Anda di halaman 1dari 58

ANTIHISTAMIN

CITRA DEWI
STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
 Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh
sel mast dan peredaran basofil.
 Mediator kimia yang di keluarkan pada fenomena
alergi
 Hampir semua organ dan jaringan mengandung histamin,
terutama dalam sel mast (terikat & inaktif)
Otak (bebas aktif)
Hidung Selaput lendir mata
Bibir Saluran nafas
Kulit Leukosit darah
 Histamin dikeluarkan dari sel mast : rangsangan alergen
 Alergen: spora, debu, sinar UV, cuaca, racun, deterjen,
enzim proteolitik (tripsin), zat warna, obat, makanan.
T-cel & B-cel dibentuk di sumsum tulang
Memicu aktivasi
fosfokinase C

Akumulasi :
- inositol fosfat
Granul - diasilgliserol
- Ca2+

Sel efektor
Otot polos

Rx alergi
Biosintesis Histamin
 Sumber histamin dlm tubuh adalah produk dari
pertukaran zat amino histidin yg mengalami
dekarboksilasi menjadi histamin secara enzimatis.
Reseptor H1
Reseptor H1 :
 Otak mamalia
 Saluran pernafasan
 Saluran GI
 Sistem urinogenital
 Sistem kardivaskuler
 Medula adrenal
 Sel endotelial
 Limfosit

Transduksi sinyal reseptor H1 melibatkan aktivasi PLC


akumulasi inositol fosfat & mobilisasi kalsium dalam jaringan
Kontraksi otot polos usus & bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular
dan meningkatkan sekresi mucus yang dihubungkan dengan peningkatan
cGMP dalam sel, & menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap
cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan
urtikaria. Efek ini diblok oleh Antagonis-H1
Antagonis-H1 digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Reseptor H2
 Tempat pengikatan histamin : Aspartat TM3 (Aspartat)
& treonin pd TM5.
 Efek fisiologis & farmakologis ligan reseptor H2 : diperantarai
reseptor terkopel-protein Gs stimulatori
Mengaktivasi adenilat seklase cAMP meningkatkan
sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung.

Reseptor H2 :
 Berbagai jaringan
 Sel miokardial
 Membran sel parietal
mukosa lambung

Antagonis-H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada


pengobatan penderita tukak lambung.
 Reseptor H3 adalah reseptor histamin yang baru ditemukan pada
tahun 1987 oleh Arrang et.al.,
 Penelitian tahun 1999
 Berfungsi : autoreseptor neural (prasinapsis) untuk memodulasi
sintesis & pelepasan histamin di SSP
 Reseptor : superfamili reseptor terkopel-protein G

Reseptor H3 :
 Jaringan syaraf
- Sentral
- Perifer
 Lambung, paru2,
jantung (hewan)
Antagonis-H3 masih dalam penelitian lebih lanjut (belum digunakan
untuk pengobatan) dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem
kardiovaskular, dan pengobatan kelainan memori/mental.
Wilson & Gisvold, 2013, Buku Ajar Kimia Medisinal Organik dan Kimia Farmasi, Edisi 11
Metabolisme Histamin
Peran histamin dalam tubuh :
 Kontraksi dari otot–otot polos bronchus dan usus.
 Memperbesar permeabilitas kapiler udem & pengembangan
mukosa.
 Stimulasi ujung–ujung saraf nyeri & gatal–gatal.
 Vasodilatasi pembuluh kemerahan & rasa panas di wajah,
menurunnya resistensi perifer & tekanan darah.
 Memperkuat sekresi asam lambung, kelenjar ludah dan air
mata.

Keadaan normal jumlah histamin dalam darah 50 mcg/L,


sehingga efek tersebut tidak nyata
Histamin: ≠ digunakan dlm pengobatan
Garam fosfatnya (Histamin fosfat) digunakan :
 Mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung
 Diagnosis karsinoma lambung
 Kontrol positif pada uji alergi kulit

Betazol.2HCl :
 Isomer histamin (agonis histamin)
 Penggunaan = histamin fosfat
 Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja
histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan
bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3.

 Efek antihistamin bukan reaksi antigen-antibodi karena


tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin
yang sudah terjadi.

 Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara


bersaing interaksi histamin dengan reseptor.
Antagonis H1

Antagonis histamin Antagonis H2

Antihistamin Antagonis H3

Penghambat pelepas histamin


(penstabil sel mast)
ANTAGONIS-H1
Antagonis H1 generasi pertama (klasik)
generasi kedua (non sedatif)

 Ar : gugus aril (fenil, fenil tersubstitusi, hetero aril (2-piridil)


 Ar’ : gugus aril metil
 X : gugus isosterik/atom penghubung (O, CH, N)
X = O : turunan eter aminoalkil  efek sedasi besar.
X = N : turunan etilendiamin  senyawa lebih aktif tetapi juga lebih toksik
X = CH : turunan alkilamin  senyawa kurang aktif tetapi kurang toksik.
 (CH2)n : mewakili rantai karbon (etil)
 NRR’ : mewakili basa suatu fungsi amin terminal
Hubungan struktur dan aktivitas
 Monosubstitusi gugus dengan efek induktif (-), seperti Cl
atau Br, pada posisi para Ar atau Ar'  aktivitas ,
karena memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor.
 Substitusi pada posisi orto atau meta  aktivitas .
 Disubstitusi pada posisi para  aktivitas .
 Agar aktivitas optimal, atom N ujung adalah amin tersier
yang bermuatan positif sehingga dapat mengikat
reseptor H1 melalui ikatan ion. N-dimetil mempunyai
aktivitas tinggi, perpanjangan atom C  aktivitas .
 Atom N ujung dapat merupakan bagian struktur
heterosiklik, misalnya antazolin dan klorsiklizin 
aktivitas antihistamin .
 Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktivitas
optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak pusat cincin
aromatik dan N alifatik = 5-6 Ao, karena mirip jarak
rantai samping molekul histamin. Perpanjangan jumlah
atom C atau percabangan rantai samping  aktivitas .
 Faktor sterik mempengaruhi aktivitas antagonis-H1.
Jarak 5-6 Ao dicapai bila gugus-gugus pada atom X dan
N membentuk konformasi trans  isomer trans lebih
aktif dibanding isomer cis.
 Aktivitas maksimal bila kedua cincin aromatik struktur
difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama.
 Pada turunan trisiklik yang poten, seperti fenotiazin,
cincin A dan C tidak terletak pada bidang yang sama dan
cincin B terdapat dalam bentuk perahu.
 Feniramin, klorfeniramin dan karbinoksamin mempu-
nyai stereoselektivitas terhadap reseptor H1. Bentuk
isomer dekstro lebih aktif dibanding bentuk levo.
 Senyawa yang stereoselektif, pusat asimetrik harus
terletak pada atom C yang mengikat cincin aromatik, bila
tidak  aktivitas (-).
 Struktur antagonis-H1 dan senyawa antikolinergik
mempunyai persamaan  antagonis-H1 aktivitas
antikolinergik (+), sedang senyawa antikolinergik
aktivitas antihistamin juga (+).
A. Antagonis H1 Generasi Pertama

Sebagai prototipe golongan ini

 Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi para cincin


aromatik  aktivitas  dan efek samping .
 Pemasukan gugus CH3 pada posisi para cincin aromatik 
aktivitas , tetapi pemasukan pada posisi orto  aktivitas (-)
dan aktivitas antikolinergik .
 Senyawa mempunyai aktivitas antikolinergik cukup bermakna
karena mempunyai struktur mirip senyawa antikolinergik
turunan eter aminoalkohol.
Efek terapetik
Struktur kimia Nama obat Dosis

H Difenhidramin (R = H) 25-50 mg 3 dd
Klorodifenhidramin (R = Cl)
C
Bromodifenhidramin (R = Br)
R OCH2CH2N(CH3)2
Metildifenhidramin (R = CH 3)
Medrilamin (R = OCH 3)
Dimenhidrinat 50 mg 4 dd
N (R = H, garam 8-kloroteofilinat)
H
C Karbinoksamin 4-8 mg 4 dd
(garam maleat)
Cl OCH2CH2N(CH3)2

CH3
C Klemastin
1 mg 2 dd
(garam fumarat)
Cl OCH2CH2

N
CH3
CH3
C Klorfenoksamin 1,5 % (krim)
(garam HCl)
Cl OCH2CH2N(CH3)2

H Piprinhidrinat 3-6 mg 2 dd
C (garam 8-kloroteofilinat)
O N CH3
Difenhidramin Hidroklorida, USP (Benadryl)

Efek :
- Antihistamin
- Antiemetik
- Antitusif
- Sedatif
Penggunaan :
 Antihistamin: urtikaria, rinitis musiman (hay fever), dermatosis
 Antispasmodik

Efek samping : kantuk, penggunaan bersama dg minuman


beralkohol & depresan SSP harus dihindari
Dosis
• Dosis lazim dewasa oral: 25–50 mg; I.M/ I.V : 10–50 mg
• Bentuk Sediaan : kapsul, eliksir, sirup, tablet, injeksi
Dimenhidrinat, USP (Dramamine)

Penggunaan :
 Mual mabuk perjalanan ½ jam sebelum
perjalanan
 Hiperemesis gravidarum (mual kehamilan)
Dosis lazim :
 Dosis dewasa oral: 50–100 mg/ 4 jam; I.M/ I.V : 50 mg/ 4 jam;
rektal : 100 mg q.d / b.i.d
 Bentuk Sediaan : eliksir, sirup, tablet, injeksi, supositoria
(mepiramin)

(sebagai prototipe)
Ciri :
 N (X) : atom penghubung
 Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti
dengan gugus amino tersier
 Antagonis H1 yg sangat efektif
 Depresan SSP & efek samping GI yang relatif tinggi
 ESO : kantuk
Bentuk garam
(N-amino terminal)

{toksik, potensi <<}

Mempunyai daya anestesi lokal : ≠ dikunyah, diminum bersama makan


 Penggantian isosterik gugus fenil dengan gugus 2-piridil, seperti pada tripelenamin
 aktivitas  dan toksisitas .
 Pemasukan gugus metoksi pada posisi para gugus benzil tripelenamin, seperti
pada pirilamin  aktivitas  dan masa kerja obat .
Struktur kimia Nama obat Dosis

N CH2CH2(CH3)2 Fenbenzamin

CH2

Tripelenamin (R =H) 50 mg 3 dd
N CH2CH2(CH3)2 3 % (krim)
CH2
Pirilamin (R = OCH 3) 25-50 mg 3-4 dd
R

N
N CH2 Antazolin 100 mg 3-4 dd
CH2 N
H

N N CH3 Mebhidrolin 50 mg 3 dd
CH2
• Turunan alkilamin merupakan antihistamin dengan indeks
terapetik (batas keamanan) cukup besar dan efek samping serta
toksisitas yang relatif rendah.
• Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus
dimetilamino terminal
• Mrpk antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi <<
• Memiliki sedikit kerja antiemetik
• Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
Enantiomer dextro

• Waktu paruh : 12–15 jam


• Dosis lazim oral : 4 mg/4-6 jam
Lepas lambat: 8-12 mg/8-12 jam
I.M, I.V/S.K : 5-40 mg
Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat  aktivitas
antihistamin . Klorfeniramin : aktivitas 20 x > feniramin dan batas keamanan 50
x > tripelenamin.
Bromfeniramin maleat: aktivitas  klorfeniramin maleat.
Deksklorfeniramin maleat = isomer dekstro  aktivitas > dibanding campuran
rasemat.
Dimetinden maleat aktif dalam bentuk isomer levo .
Tripolidin HCl : turunan alkenilamin, aktivitasnya ditentukan oleh isomer geometri 
gugus pirilidinometil pada posisi trans dengan gugus piridil. Isomer E aktivitas
1000 X > dibanding isomer Z.
Struktur kimia Nama obat Dosis

N Feniramin (X = H) 25 mg 3 dd

H Klorfeniramin (X = Cl) 4 mg 3-4 dd


C
Bromfeniramin (X = Br) 4 mg 3-4 dd
X CH2CH2N(CH3)2
Deksklorfeniramin 2 mg 3-4 dd
(X = Cl, isomer d )

CH2CH2N(CH3)2 Dimetinden 2,5 mg 2 dd

H C CH3

C CHCH2 N Tripolidin 2,5 mg 3 dd


Ciri :
 X : gugus CHN
 Gugus piperazin

 Efek antihistamin sedang, dengan awal kerja lambat dan masa kerja
panjang ± 9-24 jam.
 Mrp antihistamin berpotensi sedang, kantuk <<
 Golongan obat ini : awal kerja lambat & durasi kerja lama
 Menunjukkan aktivitas antimuskarinik periferal & sentral
Antiemetik & antivertigo
 Penggunaan: antiemetik & antimual (antinausea)
 Obat profilaksis & mabuk
perjalanan
 Garam laktatnya : injeksi I.M
 Dosis lazim: oral 50 mg/4-6 jam
I.M : 50 mg/4-6 jam

Penggunaan
• Urtikaria
• Hay fever
• Alergi lainnya
H

Struktur umum : C N N CH2 R2


R1

R1 R2 Nama obat Dosis

H H Siklizin 50 mg 4-6 dd

Cl H Homoklorsiklizin 10-20 mg 3 dd

Cl C(CH3)3 Buklizin 50 mg 4-6 dd

H CH2OCH2CH2OH Hidroksizin 25 mg 3 dd
O

CH2CH2 N NH
H Oksatomid 30 mg 2 dd
Pemasukan gugus halogen atau CF3 pada posisi
2 dan perpanjangan atom C rantai samping,
misal etil menjadi propil  efek antihistamin 
dan aktivitas tranquilizer .

Turunan fenotiazin selain mempunyai efek antihistamin juga


mempunyai aktivitas tranquilizer dan antiemetik, serta mengadakan
potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
ESO : kantuk
Penggunaan bersama minuman beralkohol & depressan SSP harus dihindari
Contoh : Prometazin HCl, metdilazin HCl, mekuitazin, oksomemazin,
siproheptadin HCl, isotipendil HCl, azatadin maleat, loratadin
dan pizotifen maleat.

Hubungan struktur-aktivitas tidak jelas.


(1) Metdilazin, USP • Digunakan sebagai tablet kunyah
(kelarutan dlm air rendah)
• Terjadi anestesi lokal, jika tablet
dikunyah & tidak segera ditelan

(2) Prometazin HCl • Kerja: antihistamin, antiemetik,


antikolinergik & sedatif yg poten
• Signifikan: memperkuat kerja obat
analgesik & sedatif
Dosis lazim, Oral: 12,5 mg/4-6 jam atau 35 mg q.d.d
I.M/ I.V : 12,5-25 mg/4-6 jam
Bentuk sediaan : sirup, tablet, injeksi, suppositoria
Struktur kimia Nama obat Dosis

S
Prometazin 25 mg 3 dd
N
2 % (krim)
CH2 CH-N(CH3)2
CH3
S
Metdilazin 8 mg 3 dd
N
CH2
N CH3
S

N N Mekuitazin 5 mg 2 dd
CH2 CH-N(CH3)2
CH3
S
Isotipendil 12 mg 2-3 dd
N
1 % (jeli)
CH2 N
O2
S
Oksomemazin 10 mg 1-4 dd
N
CH2 CH-CH2N(CH3)2
CH3
Analog Fenotiazin Vinil isosterik

• Antihistamin Agen antipruritik • Antihistamin lama yg poten


• Antiserotonin: nafsu makan • Aktivitas : antiserotonin
• ESO: sedasi, hilang • Potensi : 3 x CTM
setelah 3-4 hari pengobatan • Dosis lazim, oral: 1-2 mg b.i.d
B. Antagonis-H1 Generasi Kedua

 Antagonis-H1 generasi pertama (antihistamina klasik)


menimbulkan efek sedasi serta efek kolinergik dan
adrenergik yang tidak diinginkan.  dikembangkan
antagonis-H1 generasi kedua.

Antihistamin H1 ideal bila memenuhi persyaratan sbb.:


 affinitas tinggi terhadap reseptor H1,
 efek sedasi (-),
 afinitas rendah pada reseptor kolinergik dan adrenergik.

 Untuk menghilangkan atau meminimalkan efek sedasi


senyawa harus mempunyai kelarutan dalam lemak yang
rendah pada pH fisiologis, dan bekerja terutama pada
reseptor H1 perifer dibanding reseptor pusat.
Lanjutan...........
≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk & afinitas
thd reseptor histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah

Pertama di Amerika

 Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif krn disosiasi


lambat pd reseptornya.
 Sedikit afinitas thd reseptor muskarinik, serotonik /
adrenergik (gugus difenilmetilpiperidin).
 Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol,
flukonazol) & AB makrolida (Eritromisin, Klaritromisin)
Menghambat metabolisme: kadar obat proaritmia
Metabolit oksidatif
primer terfenadin

 Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin ≈


terfenadin)
 Efek antikolinergik ≠ signifikan.
 Interaksi : ≠ abnormalitas ritme jantung
 Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme
sisanya diekskresi dalam empedu & urin
 T ½ 14 jam
 Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
Loratadin Cetirizine

 Sangat poten (>> terfenadin)


 Kelebihan : dosis 1 x sehari,
onset cepat (20–60 menit), efek
SSP << & efek aritmia jantung <
(bersama antifungi imidazol & AB
 Antagonis H1 periferal makrolida).
selektif.  ESO : sifat tidur ≈ dosis, lelah,
 Aktivitas serotonergik >> mulut kering, faringitis, pusing, px
Efek SSP/otonom << insufisiensi ginjal (eliminasi lewat
 T ½ 8–15 jam ginjal).
 Makanan memperlambat laju
 Dosis lazim : oral, 10–40 absorpsinya
mg sehari
 Dosis, Oral : 5-10 mg q.d
Contoh : terfenadin, feksofenadin, astemizol, sefarantin, loratadin,
setirizin, akrivastin, taksifilin, dan sodium kromolin.

OH OH CH3
C N CH2CH2CH2 CH C R

CH3

R = CH3 : Terfenadin
R = COOH : Feksofenadin

CH=CHCOOH

F CH2

C CHCH2 N N
NH N NHCH2CH2 OCH3
N
H3C

Akrivastin Astemizol

Cl
Cl

HC N N CH2CH2OCH2COOH N

N
N
O C COC2H5

Setirizin
Loratadin
II. ANTAGONIS-H2

 Senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi


histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat
menghambat sekresi asam lambung.
 Digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan
usus.
Lanjutan................

 Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan


asetilkolin. Antagonis-H2 menghambat secara langsung kerja
histamin pada sekresi asam (efikasi intrinsik) dan
menghambat kerja potensiasi histamin pada sekresi asam,
yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi
potensiasi).
 Struktur antagonis-H2 mirip histamin, yaitu mengandung
cincin imidazol atau bioisosteriknya, tetapi berbeda pada
panjang rantai samping, yang bersifat polar dan tidak
bermuatan.
 Pada interaksi obat dengan reseptor H2, cincin imidazol atau
bioisosteriknya terikat pada sisi reseptor khas melalui ikatan
dipol, sedang rantai samping terikat melalui ikatan hidrofob
dan kekuatan van der Waals pada sisi reseptor tidak khas.
Mekanisme Kerja Antagonis-H2
Syaraf
1 2
2 Aktivitas Ambilan

Darah

3 Agonis Seluler Dikelurkan

Penggunaan : tx GI
- Nyeri ulu hati
- Tukak peptik (erosi oleh
asam/pepsin)
2 - Refluks gastroesofageal
- Tukak stres akut & erosi
Hubungan struktur dan aktivitas
Modifikasi pada cincin
 Cincin imidazol membentuk dua tautomer : N-H dan N-H.
Bentuk N-H lebih dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2.
Metiamid  bentuk N-H, aktivitasnya 5 x > dibanding burimamid yang
mempunyai bentuk N-H.
 Cincin imidazol mengandung rantai samping yang mempunyai gugus
penarik elektron.
 Pemasukan gugus metil pada C2 cincin imidazol secara selektif dapat
merangsang reseptor H1.
Pemasukan pada C4  senyawa bersifat selektif H2-agonis dengan efek
H1-agonis lemah krn 4-metil yang bersifat donor elektron memperkuat efek
tautomeri rantai samping penarik elektron sehingga bentuk tautomer N-H
lebih stabil.

R CH2CH2NH2
Histamin ( R = H )
4
4-Metilhistamin ( R = CH 3)
N H N N 1 N
3
2
Modifikasi pada rantai samping
 Untuk aktivitas optimal cincin harus terpisah dari gugus N oleh 4 atom C atau ekivalennya.
Pemendekan rantai aktivitas antagonis H2 . Penambahan panjang gugus metilen (-CH2-)
aktivitas  tetapi senyawa mempunyai efek parsial-agonis yang tidak diinginkan.
 Penggantian 1 gugus metilen pada rantai samping dengan isosterik tioeter (-S-)  aktivitas
antagonis .

Modifikasi pada gugus N


 Penggantian gugus amino dengan guanidin yang bersifat basa kuat (N-guanilhistamin)
menghasilkan efek antagonis H2 lemah, dan bersifat parsial agonis.
 Penggantian guanidin yang bermuatan (+) dengan tiourea yang tidak bermuatan, tidak terionisasi
pada pH tubuh, bersifat polar, dan mampu membentuk ikatan hidrogen, seperti pada burimamid
 efek agonis (-) dan efek H2-antagonis 100 x > dibanding N-guanilhistamin.
R CH2CH2NH2 guanidin
4 CH2CH2NH C NH2
N HN N1 N NH
3
2 HN N

Histamin ( R = H )
4-Metilhistamin ( R = CH 3 )

tiourea
CH2CH2CH2CH2NH C NHCH3
S
N NH N
sianoguanidin
H3C Burimamid
CH2-S-CH2CH2NH C NHCH3
N-CN
HN N H3C CH2-S-CH2CH2NH C NHCH3
Simetidin O
N H N N
Metiamid
Burimamid dan metiamid menimbulkan
efek samping kelainan darah
(agranulositosis, neutropenia) yang
disebabkan gugus tiourea. Penggantian
gugus tiourea dengan N-sianoguanidin
yang tidak bermuatan dan bersifat polar,
seperti pada simetidin  efek samping .
Gugus siano yang bersifat elektronegatif
kuat mengurangi sifat kebasaan atau
ionisasi gugus guanidin  absorpsi pada
saluran cerna > , aktivitas simetidin 2 x >
dibanding metiamid.
Etinidin : analog simetidin, mengandung
gugus metiletinil pada ujung N-guanido 
aktivitas 2 x > dibanding simetidin.
Modifikasi isosterik inti imidazol
 Penggantian inti imidazol dengan cincin furan, pemasukan
gugus dimetilaminoetil pada cincin dan penggantian gugus
sianoguanidin dengan gugus nitrometenil, menghasilkan
ranitidin dengan sifat basa < (pKa = 8,44)  menghilangkan
efek samping simetidin, seperti ginekomastia dan konfusi
mental, tidak menghambat metabolisme fenitoin, warfarin,
dan aminofilin, dan tidak mengikat sitokrom P-450.
 Penggantian inti imidazol dengan cincin tiazol, pemasukan
gugus guanidin pada cincin dan penggantian gugus
sianoguanidin dengan gugus sulfonamidoguanidin,
menghasilkan famotidin, sifat kebasaan , aktivitas >
dibanding simetidin dan ranitidin, dan efek antiandrogenik .

(CH3)2NCH2 O CH2 S CH2CH2NH C NHCH3 CH2 S CH2CH2NH C NH2


S
CHNO2 NSO2NH2
N
(NH2)2C HN
Ranitidin Famotidin
R CH2CH2NH2 guanidin
4 CH2CH2NH C NH2
N H N N 1 N NH
3
2 HN N

Histamin ( R = H )
4-Metilhistamin ( R = CH 3 )

tiourea
CH2CH2CH2CH2NH C NHCH3
S
N NH N
sianoguanidin
H3C Burimamid
CH2-S-CH2CH2NH C NHCH3
N-CN
HN N H3C CH2-S-CH2CH2NH C NHCH3
Simetidin O
N H N N
Metiamid

(CH3)2NCH2 O CH2 S CH2CH2NH C NHCH3 CH2 S CH2CH2NH C NH2


S
NSO2NH2
CHNO2 N
(NH2)2C HN
Ranitidin Famotidin
5
1
4
2
3
Cimetidine
Mengurangi metabolisme
obat2 yg dibiotransformasi
enzim citokrom P-450

Benzodiazepin Propranolol Kuinin


Kofein Labetalol Sulfonilurea
Bloker kanal Ca2+ Metoprolol Teofilin
Karbamazepin Metronidazol Triamteren
Kloroquin Fenitoin Antidepresan trisiklik
Lidokain Kuinidin Warfarin

• Antasida: mengganggu absorpsi pemberian 1 jam sebelum/ sesudahnya


• Ketersediaan hayati oral tinggi (60-70 %); t1/2 2 jam
• 30-40 % dosis cimetidine dimetabolisme (S-oksidasi, hidroksilasi 5-CH3)
• Obat induk & metabolitnya dieliminasi melalui ginjal
• ESO : antiandrogenik lemah, ginekomastia (pemberian 1 bulan/ lebih)
Famotidin

• Inhibitor kompetitif reseptor histamin H2 & menghambat sekresi gastrik


• Penggunaan : tukak duodenum, tukak gastrik ringan, hipersekresi
patologi & nyeri ulu hati.
• ESO : ≠ timbul efek seperti Cimetidine
• Diabsorpsi tak sempurna (ketersediaan hayati 40-45 %), ekskresi (ginjal)
• Famotidin sulfoksida satu2nya metabolit yg diidentifikasi pd manusia

Ranitidin • Seperti Cimetidin << lemah


• t ½ 2–3 jam
• Sediaan: garam HCl & bismut sitrat
• Kombinasi dg AB makrolida
(klaritromisin) : tx tukak duodenal
aktif (infeksi H. Pylori)
Antagonis H2 (Inhibitor Pompa Proton)
Omeprazol

• Sediaan kapsul (lepas-lambat/salut enterik) ≠ tahan asam


• Mekanisme kerja: inhibitor pompa proton
• Kerja antisekretori : 24–72 jam, t ½ 1 jam
• Penggunaan: tx resiko kambuhan tukak duodenal, refluks
gastroesofageal, tukak lambung, hipersekretori patologis
• Dosis, lazim dewasa : oral 20 mg q.d
Lanzoprazol

• Seperti Omeprazol
• Prodrug dlm biofase sel parietal (asam) metabolit aktif
yg berinteraksi dg secara permanen dg ATPase pompa.
• Formulasi : sbg granul salut-enterik per oral (terlindungi oleh
asam lambung)
• Dosis, tukak duodenum : 15 mg sekali sehari
Esofagitis erosif : 30 mg
III. Antagonis H3
• Reseptor histamin H3 pelepasan neurotransmitter
neuron peptidergik
• Hisitaminergik
• Noradrenergik
• Dopaminergik
• Kolinergik
• Serotonin

• Peran tx antagonis reseptor histamin H3


- Gangguan ingatan
- Gangguna hiperaktivitas
- Obesitas
- Epilepsi
Tioperamida
• Antagonis H3 pertama yg poten
• Efek : membangunkan (hewan)
• Tx kemungkinan: tidur berlebihan
(narkolepsi)
Verongamin

Produk alami (bunga


karang laut)
IV. Penghambat Pelepas Histamin
(Penstabil Sel Mast)

1–4 : tipe sel inflamatori yg berhubungan dg alergi & asma


Natrium Kromolin

• Sediaan nebulizer & aerosol


Tx profilaksis asma bronkial &
bronkospasme krn latihan fisik
• Larutan nasal: tx rinitis alergi
• Oral: gejala histaminik diare
urtikaria, nyeri abdomen & mual
• Lebih efektif sbg penstabil sel mast
jaringan penghubung
Natrium Nedokromil, USP
• Tx asma bronkial ringan s.d. sedang
• Keterbatasan: pasien asma lansia &
pasien asma intrinsik.
• Lebih efektif sbg penstabil sel mast
mukosal

Anda mungkin juga menyukai