Anda di halaman 1dari 36

1

Interaksi antara Senyawa Obat


dan Reseptor
Pada umumnya ikatan obat-reseptor ini bersifat

terpulihkan sehingga obat segera meninggalkan


reseptor bila kadar obat dalam caira luar sel menurun.
Ikatan yang terlibat pada interaksi obat-reseptor harus

relatif lemah tetapi masih cukup kuat untuk


berkompetisi dengan ikatan-ikatan lain pada sisi
kehilangan.

Interaksi antara Senyawa Obat


dan Reseptor
Untuk suatu tujuan tertentu, misal diinginkan efek

yang berlangsung lama dan tak terpulihkan, seperti


pada obat antibakteri dan antikanker, diperlukan
ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan kovalen

1. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk bila ada dua atom saling

menggunakan sepasang elektron secara bersamasama. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang
paling kuat dengan rata-rata kekuatan ikatan 100
kkal/mol.
Dengan kekuatan ikatan yang tinggi ini, pada suhu
normal ikatan bersifat tak terpulihkan dan hanya
dapat pecah bila ada pengaruh katalisator enzim
tertentu.

2. Interaksi ion-dipol dan dipoldipol


Adanya perbedaan keelektronegatifan atom C dengan

atom yang lain, seperti O dan N, akan membentuk


distribusi elektron tidak simetrik atau dipol, yang
mampu membentuk ikatan dengan ion atau dipol lain,
baik yang mempunyai daerah kerapatan elektron
tinggi maupun yang rendah.
Gugus-gugus yang mempunyai fungsi dipolar antara
lain adalah gugus karbonil, ester, amida, eter dan
nitril.

Dipol-dipol

Ion - dipol

Contoh :

10

3. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H

dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan


mempunyai sepasang elektron bebas dengan oktet
yang lengkap, seperti O, N, dan F. Kekuatan ikatan
hidrogen bervariasi antara 1-10 kkal/mol, rata-rata 5
kkal/mol.
Ikatan hidrogen pada umumnya terjadi pada senyawa
yang mempunyai gugus-gugus seperti OH...O, NH...O,
NH...N, OH...N, NH...F dan OH...F.

11

3. Ikatan hidrogen
ikatan hidrogen yang terjadi dalam satu molekul

(intramolekul) dan ikatan hidrogen yang terjadi antar


molekul-molekul (intermolekul).
Kekuatan ikatan hidrogen intermolekul lebih lemah
dibanding ikatan hidrogen intramolekul.
Ikatan hidrogen dapat mempengaruhi sifat-sifat kimia
fisika senyawa, seperti titik didih, titik lebur, kelarutan
dalam air, kemampuan pembentukan kelat dan
keasaman. Perubahan sifat-sifat tersebut dapat
berpengaruh terhadap aktivitas biologis senyawa.
12

13

14

Akseptor - donor

15

4. Ikatan Van der Waals


Ikatan Van der Waals merupakan kekuatan tarik-

menarik antar molekul atau atom yang tidak


bermuatan, dan letaknya berdekatan atau jaraknya
4-6 . Ikatan ini terjadi karena sifat kepolaran molekul
atau atom.

16

4. Ikatan Van der Waals


Meskipun secara individu lemah tetapi hasil

penjumlahan ikatan Van der Waals merupakan faktor


pengikat yang cukup bermakna, terutama untuk
senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul
tinggi.
Ikatan Van der Waals terlibat pada cincin benzen
dengan daerah bidang datar reseptor dan pada
interaksi rantai hidrokarbon dengan makromolekul
protein atau reseptor.

17

18

19

20

5. Ikatan ion
Ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik

elektrostatik antara ion-ion yang muatannya


berlawan.
Kekuatan tarik-menarik akan makin berkurang bila
jarak antar ion makin jauh dan pengurangan tersebut
berbanding terbalik dengan jaraknya.

