Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME

“SISTEM PENGHANTARAN OBAT “

DISUSUN OLEH :

NAMA : RAYU INDRI PANGESTI

STAMBUK : G 701 16 098

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018
System penghantaran obat spesifik gastroretensif

Definisi

Gastroretentive drug delivery sytem yaitu sediaan lepas lambat yang dirancang
untuk tetap tinggal dan bertahan di lambung dalam waktu yang cukup lama sehingga
dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang memliki jendela terapetik
yang sempit dan absorbsinya baik dilambung (Rocca dkk., 2003).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GASTRO RETENSI

1. Bentuk: GRT lebih baik dimiliki oleh perangkat berbentuk tetrahedron dan
berbentuk cincin.
2. Bentuk sediaan tunggal atau multi-unit: bentuk sediaan multi-unit menunjukkan
efek yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan unit tunggal. baik
dibandingkan bentuk sediaan unit tunggal.
3. Kandungan kalori: makan yang banyak bertanggung jawab terhadap peningkatan
GRT.
4. Usia: orang yang lebih tua memiliki GIT lebih panjang secara signifikan
5. Postur: GRT dapat bervariasi antara posisi pasien tegak dan terlentang.

Teknik formulasi dan pelepasan gastroretentif

TEKNIK FLOATING SYTEMS

Merupakan system yang memiliki densitas bulk lebih rendah daripada isi
lambung. Sistem ini memiliki potensial untuk pelepasan obat secara berkelanjutan dan
tinggal mengapung dalam lambung untuk periode waktu yang diperpanjang. Pada tahap
akhir, sisa system harus dapat dikosongkan dari lambung

Tipenya: 11..Hydrodynamically HydrodynamicallyBalanced System. Balanced System.


22..Gas Generating System. Gas Generating System. 33..Raft ( Raft (rakitrakit) forming
System.
Floating Techniques

Effervescent

1. Volatile liquid containing systems


2. Gas generating systems

Non-Effervescent

1. Non-Effervescent
2. Colloidal gel barrier systems
3. Alginate beads
4. Hollow Microspheres (mikrosfer berongga)
5. Microporous Compartment System

HYDRODYNAMICALLY BALANCED SYSTEMS

Sistem ini merupakan bentuk sediaan unit tunggal yg mengandung satu atau
lebih gel yg terbentuk dari polimer terbentuk dari polimer hidrofilik seperti HPMC,
HEC etc. Obat biasanyan dicampur dengan suatu polimer dan biasanya diberikan dalam
kapsul gelatin. Kapsul ini siap melarut dalam cairan lambung. Hidrasi dan
pengembangan permukaan polimer menghasilkan massa mengapung.

GAS GENERATING SYSTEMS

Formulasi ini mengandung karbonat atau bikarbonat yg menghasilkan CO2 krn


reaksi mereka dengan asam baik dari asam lambung baik dari asam lambung atau
koformulasi sebagai asam sitrat, asam tartarat. Pada sistem unit tunggal, substansi
efervesen berada dalam polimer hidrofilik dan gelembung CO2 dijerap dalam matrik
yang mengembang.

RAFT FORMING SYSTEMS


Sistem ini terdiri dari bbrp senyawa pembentuk gel Ex: larutan Na-alginate
mengandung karbonat atau bikarbonat bikarbonat. Sistem ini menghasilkan suatu
lapisan di atas cairan lambung fluids. Biasanya, digunakan dalam treatmen refluks
gastroesofagus.

EXPANDABLE SYSTEMS

Bentuk sediaan ini biasanya cukup kecil untuk ditelan.. Di dalam lambung
setelah kontak dengan cairan lambung, sediaan ini akan mengembang menjadi ukuran
yang lebih besar sehingga retensi lambung tercapai. Setelah obat lepas sistem ini harus
bertahan menjadi bentuk akhir yang kecil untuk memudahkan evakuasi.

