Anda di halaman 1dari 75

FLOATING DRUG

DELIVERY SYSTEM
BY :

T. Ismanelly Hanum, M.Si.,Apt

Tujuan umum perkuliahan :


Mahasiswa dapat menjelaskan dan memecahkan persoalan
yang berhubungan dengan Floating drug delivery system

Tujuan Khusus:

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian floating drug


delivery system
Menjelaskan klasifikasi floating system
Menjelaskan keuntungan dan kelemahan floating system
Menerapkan prinsip- prinsip dalam memformulasi sediaan
floating system
Mengevaluasi formulasi sediaan floating system berdasarkan
fenomena fisikokimia yang berkaitan

Approaches for prolonging the


gastric residence time:
High-density

systems.
Floating systems.
Swelling and expanding systems.
Mucoadhesive & Bioadhesive
systems

Over the last 3 decades, various approaches have been


pursued to increase the retention of an oral dosage form
in the stomach. These systems include: Bioadhesive
systems, swelling and expanding systems, High density
systems, Floating systems, Modified systems
1

SISTEM MENGAPUNG / FLOATING DRUG


DELIVERY SYSTEM

Floating system, pertama kali diperkenalkan oleh Davis


pada tahun 1968, merupakan sistem dengan densitas
yang kecil, yang memiliki kemampuan mengambang
kemudian mengapung dan tinggal di lambung untuk
beberapa waktu.

Pada saat sediaan mengapung di lambung, obat


dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat
ditentukan, hasil yang diperoleh adalah peningkatan
gastric residence time (GRT) dan pengurangan
fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma

SISTEM MENGAPUNG / FLOATING DRUG


DELIVERY SYSTEM
Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang
pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki
densitas yang rendah atau floating drug delivery system
(FDDS) atau biasa disebut hydrodynamically balanced
system (HBS).

FDDS atau HBS memiliki bulk density yang lebih rendah


dari cairan lambung. FDDS tetap mengapung dalam
lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat
dilepaskan perlahan pada kecepatan yang diinginkan dari
sistem.

SISTEM MENGAPUNG / FLOATING DRUG


DELIVERY SYSTEM
Bentuk floating system banyak diformulasi dengan
menggunakan matriks-matriks hidrofilik dan dikenal dengan
sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena
saat polimer berhidrasi intensitasnya menurun akibat
matriknya mengembang, dan dapat menjadi gel di
permukaan bagian luar.

Bentuk bentuk ini diharapkan tetap dalam keadaan


mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung
tanpa dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung karena
densitasnya lebih rendah dari kandungan gastrik.

Formulasi bentuk sediaan ini harus memenuhi


kriteria sebagai berikut:
1. Harus memiliki struktur yang cukup untuk
membentuk sebuah penghalang gel kohesif.
2. Harus menjaga berat jenis keseluruhan lebih
rendah dari isi lambung (1,004-1,010).
3. Harus larut perlahan sehingga sesuai sebagai
reservoir obat.

Gbr 1 .Schematic diagram shows the mode of action for


HBSTM (Bogentoft, 1982).

Pengembangan floating system berdasarkan


bentuk sediaan, sbb :
Tablet

Chlorpheniramine maleate, Theophylline,


Furosemide, Ciprofloxacin, Captopril,
Acetylsalicylic acid,Nimodipine, Amoxycillin
trihydrate, Verapamil HCI, Isosorbide di nitrate,
Sotalol, Isosorbide mononitrate, Acetaminophen,
Ampicillin, Cinnarazine, Dilitiazem, Florouracil,
Piretanide, Prednisolone,Riboflavin5`Phosphate.

Kapsul

Nicardipine, L-Dopa and benserazide,


chlordizepoxide HCI, Furosemide, Misoprostal,
Diazepam,Propranlol, Urodeoxycholic acid.

Mikrosf Verapamil, Aspirin, Griseofulvin, and per


nitroanilline, Ketoprofen, Tranilast, Iboprufen,
Terfenadine
Granul

Indomethacin, Diclofenac sodium, Prednisolone

Film

Cinnarizine

Drugs that could take advantage of gastric retention include:

furosemide,

cyclosporine,

allopurinol

ciprofloxacin

and

metformin.

