Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRATIKUM KIMIA

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Oleh:

LUYA GABRIELLA SARMAULI


NURWULANDARI SAPUTRI
PUTRI NILA KESUMA
LOISA SARAGIH
DEDE TARUNA
REZA RIZKI

KELOMPOK : 1
KELAS: XI-IPA
Tanggal Percobaan: 13 DESEMBER 2014
Guru Pembimbing : MHD. AKHIRUDDIN HARAHAP, S.Pd.

SMA NEGERI 1 KABUN


KABUPATEN ROKAN HULU
2015
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

I. Tujuan

I.1. Dapat menentukan titik beku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

I.2. Dapat menentukan penurunan titik beku beberapah larutan dan faktor-

faktor mempengaruhinya

II. Landasan teori

II.1.Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung

pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel

zat terlarut dalam larutan. Koligatif berasal dari bahasa Yunani

“colligare” yang artinya kumpulan, karena sifat ini tergantung dari

banyaknya kumpulan partikel terlarut dalam larutan sifat koligatif larutan

meliputi :

 Penurunan tekanan uap

 Kenaikan titik didih

 Penurunan titik beku

 Tekanan osmosis

Seperti hal yang dikemukakan diatas bahwa sifat koligatif larutan

bergantung dari banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Atas dasar

itulah sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Hal ini disebabkan karena zat terlarut pada larutan non elektrolit

jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion – ion, sedangkan zat

terlarut pada larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai

menjadi ion –ion.

Untuk mempelajari sifat koligatif larutan kita harus mengetahui

apa yang dimaksud dengan larutan. Larutan adalah campuran homogen

yang terdiri dua komponen, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut

(solvent). Banyaknya zat terlarut dalam larutan dengan volume tertentu

disebut konsentrasi.konsentrasi larutan yang akan dibahas dalam laporan

ini adalah kemolalan (m) dan fraksi mol (x).

 Kemolalan (m)

Kemolalan atau molalitas menyatakan banyaknya mol zat

terlarut dalam 1000 gram zat pelarut. Larutan 1 molal berarti dalam

1.000 gram pelarut, terlarut 1 mol zat.

Dirumuskan :

×
Keterangan :

m = Kemolalan (molalitas) dalam molal

n = Kuantitas zat terlarut dalam mol

w1= Massa zat pelarut dalam gram

w2= Massa zat terlarut dalam gram

Mr= Massa molekul relatif zat terlarut

 Fraksi Mol (X)

Fraksi mol merupakan angka yang menyatakan perbandingan

antara jumlah mol zat dalam larutan dengan jumlah total mol

semua komponen dalam larutan. Jika jumlah mol zat terlarut n 2,

jumlah mol pelarut n1, dan fraksi mol zat terlarut X2,

Maka:

X2 =

Larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut maka fraksi

mol larutan terdiri dari fraksi mol zat terlarut dan fraksi mol zar

pelarut. Jika fraksi mol zat pelarut Xp

maka :

X₁=

X₁+X₂=1

Keterangan :
X1 = Fraksi mol zat pelarut

X2 = Fraksi mol zat terlarut

n₁ = Jumlah mol zat pelarut

n₂= Jumlah mol zat terlarut

2.2. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit

2.2.1. Penurunan Tekanan Uap Larutan (

Suatu larutan akan memiliki tekanan uap (p) yang lebih

rendah dibandingkan tekanan uap pelaut murninya (p ). hal ini

disebabkan oleh adanya partikel zat terlarut yang menghalangi

penguapan pelarut pada suatu larutan. Jika kedalam pelarut

dimasukkan zat terlarut yang sukar menguap maka tekanan uap

pelarut tersebut akan turun. Mengapa demikian ? antara molekul

zat terlarut dan molekul pelarut timbul gaya tarik menarik.