UNFOLDABLE SYSTEMS

Pada sistem ini, sistem yang dikompresi ditempatkan dalam pembawa seperti
kapsul. Pada waktu kontak dengan cairan lambung sistem ini mengembang menjadi
bentuk yang dapat bertahan dalam lambung selama periode waktu tertentu..

SWELLABLE SYSTEMS SWELLABLE SYSTEMS

Swellable systems dapat bertahan karena sifat mekanik sistem ini. Sistem ini
mengabsorbsi air dan kemudian mengembang. Pada awalnya, bentuk sediaan ini sangat
kecil untuk ditelan, setelah mencapai lambung bentuk sediaan akan mengembang dalam
ukuran mereka dan menyebabkan retensi.

Bioadhesif

Pada sistem ini bentuk sediaan akan melekat pada permukaan mukosa dalam
saluran pencernaan yang menghasilkan retensi lambung berkepanjangan.

System magnetik
Pada sistem ini bentuk sediaan mengandung magnet internal kecil yang
ditempatkan secara eksternal di atas perut. Karena teknik ini bentuk sediaan dengan
magnet internal ditahan dalam daerah perut sampai magnet eksternal terlepas.

Sistem Mucoadhesive

Melibatkan penggunaan polimer bioadesif, yang dapat melekat pada permukaan epitel
dalam perut.

Sediaan dapat melekat pada permukaan mukosa dengan mekanisme berikut:

1. Teori pembasahan, yang mana kemampuan polimer untuk menyebar dan


memperkuat kontak dengan lapisan mukosa.
2. Teori difusi, yang mana belitan fisik dari lapisan musin kedalam struktur
berpori dari substrat polimer.
3. Teori absorbs yang menunjukkan bahwa bioadesi terjadi karena gaya sekunder
seperti gaya van der Waals dan ikatan hidrogen.
4. Teori elektron, yang mana terjadi gaya elektrostatik atraktif antara jaringan
musin glikoprotein dan material bioadesif.

Tipe obat yang potensial untuk gastroretensif

Gastroretentive dapat dilakukan untuk obat yang diabsorpsi pada lambung


(Levodopa, dan Furosemida), untuk obat yang bereaksi local pada lambung (Antasida),
Untuk obat yang memiliki kelarutan buruk pada pH basa (Salbutamol), dan obat yang
terdegradasi pada kolon (captopril).

MEKANISME GASTRORETENTIF

Salah satu sistem yang dapat digunakan untuk menahan obat agar berada di
dalam lambung dalam waktu yang lama adalah menggunakan sistem mucoadhesive.
Salah satu polimer biomucoadhesive yang digunakan berasal dari golongan karboksil
yaitu sodium karboksi metilselulosa (SCMC). Penggunaan polimer sodium karboksi
metilselulosa secara tunggal untuk formulasi tablet mucoadhesive akan menyebabkan
terbentuknya gelling secara perlahan dan akan terlarut pada kisaran waktu 4-5 jam.
Untuk itu perlu dilakukan kombinasi dengan suatu bahan tambahan yang bersifat yang
sukar larut dalam air seperti Etilselulosa. Etilselulosa dapat mengontrol pelepasan obat
serta mempertahankan dan intergeritas matriks lebih dari 12 jam karena etilselulosa
mempunyai kelarutan dalam air yang lebih kecil dari sodium karboksi metilselulosa
sehingga akan memperlambat penetrasi air masuk kedalam matriks tersebut (Chowdary
dkk., 2003)
SISTEM PENGHANTARAN OBAT SPESIFIK KOLON (KOLON DELIVERY)

Faktor :

Walaupun penyebab kanker usus besar (seperti kanker lainnya) masih belum diketahui,
namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi (Price &Wilson, 2006). Beberapa
faktor predisposisi tersebut adalah:

1. Usia
2. Polip Kolon
3. Inflammatory Bowel Disease
 Ulseratif Kolitis Ialah penyakit ulserasi dan inflamasi akut atau kronis
dari rektum
 dan kolon dengan tanda-tanda yang khas yaitu adanya diare, 16
perdarahan per rektal, nyeri di perut, anoreksia dan penurunan berat
badan. Kolitis ulserative sering juga menyebabkan terjadinya karsinoma
dari kolon dan paling banyak terdapat di segmen proksimal kolon
(Sujono, 2013).
 Penyakit Crohn’s Penyakit ini sering disebut kolitis granulomatosis atau
kolitis transmural, merupakan radang granulomatois di seluruh dinding,
sedangkan kolitis ulseratif secara primer merupakan inflamasi yang
terbatas pada selaput lendir kolon. Resiko kejadian karsinoma kolon pada
Crohn’s lebih besar (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).
4. Genetik (Riwayat Keluarga)
5. Diabetes Tipe 2
6. Pola Makan (Kebiasaan Makan)
7. Kurang Aktivitas Fisik
8. Obesitas
9. Merokok
10. Konsumsi Alkohol

Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat dalam usus besar:

1. Parameter fisikokimia
2. Parameter farmasi
3. Parameter yang terkait dengan pasien

Mekanisme kerja obat spesifik untuk kolon

Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau
denganbeinteraksi dengan tempat reseptor. Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat
kimia suatu cairan tubuh (khususnya dengan menetralisasi kadar asam lambung). Suatu
obat yang diminum per oral akan melalui tiga fase: farmasetik
(disolusi),farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam
fase farmasetik,obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus membrane
biologis. Jika obatdiberikan melalui rute subkutan, intramuscular, atau intravena, maka
tidak terjadi fase farmaseutik. Fase kedua, yaitu farmakokinetik, terdiri dari empat
proses (subfase):absorpsi, distribusi,metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi.
Dalam fase farmakodinamik, atau faseketiga, terjadi respons biologis atau fisiologis.
Obat akan langsung bekerja pada sumber sakitnya dimana terjadi perubahan dalam
system tubuh pasien.

Tipe obat untuk kolon delivery

1. Tablet oral
2. Suppositoria
3. Tablet pencahar
4. Enema
5. Tablet kolon
Teknik formulasi dan pelepasan spesifik kolon

Dalam pengembangan sediaan bersasaran colon ini ada 4 elemen esensial yang saling
terkait, yaitu: penyakit, obat, tujuan (sasaran) dan system penghantaran obat :
1. Memahami dengan baik masalah fisiologi salur cerna seperti; Waktu transit
sediaan melewatisegmen utama salur cerna. Sebagai kebalikan transit adalah
waktu tinggal sediaan dalam masing-masing segmen salur cerna. Faktor yang
mempengaruhi sediaan di masing masing lokasi dan kondisi termasuk:
disintegrasi fisik, digesti intraluminal, ambilan mucosal, biotransformasi dan
absorpsi danlain sebagainya.
2. Keterkaitan dengan sifat fisikokimia obat
3. Mendesain formulasi yang sesuai untuk system kolon
Rute oral obat administrasi adalah yang paling nyaman dan penting metode
pemberian obatuntuk efek sistemik. Hampir 50% dari pemberian obat sistem
yang tersedia di pasar adalahDDS lisan dansistem ini memiliki keuntungan lebih
karena pasien penerimaan dankemudahan administrasi.Selama dekade terakhir
telah ada minat mengembangkanspesifik lokasi formulasi untuk
menargetkanobat untuk usus besar. Kolon drug delivery telah memperoleh
pentingnya meningkat tidak hanyauntuk pengiriman obat untuk pengobatan
lokalpenyakit yang berhubungan dengan usus sepertiCrohn penyakit, kolitis,
ulserativa usus iritasisindrom dan sembelit, tetapi juga untuk
sistemik pengiriman protein, terapi peptida, obatantiasthmatic, antihipertensi
obat dan agen antidiabetes.
System penghantaran obat spesifik mukoadhesif

