Anda di halaman 1dari 4

HASIL DISKUSI

UNDANG – UNDANG KESEHATAN

(Kasus Pelanggaran Kode Etik di Apotek)

OLEH :

KELOMPOK III

C5NR

NURHAYANI

I GUSTI KETUT PUTRA

NI MADE SRIWAHYUNI

AFNI

NUNUNG FILDAYANTI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
Moderator : Ni Made Sriwahyuni

Pemateri : I Gusti ketut putra

Notulen : Afni

Pertanyaan 1 oleh :

INDRIANI TASRIM

Berdasarkan kasus apakah di perbolehkan apabila seorang yang berprofesi sebagai

apoteker yang bekerja sebagai penanggung jawab sebuah apotek d kendari tetapi

apoteker tersebut juga bekerja di PBF Makassar.

Di Jawab oleh:

NURHAYANI

seorang yang berprofesi sebagai apoteker yang bekerja sebagai penanggung jawab

sebuah apotek d kendari tetapi apoteker tersebut juga bekerja di PBF Makassar

tentu tidak diperbolehkan karna menurut Peraturan Mentri Kesehatan NO 31 tahun

2016

Ketentuan umum SIPA:

a. Setiap apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki

surat izin berupa Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai tempat fasilitas

kefarmasian.

b. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas Produksi atau

Fasilitas Distribusi/Penyaluran hanya dapat diberikan 1 (satu) SIPA sesuai dengan

tempatnya bekerja.

c. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas Pelayanan


Kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) SIPA, berupa:

1) SIPA Kesatu;

2) SIPA Kedua; dan/ataus

3) SIPA Ketiga.

d. Dikecualikan dari butir 1.b bagi apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi

Pemerintah/TNI/POLRI dapat memiliki paling banyak 3 (tiga) SIPA.

e. Apoteker hanya boleh mempunyai 1 (satu) Surat Izin Apotek (SIA). Dalam hal

apoteker telah memiliki SIA, maka apoteker yang bersangkutan hanya dapat

memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.

f. Bagi apoteker sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di fasilitas

pelayanan kefarmasian milik pemerintah harus memiliki SIPA.

Pertanyaan 2 oleh:

SAMSIBAR

Bagaimana cara anda menyikapi apabila ada pasien yang datang membeli obat jenis

antibiotik tanpa menggunakan resep secara berulang- ulang?

Di jawab oleh

NUNUNG FILDAYANTI

Tindakan yang kami lakukan ketika ada pasien yang datang membeli obat antibiotik tanpa

resep secara berulang adalah kami akan memberikan edukasi kepada pasiennya apa manfaat

dan kerugian dari obat antibiotik tersebut.

Ketika digunakan secara tepat, antibiotik memberikan manfaat. Namun bila dipakai atau

diresepkan secara tidak tepat dapat menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan,

ekonomi bahkan untuk generasi mendatang.


Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu(antimicrobacterial resistance)

atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multiple drug resistance) sangat menyulitkan proses

pengobatan. Pemakaian antibiotika lini pertama yang sudah tidak bermanfaat harus diganti

dengan obat-obatan lini kedua atau bahkan lini ketiga. Hal ini jelas akan merugikan pasien,

karena antibiotika lini kedua maupun lini ketiga masih sangat mahal harganya dan dapat

menimbulan resistensi.

Anda mungkin juga menyukai