Dengan perkataan lain, molekul zat terlarut akan menghalangi

penguapan zat pelarut, sehingga tekananuap larutan lebih rendah

daripada tekanan uap pelarut murni. Besarnya penurunan

tekanan uap pada suatu larutan dapat dicari dengan

rumus :
P=X₁ × P°1

Suatu zat cair dimasukkan kedalam suatu wadah tertutup

maka zat tersebut akan menguap. Jumlah cairan akan berkurang

sedangkan jumlah uap akan bertambah. Semakin bertambahnya

uap, molekul-molekul akan saling bertabrakkan dan kembali

kebentuk cairan yang mengalami kondensasi. Proses penguapan

dan mengkondensasian akan terus berlangsung hingga dicapai

kesetimbangan. Pada kesetimbangan laju penguapan dan laju

pengondensiasin akan sama. Dengan demikian jumlah molekul

yang keluar atau masuk kedalam cairan atau uap akan sama

sehingga jumlah cairan dan uap menjadi konstan. Molekul dalam

keadaan uap akan menimbulkan tekanan. Tekanan ua pada saat

kesetimbangan disebut tekanan uap jenuh atau tekanan uap.

Berdasarkan tekanan uap bergantung pada zenis zat dan suhu.

Zat yang memiliki tekanan tinggi berarti mudah menguap dan

disebut Volatil yaitu menguap dengan cepat jika dibiarkan pada

udara terbuka. Zat volatil misalnyya etanol dan eter. Sedangkan

zat yang memiliki tekanan rendah berarti sukar menguap

(nonvolatil) misalya air, glikol, dan gliserol.2

1
Sri Rahayu Ningsih, dkk.2007. Sains Kimia 3 SMA/MA. Jakarta : Bumi Aksara. h.5 -
12
2
Sandri Justiana, dkk, chemistry for senior high school ( cet. I ;jakarta timur:
Yudhistira,2006), h. 14
2.2.2. Kenaikan Titik Dididh Larutan

Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair

itu sama dengan tekanan udara disekitarnya. Apabila air murni

dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg) maka air akan

mendidih pada temperature 100 , karena pada tempertur itu

tekanan uap air sama dengan tekanan udara disekitarnya. Apabila

pada temperature itu dilarutkan sukrosa maka tekanan uap air

akan turun. Semakin banyak sukrosa yang dilarutkan, semakin

besar penurunan tekanan uapnya, sehingga pada temperatur 100

larutan sukrosa belum mendidih sebab tekanannya kurang dari

760 mmHg. Larutan itu memerlukan temperature yang lebih

tinggi agar tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan uap udara

disekitanya. Setiap zat pelarut mempunyai harga Kb berbeda

seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 tetapan kenaikan titik didih molal (Kb)

Pelarut Titik didih ( ) Kb

Air 100,0 0,51


Benzene 80,1 2,52
Alkohol 78,5 1,19
Kloroform 61,2 3,88
Aseton 56,5 1,67
Eter 34,5 2,11
(Sumber :sains KIMIA 3 SMA/MA. h.14 )
Dengan demikian secara umum dirumuskan :

Kb

b Kb

Keterangan :

b = kenaikan titik didih larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

m = kemolalan (molalitas)

w1 = massa pelarut dalam gram

w2 = massa zat terlarut dalam gram

Mr = massa molekul relatife zat terlarut

2.2.3. Penurunan Titik Beku Larutan ( Tf)

Air murni membeku pada temperatur 0 dan tekanan 1 atm.

Temperatur itu dinamakan titik beku normal air. Titik beku dari

suatu larutn adalah suhu pada saat tekanan uap larutan sama

dengan tekanan uap pelarut murni.

Oleh karena itu tekanan uap larutan daripada tekanan uap

pelarut, maka larutan belum membeku pada suhu 0 . Jika suhu


terus diturunkan ternyata pelarut mangalami penurunan tekanan

uap yang lebih cepat daripada larutan, sehingga pada suhu

dibawah titik beku pelarut, tekanan uap larutan sama dengan

tekanan uap pelarut. Pada saat itu larutan mulai membeku. Titik

beku larutan adalah suhu pada saat larutan mulai membeku.