Rute pemberian dan tujuan penggunaan mukoadhesif


Tujuan penghantaran obat bioadhesif bermakna terikatnya sistem pembawa obat
pada lokasi spesifik biologi. Permukaan biologi tersebut dapat berupa jaringan epitel
atau dapat berupa lapisan penutup mukus yang terdapat pada permukaan jaringan. Jika
keterikatan tersebut pada permukaan mukus, fenomena ini dikenal dengan mukoadhesif.
Mukoadhesif dapat pula berupa interaksi antara suatu permukaan musin dengan suatu
polimer sintetik atau polimer alam. Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat
bioadhesif dari berbagai polimer larut air, yang akan menunjukkan sifat adhesif pada
waktu terjadi hidrasi, kemudian akan menghantarkan obat mencapai sasaran tertentu
untuk waktu yang lebih lama dibandingkan sediaan konvensional. Rute Sistem
penghantaran obat mukoadhesif ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sediaan
bukal, sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular, serta gastrointestinal.

Fisiologis dan lapisan mucus


a. Absorpsi obat di saluran cerna dipengaruhi oleh motilitas lambung dan usus.
Motilitas lambung yang kuat akan menjadi satu gaya yang dapat melepaskan
adhesif.
b. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan lambung kosong maupun
penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan mukoadhesif karena jika mukus
lepas dari membran, polimer bioadhesif tidak dapat menempel lebih lama.

c. Adanya penyakit yang dapat merubah sifat-sifat fisikokimia dari mukus.


Mucus biasanya disintesis oleh sel globet. Biasanya mukus terdiri dari air 95 %,
glikoprotein dan lemak 0,5-5,0%, garam-garam mineral 1% dan protein bebas 0,5-1%.
Namun, komposisi ini dapat berbeda pada setiap individu walau hanya dengan
perbedaan konsentrasi yang kecil. Komponen utama mukus yang bertanggung jawab
pada viskositas serta sifat adhesi dan kohesinya adalah glikoprotein, suatu protein
berbobot molekul tinggi yang memiliki unit oligosakarida (rata-rata 8-10 residu
monosakarida dari 5 jenis monosakarida, seperti L-fukosa, D-galaktosa, N-asetil-D-
glukosamin, N-asetil-D-galaktosamin dan asam sialat. Unit-unit monosakarida
tersebut terikat dalam rantai oligosakarida. Dengan adanya gugus-gugus tersebut
membuat musin dapat berikatan dengan gugus fungsi yang ada pada polimer

Mechanisme penghantaran obat mukoadhesif


Prinsip penghantaran obat dengan sistem mukoadhesif adalah memperpanjang
waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai lapisan mukosa. Sistem
mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih baik antara sediaan
dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi sehingga konsentrasi obat terabsorpsi
lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat yang tinggi melalui jaringan
tersebut. Adapun secara keseluruhan mekanisme kerja dari polimer mukoadhesif
adalah sebagai berikut :

1. Terjadi kontak antara polimer dengan permukaan mukosa yang disebabkan


karena adanya pembasahan yang baik ataupun karena swelling pada
polimer.
2. Setelah berkontak, terjadi penetrasi dari rantai polimer kedalam permukaan
jaringan atau interpenetrasi rantai polimer dan mukosa.
3. Terbentuklah ikatan kimia antara rantai polimer dengan molekul musin,
yang mempertahankan pelekatan polimer ke mukosa.

Teknik formulasi dan pelepasan seediaan mukoadhesif


System Penghantaran Obat Mikroenkapsulasi

Struktur mikrokapsul

Pengelompokan kapsul berdasarkan pada ukuran partikel > 5000 μm (makro),


1,0-5000 μm (mikro) dan < 1,0 μm (nano). 16 Mikrokapsul dapat berbentuk bola, persegi
panjang ataupun tak beraturan. Dua jenis struktur utama dari mikrokapsul adalah satu
inti (single core) dan banyak inti (multiple core) pada bagian dindingnya. Mikrokapsul
dengan satu inti biasanya diproduksi dengan cara coacervation, droplet co-extrusion
dan pemasukan molekul. Model ini biasanya memiliki muatan inti yang tinggi, misalnya
90% dari total berat mikrokapsul. Mikrokapsul dengan struktur banyak inti di bagian
dinding umumnya diproduksi menggunakan spray drying. Bahan inti tersebar secara
merata di bagian dinding dan bagian tengah mikrokapsul biasanya berupa rongga
kosong yang dihasilkan dari pemuaian selama tahap-tahap pengeringan akhir. Biasanya,
struktur ini memiliki persentasi pelapis hingga 70% dari berat mikrokapsul. Bahan di
dalam mikrokapsul disebut sebagai inti, fasa internal, atau pengisi. Bahan inti dapat
berupa emulsi, bahan kristalin, suspensi padatan, atapun gas.10 Isi dalam mikrokapsul
dilepaskan dengan berbagai macam mekanisme. Pelapis dapat rusak secara mekanik,
misalnya akibat dikunyah, meleleh ketika terekspos dengan panas, terlarut dalam
solvent (pelarut). Perubahan pH dapat mengubah kemampuan proses penembusan bahan
aktif sehingga mengendalikan pelepasan. Pelapis dari lemak (lipid) dapat terdegradasi
akibat enzim lipase dan bahan aktif berdifusi ke lingkungan. Sifat fisik dan kimia dari
bahan aktif (seperti kelarutan, difusivitas, tekanan uap, dan koefisien partisi) dan pelapis
(seperti ketebalan, porositas dan kemampuan bereaksi) juga mempengaruhi pelepasan
bahan aktif. Bahan pelapis yang disebut juga sebagai kulit, dinding, atau membran,
dapat berasal dari film-forming (pembuat lapisan tipis) polimer natural atau sintesis.
Memilih pelapis harus berdasarkan pada sifat kimia maupun fisik bahan aktif, juga
proses yang digunakan untuk membuat mikrokapsul. Bahan pelapis harus tidak larut
dan tidak bereaksi terhadap zat aktif. Umumnya, polimer yang tidak larut dalam air
digunakan untuk membuat mikrokapsul dengan bahan aktif seperti air, dan polimer
yang dapat larut air digunakan untuk mikrokapsul pada bahan aktif organik. Untuk
meningkatkan kualitas lapisan, lapisan dibuat beberapa lapis, memiliki sifat yang seperti
plastik, cross-linking, juga ada perlakuan pada permukaannya. Ketebalan lapisan
dimanipulasi untuk meningkatkan permeabilitas dan stabilitas dari mikrokapsul.

Teknik formulasi dan pelepasan obat mikroenkapsulasi

Teknik yang digunakan dalam mikroenkapsulasi. Metode fisik dari


mikroenkapsulasi meliputi spray drying, spray cooling/chilling, freeze drying, spinning
disk, fluidized bed, extrusion dan co-crystallization. Proses mikroenkapsulasi secara
kimia adalah interfacial polymerization. Proses mikroenkapsulasi baik secara fisik
maupun kimia diantaranya coaservation/fase pemisahan, enkapsulasi molekular, dan
liposome entrapment.

Mekanisme Penghantaran obat melalui mikrokapsul

Mekanisme Pelepasan obat dari bentuk mikrokapsul dapat melalui berbagai cara
yaitu melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer atau
melalui kombinasi melalui erosi dan difusi. Umumnya, obat yang dibuat dengan cara ini
lebih banyak dilepaskan melalui difusi membran. Cairan dari saluran pencernaan
berdifusi melalui membran ke dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi pasif dari
larutan konsentrasi tinggi di dalam sel kapsul melalui membran ke tempat
berkonsentrasi rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi kecepatan pelepasan obat
ditentukan oleh sifat difusi obat pada membran.

Anda mungkin juga menyukai