit-metabolitnya yang pada dosis normal dilepaskan sisa sistem dikeluarkan dari lambung.
dapat ditangkal oleh gluthation Disamping memerlukan sedikit kandungan
. lambung untuk mendapatkan retensi daya apung,
2.2. Sistem Mengapung (Floating System)
suatu level minimal dari daya apung (F) juga
diperlukan untuk menjaga bentuk sediaan tetap
3
IV
dengan kontrol jika sistem diberikan setelah pemberian oral, tinggal dengan bentuk yang utuh
sedikit makan terutama makanan cair. Selanjutnya dan berat jenis nyatanya lebih kecil dari kesatuan
sistem mampu mempertahankan pelepasan obat. lapisan luar gel. Struktur gel bertindak sebagai
b. Floating system with inflatable chamber reservoir untuk obat yang akan dilepaskan
Gas dengan titik didih < 370C (cyclopentana, perlahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan
dietileter) dimasukkan dalam bentuk yang gel.
dipadatkan/dicairkan ke dalam sistem. Pada suhu a. Hydrodynamically Balance Systems (HBS)
fisiologis, gas menguap mengakibatkan obat Sistem yang seimbang secara hidrodinamis
dalam alat terapung. Untuk memudahkan unit yang dapat berupa tablet atau kapsul, dirancang
keluar dari lambung, sistem dibuat dari suatu untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di
bioaerodibel yang membiarkan uap air keluar. dalam saluran cerna (dalam hal ini di lambung)
c. Sistem penghantaran obat yang dikontrol dan meningkatkan absorbsi. Sistem dibuat dengan
secara osmotik (Intragastrik osmotically) menambahkan 20-75% dari b/b hidrokoloid
Sistem penghantaran obat yang menggunakan tunggal atau campuran ke dalam formula tablet
tekanan osmotik untuk mengkontrol pelepasan atau kapsul. Pada sistem ini akan dicampurkan
dan suatu inflantable floating sebagai mendukung bahan aktif obat, hidrokoloid (20-75% dari bobot
dalam kapsul bioaerodible. Ketika sistem sampai tablet) dan bahan-bahan pembantu lain yang
di lambung, kapsul bioaerodible dengan cepat diperlukan (pada umumnya proses pencampuran
terdesintegrasi untuk melepaskan sistem ini diikuti dengan proses granulasi), selanjutnya
penghantaran obat. Pendukung untuk terjadinya granul dicetak menjadi tablet atau diisikan ke
terapung terbuat dari polimer yang dapat merubah dalam kapsul. Setelah dikonsumsi, didalam
bentuk cairan menjadi gas pada suhu tubuh untuk lambung, hidrokoloid dalam tablet atau kapsul
terapung ke atas. berkontak dengan cairan lambung dan menjadi
mengembang. Karena jumlahnya hidrokoloidnya
2. Sistem Non-effervescent
banyak (sampai 75%) dan mengembang maka
berat jenisnya akan lebih kecil dari berat jenis
Pada sistem non-effervescent biasanya
cairan lambung. Akibatnya sistem tersebut
menggunakan matriks yang memiliki daya
mengapung didalam lambung.
pengembang tinggi seperti selulosa, jenis
Karena mengapung sistem tersebut akan
hidrokoloid, polisakarida dan polimer seperti
bertahan di dalam lambung, tidak mudah masuk
polikarbonat, polimetakrilat dan polistiren. Salah
ke dalam pylorus dan terus ke usus. Hidrokoloid
satu cara formulasi bentuk sediaan mengapung
yang mengembang akan menjadi gel penghalang
yaitu dengan mencampur zat aktif dengan
yang akan membatasi masuknya cairan lambung
hidrokoloid gel. Hidrokoloid akan mengembang
ke dalam sistem dan berkontak dengan bahan aktif
ketika kontak dengan cairan lambung setelah
5
VI
obat, sekaligus akan mengatur pelepasan bahan impermeable silinder polipropilen berlubang.
aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan Masing-masing matriks tablet satu dari ujung
lambung. Sistem HBS paling baik diterapkan pada silindernya tertutup sehingga suatu ruang terisi
obat yang memiliki kelarutan yang lebih baik udara dikembangkan diantaranya, yang
dalam lingkungan asam dan obat yang memiliki menyediakan sistem dengan densitas rendah.
tempat absorpsi khusus di daerah usus bagian atas. d. Multi lapisan film (Multilayer flexible
Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu film)
yang lebih lama maka bentuk sediaan harus Sistem ini berupa lembaran fleksibel
memiliki bobot jenis kurang dari satu. Sediaan multilayer, seperti lapisan obat yang terapung
tersebut harus bertahan dalam lambung, integritas pada cairan lambung dan memiliki karakteristik
strukturnya terjaga dan melepaskan obat secara menahan pelepasan. Sistem terdiri dari pembawa
konstan dari bentuk sediaan. film dari matriks polimer yang tidak larut dengan
b. Fluid-filled floating chamber obat yang terdispersi dalamnya, dan suatu barrier
Sistem ini diperoleh dengan cara memasukkan film yang menyalut pembawa. Film barrier,
suatu gas ke dalam chamber terapung berisi gas seperti suatu jalan untuk memperangkap suatu
yang dimasukkan ke dalam suatu komponen kantong udara kecil, yang memberikan film lapis
mikrosporos yang berupa reservoir obat. Celah tipis untuk daya apung dan kecepatan pelepasan
atau lubang yang berada disepanjang atas dan obat dapat dimodulasi oleh matrik polimer
bawah dinding, dimana cairan gastrointestinal tertentu yang sesuai.
masuk untuk melarutkan obat. Kedua dinding
2.2.2.2. Multiple Unit Floating System
yang lain pada saat kontak dengan cairan akan
Sediaan jamak ini dapat berupa granul atau
tertutup sehingga tidak melarutkan obat yang
mikrosfer yang mengandung komponen polimer
ditahan atau ada di dalam. Cairan yang ada
yang dapat mengembang saat berkontak dengan
menjadi berongga dengan adanya udara, dibagian
cairan lambung sehingga membentuk koloid
bawah vakum atau mengandung gas, cair, atau
penghalang yang mengendalikan kecepatan
padat yang memiliki gravitasi yang spesifik sesuai
penetrasi cairan ke dalam sistem dan kecepatan
dan bersifat inert. Sistem alat pengembang yang
pelepasan obat dari sistem sediaan. Adanya udara
mengembang, menahan sistem terapung dalam
yang terperangkap dalam polimer yang
lambung untuk waktu lebih lama dan setelah
mengembang akan menurunkan bobot jenis
dilepaskan semua dinding terdesintegrasi dan
sehingga mikrosfer dapat mengapung.
keluar menuju usus dan dieliminasi.
1. Sistem Effervecent
c. Tablet dengan silinder berlubang
a. Pil terapung (Floating pills)
Suatu sistem yang terdiri dari dua tablet
Suatu sistem terapung yang terdiri dari lapisan
matriks obat HPMC ditempatkan dalam suatu
effervescent dan lapisan membran yang dapat
6
VII
menggembang, menyalut pil lepas lambat. gel kental yang kohesif mengandung gelembung
Lapisan terdalam dari pengantar effervescent CO2, yang membentuk lapisan rakit diatas cairan
terdiri dari natrium bikarbonat dan asam tartart lambung dan dengan lambat melepaskan obat.
yang dibagi menjadi dua lapisan untuk Formulasi ini dapat digunakan untuk obat-obat
menghindar kontak langsung antara membran antasid untuk menurunkan keasamaan lambung.
polimer dari polivilil asetat dan shelak yang telah
2.3. Bio/mucoadhesive system
dimurnikan. Ketika sistem ini terendam dalam
Sistem bio/mucoadhesive merupakan suatu
dapar bersuhu 370C, pil mengembang (seperti
sistem yang menyebabkan tablet dapat terikat
balon) dengan densitas < 1.0 g/ml karena terjadi
pada permukaan sel epitel lambung atau mucin
reaksi antara dua pengantar effervescent yang
dan memperpanjang waktu tinggal dilambung
menghasilkan CO2 (Gambar 3).
dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan
dan membran biologis. Konsep dasarnya adalah
mekanisme perlindungan pada gastrointestinal.
