Anda di halaman 1dari 16

I

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN SISTEM FLOATING


EFFERVESCENT DAN SWELLING

Sumi Forman Napitupulu, Teti Indrawati


Program Studi Farmasi, FMIPA-ISTN
Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa 12620, Jakarta

Abstrak

Parasetamol merupakan senyawa analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang mempunyai waktu
paruh eliminasi singkat 1-3 jam dan sangat baik diabsorbsi di lambung. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sediaan tablet parasetamol menggunakan sistem floating effervescent dan swelling. Sebagai zat
tambahan digunakan natrium bikarbonat (NaHCO3). Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah
dengan larutan povidone (PVP) sebagai pengikat, HPMC sebagai pengembang, natrium bikarbonat sebagai
pembentuk gas, laktosa sebagai pengisi, talkum sebagai pelincir, dan magnesium stearat sebagai lubrikan.
Tablet yang dihasilkan dievaluasi meliputi, kekerasan, keregasan, penetapan kadar, floating lag time, waktu
mengapung, daya mengembang dan pelepasan obat menggunakan HCl 0,1N. Hasil penelitian diperoleh
bahwa tablet parasetamol dengan sistem floating effervescent dan swelling mempengaruhi pelepasan obat.
Tablet parasetamol 200 mg menggunakan sistem swelling lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
sistem floating effervescent. Tablet swelling memiliki pelepasan parasetamol 53,23% selama 3 jam dan
99,10% selama 8 jam, sedangkan tablet floating effervescent memiliki pelepasan parasetamol 95,49%
selama 3 jam dan 100,00% selama 8 jam.

Kata Kunci : Parasetamol, Floating Effervecent, Swelling, HPMC

1. PENDAHULUAN frekuensi penggunaan obat dan meningkatkan


kepatuhan pasien sehingga efektivitas pengobatan
Parasetamol merupakan senyawa analgetik,
dapat lebih tercapai.
antipiretik dan antiinflamasi yang mempunyai
Banyak metode yang dapat digunakan untuk
konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam
membuat sediaan lepas lambat yang pelepasannya
waktu ½ jam dan masa paruh dalam plasma
terkontrol, salah satunya gastroretentive drug
antara 1-3 jam. Parasetamol memiliki waktu paruh
delivery system (GRDDS). Ada beberapa jenis
singkat sehingga memungkinkan dibuat dengan
gastroretentive drug delivery system, yaitu sistem
sediaan sediaan lepas lambat. Keuntungan dari
mengapung (floating system), sistem mengembang
sediaan lepas lambat adalah untuk mengurangi
(swelling system), sistem merekat (bioadhesive
1
II

system), sistem magnetik (magnetic system), Bahan penghantar dalam sistem floating ini
modified-shape system, highdensity system, ion menggunakan polimer yang dapat mengembang
exchange resins, osmotic regulated system, super seperti HPMC, polisakarida, kitosan, dan
porous hydrogel system, dan sistem yang menahan komponen effervescent (misal; natrium bikarbonat
pengosongan/pengeluarannya dari lambung dan asam sitrat atau tartrat). HPMC merupakan
lainnya. polimer hidrofilik sintetis yang biasa digunakan
Sistem Floating Effervecent adalah sistem dalam pembuatan sediaan GRDDS pada
dengan densitas kecil yang memiliki kemampuan konsentrasi 10-80%. Keuntungan menggunakan
mengembang dan mengapung dilambung untuk HPMC tidak dipengaruhi oleh pH medium
beberapa waktu, lalu dengan penambahan bahan sehingga dapat membentuk gel dalam suasana
effervescent dapat membentuk gas, maka gas asam, basa maupun netral. Gel yang dibentuk oleh
terperangkap dalam gel, akibatnya tablet akan HPMC mempunyai struktur kuat dengan
mengapung, meningkatkan pergerakan sediaan viskositas yang besar dan tidak mudah terkikis.
dan mempertahankan daya mengapung. Pada HPMC ketika kontak dengan cairan lambung akan
sistem non-effervescent biasanya menggunakan membentuk gel, dengan adanya gas yang
matriks yang memiliki daya pengembang tinggi dihasilkan dari sistem effervescent, maka gas akan
seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida terperangkap dalam gelyfield hydrocolloid,
dan polimer seperti polikarbonat, polimetakrilat akibatnya tablet akan mengapung, meningkatkan
dan polistiren. Swelling system merupakan bentuk pergerakan sediaan, sehingga akan
sediaan ketika kontak dengan cairan lambung mempertahankan daya mengapungnya. Kelarutan
akan mengembang dengan ukuran yang mencegah natrium bikarbonat yaitu larut dalam air, tidak
obat melalui pilorus. Hasilnya bentuk sediaan larut dalam etanol dan digunakan sebagai sumber
tetap berada dalam lambung untuk beberapa basa dengan konsentrasi 10–40% sebagai
waktu tertentu. pembentuk gas.
Penelitian terhadap parasetamol dengan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
sediaan lepas lambat telah banyak dilakukan dilakukan penelitian tentang tablet parasetamol
salahsatunya dengan sistem penghantaran obat dengan 2 metode yang berbeda yaitu floating
terapung dalam bentuk sediaan non-effervecent. effervescent dan swelling. Pembuatan tablet
Penelitian lain yang telah dilakukan adalah tablet parasetamol dengan cara granulasi basah karena
propanolol HCl dengan sistem floating metode ini dapat menghasilkan granul yang
menggunakan HPMC K15, menunjukkan bahwa kompak dengan sifat alir yang baik sehingga dapat
kinetika pelepasan mengikuti kinetika orde nol membentuk tablet yang memenuhi syarat mutu
yang ditunjukan banyaknya propanolol HCl yang fisik dan kimia.
dilepaskan linear terhadap waktu.
1. TINJAUAN PUSTAKA
2
III