Obat yang kelarutan rendah pd pH tinggi di usus halus (e.g.


chlordiazepoxide and cinnarizine,

Obat yang cenderung terurai pada pH usus (e.g. captopril),

the drugs for local action in the stomach (e.g. misoprostol) can
be delivered in the form of dosage forms with gastric retention.

Antibiotics,
anticonvulsants,

catecholamines,
muscle

sedative,

relaxants,

analgesics,

antihypertensive

vitamins can be administered in HBS dosage form.

and

Polimer dan bahan tambahan lain yang digunakan untuk


formulasi FDDS adalah sbb:

Hidrokoloid (20% - 75%) : dapat berupa sintetik,


anionik atau non-ionik seperti gom hidrofilik,
modifikasi derivat selulosa.

Misalnya : Akasia, pektin, kitosan, agar, kasein,


bentonit, veegum, HPMC (K4M, K100M dan K15M),
gom gellan (Gelrite), Na CMC, MC, HPC

Bahan Lemak inert (5% - 75%): Edible, bahan lemak


inert Bj < 1 digunakan untuk mengurangi sifat
hidrofilik dari formulasi dan sebaliknya dapat
meningkatkan keterapungan.
Misalnya : Beeswax (Cera), asam lemak, lemak
alkohol rantai panjang, Gelucires 39/01 dan 43/01.

Polimer dan bahan tambahan lain yang digunakan untuk


formulasi FDDS adalah sbb:
Bahan effervescent : NaHCO3, asam sitrat, asam
tartrat, diNatrium Glisin Karbonat, Sitroglisin.
Meningkatkan kecepatan pelepasan (5% - 60%) :
laktosa, manitol
Memperlambat kecepatan pelepasan (5% - 60%)
Misalnya : Dikalsium phospat, talk, magnesium
stearat
Bahan meningkatkan keterapungan (di atas 80%),
misalnya etil selulosa
Bahan densitas rendah : serbuk busa polypropilen
(Accurel MP 1000)

Bergantung
pada
mekanisme
keterapungan
terdapat jelas 2 perbedaan teknologi yang telah
digunakan pada pengembangan FDDS yaitu :
system non effervescent dan sistem effervescent
(gas generating systems)
1. System

Non-effervescent Floating

Menggunakan

pembentuk gel atau selulosa yg


mengembang tipe hidrokoloid, polisakarida dan
polimer pembentuk matrik spt
polikarbonat,
poliakrilat, polimetakrilat dan polistiren

Metode

formulasi : pencampuran obat dengan


pembentuk gel hidrokoloid.

System Non-effervescent Floating


Setelah pemberian oral bentuk sediaan ini
mengembang saat kontak dengan cairan lambung
dan mempertahankan bentuk integritas relatif
dan densitas tetap < 1 dalam permukaan luar
barier gelatin
Udara yang terperangkap dalam polimer yang
mengembang
menyebabkan
bentuk
sediaan
mengapung.

Selain itu, struktur gel bertindak sebagai


reservoir untuk pelepasan obat terkendali (SR)
karena obat secara perlahan dilepaskan oleh
difusi terkontrol melalui penghalang (barier)
gelatin

Sistem Non-effervescent ini dapat dibagi dalam 4


sub-type

1. Sistem Barier Gel Koloid

Termasuk sediaan sistem unit tunggal


Biasa diberikan dalam bentuk HBS kapsul

Sistem mengandung obat dengan hidrokoloid


pembentuk gel yang dimaksudkan untuk
mempertahankan
keterapungan
sediaan
dalam isi lambung.

Sistem
ini
memperpanjang
GRT
dan
memaksimalkan jumlah obat yang mencapai
tapak absorbsinya dalam bentuk larutan yang
siap diabsorbsi.

1. Sistem Barier Gel Koloid

Sistem ini menggabungkan satu atau lebih selulosa


tipe hidrokoloid pembentuk gel yg sangat larut seperti
hidroksipropil selulosa, hidroksietil selulosa, hidroksi
propil metil selulosa (HPMC), polisakarida dan polimer
pembentuk matriks seperti policarbofil, poliakrilat dan
polistiren, agar, karagenan, as. alginat

Saat kontak dengan cairan lambung, hidrokoloid pada


sistem berhidrasi dan membentuk barier gel koloid
disekitar
permukaannya
yang
menyebabkan
mengapungnya sediaan dalam waktu yang lama

Sediaannya: Madopar LP, dipasarkan thn 1980s

Penyampaian
obat
efektif
bergantung
pada
keseimbangan pengisian obat dan efek polimer pada
profil.