Daya lekat epitel dari mucin diketahui dan telah
digunakan dalam pengembangan GRDDS melalui
Gambar 3. Sistem unit multi layer penggunaan polimer bio/mucoadhesive.
terapung oral (a) lapisan – lapisan yang Perlekatan sistem penghantaran pada dinding
berbeda (b) mekanisme terapung lambung meningkatkan waktu tinggal terutama
ditempat aksi.
b. Hollow microspheres
Hollow microspheres merupakan salah satu 2.4. Swelling system
sistem terapung yang sangat dianjurkan, sistem ini Swelling system adalah bentuk sediaan ketika
memiliki beberapa keuntungan seperti memiliki kontak dengan cairan lambung akan mengembang
sifat terapung lebih baik karena ruang rongga dengan ukuran yang mencegah obat melalui
pusat di dalam microsphere. Polimer seperti pilorus. Hasilnya bentuk sediaan tetap berada
polikarbonat, eufdragit, selulosa, kalsium alginate, dalam lambung untuk beberapa waktu tertentu.
agar, dan pectin. Etoksilat digunakan sebagai
2. METODOLOGI PENELITIAN
polimer dalam pembuatan hollow.
c. Sistem pembentukan rakit (Raft-forming 3.1 Bahan dan Alat
system) Bahan aktif yang digunakan adalah
Pada saat kontak dengan cairan lambung, parasetamol (Zhejiang Kangle Pharmaceutical
suatu larutan pembentuk gel (seperti larutan Co., Ltd) yang diperoleh dari Bratako. Bahan
natrium alginate yang mengandung karbonat atau tambahan yang digunakan adalah Hidroksi Propil
bikarbonat) mengembang dan membentuk suatu Metil Selulosa (Taiwan Guang), natrium
7
VIII
bikarbonat, PVP (PT Megasetia Agung Kimia), Tabel 1. Formulasi sediaan tablet
laktosa, magnesium stearat (PT Brataco), talkum parasetamol system floating effervecent dan
(Takehara Kagaku Kogyo Co.,Ltd), HCl 0,1N, swelling.
dan akuades, Sedangkan peralatan yang
Jumlah (%)
digunakan yaitu Mesin Cetak (Manestry
Floating Swelling
Betapress), Timbangan analitik (Mettler Toledo Bahan
Effervecent
AG102), Oven, Mixer, Stopwatch, Ayakan mesh
No 12 dan No 14, Hardness Tester (Scheulinger F1 F2 F3 F4
5Y), Jangka Sorong, Friability Tester, Sieving Parasetamol 40 40 40 40
Analyzer, Tapping Tester, Disolusi Tester, Labu (200 mg)
ukur 100 mL, Pipet volume 10 mL dan 20 mL,
HPMC 20 30 20 30
Gelas piala 250 ml (Pyrex), dan Spektrofotometer
UV-Vis 1601 (Shimadzu) Natrium
20 20 - -
bikarbonat
3.2. Prinsip Percobaan
PVP 5 5 5 5
Penelitian ini diawali dengan membuat Magnesium
0,5 0,5 0,5 0,5
sediaan tablet floating system effervescent dan Stearat
swelling sebanyak 4 formula. Sebagai zat Talkum 1 1 1 1
tambahan menggunakan Natrium bikarbonat. Ad Ad
Laktosa Ad 100 Ad 100
Sediaan dibuat secara granulasi basah dengan 100 100
mencampur parasetamol, HPMC, Natrium Keterangan 1 tablet = 500 mg
bikarbonat, laktosa, PVP menggunakan mixer
3.3. Evaluasi Granul
sampai homogen. Granul yang terbentuk
dievaluasi meliputi kadar air, sifat alir, A. Berat Jenis dan Indeks Kompresibilitas
Granul yang tebentuk dicetak menjadi sediaan Granul ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian
tablet dengan penambahan talkum dan dimasukan ke dalam gelas ukur dan diukur
magnesium stearat. Tablet yang dihasilkan volumenya (V1).
dievaluasi, meliputi pemeriksaan organoleptis,
BJ nyata = m/V1
keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, kadar
Gelas ukur yang berisi granul kemudian diletakkan
tablet, keseragaman bobot, keterapungan, uji daya pada alat tapping, kemudian diketukan sebanyak 100
mengembang, dan disolusi. kali. Percobaan diulangi dengan ketukan sebanyak
100 kali yang kedua untuk memastikan bahwa granul
tidak mengalami penurunan (V2), kemudian volume
diukur.