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh


2.1. Parasetamol
Davis pada tahun 1968, merupakan suatu sistem
dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan

HO NHCOCH3 mengambang kemudian mengapung dan tinggal di

Gambar 1: Struktur Molekul Parasetamol dalam lambung, obat dilepaskan perlahan pada
kecepatan yang dapat ditentukan. Hasil yang
Parasetamol merupakan penghambat
diperoleh adalah peningkatan Gastrict Residence
biosintesis PG yang lemah. Efek analgetik
Time (GRT) dan pengurangan fluktuasi
parasetamol serupa dengan salisilat yaitu
konsentrasi obat di dalam plasma.
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
Sistem mengapung pada lambung berisi obat
sampai sedang. Efek antiinflamasinya sangat
yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan
lemah, oleh karena itu parasetamol tidak
yang memiliki densitas yang rendah atau Floating
digunakan untuk antireumatik. Parasetamol
Drug Delivery System (FDDS) juga biasa disebut
diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
Hydrodynamically Balanced System (HBS).
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
FDDS atau HBS memiliki densitas bulk yang
dalam waktu paruh ½ jam dan masa paruh dalam
lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
mengapung di dalam lambung tanpa
seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%
mempengaruhi motilitas dan keadaan dari
parasetamol terikat protein plasma. Obat ini
lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan pada
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.
kecepatan yang diinginkan dari suatu sistem.
Parasetamol sebagian (80%) dikonjugasi dengan
asam sulfat. Obat ini juga dapat mengalami 2.2.1. Mekanisme Sistem Mengapung
hidroksilasi. Parasetamol dieksresi melalui ginjal, FDDS memiliki berat jenis nyata yang lebih
sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian rendah dibandingkan cairan lambung tetap
besar dalam bentuk terkonjugasi. Parasetamol mengapung di lambung tanpa dipengaruhi oleh
jarang memiliki reaksi alergi. Manifestasinya penggosongan lambung untuk memperpanjang
berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih waktu tinggal di lambung. Pada saat sistem
berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Pada floating berada dipermukaan cairan lambung obat
penggunaan kronis 3-4 gram sehari dapat terjadi akan dilepaskan secara sedikit perlahan-lahan
kerusakan hati. Hepatoksisitas ini disebabkan oleh dengan kecepatan yang direncanakan, setelah obat
metabolit-metabolitnya yang pada dosis normal dilepaskan sisa sistem dikeluarkan dari lambung.
dapat ditangkal oleh gluthation Disamping memerlukan sedikit kandungan
. lambung untuk mendapatkan retensi daya apung,
2.2. Sistem Mengapung (Floating System)
suatu level minimal dari daya apung (F) juga
diperlukan untuk menjaga bentuk sediaan tetap
3
IV

terapung di atas permukaan makanan. Parameter 1. Sistem Effervecent (Gas-generating


yang digunakan untuk mengukur kecepatan gaya Systems)
apung dilakukan dengan mengukur gaya (F)
Sistem effervescent dalam menghasilkan gas
secara berkelanjutan sebagai fungsi dari waktu
karbondioksida dapat berasal dari bahan
yang diperlukan untuk mempertahankan objek
pembentuk gas dan dapat juga dengan
terendam. Objek mengapung lebih baik jika F
menggunakan cairan yang mudah menguap.
pada sisi positif lebih tinggi. Parameter ini
Sistem effervescent yang menggunakan bahan
menolong optimasi FDDS untuk stabilitas dan
pembentuk gas, contohnya karbonat (natrium
durabilitas gaya apung yang dihasilkan untuk
bikarbonat) dan asam organik seperti asam sitrat
mencegah kelemahan variasi kemampuan
dan asam tartrat untuk menghasilkan gas
mengapung intragastrik yang tidak diinginkan.
karbondioksida (CO2), sehingga menurunkan
RW atau F = F 19uoyancy – F gravity
densitas sistem dan membuatnya terapung diatas
= (Df – Ds) gV
cairan lambung.
F = gaya total vertical (total vertical force), Df =
Sistem penghantar mengapung ini
fluid density objek
dipersiapkan dengan polimer yang dapat
V = volume, g = gravitasi
mengembang seperti methocel, polisakarida,
chitosan dan komponen effervescent (misal;
natrium bikarbonat dan asam sitrat atau tartrat).
Matriks ketika kontak dengan cairan lambung
akan membentuk gel, dengan adanya gas yang
dihasilkan dari sistem effervescent, maka gas akan
Gambar 2 : Mekanisme sistem mengapung
terperangkap dalam gelyfield hydrocolloid,

2.2.2. Macam-macam Floating Drug akibatnya tablet akan mengapung, meningkatkan

Delivery System (FDDS) pergerakan sediaan, sehingga akan


mempertahankan daya mengapungnya.
Secara garis besar FDDS dikelompokkan a. Sistem terapung berdasarkan resin penukar
menjadi sistem dengan unit tunggal dan multi ion (Floating system based on ion exchange resin)
unit. Proses sistem mengapung dapat dibuat Butiran-butiran resin yang penuh bikarbonat
dengan menggunakan mekanisme effervescent dan dan obat yang diikatkan pada resin. Butiran-
sistem non effervescent untuk terjadinya proses. butiran resin disalut dengan suatu membran
semipermeabel untuk menanggulangi kecepatan
2.2.2.1. Single Unit Floating System
hilangnya CO2 yang terperangkap dalam
membran, menyebabkan partikel terapung. Waktu
tinggal dilambung secara substansial diperpanjang
4
V