2. Sistem Kompartment Mikropori

Teknologi

ini

berdasarkan

pada

enkapsulasi

reservoir obat di dalam kompartment mikropori


dengan pori di sepanjang dinding atas dan bawah

Dinding di sekeliling kompartment reservoir obat


sepenuhnya

ditutup

untuk

mencegah

adanya

kontak langsung permukaan lambung dengan


obat yang tak terlarut.

2. Sistem Kompartment Mikropori

Pada

lambung,

mengandung

floatation

udara

yang

chamber

terperangkap

menyebabkan sistem mengapung di atas isi


lambung.

Cairan

lambung

masuk

melalui

celah,

melarutkan obat dan membawa obat yang


larut untuk melanjutkan transport obat di
usus untuk diabsorbsi.

2. Sistem Kompartment Mikropori

Gambar. 2 Gas filled floatation chamber

3. Butiran Alginat (Alginate Beads)

Bentuk sediaan floating unit ganda telah dikembangkan dari


kalsium alginat beku kering.

Tetesan bulat dengan diameter 2,5 mm dapat dibuat dengan


cara meneteskan larutan Natrium Alginat ke dalam larutan
encer Kalsium Klorida, menyebabkan pengendapan Kalsium
Alginat.

Tetesan kemudian dipisahkan, membeku cepat pada nitrogen


cair dan dibekukeringkan pada -40 oC selama 24 jam,
menyebabkan pembentukan sistem pori, yang dapat
mempertahankan kekuatan mengapung selama 12 jam.
Tetesan floating ini memberikan waktu tinggal yg lebih
panjang lebih dari 5,5 jam. Dibandingkan dengan Non-floating
beads memiliki waktu tinggal dalam lambung lebih singkat
dengan onset waktu pengosongan lambung sekitar 1 jam.

4. Mikrosfer Berongga (Microbaloons)

Mikrosfer berongga diisi dengan obat pada


bagian polimer luar dibuat dengan cara
metode baru difusi pelarut emulsi.

Larutan obat dengan etanol/ diklorometan


dan polimer akrilik enterik dituangkan ke
dalam larutan agitasi (teraduk konstan)
Polivinilalkohol
diatur 40oC.

(PVA),

dimana

suhunya

4. Mikrosfer Berongga (Microbaloons)

Gambar 3 : Formulation of floating microspheres

4. Mikrosfer Berongga (Microbaloons)

Fase gas dihasilkan pada tetesan/ droplet


polimer yang terdispersi oleh evaporasi dari
pembentukan

diklorometan

dan

rongga

dalam pada mikrosfer polimer dengan obat.

Mikrobaloon mengapung secara kontinyu


pada permukaan media disolusi asam yang
mengandung surfaktan selama lebih dari 12
jam.

2. Sistem effervescent (gas generating systems)

Sistem ini menggunakan matrik dari polimer


yang mengembang seperti metilselulosa dan
polisakarida seperti kitosan.

Bhn effervescent : NaHCO3, as.tartrat dan


as.sitrat
Perbandingan asam sitrat dan NaHCO3 = 0.76: 1

Matriks yang mengandung air yang berubah


menjadi gas pada suhu tubuh

Pendekatan lain dan bahan-bahan lain yang


pernah dilaporkan seperti :

Campuran sodium
bicarbonate,

alginate

and

sodium

multiple
unit
floating
dosage
menghasilkan gas saat dicerna

floating mini capsules dengan inti sodium


bicarbonate, lactose dan polyvinylpyrrolidone
(PVP)
disalut
dengan
hydroxypropyl
methylcellulose (HPMC)

floating system based on ion exchange resin


technology etc

yang

2. Sistem effervescent (gas generating systems)

Diformulasikan sedemikian rupa sehingga ketika


obat

kontak

dengan

isi

asam

lambung,

asam

lambung akan menembus polimer dan masuk ke


dalam obat dan terjadi reaksi yang menghasilkan
gas CO2 dan gas diperangkap dalam lapisan gel
polimer

hidrokoloid

yang

mengembang

yang

menyebabkan bentuk sediaan akan terapung dan


tertahan di lambung.

Lapisan

gel

polimer

berperan

penting

dalam

mempertahankan keterapungan untuk melepaskan


obat secara terkendali.

Jumlah dan jenis bahan pembentuk gas


memiliki efek yang besar terhadap ukuran
partikel, kemampuan mengapung, struktur
pori, morfologi, kecepatan pelepasan dan
kekuatan sediaan tersebut.

Komponen CO2 yang dihasilkan bercampur


sangat
baik
dengan
matrix
tablet
menghasilkan tablet 1 lapis atau tablet 2
lapis yang dapat dikempa yang mengandung
mekanisme menghasilkan gas pada 1
hidrokoloid berlapis dan obat pada lapisan
lainnya diformulasikan untuk mendapatkan
efek SR.

2. Sistem effervescent (gas generating systems)

Tipe unit ganda pil yang mengapung dan


menghasilkan gas telah dikembangkan

Sistem terdiri dari pil SR sebagai inti yang


dikelilingi oleh 2 lapisan.

Lapisan terdalam = lapisan effervescent


mengandung NaHCO3 dan asam tartrat.

Lapisan terluar =
mengembang

lapisan membran yang

2. Sistem effervescent (gas generating systems)

Lapisan effervescent dibagi dalam 2


untuk mencegah kontak langsung
NaHCO3 (lapisan dalam) dan asam
(lapisan luar)

lapisan
antara
tartrat

Saat sistem dimasukkan dalam larutan


buffer pada suhu 37oC, mulanya akan
tenggelam
dalam
larutan
kemudian
membentuk pil yang mengembang seperti
balon (densitas, 1 g/ml)

Gas-generating systems

Gambar 4. a) Different layers i) Semi-permeable membrane, ii) Effervescent


Layer iii) Core pill layer b) Mechanism of floatation via CO 2 generation.

3. Raft Forming System

Mekanismenya : pembentukan gel kohesif kental


dengan cairan lambung, dimana tiap bagian
cairan

mengembang

membentuk

lapisan

bertingkat raft

Raft ini mengapung pada cairan lambung karena


densitas yg rendah dari pembentukan CO2.

3. Raft Forming System


Sistem

mengandung bahan pembentuk


gel (asam alginat), NaHCO3 (bertanggung
jawab thdp pembentukan CO2 sistem
lebih ringan dan mengapung) dan
penetral asam,
yang membentuk busa gel Na alginat
(raft) jika kontak dengan cairan lambung
dan mencegah reflux (mengalir ke) isi
lambung (mis: asam lambung) ke dalam
esofagus yg bertindak spt penghalang
antara lambung dan esofagus.

Gambar 5. Diagram Raft


Forming System

3. Raft Forming System

Produk patent dari Reckitt dan Colman Ltd.


memformulasikan pembentukan raft untuk
tritmen infeksi Helicobacter pylori pada GIT.

Komposisinya : obat, asam alginat, NaHCO3,


Kalsium karbonat, mannitol dan pemanis.

Bahan-bahan ini digranulasikan dan asam


sitrat ditambahkan pada granul.

Formulasi menghasilkan effervescent dan


beraerasi membentuk raft, membuatnya
mengapung.

Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat floating

Efek dari variasi tipe HPMC Kinetika floating

Variasi rasio HPMC / carbopol dan penambahan


Mg Stearat sifat floating

Digunakan kapsul HBS dengan densitas yang


berbeda

Penambahan Mg Stearat meningkatkan sifat


floating secara signfikan

HPMC
kemampuan floating >> pengaruh
tidak signifikan

Rasio HPMC : Carbopol


baik

sifat floating lebih

Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat floating

Formulasi floating menggunakan polimer yang


mengembang seperti HPMC dan HPC tidak
reprodusibiltas pada :
pelepasan dan waktu tinggal

karena pengembangan sangat bergantung pada:


isi lambung dan osmolaritas medium

Formulasi tertentu akan tenggelam pada medium


disolusi setelah waktu tertentu.

Lag time floating pada formulasi tsb = 9 30


menit

Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat


floating

Kemampuan pembentukan gel dan kekuatan gel


polisakarida bervariasi dari batch ke batch karena
variasi pada panjang rantai dan tingkat substitusi
dan situasi ini diperburuk pada formulasi
effervescent dengan gangguan dari struktur gel
melalui evolusi CO2.

Pembentuk gel bereaksi sangat sensitif thdp


perbedaan osmolaritas media pelepasan, dengan
peningkatan pelepasan.

Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat floating

Suatu studi menjelaskan pengaruh 3 bahan pengisi yaitu


Mikrokristalin selulosa (MCC), dikalsium pospat dan laktosa
(SL) pada sifat floating dari tablet bersalut.

SL
Mengapung lebih cepat
Bj = 1 g/cm3

DKP

Mengapung lebih lambat (b.pengisi


anorganik)
Bj = 1,9 g/cm3

Laktosa memiliki kelarutan dalam air lebih tinggi dan


menunjukkan aktivitas osmotik dan asupan dari medium
lebih cepat pada inti tablet selama penyalutan.

MCC, pengisi yang tidak larut dengan uptake air yang lebih
tinggi dan kemampuan desintegrasi, mengakibatkan
robeknya penyalutan dan desintegrasi tablet, CO2 tidak
berakumulasi pada penyalutan dan lepas melalui lapisan
film yang robek, sehingga floating tidak terjadi.

Evaluasi Floating Drug Delivery System


Berbagai
parameter
yang
perlu
dievaluasi
pengaruhnya terhadap formulasi gastroretensive
floating terutama dapat dikategorikan ke dalam
kelas yang berbeda sebagai berikut :
Parameter

fisik : ukuran diameter, flexibilitas dan

BJ
Parameter

kontrol : Waktu floating, dissolusi,


Specific gravity, keseragaman kandungan dan
kekerasan dan friabilitas (jika tablet).

Parameter
Parameter

geometrik : Bentuk

fisiologi : Usia, jenis kelamin, postur


tubuh dan makanan

Tes keterapungan dan pelepasan obat secara


invitro dilakukan pada cairan lambung dan usus
buatan, suhu konstan pada 37oC.

Pada prakteknya waktu floating ditentukan oleh


alat disentrigator USP mengandung 900 ml 0,1 N
HCl sebagai medium percobaan dipertahankan
suhu pada 37oC. Waktu yang dibutuhkan sediaan
HBS untuk mengapung disebut floatation time.

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat


disolusi USP. Sampel diambil secara periodik dari
medium disolusi, diisi ulang dengan medium baru
volume yang sama setiap kali, dan dianalisa isi
obatnya setelah pengenceran yang tepat.

Uji disolusi modifikasi menurut BP (1993) / USP


(1990)

Dayung diletakkan pada permukaan medium


disolusi. Hasil yang diperoleh menunjukkan profil
pelepasan disolusi biphasic reproducible saat
kecepatan dayung ditingkatkan dari 70 menjadi
100 rpm dan pH medium disolusi bervariasi dari
6,0 8,0.

Profil disolusi juga tidak berubah jika konsentrasi


asam empedu pada medium disolusi dinaikkan
dari 7 menjadi 14 m M.

Uji disolusi menurut Gohel et al., 2004

Tablet
dimasukkan
ke
dalam
Bekerglass
(dimodifikasi untuk disolusi seperti pada Gambar ),
yang berisi

media disolusi larutan HCl pH 3,0 sebanyak 100 mL

dengan suhu 370,5..C.

Stirrer dijalankan dengan kecepatan pengadukan 50


rpm selama 5 jam.

Larutan disampling sebanyak 5,0 mL pada waktu


tertentu.

Kadar ditetapkan dengan metode spektrofotometri.

Gambar 6 . Desain alat disolusi untuk floating


(Gohel et al., 2004).

Uji Floating
Pengamatan sifat mengembang dan
mengapung dilakukan secara visual,
dengan cara:
tablet dimasukkan dalam beker gelas 100
mL yang berisi larutan HCl pH 3,0.
Diamati
sifat
pengembangan
dan
pengapungannya selama 5 jam.

Gambar 7. Uji floating tablet lepas lambat


propanolol HCl jam ke-0

Gambar 8 .Uji floating tablet lepas lambat


propanolol HCl jam ke-3

Gambar. Uji floating tablet lepas lambat


jam ke-5

propanolol HCl

Morfologi

permukaan diamati dengan


Scanning Electron Microscopy (SEM)
Untuk
memberikan informasi secara
kualitatif
pengamatan
fisik
yang
berhubungan dengan daerah permukaan.
Penyiapan Analisis SEM :
Sampel sudah di vakum tinggi selama
proses penyalutan emas, supaya sampel
menjadi konduktif

SEM 1 shows size range of floating


microspheres.

SEM 2 shows smooth texture of


floating microspheres.

SEM3 shows dents on the


surface.

SEM4 shows surface morphology of


floating microspheres

Sistem untuk memeriksa berlanjutnya sifat floating


digunakan keranjang stainless steel dihubungkan
dengan tali logam dan digantungkan pada neraca
elektronik asartorius.
Benda yang mengapung dimasukkan pada affixed
penangas air yang ditutup untuk mencegah
penguapan air.
Gaya mengapung ke atas diukur dengan neraca dan
data ditransmisikan pada PC melalui interfase
RS232C menggunakan program sarto wedge.
Medium
uji untuk mengukur kinetika floating
menggunakan cairan lambung buatan (pH 1,2) 900
ml suhu dipertahankan pada 37oC, data diambil
pada interval waktu 30 detik ; baseline dicatat dan
dibagi dari tiap pengukuran.
Keranjang disolusi memiliki penyangga pada bagian
dasarnya untuk mengukur gaya ke bawah.

Berat jenis FDDS dapat ditentukan dengan

metode pemindahan menggunakan benzen analitik


sebagai media pengganti.

BJ awal (Bentuk kering) dari sediaan dan


perubahan kekuatan floating dengan waktu harus
ditandai sebelum perbandingan in vivo antara Unit
Floating (F) dan unit non floating (NF).

Selanjutnya optimalisasi formulasi floating harus


segera direalisasi dalam hal stabilitas dan daya
tahan kekuatan floating yang dihasilkan, sehingga
menghindari variasi dalam kemampuan floating
yang mungkin terjadi selama dalam studi in vivo.

Uji berat resultan:

Alat ukur in vitro telah disusun untuk


menentukan
kemampuan
floating
yang
sebenarnya dari sediaan yg mengapung sebagai
fungsi dari waktu.

Uji ini mengukur gaya ekivalen dengan gaya F


yang dibutuhkan untuk menjaga objek benarbenar tenggelam dalam cairan.

Gaya ini menentukan berat resultan dari objek


ketika tenggelam dan dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan mengapungnya atau takmengapung.

Besar dan arah gaya dan berat resultan sesuai


dengan jumlah vektorial dari keterapungan (F
apung) dan gaya gravitasi (F grav) yang bekerja
pada objek seperti pada persamaan :

F = F apung F grav

F = d f g V d s g V = ( d f d s ) gV

F = (d f M / V) gV

Dimana
F = gaya vertikal total (berat resultan
objek)
g = percepatan gravitasi
d f = densitas fluida
d s = densitas objek
M = massa objek
V = Volume objek

Berat resultan (+) menandakan bahwa gaya F


diberikan

ke

atas

dan

objek

itu

mampu

mengambang.

Berat resultan (-) berarti bahwa gaya F ke


bawah dan benda tenggelam.

Persimpangan dari garis dasar nol oleh kurva


berat resultan dari (+) terhadap nilai-nilai

(-)

menunjukkan transisi dari bentuk sediaan dari


kondisi floating ke non floating.

Perpotongan garis pada sumbu waktu sesuai


dengan waktu floating bentuk sediaan.

Gambar 9 :

Pengaruh berat resultan selama proses pengapungan pada


sediaan FDDS.

Pada

studi invivo sediaan floating yang


tertahan di lambung biasanya ditentukan
dengan
gamma
scntigraphy
atau
roentgenography.

Penelitian

dilakukan pada subjek manusia


muda dan sehat, baik dilakukan pada
kondisi berpuasa atau tidak menggunakan
sediaan floating dan non-floating (kontrol)

- Scintigraphy

Merupakan metode evaluasi FDDS yang modern untuk


mengevaluasi
formulasi
gastroretentive
pada
sukarelawan sehat
Emisi radioisotop dicampurkan ke dalam CR-DFs
(Cathoda Ray direction Finder)
Sejumlah isotop stabil mis. 152 Sm dicampurkan ke
dalam DF selama pembuatan.
Digunakan untuk membantu memantau lokasi bentuk
sediaan dalam GIT dan dapat memprediksi dan
menghubungkan waktu pengosongan lambung dan
lintasan bentuk sediaan pada GIT.
Kelemahannya : pasien terkena radiasi pengion,
terbatasnya informasi topografi, teknik resolusi rendah,
pemakaiannya sulit dan persiapan radiofarmasinya
mahal.

Radiology
Metode ini
sebagai evaluasi preklinis dari
gastroretentivity.
Lebih unggul dibandingkan - Scintigraphy
karena lebih sederhana dan lebih murah.
Bahan pengkontras biasanya digunakan Barium
sulfat.

Gastroscopy
endoskopi oral menggunakan fiberoptic dan
video
Digunakan untuk memeriksa secara visual efek
memperlambat waktu tinggal FDDS dalam
lambung.

Ultrasonography (USG)
Gelombang
ultrasonik merefleksikan
secara substansial perbedaan suara
melalui permukaan dan menampilkan
organ perut
Karakterisasi meliputi penilaian lokasi
intragastrik dari hidrogel, penetrasi
pelarut ke dalam gel dan interaksi antara
dinding lambung dan FDDS selama
peristalsis.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Peralatan yang bernilai pada penelitian
GIT untuk menganalisis pengosongan
lambung, motilitas dan distribusi
intragastrik bahan makanan dan model
obat
Keuntungannya : kontras jaringan lunak
tinggi, resolusi spasial dan temporal yang
tinggi, tidak menimbulkan radiasi.

Aplikasi FDDS

FDDS menawarkan aplikasi untuk obat yang


memiliki bioavalabilitas rendah karena sempitnya
daerah absorbsi pada bagian atas GIT.

FDDS mempertahankan
tapak
absorbsi
dan
bioavailabilitas.

bentuk
juga

sediaan pada
meningkatkan

Dapat diringkas sebagai berikut :


1. Sustained drug delivery

Sistem HBS tetap berada di lambung dalam


periode
yang
lama
dan
karenanya
dapat
melepaskan obat dalam jangka waktu lama.

Masalah waktu tinggal di lambung yang singkat dihadapi


dengan formulasi CR oral maka dapat diatasi dengan
sistem ini.

Sistem ini memiliki bulk density < 1 , sehingga sistem ini


dapat mengapung pada isi lambung. Sistem ini ukurannya
relatif besar sehingga tidak dapat melewati pilorus.

Misalnya

kapsul

floating

SR

nikardipin

hidroklorida

dikembangkan dan dievaluasi secara in vivo. Formulasi


dibandingkan dengan sediaan kapsul MICARD yg tersedia
di pasaran dengan menggunakan kelinci.

Kurva konsentrasi plasma dengan waktu pada pemberian


kapsul floating SR menunjukkan durasi yang lebh lama (16
Jam) dibandingkan dengan kapsul MICARD konvensional (8
Jam).

2. Penyampaian Obat Pada tapak Khusus

Sistem ini sangat menguntungkan untuk obat


yang khusus diabsorbsi dari lambung atau
bagian proksimal usus halus, seperti Riboflavin
dan furosemid.

Misalnya furosemid terutama diabsorbsi dari


lambung diikuti oleh duodenum.

Telah
dilaporkan
bahwa
sediaan
floating
monolitik dengan waktu tinggal di lambung yg
lama
dikembangkan
dan
bioavailabilitas
meningkat.

Pada sediaan tablet floating AUC diperoleh


sekitar 1,8 x daripada tablet furosemid
konvensional.

3. Peningkatan Absorbsi

Obat yang memiliki bioavailablitas rendah karena


tapak absorbsi khusus dari bagian atas GIT
adalah kandidat potensial untuk diformulasikan
sebagai

FDDS

sehingga

memaksimalkan

absorbsinya.

Misalnya pada bentuk sediaan floating dapat


dicapai peningkatan bioavailabilitas yg signifikan
(42,9%) dibandingkan dengan sediaan tablet
LASIX yang tersedia di pasaran (33,4%) dan
produk salut enterik LASIX-long (29,5%).

Applications

Recent study indicated that the administration of


diltiazem floating tablet twice a day might be more
effective compared to normal tablets in controlling the
blood pressure of hypertensive patient.

Madopar HBS- containing L-dopa and benserazidehere drug was released and absorbed over a period of 68 hour and maintain substantial plasma concentration for
parkinsons patients.

Cytotech -- containing misoprostol, a synthetic


prostaglandin- E1 analog, for prevention of gastric ulcers
caused by non-steroidal anti-inflammatory drugs
(NSAIDS).

As it provides high concentration of drug within gastric


mucosa, it is used to eradicate pylori (A causative
organism for chronic gastritis and peptic ulcers).
5-Fluorouracil has been successfully evaluated in
patients with stomach neoplasm.
Developing HBS dosage form for tacrine provides a
better delivery system and reduces its GI side effects in
alzheimers patients.
Treatment of gastric and duodenal cancers.
Alza corporation has developed a gastroretentive
platform for the OROS system, which showed prolong
residence time in a dog model as the product remain in
the canine stomach at 12 hrs. post dose and was
frequently present at 24 hrs.

1.

Keuntungan FDDS

Sistem Gastroretentive menguntungkan untuk obat


yang diabsorbsi di lambung
Misal : Garam Fero, Antasida

2. Formulasi HBS berguna untuk zat asam seperti aspirin


(obat sejenis lainnya) yang dapat menyebabkan
iritasi bila kontak dengan dinding lambung.
3. Pemberian sediaan floating seperti tablet atau kapsul
yang dapat memperpanjang pelepasan obat akan
mengakibatkan disolusi obat pada cairan lambung.
Sediaan tersebut melarut dalam cairan lambung
sesuai untuk absorbsi pada usus halus setelah
pengosongan isi lambung. Sehingga diharapkan obat
akan sepenuhnya diabsorbsi dari sediaan floating
jika tetap dalam bentuk larutan bahkan pada pH
basa dari usus.

3. Sistem gastroretentiv menguntungkan untuk


obat yang dimaksudkan untuk aksi lokal di
lambung seperti antasida.
4. Ketika ada gerakan usus yang kuat dan waktu
tinggal obat yang singkat seperti keadaan
diare, absorbsi obat yang sedikit diharapkan.
Pada

keadaan

seperti

ini

mungkin

menguntungkan untuk menjaga obat dalam


kondisi

mengapung

pada

lambung

mendapatkan respon yang lebih baik.

untuk

Kelemahan FDDS

1.Sistem Floating tidak layak untuk obatobatan

yang

memiliki

masalah

dalam

kelarutan atau stabilitas pada GIT


2. Sistem ini membutuhkan cairan level tinggi
pada

lambung

untuk

penyampaian

mengapung dan tersalut dengan baik.

obat

3. Obat yang diserap secara signifikan di


seluruh GIT, hanya yang mengalami
metabolisme lintas pertama kandidat yang
diinginkan.
4. Beberapa obat yang termasuk pada sistem
floating menyebabkan iritasi pada mukosa
lambung.

Factors Affecting GRDF

Density gastric retention time (GRT) is a function of


dosage form buoyancy that is dependent on the density;
Size dosage form units with a diameter of more than
7.5 mm are reported to have an increased GRT
compared with those with a diameter of 9.9 mm;
Shape of dosage form tetrahedron and ring shaped
devices with a flexural modulus of 48 and 22.5 kilo
pounds per square inch (KSI) are reported to have better
GRT 90% to 100% retention at 24 hours compared with
other shapes;
Single or multiple unit formulation multiple unit
formulations show a more predictable release profile and
insignificant impairing of performance due to failure of
units, allow co-administration of units with different
release profiles or containing incompatible substances
and permit a larger margin of safety against dosage form
failure compared with single unit dosage forms;

Fed or unfed state under fasting conditions, the GI


motility is characterized by periods of strong motor
activity or the migrating myoelectric complex (MMC)
that occurs every 1.5 to 2 hours. The MMC sweeps
undigested material from the stomach and, if the timing
of administration of the formulation coincides with that
of the MMC, the GRT of the unit can be expected to be
very short. However, in the fed state, MMC is delayed
and GRT is considerably long
Nature of meal feeding of indigestible polymers or
fatty acid salts can change the motility pattern of the
stomach to a fed state, thus decreasing the gastric
emptying rate and prolonging drug release;
Caloric content GRT can be increased by four to 10
hours with a meal that is high in proteins and fats;

Frequency of feed the GRT can increase by over 400


minutes when successive meals are given compared with a
single meal due to the low frequency of MMC;
Gender mean ambulatory GRT in males (3.40.6 hours) is
less compared with their age and race matched female
counterparts (4.61.2 hours), regardless of the weight,
height and body surface);
Age elderly people, especially those over 70, have a
significantly longer GRT;
Posture GRT can vary between supine and upright
ambulatory states of the patient;
Concomitant drug administration anticholinergics like
atropine and propantheline, opiates like codeine and
prokinetic agents like metoclopramide and cisapride; can
affect floating time.
Biological factors diabetes and Crohns disease, etc.

Anda mungkin juga menyukai