8
IX
gram, kemudian masukkan massa granul ke larutan baku parasetamol yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6
dalam ayakan yang telah disusun. Ayakan yang ppm, 8 ppm, dan 10 ppm dengan cara dibuat
telah disusun diayak selama 5 menit, dan larutan standar parasetamol dengan berbagai ppm.
ditimbang ulang kembali ayakan berdasarkan Sebanyak 100 mg parasetamol yang diteliti
9
X
tentukur 100 ml, ditambahkan dengan NaOH 0,1 bobot rata-rata tidak boleh melebihi ketentuan
N 100 ml (100 ppm), kemudian dipipet kembali yang ditetapkan pada monografi (untuk tablet
sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 ml, masing-masing dengan bobot rata-rata > 300 mg tidak lebih 2
dicukupkan volumenya dengan NaOH 0,1 hingga tablet yang menyimpang terhadap bobot rata-rata
100 ml. Maka diperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan lebih dari 5% dan tidak satupun tablet
10 ppm. Serapan masing-masing diukur dengan menyimpang terhadap bobot rata-rata lebih besar
spektrofotometer UV-Vis pada panjang dari 10%.
gelombang 257 nm. Hasil pengukuran larutan 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Keseragaman bobot (%) = x
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
baku parasetamol dilihat pada tabel
100 %
C. Pembuatan larutan uji
F. Uji Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dihancurkan hingga menjadi
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan
serbuk, kemudian ditimbang serbuk setara 50 mg
alat hardness tester. Diambil 20 tablet dari
parasetamol. Parasetamol yang telah ditimbang
masing-masing formula kemudian sampel dari
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tahap
tablet diletakkan diantara plat penguji mesin
selanjutya tambahkan 100 ml NaOH 0,1 N ke
kekerasan.
dalam labu ukur. Labu ukur yang telah berisi
NaOH 0,1 N dikocok atau dihomogenkan selama G. Uji Keregasan
10 menit, untuk mengoptimalkan proses pelarutan Uji keregasan tablet ditentukan dengan
parasetamol. Hasil ekstrasi disaring dan dipipet menggunakan alat friability tester. Sampel yang
sebanyak 5 ml. Tahap akhir diencerkan dengan terdiri dari 20 tablet dibersihkan, ditimbang
NaOH 0,1 N dalam labu ukur 25 ml sampai tanda beratnya dan dimasukkan ke dalam alat uji
batas, lalu diukur serapannya dengan keregasan tablet. Alat diputar dengan kecepatan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang 25 rpm selama 4 menit. Sampel kemudian
gelombang 257 nm. dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang
D. Uji Keseragaman Ukuran kembali bobotnya. Uji ini dilakukan untuk
menjamin tablet yang dihasilkan tetap dalam
Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan
keadaan baik selama proses distribusi dan
menggunakan alat jangka sorong untuk menjamin
penyimpanan, kemudian keregasan tablet dihitung
keseragaman fisik dari sediaan yang telah dibuat.
dengan menggunakan persamaan berikut:
E. Uji Keseragaman Bobot
𝑤1−𝑤2
Keregasan tablet = 𝑥 100%
𝑤1
Ditimbang satu per satu tablet dengan
Keterangan :
menggunakan timbangan analitik sebanyak 20
W1 = Berat tablet awal
tablet, kemudian dihitung bobot rata-ratanya.
W2 = Berat tablet akhir
Penyimpangan bobot tiap tablet tersebut terhadap
10
XI
Uji keterapungan secara in vitro dilakukan dengan Tabel 2. Hasil indeks kompresibilitas
floating lag time. Tablet dimasukkan ke dalam
tablet parasetamol
gelas piala 100 ml yang berisi HCl 0,1 N.