Selisih anatara titik beku pelarut dengan titik bekularutan disebut

penurunan titik beku ( ).


f

f = titik beku pelarut – titik beku larutan

Penurunan titik beku yang disebabkan oleh 1 mol zat terlarut

dalam 1.000 gram zat terlarut dinamakan penurunan titik beku

molal (Kf). hubungan antara titik beku larutan dan molalitas

larutan dirumuskan:

f = m . Kf

Atau

f =

Keterangan :

f = penurunan titik beku larutan

Kf = tetapan penurunan titik beku molal

M = kemolalan (molalitas)
w2 = massa zat terlarut dalam gram

w1 = massa pelarut dalam gram

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Table 1.2 tetapan penurunan titik beku molal (Kf )

Pelarut Titik beku ( ) Kf (

Air 0 1,86
Benzene 5,4 5,1
Nitrobenzene 5,6 6,9
Asam asetat 16,5 3,82
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Kamfer 180 40
(Sumber :sains KIMIA 3 SMA/MA. h.20 )

2.2.4.Tekanan Osmotik(

Jika suatu larutan dengan pelarut air dipisahkan oleh

membrane semi permeable dicelupkan dalam air murni, maka akan

terjadi perpindahan molekul air kedalam ruang larutan, sehingga

akan terjadi desakan (tekanan) air keatas. Selaput semi permeable

adalah suat selaput yang hanya dapat dilalui oleh molekul –

molekul pelarut, seadangkan molekul –molekul zat terlarut tidak

dapat melaluinya.

Osmosis merupakan peristiwa bergeraknya suatu larutan atau

bergeraknya suatu pelarut dsri larutan yang encer ke larutan yang

lebih pekat melaui membrane semi permiabel alami. Tekanan


hidrostatis yang dihasilkan dari proses osmosis yang menahan

merembesnya molekul- molekul pelarut disebut tekanan osmotik.

Menurut Van’t Hoff tekanan osmotik suatu larutan sama

dengan tekanan gas zat terlarut jika zat itu terdapat dalam keadaan

gas pada temperatur dan volume larutan tersebut, sehingga tekanan

osmotic larutan encer memenuhi persamaan gas ideal,

yaitu :

Untuk n mol tiap-tiap gas berlaku :

P=

P=M.R.T

Untuk larutan, karena p = maka

atau

Keterangan :

tekanan osmotic

tetapan gas ideal (0,082 atm L/ mol K)

temperatur (K)
volume larutan dalam mL

massa zat terlarut

massa molekul relatif zat terlarut

Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama

disebut isotonik. Contohnya cairan infus yang dimasukkan kedalam

darah.

Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih

rendah daripada larutan lain disebut hipotonik.

Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotic lebih

tinggi daripada laruan lain disebut hipertonik.3

Pristiwa osmosis akan berlangsung hingga tercapai suatu

kesetimbangan. Hal ini ditandai dengan berhentinya perubahan

volume laruutan. Perbedaan volume dan larutan pada

kesetimbangan suatu tekanan yang disebut tekanan osmosis.

Tekanan osmosis disebut juga diartikan sebagai tekanan yang

diberikan untuk mencegah peristiwa osmosis, yakni pencegahan

molekul pelarut ke larutan.4

2.3. Sifat koligatif larutan elektrolit

3
Sri Rahayu Ningsih, dkk, loc. Cit, h. 13 - 24
4
Sandri justina, dkk, loc. cit, h. 28
Zat elektrolit dalam air akan terionisasi atau terurai menjadi ion –

ion. Peruraian ini menyebabkan terjadinya penambahan jumlah partikel.

Sifat koligatif tergantung pada banyaknya partikel dalam larutan. Sebagai

contoh, NaCl dalam air akan terurai menjadi ion Na + dan ion Cl- , artinya

NaCl menjadi 2 kali lebih banyak daripada zat-zat yang tidak mampu

memecah senyawa nya menjadi ion-ion listrik. Itu lah sebabnya sifat

koligatif larutan elektrolit nilainya lebih besar daripada sifat koligatif

larutan non elektrolit, untuk larutan-larutan yang konsentrasinya sama.