21

5. Ikatan ion
Protein dan asam nukleat mempunyai gugus kation

dan anion potensial tetapi hanya beberapa saja yang


dapat terionisasi pada pH fisiologis.
Gugus kation : gugus amino pada asam-asam amino,
seperti lisin, glutamin, asparagin, arginin, glisin dan
histidin.
Gugus anion protein : gugus karboksilat, misal pada
asam aspartat dan glutamat. gugus sulfihidril, misal
pada sistein dan metionin. gugus fosforil, misal pada
asam nukleat.
22

5. Ikatan ion
Protein dan asam nukleat mempunyai gugus kation

dan anion potensial tetapi hanya beberapa saja yang


dapat terionisasi pada pH fisiologis.
Gugus kation : gugus amino pada asam-asam amino,
seperti lisin, glutamin, asparagin, arginin, glisin dan
histidin.
Gugus anion protein : gugus karboksilat, misal pada
asam aspartat dan glutamat. gugus sulfihidril, misal
pada sistein dan metionin. gugus fosforil, misal pada
asam nukleat.
23

5. Ikatan ion
Obat yang mengandung gugus kation potensial,

seperti R3NH+, R4N+ dan R2C=NH2+, maupun anion


potensial, seperti RCOO-, RSO3- , dan RCOS- , dapat
membentuk ikatan ion dengan gugus-gugus reseptor
atau protein yang muatannya berlawanan.
Kemampuan interaksi gugus-gugus yang muatannya
berlawanan tersebut tergantung pada susunan
makromolekul reseptor.

24

25

26

6. Ikatan hidrofob
Ikatan hidrofob merupakan salah satu kekuatan

penting pada proses penggabungan daerah non polar


molekul obat dengan daerah non polar reseptor
biologis.
Bila dua daerah non polar, seperti gugus hidrokarbon
molekul obat dan daerah non polar reseptor, bersamasama berada dalam lingkungan air, maka akan
mengalami suatu penekanan sehingga jumlah
molekul air yang kontak dengan daerah-daerah
non polar tersebut menjadi berkurang.
27

28

29

Hubungan
sifat fisikokimia & efek obat
Interaksi obat sangat dipengaruhi oleh ikatan kimia,

kerapatan elektron, ukuran molekul dan efek


stereokimia.
Bagaimana mengukurnya???? PARAMETER
FISIKOKIMIA.
Hidrofobik
2. Elektronik
3. Sterik
1.

30

1. Parameter Hidrofobik
Sifat hidrofobik obat adalah parameter penting yang

menentukan apakah suatu molekul obat dapat dengan


mudah melewati membran sel dan mempengaruhi
interaksi obat dengan reseptor.
Efek hidrofobik obat ditunjukkan oleh koefisien
partisi (P). Senyawa hidrofobik memiliki nilai P yang
tinggi, sedangkan senyawa hidrofilik akan memiliki
nilai P yang rendah.

31

Parameter Hidrofobik
=

Koefisien partisi suatu analog dipengaruhi oleh

kontribusi rantai samping. Kontribusi konstituen


terhadap konstanta hidrofobik senyawa ditunjukkan
oleh .
Nilai positif : lebih hidrofobik dibandingkan
hidrogen
32

2. Parameter elektronik
Efek elektronik berbagai subtituen akan mempengaruhi

ionisasi atau polaritas senyawa, yang akan menentukan


kemudahan suatu obat melewati membran sel atau
kekuatan ikatan obat dengan reseptor.
Ditunjukkan oleh nilai konstanta subtitusi Hammet .
Pengukuran yang merupakan parameter kekuatan
tarikan elektron atau sumbangan elektron subtituen
ditentukan melalui uji disosiasi seri senyawa benzoat
tersubtitusi dibandingkan dengan disosiasi asam benzoat.

33

Parameter elektronik
Konstanta subtitusi Hammet untuk hidrogen

adalah 0. Subtituen penarik elektron seperti Cl, NO2,


atau CF3 memiliki nilai positif, sedangkan subtituen
pendorong elektron seperti Me, Et, dan But memiliki
nilai negatif.
Konstanta Hammet dipengaruhi oleh efek resonansi
dan induktif. Sehingga nilai dari subtituen tertentu
akan mempengaruhi posisi subtituen tersebut (posisi
meta atau para).

34

3. Parameter Sterik
Ukuran, bentuk dan keruahan (bulky) molekul dapat

mempengaruhi interaksi obat dengan reseptor atau


enzim.
Subtituen yang meruah dapat bekerja seperti perisai
dan penghalang pada interaksi obat dan reseptor.
Subtituen yang meruah dapat membantu orientasi
obat untuk berikatan maksimum dengan reseptor dan
meningkatkan aktivitasnya.

35

Parameter Sterik
Pengaruh keruahan, ukuran dan bentuk molekul

terhadap interaksi obat-reseptor disebut efek sterik.


Kuantifikasi sifat-sifat sterik lebih sulit daripada
kuantifikasi efek hidrofobik dan efek elektronik

36

Anda mungkin juga menyukai