Formul BJ BJ Kompresibilita
Waktu yang dibutuhkan oleh tablet terangkat ke
a nyata mampa s (%)
permukaan dan mengapung disebut dengan
(g/ml t (g/ml)
floating lag time, sedangkan lamanya tablet
)
mampu mengapung disebut floating lag time,
1 0,41 0,47 ± 11,2 ± 0,31
sedangkan lamanya tablet mampu mengapung
± 0,00
disebut floating time.
0,00
I. Uji Daya Mengembang
2 0,43 0,51 ± 14,5 ± 0,31
Uji ini dilakukan dengan cara menimbang berat ± 0,00
awal tablet (W1), kemudian tablet tersebut 0.00
dimasukkan ke dalam media larutan HCl 0,1N 3 0,42 0,48 ± 12,5 ± 0,37
selama 8 jam pada temperatur ruangan. Berat ± 0,10
tablet ditimbang (W2) pada menit ke 30; 60; 120; 0,10
180; 240; 300; 360; 420; dan 480. 4 0,42 0,50 ± 15,2 ± 0,31
2 Silindris Putih Khas tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu
3 Silindris Putih Khas kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105 % dari
keempat formula memiliki bentuk silinder dengan Tabel 6. uji keseragaman bobot
dari 5 % dan tidak satupun tablet menyimpang diterapkan. Kekerasan tablet lebih dari 10 kg/cm2
terhadap bobot rata-rata lebih besar dari 10 %. masih dapat diterima, jika masih memenuhi
Hasil yang didapat dari formula 1-4 yaitu 99,99 ± persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi
5,05%, 103,05 ± 3,34%, 102,70 ± 6,57%, dan yang dipersyaratkan.
00,29 ± 4,73%.
4.7. Uji Keregasan
Tabel 8. Hasil uji keregasan tablet parasetamol
4.6. Uji Kekerasan
Tabel 7. Hasil Uji Kekerasan Formula Kerapuhan (%)
14
XV
Uji Disolusi
diperoleh 0,34 menit, floating time diperoleh
150 4,25 jam, daya mengembang selama 4 jam dan
% terlarut
Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 13. Ravi P.S, Ashish V.P, Rahul B.P, Patel K.R,
2008, Hal:1055-1066. Patel N.M., Gastroretentive Delivery Systems:
5. Saifullah, S.T.N., Syukri, Y., Utami, R., Profil A Review, IJPWR VOL 2 ISSUE 1 (Jan-Apr-
Pelepasan Propanolol HCl dari tablet lepas 2011).
lambat dengan System Floating Menggunakan
Matriks Methhocel K 15M, Majalah Farmasi
Indonesia.18(1), 2007, Hal:48-55.
6. Ramesh, R.P., Mahesh, C.P., Pharmaceutical
Formulation and development of floating and
swellable sustained drug delivery system.
A review e-journal of Science and
Technology. 4(2), 2009, Pages:1-5, 7-12.
7. Tjay H, Tan dan Rahardja, Kirana., Obat-Obat
Penting, Edisi V, Jakarta: PT Alex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2002.
8. Anonim, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Jakarta: Depkes RI, 1995, Hal:4,7771.
9. Banker,G.S, dan Anderson,N.R., Tablets
Theory and Practice of industrial
Pharmacy,3th Ed.
Liebermen,H.A.,Lachman,L.,Schwarz,J.,Beds
.Philadelphia :Lea & Febiger,1986.Hal:
294,299,301,318,324-329.
10. Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, Alih bahasa oleh Farida Ibrahim,
Jakarta: UI Press, Edisi IV,1989, Hal. 244-
247, 259-271,291-298.
11. Shalin, A.M., Gaikwad, P.D., et.all., Sustained
Released Drug Delivery System, A review e-
journal: IJPRD, Vol.2 ISSUE-12, Feb-2012.
12. Dusane, A.R., Gaikwad, P.D., Banar V.H.,
Sustained Released Technology. A review
journal: IJRAP, Vol. 2(6), 2011, Pages:1708.
16