Peruraian larutan elektrolit menjadi ion-ion merupakan reaksi

kesetimbangan karena adanya gay tarik menarik ion-ion yang muatannya

berlawanan.

Zat elektrolit ion (+) dan ion (-)

Atas dasar ini lah teoi tentang kesetimbangan kimia berlaku juga

pada larutan-larutan elektrolit. Misalnya, untuk menyatakan banyak atau

sedikitnya zat elektrolit yang terionisasi digunakan istilah derajat

ionisasi atau derajat disosiasi ( .

Elektrolit kuat karena mudah terionisasi mempunyai harga derajat

ionisasi mendekati Satu. Untuk larutan yang sangat encer atau

konsentasinya kecil, jark antara ion-ion cukup jauh, sehingga gaya tarik

menarik antara ion-ion yang berlawanan sangat kecil. Adapun elektrolit


lemah mempunyai mempunyai harga derajat ionisasi sangat kecil karena

sukar terionisasi.

Jika dibandingkan, antara partikel zat setelah terionisasi dan

partikel zat sebelum terionisasi terjadi penambahan [1 + (v – 1) ] kali.

Penambahan ini dinamakan faktor Van’t Hoff yang disimbolkan dengan

i, jadi i [ 1 + (v – 1) ).

Sehubungan dengan itu maka penurunan tekanan uap jenuh,

kenaikan titik didih, penurunan titik beku, serta tekanan osmotik larutan

elektrolit dirumuskan sebagai berikut :

2.3.1 Penurunan tekanan uap

2.3.2 Kenaikan titik didih

b b

2.3.3 Penurunan titik beku

f f

2.3.4 Tekanan osmotik

5
Sri Rahayu Ningsih, dkk, op. Cit, h. 26 - 27
III. Alat dan Bahan

III.1. Menentukan Titik Beku Dan Penurunan Titik Beku Larutan

a. Alat

 Gelas beaker 500 mL

 Tabung reaksi

 Rak tabung reaksi

 Termometer

 Batang pengaduk

 Sendok makan

 Es batu secukupnya

 Larutan urea 1 m

 Larutan gula 2 m

 Larutan gula 2 m

 Larutan urea 2 m

 Larutan NaCl 1 m

 Larutan NaCl 2 m
 Air suling

 garam dapur

b. Bahan

 Air suling

 Garam dapur

 Larutan UREA 1M

 Larutan GULA 1M

 Larutan gula 2M

 Larutan urea 2M

 Larutan NaCl 1M

 Larutan NaCl 2M

 Es batu secukupnya
IV. Prosedur Kerja

IV.1. Menentukan Titik Beku Dan Penurunan Titik Beku Larutan

Disiapkan gelas beaker ukuran 500 mL

Butiran Es Batu

Dimasukkan kedalam gelas beaker hingga


2/3 tinggi gelas tersebut

8 sendok makan garam dapur dan 2 sendok makan


air
Dimasukkan kedalam beaker gelas 500
mL

3 mL air suling

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


Dimasukkan kedalam campuran
pendingin
Diaduk dengan gerakan naik turun sampai
beku
Dikeluarkan dari campuran pendingin dan
dibiarkan sampai mencair
Diukur suhunya
Diulangi langkah kerja nomor 2 hingga
nomor 6 dengan larutan yang berbeda,
yaitu larutan urea 1 m dan 2 m, larutan
gula 1m dan 2 m, larutan NaCl 1 m dan 2
m masing-masing sebanyak 3 mL

V. Hasil Pengamatan

V.1. Menentukan Titik Beku Dan Penurunan Titik Beku Larutan

 Tabel hasil pengamatan

Jenis larutan Konsentrasi Titik beku ( Penurunan


(m) titik beku
( f

Air suling -0,2 0


Urea 1m -0,6 -0,4
Urea 2m -0,7 -0,5
Gula 1m -0,6 -0,4
Gula 2m -11 -10,8
NaCl 1m -11 -10.8
NaCl 2m -20 -19,8