dengan kontrol jika sistem diberikan setelah pemberian oral, tinggal dengan bentuk yang utuh
sedikit makan terutama makanan cair. Selanjutnya dan berat jenis nyatanya lebih kecil dari kesatuan
sistem mampu mempertahankan pelepasan obat. lapisan luar gel. Struktur gel bertindak sebagai
b. Floating system with inflatable chamber reservoir untuk obat yang akan dilepaskan
Gas dengan titik didih < 370C (cyclopentana, perlahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan
dietileter) dimasukkan dalam bentuk yang gel.
dipadatkan/dicairkan ke dalam sistem. Pada suhu a. Hydrodynamically Balance Systems (HBS)
fisiologis, gas menguap mengakibatkan obat Sistem yang seimbang secara hidrodinamis
dalam alat terapung. Untuk memudahkan unit yang dapat berupa tablet atau kapsul, dirancang
keluar dari lambung, sistem dibuat dari suatu untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di
bioaerodibel yang membiarkan uap air keluar. dalam saluran cerna (dalam hal ini di lambung)
c. Sistem penghantaran obat yang dikontrol dan meningkatkan absorbsi. Sistem dibuat dengan
secara osmotik (Intragastrik osmotically) menambahkan 20-75% dari b/b hidrokoloid
Sistem penghantaran obat yang menggunakan tunggal atau campuran ke dalam formula tablet
tekanan osmotik untuk mengkontrol pelepasan atau kapsul. Pada sistem ini akan dicampurkan
dan suatu inflantable floating sebagai mendukung bahan aktif obat, hidrokoloid (20-75% dari bobot
dalam kapsul bioaerodible. Ketika sistem sampai tablet) dan bahan-bahan pembantu lain yang
di lambung, kapsul bioaerodible dengan cepat diperlukan (pada umumnya proses pencampuran
terdesintegrasi untuk melepaskan sistem ini diikuti dengan proses granulasi), selanjutnya
penghantaran obat. Pendukung untuk terjadinya granul dicetak menjadi tablet atau diisikan ke
terapung terbuat dari polimer yang dapat merubah dalam kapsul. Setelah dikonsumsi, didalam
bentuk cairan menjadi gas pada suhu tubuh untuk lambung, hidrokoloid dalam tablet atau kapsul
terapung ke atas. berkontak dengan cairan lambung dan menjadi
mengembang. Karena jumlahnya hidrokoloidnya
2. Sistem Non-effervescent
banyak (sampai 75%) dan mengembang maka
berat jenisnya akan lebih kecil dari berat jenis
Pada sistem non-effervescent biasanya
cairan lambung. Akibatnya sistem tersebut
menggunakan matriks yang memiliki daya
mengapung didalam lambung.
pengembang tinggi seperti selulosa, jenis
Karena mengapung sistem tersebut akan
hidrokoloid, polisakarida dan polimer seperti
bertahan di dalam lambung, tidak mudah masuk
polikarbonat, polimetakrilat dan polistiren. Salah
ke dalam pylorus dan terus ke usus. Hidrokoloid
satu cara formulasi bentuk sediaan mengapung
yang mengembang akan menjadi gel penghalang
yaitu dengan mencampur zat aktif dengan
yang akan membatasi masuknya cairan lambung
hidrokoloid gel. Hidrokoloid akan mengembang
ke dalam sistem dan berkontak dengan bahan aktif
ketika kontak dengan cairan lambung setelah
5
VI

obat, sekaligus akan mengatur pelepasan bahan impermeable silinder polipropilen berlubang.
aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan Masing-masing matriks tablet satu dari ujung
lambung. Sistem HBS paling baik diterapkan pada silindernya tertutup sehingga suatu ruang terisi
obat yang memiliki kelarutan yang lebih baik udara dikembangkan diantaranya, yang
dalam lingkungan asam dan obat yang memiliki menyediakan sistem dengan densitas rendah.
tempat absorpsi khusus di daerah usus bagian atas. d. Multi lapisan film (Multilayer flexible
Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu film)
yang lebih lama maka bentuk sediaan harus Sistem ini berupa lembaran fleksibel
memiliki bobot jenis kurang dari satu. Sediaan multilayer, seperti lapisan obat yang terapung
tersebut harus bertahan dalam lambung, integritas pada cairan lambung dan memiliki karakteristik
strukturnya terjaga dan melepaskan obat secara menahan pelepasan. Sistem terdiri dari pembawa
konstan dari bentuk sediaan. film dari matriks polimer yang tidak larut dengan
b. Fluid-filled floating chamber obat yang terdispersi dalamnya, dan suatu barrier
Sistem ini diperoleh dengan cara memasukkan film yang menyalut pembawa. Film barrier,
suatu gas ke dalam chamber terapung berisi gas seperti suatu jalan untuk memperangkap suatu
yang dimasukkan ke dalam suatu komponen kantong udara kecil, yang memberikan film lapis
mikrosporos yang berupa reservoir obat. Celah tipis untuk daya apung dan kecepatan pelepasan
atau lubang yang berada disepanjang atas dan obat dapat dimodulasi oleh matrik polimer
bawah dinding, dimana cairan gastrointestinal tertentu yang sesuai.
masuk untuk melarutkan obat. Kedua dinding
2.2.2.2. Multiple Unit Floating System
yang lain pada saat kontak dengan cairan akan
Sediaan jamak ini dapat berupa granul atau
tertutup sehingga tidak melarutkan obat yang
mikrosfer yang mengandung komponen polimer
ditahan atau ada di dalam. Cairan yang ada
yang dapat mengembang saat berkontak dengan
menjadi berongga dengan adanya udara, dibagian
cairan lambung sehingga membentuk koloid
bawah vakum atau mengandung gas, cair, atau
penghalang yang mengendalikan kecepatan
padat yang memiliki gravitasi yang spesifik sesuai
penetrasi cairan ke dalam sistem dan kecepatan
dan bersifat inert. Sistem alat pengembang yang
pelepasan obat dari sistem sediaan. Adanya udara
mengembang, menahan sistem terapung dalam
yang terperangkap dalam polimer yang
lambung untuk waktu lebih lama dan setelah
mengembang akan menurunkan bobot jenis
dilepaskan semua dinding terdesintegrasi dan
sehingga mikrosfer dapat mengapung.
keluar menuju usus dan dieliminasi.
1. Sistem Effervecent
c. Tablet dengan silinder berlubang
a. Pil terapung (Floating pills)
Suatu sistem yang terdiri dari dua tablet
Suatu sistem terapung yang terdiri dari lapisan
matriks obat HPMC ditempatkan dalam suatu
effervescent dan lapisan membran yang dapat
6
VII

menggembang, menyalut pil lepas lambat. gel kental yang kohesif mengandung gelembung
Lapisan terdalam dari pengantar effervescent CO2, yang membentuk lapisan rakit diatas cairan
terdiri dari natrium bikarbonat dan asam tartart lambung dan dengan lambat melepaskan obat.
yang dibagi menjadi dua lapisan untuk Formulasi ini dapat digunakan untuk obat-obat
menghindar kontak langsung antara membran antasid untuk menurunkan keasamaan lambung.
polimer dari polivilil asetat dan shelak yang telah
2.3. Bio/mucoadhesive system
dimurnikan. Ketika sistem ini terendam dalam
Sistem bio/mucoadhesive merupakan suatu
dapar bersuhu 370C, pil mengembang (seperti
sistem yang menyebabkan tablet dapat terikat
balon) dengan densitas < 1.0 g/ml karena terjadi
pada permukaan sel epitel lambung atau mucin
reaksi antara dua pengantar effervescent yang
dan memperpanjang waktu tinggal dilambung
menghasilkan CO2 (Gambar 3).
dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan
dan membran biologis. Konsep dasarnya adalah
mekanisme perlindungan pada gastrointestinal.
Daya lekat epitel dari mucin diketahui dan telah
digunakan dalam pengembangan GRDDS melalui
Gambar 3. Sistem unit multi layer penggunaan polimer bio/mucoadhesive.
terapung oral (a) lapisan – lapisan yang Perlekatan sistem penghantaran pada dinding
berbeda (b) mekanisme terapung lambung meningkatkan waktu tinggal terutama
ditempat aksi.
b. Hollow microspheres
Hollow microspheres merupakan salah satu 2.4. Swelling system
sistem terapung yang sangat dianjurkan, sistem ini Swelling system adalah bentuk sediaan ketika
memiliki beberapa keuntungan seperti memiliki kontak dengan cairan lambung akan mengembang
sifat terapung lebih baik karena ruang rongga dengan ukuran yang mencegah obat melalui
pusat di dalam microsphere. Polimer seperti pilorus. Hasilnya bentuk sediaan tetap berada
polikarbonat, eufdragit, selulosa, kalsium alginate, dalam lambung untuk beberapa waktu tertentu.
agar, dan pectin. Etoksilat digunakan sebagai
2. METODOLOGI PENELITIAN
polimer dalam pembuatan hollow.
c. Sistem pembentukan rakit (Raft-forming 3.1 Bahan dan Alat
system) Bahan aktif yang digunakan adalah
Pada saat kontak dengan cairan lambung, parasetamol (Zhejiang Kangle Pharmaceutical
suatu larutan pembentuk gel (seperti larutan Co., Ltd) yang diperoleh dari Bratako. Bahan
natrium alginate yang mengandung karbonat atau tambahan yang digunakan adalah Hidroksi Propil
bikarbonat) mengembang dan membentuk suatu Metil Selulosa (Taiwan Guang), natrium
7
VIII

bikarbonat, PVP (PT Megasetia Agung Kimia), Tabel 1. Formulasi sediaan tablet
laktosa, magnesium stearat (PT Brataco), talkum parasetamol system floating effervecent dan
(Takehara Kagaku Kogyo Co.,Ltd), HCl 0,1N, swelling.
dan akuades, Sedangkan peralatan yang
Jumlah (%)
digunakan yaitu Mesin Cetak (Manestry
Floating Swelling
Betapress), Timbangan analitik (Mettler Toledo Bahan
Effervecent
AG102), Oven, Mixer, Stopwatch, Ayakan mesh
No 12 dan No 14, Hardness Tester (Scheulinger F1 F2 F3 F4
5Y), Jangka Sorong, Friability Tester, Sieving Parasetamol 40 40 40 40
Analyzer, Tapping Tester, Disolusi Tester, Labu (200 mg)
ukur 100 mL, Pipet volume 10 mL dan 20 mL,
HPMC 20 30 20 30
Gelas piala 250 ml (Pyrex), dan Spektrofotometer
UV-Vis 1601 (Shimadzu) Natrium
20 20 - -
bikarbonat
3.2. Prinsip Percobaan
PVP 5 5 5 5
Penelitian ini diawali dengan membuat Magnesium
0,5 0,5 0,5 0,5
sediaan tablet floating system effervescent dan Stearat
swelling sebanyak 4 formula. Sebagai zat Talkum 1 1 1 1
tambahan menggunakan Natrium bikarbonat. Ad Ad
Laktosa Ad 100 Ad 100
Sediaan dibuat secara granulasi basah dengan 100 100
mencampur parasetamol, HPMC, Natrium Keterangan 1 tablet = 500 mg
bikarbonat, laktosa, PVP menggunakan mixer
3.3. Evaluasi Granul
sampai homogen. Granul yang terbentuk
dievaluasi meliputi kadar air, sifat alir, A. Berat Jenis dan Indeks Kompresibilitas

kompresibilitas dan distribusi ukuran partikel. Granul

Granul yang tebentuk dicetak menjadi sediaan Granul ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian
tablet dengan penambahan talkum dan dimasukan ke dalam gelas ukur dan diukur
magnesium stearat. Tablet yang dihasilkan volumenya (V1).
dievaluasi, meliputi pemeriksaan organoleptis,
BJ nyata = m/V1
keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, kadar
Gelas ukur yang berisi granul kemudian diletakkan
tablet, keseragaman bobot, keterapungan, uji daya pada alat tapping, kemudian diketukan sebanyak 100
mengembang, dan disolusi. kali. Percobaan diulangi dengan ketukan sebanyak
100 kali yang kedua untuk memastikan bahwa granul
tidak mengalami penurunan (V2), kemudian volume
diukur.

8
IX

BJ mampat = m/V2 A. Organoleptis Tablet

Indeks Kompresibilitas = (( BJ mampat-BJ Penampilan fisik merupakan parameter kualitas


nyata))/(BJ mampat) x 100 % yang penting untuk diperhatikan untuk menjamin
penerimaan bagi konsumen, mengontrol
B. Penetapan kadar air granul
keseragaman antara bahan, antara tablet yang satu
Penetapan kadar air dilakukan dengan
dengan yang lainnya, serta memantau ada atau
menimbang 5 gram granul kemudian dikeringkan
tidaknya kesalahan pada waktu pembuatan.
selama 1 jam dengan suhu 1050C. Perhitungan
Pengamatan dilakukan secara fisik meliputi
kadar air yaitu:
bentuk, warna, tekstur, bentuk permukaan, ada
Kadar air = (Botol timbang + Granul sebelum atau tidaknya bau, rasa dan kerusakan pada tablet.
pengeringan) – (Botol timbang + Granul yang
B. Uji Penetapan Kadar Tablet
sudah dikeringkan)
Pembuatan larutan baku standar: Parasetamol
C. Penentuan Sifat alir
ditimbang seksama ± 50 mg parasetamol,
Serbuk ditimbang ± 25 g dimasukkan ke dalam kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100
corong untuk mengukur waktu alir. Tutup corong ml. Labu ukur yang telah berisi parasetamol
dibuka, maka serbuk akan keluar dan ditampung ditambahkan ± 100 ml NaOH 0,1N. Tahap
pada bidang beralaskan kertas grafik numerik. selanjutnya dikocok atau dihomogenkan selama
Waktu alir dicatat dengan menggunakan 10 menit, untuk mengoptimalkan proses pelarutan
stopwatch dan dihitung sudut baringnya. parasetamol. Hasil ekstrasi disaring dan dipipet

D. Distribusi Ukuran Partikel sebanyak 5 ml. Tahap akhir diencerkan dengan


NaOH 0,1 N dalam labu ukur 250 ml sampai
Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan
tanda batas. Penentuan panjang gelombang
menggunakan alat sieving analyzer (ayakan).
maksimum untuk pemeriksaan bahan aktif,
Setiap ayakan (mesh 12, mesh 14, mesh 16, mesh
terlebih dahulu dibuat larutan standar. Hasil yang
18, dan mesh 20) ditimbang secara berurutan dari
terlihat menunjukan panjang gelombang 257 nm.
ukuran ayakan terbesar hingga terkecil. Massa
granul ditimbang dengan seksama sebanyak ± 50 a. Kurva kalibrasi, dibuat 5 konsentrasi

gram, kemudian masukkan massa granul ke larutan baku parasetamol yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6

dalam ayakan yang telah disusun. Ayakan yang ppm, 8 ppm, dan 10 ppm dengan cara dibuat

telah disusun diayak selama 5 menit, dan larutan standar parasetamol dengan berbagai ppm.

ditimbang ulang kembali ayakan berdasarkan Sebanyak 100 mg parasetamol yang diteliti

urutannya. dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,


ditambahkan NaOH 0,1 hingga 100 ml (1000
3.4. Evaluasi Tablet Parasetamol
ppm). Lalu di pipet sebanyak 10 ml ke dalam labu

9
X

tentukur 100 ml, ditambahkan dengan NaOH 0,1 bobot rata-rata tidak boleh melebihi ketentuan
N 100 ml (100 ppm), kemudian dipipet kembali yang ditetapkan pada monografi (untuk tablet
sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 ml, masing-masing dengan bobot rata-rata > 300 mg tidak lebih 2
dicukupkan volumenya dengan NaOH 0,1 hingga tablet yang menyimpang terhadap bobot rata-rata
100 ml. Maka diperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan lebih dari 5% dan tidak satupun tablet
10 ppm. Serapan masing-masing diukur dengan menyimpang terhadap bobot rata-rata lebih besar
spektrofotometer UV-Vis pada panjang dari 10%.
gelombang 257 nm. Hasil pengukuran larutan 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Keseragaman bobot (%) = x
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
baku parasetamol dilihat pada tabel
100 %
C. Pembuatan larutan uji
F. Uji Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dihancurkan hingga menjadi
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan
serbuk, kemudian ditimbang serbuk setara 50 mg
alat hardness tester. Diambil 20 tablet dari
parasetamol. Parasetamol yang telah ditimbang
masing-masing formula kemudian sampel dari
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tahap
tablet diletakkan diantara plat penguji mesin
selanjutya tambahkan 100 ml NaOH 0,1 N ke
kekerasan.
dalam labu ukur. Labu ukur yang telah berisi
NaOH 0,1 N dikocok atau dihomogenkan selama G. Uji Keregasan
10 menit, untuk mengoptimalkan proses pelarutan Uji keregasan tablet ditentukan dengan
parasetamol. Hasil ekstrasi disaring dan dipipet menggunakan alat friability tester. Sampel yang
sebanyak 5 ml. Tahap akhir diencerkan dengan terdiri dari 20 tablet dibersihkan, ditimbang
NaOH 0,1 N dalam labu ukur 25 ml sampai tanda beratnya dan dimasukkan ke dalam alat uji
batas, lalu diukur serapannya dengan keregasan tablet. Alat diputar dengan kecepatan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang 25 rpm selama 4 menit. Sampel kemudian
gelombang 257 nm. dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang
D. Uji Keseragaman Ukuran kembali bobotnya. Uji ini dilakukan untuk
menjamin tablet yang dihasilkan tetap dalam
Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan
keadaan baik selama proses distribusi dan
menggunakan alat jangka sorong untuk menjamin
penyimpanan, kemudian keregasan tablet dihitung
keseragaman fisik dari sediaan yang telah dibuat.
dengan menggunakan persamaan berikut:
E. Uji Keseragaman Bobot
𝑤1−𝑤2
Keregasan tablet = 𝑥 100%
𝑤1
Ditimbang satu per satu tablet dengan
Keterangan :
menggunakan timbangan analitik sebanyak 20
W1 = Berat tablet awal
tablet, kemudian dihitung bobot rata-ratanya.
W2 = Berat tablet akhir
Penyimpangan bobot tiap tablet tersebut terhadap
10
XI

H. Uji Keterapungan 4.1. Indeks Kompresibilitas tablet parasetamol

Uji keterapungan secara in vitro dilakukan dengan Tabel 2. Hasil indeks kompresibilitas
floating lag time. Tablet dimasukkan ke dalam
tablet parasetamol
gelas piala 100 ml yang berisi HCl 0,1 N.
Formul BJ BJ Kompresibilita
Waktu yang dibutuhkan oleh tablet terangkat ke
a nyata mampa s (%)
permukaan dan mengapung disebut dengan
(g/ml t (g/ml)
floating lag time, sedangkan lamanya tablet
)
mampu mengapung disebut floating lag time,
1 0,41 0,47 ± 11,2 ± 0,31
sedangkan lamanya tablet mampu mengapung
± 0,00
disebut floating time.
0,00
I. Uji Daya Mengembang
2 0,43 0,51 ± 14,5 ± 0,31
Uji ini dilakukan dengan cara menimbang berat ± 0,00
awal tablet (W1), kemudian tablet tersebut 0.00
dimasukkan ke dalam media larutan HCl 0,1N 3 0,42 0,48 ± 12,5 ± 0,37
selama 8 jam pada temperatur ruangan. Berat ± 0,10
tablet ditimbang (W2) pada menit ke 30; 60; 120; 0,10
180; 240; 300; 360; 420; dan 480. 4 0,42 0,50 ± 15,2 ± 0,31

J. Uji Disolusi ± 0,00


0,00
Uji pelepasan obat dilakukan menggunakan alat
tipe II (paddle). Jumlah tablet yang digunakan
Hasil pemeriksaan indeks kompresibilitas
dalam uji disolusi adalah enam tablet dari masing-
dapat dilihat pada Tabel 2 indeks kompresibilitas
masing formulasi. Uji pelepasan obat dilakukan
tertinggi dimiliki oleh formula 4 yaitu 15,0%
pada medium 900 ml HCl 0,1 N pada suhu 37 0C
sedangkan formula 1, 2, dan 3 memiliki indeks
dengan kecepatan 50 rpm. Pengambilan sampel
yaitu masing-masing 11,2%, 14,5%, dan 12,5%.
sebanyak 10 ml. Pada setiap pengambilan sampel
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan keempat
segera ditambahkan kembali medium yang baru
formulasi tablet mengapung memiliki sifat alir
dengan volume dan temperatur yang sama
yang baik karena indeks kompresibilitasnya
kedalam labu disolusi. Sampel di uji pada jam ke-
berada di rentang 11-15%. Bertambahnya
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Dengan cara mengukur
konsentrasi HPMC menyebabkan semakin
parasetamol yang terdisolusi dengan
rendahnya nilai kompresibilitas yang dapat
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
menyebabkan sifat alirnya semakin baik.
gelombang 245 nm.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2. Hasil Penetapan Kadar Air


11
XII

Tabel 3. Hasil penetapan kadar air 2 100,00 104,1 92,0 100,0


Formula Kadar air (%) 3 99,40 104,5 92,0 99,1
1 4,60 ± 0,01 Rata- 99,60 ± 104,20 92,10 ± 99,70 ±
2 4,70 ± 0,01 rata 0,34 ± 0,23 0,28 0,51
3 2,30 ± 0,01 Hasil uji penetapan kadar dapat dilihat pada
4 2,00 ± 0,01 Tabel 5. Uji penetapan kadar menggunakan
Hasil penetapan kadar air formula 1-4 yaitu spektrofotometer UV-Vis pada panjang
4,6%, 4,7%, 2,3%, dan 2,0%. Formula 3 dan 4 gelombang 257 nm dikarenakan NaOH sebagai
tidak memenuhi persyaratan kadar air yaitu 3-5%. pelarut. Penetapan kadar parasetamol pada
formula 3 tidak memenuhi syarat, hal ini
4.3. Organoleptis Tablet dikarenakan kurang homogen dalam
Tabel 4. Hasil uji organoleptis pencampuran bahan dan kemampuan mesin
Formula Bentuk Warna Bau kempa yang tidak maksimal. Pada formula 1, 2,
1 Silindris Putih Khas dan 4 kadar parasetamol memenuhi syarat yang

2 Silindris Putih Khas tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu

3 Silindris Putih Khas kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105 % dari

4 Silindris Putih Khas tertera pada etiket.

Hasil pemeriksaan organoleptik dapat dilihat


pada Tabel 4. Semua tablet yang dihasilkan dari 4.5. Hasil uji keseragaman bobot

keempat formula memiliki bentuk silinder dengan Tabel 6. uji keseragaman bobot

permukaan dan pinggiran tablet yang sedikit Keragaman Bobot (%)


No.
halus, sebagian besar tidak ditemukan kerusakan F1 F2 F3 F4
tablet seperti sticking dan capping. Warna tablet
Bobot 99,99 ± 103,05 102,70 100,29
keempat formula sama yaitu berwarna putih. Dari
rata-rata 5,05 ± 3,34 ± 6,57 ± 4,73
pemeriksaan organoleptik dapat disimpulkan
bahwa penambahan bahan tambahan sedikit
Hasil pemeriksaan keragaman bobot dapat
mempenggaruhi penampilan fisik dari masing-
dilihat pada Tabel 6. Hasil dari pemeriksaan
masing tablet.
keragaman bobot pada keempat formula
memenuhi persyaratan keseragaman bobot sesuai
4.4. Penetapan Kadar
dengan persyaratan yang tertera dalam farmakope
Tabel 5. Hasil uji penetapan kadar
Indonesia edisi III yaitu untuk tablet dengan
Kandungan Parasetamol (%)
No. bobot rata-rata > 300 mg, tidak lebih dari 2 tablet
F1 F2 F3 F4
yang menyimpang terhadap bobot rata-rata lebih
1 99,40 104,1 92,5 100,0
12
XIII

dari 5 % dan tidak satupun tablet menyimpang diterapkan. Kekerasan tablet lebih dari 10 kg/cm2
terhadap bobot rata-rata lebih besar dari 10 %. masih dapat diterima, jika masih memenuhi
Hasil yang didapat dari formula 1-4 yaitu 99,99 ± persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi
5,05%, 103,05 ± 3,34%, 102,70 ± 6,57%, dan yang dipersyaratkan.
00,29 ± 4,73%.
4.7. Uji Keregasan
Tabel 8. Hasil uji keregasan tablet parasetamol
4.6. Uji Kekerasan
Tabel 7. Hasil Uji Kekerasan Formula Kerapuhan (%)

Kekerasan tablet (kg/cm 2) 1 0,36 ± 0,18


No. 2 0,71 ± 0,10
F1 F2 F3 F4
3 2,30 ± 0,12
Rata- 3,25 ± 3,65 ± 4,55 ± 4,6 ±
4 1,82 ± 0,19
rata 0,26 0,41 0,55 0,56
Hasil uji keregasan dapat dilihat pada Tabel 8.
Hasil uji kekerasan tablet dapat dilihat pada
formula 1 dan 2 memenuhi syarat dari keregasan
Tabel 7. Uji kekerasan tablet untuk formula 1 dan
yaitu ≤ 1%, sedangkan formula 3 dan 4 tidak
2 kurang dari 4 kg/cm2 hal ini dikarenakan
memenuhi syarat kerapuhan. Kerapuhan tersebut
mengandung zat effervesecnt yang dapat
diakibatkan pengikat (HPMC dan PVP) yang
menggurangi kekerasan tablet (Natrium
digunakan tidak terdistribusi dengan homogen di
bikarbonat), hal ini dikarenakan komponen
dalam tablet atau dapat diakibatkan oleh
tersebut akan membentuk suatu tablet floating
kesalahan saat proses kompresi secara manual.
effervescent yang sangat higroskopis dan segera
bereaksi bila ada uap air yang akhirnya dapat
4.8. Uji Keterapungan
menurunkan kekerasan tablet. Sedangkan formula
Tabel 9. Hasil uji keterapungan
3 dan 4 memiliki kekerasan tablet rata-rata 4
Formula Floating lag Floating
kg/cm2.
time time
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari
(t = menit) (t = jam)
tekanan pengempaan, semakin besar tekanan yeng
1 0,11 3,11
diberikan saat penabletan akan meningkatkan
2 0,34 4,25
kekerasan tablet. Pada umumnnya tablet yang
3 Tidak Mengapung
keras memliki waktu hancur yang lama (lebih
4 Tidak Mengapung
sukar hancur) dan disolusi yang rendah. Pada
umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai
Hasil uji daya mengapung dapat dilihat pada
kekerasan 4-10 kg/cm2. Kekerasan tablet
Tabel 9 . Berdasarkan data yang ada pada tabel
kurang dari 4 kg/cm2 masih dapat diterima dengan
formula 3 dan 4 tidak mengapung, hal ini
syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
13
XIV

dikarenakan persentasi pengikat (HPMC) yang


Uji Daya Mengembang
banyak yaitu 40 % tanpa penambahan bahan 500

Bobot tablet (%)


effervescent (Natrium bikarbonat) sehingga tablet 400
300 Formula 1
hanya mengembang di bawah permukaan beaker 200 Formula 2
glass. Formula diamati selama 8 jam pengamatan 100 Formula 3
0
Formula 4
sampai tablet terlarut dalam larutan asam lambung 0 60 180 300 420
buatan. Pada formula 1 dan 2 floating lag time Waktu (menit)

diperoleh 0,11 menit, 0,34 menit, sedangkan


Gambar 4. Hasil uji daya mengembang
floating time diperoleh 3,11 jam dan 4,25 jam.
Hasil ini diperoleh karena tablet parasetamol
Hasil uji daya mengembang dapat dilihat pada
ini mengandung zat effervescent yang membuat
Tabel 10 dan Gambar 4. Hasil uji daya
tablet langsung dapat kontak dengan cairan asam
mengembang terlihat bahwa indeks swelling
lambung buatan dengan pH 1-2 dan akan
semakin naik dari menit ke 30. Fomula 1 dan 2
membentuk gas CO2 dalam jumlah banyak
lebih cepat hancur dan terurai pada menit ke-240,
menyebabkan desitegrasi tablet. Cepat atau lambat
sedangkan pada indeks swelling formula 3 dan 4
tablet mengapung dipengaruhi oleh kekerasan
semakin naik berturut-turut. Semakin besar bahan
tablet maka pembentukan gel ketika kontak
pengikat yang digunakan dalam tablet maka
dengan HCl akan terhambat.
indeks swelling akan naik.

4.9.Uji Daya Mengembang 4.10. Uji Disolusi


Tabel 10. Hasil uji daya mengembang Tabel 11. Hasil kadar tablet yang terdisolusi
Waktu Bobot tablet (%) Waktu Parasetamol yang terdisolusi (%)
(menit) F1 F2 F3 F4 (jam) F1 F2 F3 F4
30 215,20 231,21 21,56 37,21 0 0 0 0 0
60 302,00 345,20 51,17 56,24 1 83,12 84,21 26,88 21,30
120 452,25 378,23 57,05 62,56 2 97,38 85,57 31,93 29,29
180 271,00 189,29 78,28 65,00 3 100,00 95,49 43,62 53,23
240 - 78,00 171,17 145,20 4 100,00 100,00 56,87 55,12
300 - - 190,10 261,15 5 100,00 100,00 65,20 67,34
360 - - 205,20 226,11 6 100,00 100,00 80,51 77,58
420 - - 322,00 355,28 7 100,00 100,00 92,33 97,79
480 - - 432,25 396,17 8 100,00 100,00 99,00 99,10

14
XV

Uji Disolusi
diperoleh 0,34 menit, floating time diperoleh
150 4,25 jam, daya mengembang selama 4 jam dan
% terlarut

100 Formula 1 pelepasan parasetamol 100,00% selama 4 jam.


50 Formula 2
Sediaan tablet parasetamol 200 mg dapat
0 Formula 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 Formula 4
dibuat menggunakan sistem swelling hasil terbaik
waktu (jam) adalah dengan penambahan HPMC 30%, yang
memiliki diameter 1,05 ± 0,20 cm, ketebalan 0,21
Gambar 5. Hasil uji disolusi tablet parasetamol
± 0,03 cm, kekerasan tablet 4,60 ± 0,56 kg/cm2,
kerapuhan 1,82 ± 0,19%, tidak menggapung, daya
Profil disolusi parasetamol dapat dilihat pada
mengembang selama 8 jam dan pelepasan
Tabel 22 dan Gambar 9. Laju pelepasan obat
parasetamol 99,10% selama 8 jam.
dilakukan selama 8 jam pada setiap formula. Hasil
Sediaan tablet parasetamol 200 mg
akhir selama 8 jam dari tiap formula yaitu
menggunakan sistem swelling lebih baik
100,00%, 100,00% , 99,00%, dan 99,10%.
dibandingkan dengan menggunakan sistem
Semakin besar kadar HPMC yang digunakan
floating effervescent. Tablet swelling memiliki
maka semakin lambat parasetamol yang terlepas
pelepasan parasetamol 53,23% selama 3 jam dan
dari sediaan. Namun parasetamol yang dibutuhkan
99,10% selama 8 jam, sedangkan tablet floating
harus cepat memberikan efek pada tubuh, bila
effervescent memiliki pelepasan parasetamol
dilihat maka formula 1 dan 2 mampu memberikan
95,49% selama 3 jam dan 100,00% selama 8 jam.
aksi kerja yang lebih cepat, namun massa kerjanya
singkat, dan berbanding terbalik dengan formula 3 DAFTAR PUSTAKA
dan 4 yang mampu memberikan aksi kerja yang
1. Gunawan, S.G., Farmakologi dan Terapi Edisi
lama, namun mula kerjanya lambat. Oleh karena
V, Jakarta: Departemen Farmakologi dan
itulah diperlukan pengembangan formula guna
Terapeutik,Fakultas Kedokteran Universitas
mendapatkan efek mula yang cepat dan aksi kerja
Indonesia, 1995, Hal: 238-239.
dapat diperpanjang.
2. Charles J.P.Siregar dan Saleh

4. SIMPULAN Wikarsa.,Teknologi Farmasi Sediaan Tablet


Dasar-Dasar Praktis, 2010, Jakarta:EGC.
Sediaan tablet parasetamol 200 mg dapat
3. Ravi P.S, Ashish V.P, Rahul B.P.,
dibuat menggunakan sistem floating effervescent
Gastroretentive Delivery Systems: A Review,
hasil terbaik adalah dengan penambahan HPMC
IJPWR VOL 2 ISSUE.
30% dan Natrium bikarbonat 20%, memiliki
4. Garg, R. dan Gupta, G.D., Progress in
diameter 1,02 ± 0,15 cm, ketebalan 0,21 ± 0,02
Controlled Gastroretentive Delivery Systems,
cm, kekerasan tablet 3,65 ± 0,41 kg/cm2,
kerapuhan 0,71 ± 0,10%, floating lag time
15
XVI

Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 13. Ravi P.S, Ashish V.P, Rahul B.P, Patel K.R,
2008, Hal:1055-1066. Patel N.M., Gastroretentive Delivery Systems:
5. Saifullah, S.T.N., Syukri, Y., Utami, R., Profil A Review, IJPWR VOL 2 ISSUE 1 (Jan-Apr-
Pelepasan Propanolol HCl dari tablet lepas 2011).
lambat dengan System Floating Menggunakan
Matriks Methhocel K 15M, Majalah Farmasi
Indonesia.18(1), 2007, Hal:48-55.
6. Ramesh, R.P., Mahesh, C.P., Pharmaceutical
Formulation and development of floating and
swellable sustained drug delivery system.
A review e-journal of Science and
Technology. 4(2), 2009, Pages:1-5, 7-12.
7. Tjay H, Tan dan Rahardja, Kirana., Obat-Obat
Penting, Edisi V, Jakarta: PT Alex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2002.
8. Anonim, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Jakarta: Depkes RI, 1995, Hal:4,7771.
9. Banker,G.S, dan Anderson,N.R., Tablets
Theory and Practice of industrial
Pharmacy,3th Ed.
Liebermen,H.A.,Lachman,L.,Schwarz,J.,Beds
.Philadelphia :Lea & Febiger,1986.Hal:
294,299,301,318,324-329.
10. Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, Alih bahasa oleh Farida Ibrahim,
Jakarta: UI Press, Edisi IV,1989, Hal. 244-
247, 259-271,291-298.
11. Shalin, A.M., Gaikwad, P.D., et.all., Sustained
Released Drug Delivery System, A review e-
journal: IJPRD, Vol.2 ISSUE-12, Feb-2012.
12. Dusane, A.R., Gaikwad, P.D., Banar V.H.,
Sustained Released Technology. A review
journal: IJRAP, Vol. 2(6), 2011, Pages:1708.

16

Anda mungkin juga menyukai