VI. Analisis Data

VI.1. Menentukan Titik Beku Dan Penurunan Titik Beku Larutan

 Menentukan Titik Beku larutan Urea 1 Molal

f = b

=1

= 1,86
Tf =

 Menentukan Titik Beku larutan Urea 2 Molal

f = b

= 3,72

Tf =

 Menentukan Titik Beku larutan Gula 1 Molal

f = b

Tf =

 Menentukan Titik Beku larutan Gula 2 Molal

f = b
Tf =

 Menentukan Titik Beku larutan NaCl 1 Molal

NaCl(aq) Na + (aq) + Cl – (aq)


V=2

f = f 1 + (v – 1) ]

Tf =

 Menentukan Titik Beku larutan NaCl 2 Molal

NaCl(aq) Na + (aq) + Cl – (aq)


V=2

f = f 1 + (v – 1) ]

Tf =

=
VII. Diskusi

Dari percobaan yang telah kami lakukan dari sifat koligatif larutan

elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit, kami memperoleh

hasil yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan karena :

Jika jenis larutan berbeda, konsentrasi berbeda maka penurunan titik

beku berbeda pula.

Jika jenis larutan bebeda, konsentrasi nya sama, maka penurunan titik

beku berbeda.

Jika jenis larutan sama, konsentrasi berbeda maka titik beku berbeda.

Dapat kita lihat dari percobaan yang telah kami lakukan :

a.) Urea 1 m memiliki konsentrasi 0,107 memiliki titik beku -0,6

b.) Larutan urea 2 m memiliki titik beku -0,7

c.) Larutan NaCl 1 m dan NaCl 2 m konsentrasi nya 0,215 dan

0,107 memiliki titik beku -11 dan -20

VIII. Kesimpulan

Penurunan titik beku dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis zat.

Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif larutan lebih besar


daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Semakin kecil

konsentrasi, jarak antara ion semakin besar dan ion-ion semakin besar.

Semakin tinggi konsentrasi maka semakin rendah titik bekunya

makin besar larutan, maka tinggi penurunan titik beku larutan.

Penurunan titik beku larutan ( ) bebanding lurus dengan larutan titik


f

beku pelarut murni lebih tinggi daripada titik beku larutan. Titik beku

larutan elektrolit lebih rendah daripada larutan non elektrolit pada

kemolalan yang sama.

IX. Saran

Apabila kita hendak melakukan pembuatan es krim sebaiknya kita

menggunakan garam, karena garam dapat mempertahankan dan

menurunkan suhu es.

X. Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan fungsi garam dapur yang ditambahkan kedalam campuran

pendingin tersebut

Jawaban : untuk mempertahankan dan menurunkan suhu es

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap titik beku larutan dan

penurunan titik bekunya

Jawaban : Semakin tinggi konsentrasi maka semakin rendah titik

bekunya, dan semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar


perbedaan penurunan titik beku karena konsentrasi sebanding

dengan penurunan titik beku.

3. Hitunglah besarnya penurunan titik beku larutan tersebut dan

bandingkan dengan hsil perhitungan secara teoritis :

Jawaban: didapatkan hasil teoritis untuk urea 1 m = 1,86

sedangkan Tf untuk praktikum urea 1 m = -1 ternyata hasilnya

berbeda akibat ada kesalahan dalam praktikum kami, seharusnya

hasil teoritis sama dengan hasil praktikum.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Justina, sandri dkk. 2006 . Chemistry for senior high shcool. Jakarta : Yudistira

Ningsih, Sri Rahayu dkk. 2007 . Sains Kimia 3 SMA/MA. Jakarta : Bumi Aksara

Sri Rahayu Ningsih, dkk.2007. Sains Kimia 3 SMA/MA. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai