Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Disusun Oleh :

Nama : Rindiyani Anggun Lestari

NIM : 191810301018

Kelompok/kelas : 6/A

Nama Asisten : Nina Indraswati

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat koligatif larutan itu merupakan suatu sifat fisis larutan yang hanya
bergantung pada jumlah konsentrasi partikel zat terlarut dan tidak tergantung
pada sifat zat terlarut pada larutan tersebut. Istilah sifat koligatif sendiri, berasal
dari bahasa latin yaitu colligarae yang artinya bergabung bersama. Terdapat
empat macam sifat koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap larutan jenuh,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotic (Brady, 1999).

Sifat Koligatif banyak digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari,


beberapa penerapan penurunan titik beku larutan digunakan dalam pembuatan
es krim yang lembut dan antibeku untuk mencairkan salju dijalan. Penerapan
tekanan osmotic misalnya pada mesin cuci darah, pengawetan makanan, dan
penggunaan garam untuk membasmi limbah. Penerapan penurunan tekanan uap
seperti kolam apung yang dijadikan tempat pariwisata dan kadar garam dilaut
mati. Penerapan kenaikan titik didih pada kehidupan sehari-hari meliputi
destilasi, air yang dipanaskan hingga mendidih, dan penambahan garam saat
memaak makanan (Farid, 2012).

Praktikum percobaan kelima ini dengan tema sifat koligatif larutan


membahas tentang perubahan titik beku berbagai jenis larutan dan pengaruh
konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan. Percobaan mengenai
perubahan titik beku dilakukan dengan mereaksikan pada tabung yang berbeda
larutan NaCl, urea dan sukrosa menggunakan aquades dan pada tabung masing-
masing diukur suhu larutan menggunakan thermometer. Tabung-tabung
tersebut kemudian diletakkan pada gelas kimia yang telah berisi es batu dan
garam, selanjutnya digoyang-goyangkan dan dilihat perubahab suhu sampai
suhu mencapai konstan. Perlakuan pada pengaruh konsentrasi terhadap
perubahan titik beku larutan dilakukan dengan menyiapkan larutan NaCl, urea ,
dan sukrosa dengan konsentrasi masing-masing 1,2 dan 3 pada tabung reaksi
yang berbeda. Tabung tersebut kemudian diberi thermometer dan dimasukkan
dalam gelas kimia yang telah berisi es batu dan garam.tabung digoyang-
goyangkan agar cepat bereaksi. Perubahan suhu diukur dengan thermometer
hingga suhu mencapai konstan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum sifat koligatif larutan adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Bagaimana menguji penurunan titik beku larutan elektrolit dan non
elektrolit.
1.2.2 Bagaimana menguji penurunan titik beku larutan yang memiliki
konsentrasi yang berbeda-beda.

1.3 Tujuan
1.3.1 Menguji penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit.
1.3.2 Menguji penurunan titik beku laruan yang memiliki konsntrasi yang
berbeda-beda.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat fisis yang hanya bergantung


pada jumlah (kuantitas) partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung
pada jenis atau identitas partikel zat terlarut – tidak peduli dalam bentuk atom,
ion, ataupun molekul. Sifat koligatif merupakan sifat yang hanya memandang
kuantitas, bukan kualitas. Sifat koligatif larutan dapat di bedakan menjadi dua
macam yaitu sifat larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal itu disebabkan zat
terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi
ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan non elektrolit jumlahnya tetap
karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat larutan elektolit
(Brady , 1999).

2.2 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk


mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel
yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion disebut dengan
derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi dinyatakan sebagai berikut.

(2.1)

Larutan elektolit kuat yaitu larutan yang semua molekulnya terurai menjadi
ion-ion (terionisasi sempurna) mempunyai harga derajat ionisasi mendekati 1.
Perbandingan tersebut biasa disebut dengan factor van’t hoff dan dinotasikan
dengan huruf “i”. Nilai dari factor van’t hoff dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut.

i = 1 + (n – 1). α (2.2)

Keterangan :

i = factor van’t hoff

n = jumlah total koefisien

α = derajat ionisasi

(Giancoli, 2001).

2.3 Sifat Koligatif Larutan Non-Elektrolit

Sifat koligatif larutan non elektrolit merupakan sifat larutan yang tidak
tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi hanya ditentukan oleh banyaknya
zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Larutan non elektrolit memiliki sifat antara
lain yaitu tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak dapat terionisasi,
memiliki derajat ionisasi α = 0 (tidak terionisasi), tidak dapat menyalakan
lampu dan tidak menghasilkan gelembung pada elektroda, karena tidak dapat
menghantarkan listrik dan derajat ionisasi = 0, contohnya adalah larutan gula,
larutan alkohol, larutan urea (Petrucci, 1987).

2.4 Hukum Raoult

Hukum Raoult merupakan hokum untuk mempelajari sifat-sifat tekanan


uap larutan yang mengandung zar pelarut yang bersifat nonvolatile, serta
membahas mengenai aktivitas air. Hukum Raoult sebagai dasar bagi empat sifat
larutan encer yang disebut dengan sifat koligatif. Sifat-sifat itu tergantung
daripada efek jumlah partikel terlarut, bukan pada sifat partikel yang terlibat.
Hukum Raoult ditemukan oleh ilmuan Prancis bernama Marie Fancois Raoult.
Bunyi dari hukum Raoult adalah “ tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan yang terkandung dalam larutan tersebut”. Secara matematis ditulis
sebagai berikut.

Plarutan= Xterlarut . Ppelarut (2.3)

Keterangan :

Plarutan = tekanan uap larutan

Xterlarut = fraksi mol zat terlarut

Ppelarut = tekanan uap pelarut murni.

(Oktoby, 2001)

2.5 Sifat-Sifat Koligatif Larutan


Sifat – sifat koligatif larutan adalah sebagai berikut.
2.5.1 Penurunan Tekanan Uap
Penurunan tekanan uap larutan merupakan partikel zat pelarut yang tidak
mudah menguap dalam larutan yang dapat mengurangi kemampuan partiket zat
pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan akan lebih rendah
disbanding tekanan uap pelarut murni. Partikel zat terlarut yang ada dalam
larutan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku laarutan. Zat non elektrolit yang sukar menguap apabila dilarutkan, maka
menurut hukum Raoult adalah sebagai berikut.

P = P0 . N1 (2.4)

Keterangan :

P : Tekanan uap diatas larutan

P0 : Tekanan uap pelarut murni

N1 : Fraksi mol pelarut


Zat terlarut apabila bersifat non-volatil tekanan uap dari larutan akan
selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni yang volatile, secara ideal
tekanan uap dari pelarut volatil di tersebut larutan yang mengandung zat terlarut
non-volatil berbanding lurus terhadap konsentrasi pelarut dalam larutan
(Saksono , 2014).

2.5.2 Kenaikan Titik Didih

Titik didih dari suatu larutan merupakan temperatur ketika tekanan


uapnya sama dengan tekanan eksternal. Titik didih terjadi karena penurunan
tekanan uap larutan oleh keberadaan zat terlarut non-volatil, dibutuhkan
kenaikan temperatur untuk menaikkan tekanan uap larutan hingga sama dengan
tekanan eksternal. Keberadaan zat terlarut dalam pelarut mengakibatkan
terjadinya kenaikan titik didih lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Kenaikan titik didih berbanding lurus terhadap konsentrasi (molalitas) larutan,
sebagaimana dirumuskan sebagai berikut.

Molalitas (m) = (2.5)

= Kb. m (2.6)

= Tb – Tb0 (2.7)

Keterangan :

= Kenaikan titik didih (0C)

Kb = tetapan titik didih pelarut (0C/m)

m = molaritas (mol.Kg-1)

Tb = titik didih larutan (0C)

Tb0 = titik didih pelarut (0C)


(Syukri, 1999).

2.5.3 Penurunan Titik Beku

Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih.
Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murni. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan
penurunan titik beku larutan ( ). Dirumuskan sebagai
berikut.

= Tf –Tf0 (2.8)

Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan sebagai


berikut.

= m . Kf (2.9)

Keterangan :

= Penurunan titik beku (0C)

Tf = Titik beku pelarut (0C)

Tf0 = Titik belu larutan (0C)

m = molalitas

Kf = Konstanta penurunan titik beku (0C/mol)

Larutan dengan pelarut volatil dan zat terlarut non-volatil, hanya


partikel-partikel pelarut yang dapat menguap dari larutan sehingga
meninggalkan partikel-partikel zat terlarut. Hal serupa juga terjadi dalam
banyak kasus di mana hanya partikel-partikel pelarut yang memadat
(membeku), meninggalkan partikel-partikel zat terlarut membentuk larutan
yang konsentrasinya lebih pekat. Titik beku dari suatu larutan merupakan
temperatur di mana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut
murni. Temperatur pada dua fasa ini, yaitu fasa pelarut padat dan larutan cair
berada dalam kesetimbangan, oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap
larutan dari tekanan uap pelarut. Larutan membeku pada temperatur yang lebih
rendah dibanding titik beku pelarut murni, titik beku larutan lebih rendah dari
titik beku pelarut murni. Jumlah partikel-partikel pelarut yang keluar dan masuk
padatan yang membeku per satuan waktu menjadi sama pada temperatur yang
lebih rendah. Sifat koligatif larutan berupa penurunan titik beku berbanding
lurus terhadap konsentrasi (molalitas,) larutan (Giancoli, 2001).

2.5.4 Tekanan Osmosis

Tekanan osmosis merupakan proses terjadinya pemindahan molekul


pelarut yang bagiannya lebih encer menuju bagian yang lebih pekat melalui
selaput semipermeable, tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis
dikenal sebagai tekanan osmotic(π). Tekanan jika osmotiknya sama di kedua
sisi membran (misalnya konsentrasinya sama), solusinya adalah isotonic.
Kondisi isotonik ialah keadaan ketika konsentrasi zat terlarut di dalam maupun
di luar membran semi permeabel sama atau tidak ada pergerakan air melalui
membran semi permeabel ketika terjadi tekanan osmosis mencapai kondisi
isotonic atau jumlah cairan yang masuk dan keluar membran sama persis,
sehingga tidak ada perubahan konsentrasi (Tim penyusun , 2020).

Peristiwa pada osmosis, terdapat pergerakan bersih pelarut dari area


konsentrasi pelarut yang lebih tinggi (konsentrasi terlarut lebih rendah) ke
konsentrasi pelarut yang lebih rendah (konsentrasi terlarut lebih tinggi).
Menurut Van’t Hoff, tekanan osmosis larutan-larutan encer dapat sirumuskan
serupa dengan gas ideal, yaitu sebagai berikut.

V = nRT (2.10)

= MRT (2.11)

= (2.12)
Keterangan :

= Tekanan osmosik

V = Volume larutan (L)

n = jumlah mol zat terlarut

T = suhu absolut larutan (K)

R =Tetapan gas (0,082 L atm mol-1 K-1)

(Petrucci, 1987).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

- Panci / Baskom

- Tabung reaksi

- Pengaduk Kaca (Spatula)

- Thermometer alcohol (-10 s/d 1100 C)

- Gelas Kimia 250 mL

- Gelas Ukur 10 mL

- Labu Ukur 25 mL

3.1.2 Bahan

- Garam dapur (NaCl)

- Urea (CO(NH2)2)

- Sukrosa (Gula)

-Aquades
3.2 Diagram Alir

a. Perubahan Titik Beku berbagai Jenis Larutan

NaCl Urea Sukrosa akuades

-dicatat suhu dengan termometer

Suhu
larutan

-dimasukkan tabung reaksi yang berisi es


batu dan garam
-digoyang-goyangkan tabung reaksi
-dicatat perubahan suhu setiap 20 detik
sampai suhu konstan

Perubahan
suhu
b. Pengaruh Konsentrasi terhadap perubahan titik beku larutan

NaCl 1 molal Urea 2 molal Sukrosa 3 molal

-dicatat suhu dengan termometer

Suhu
larutan

-dimasukkan tabung reaksi yang berisi es


batu dan garam
-digoyang-goyangkan tabung reaksi
-dicatat perubahan suhu setiap 20 detik
sampai suhu konstan

Perubahan
suhu

3.3 Skema kerja

a. Preparasi larutan

Larutan NaCl, Urea, dan sukrosa

- disiapkan larutan NaCl, Urea, dan sukrosa masing-masing dengan


konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan volume 25 mL.

Hasil
b. Perubahan Titik Beku berbagai Jenis larutan

NaCl , Urea , Sukrosa , Aquades, garam

- disiapkan 4 buah tabung reaksi.


- dimasukkan 3 mL larutan NaCl, Urea, dan Sukrosa dengan
konsentrasi 1 molal, serta aquadest nasung-nasing dalam tabung
reaksi yang berbeda.
- dicatat suhu larutan dengan thermometer.
- dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat thermometer
dalam gelas kimia / baskom yang berisi es batu dan garam.
- digoyang-goyangkan tabung reaksi.
- dicatat perubahan suhu yang terjadi setiap 20 detik sampai suhu
yang diperoleh constant.
- diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu tabung
reaksi.

Hasil
c. Pengaruh Konsentrasi terhadap perubahan Titik Beku Larutan

NaCl, Urea, Sukrosa , Garam

- disiapkan 9 buah tabung reaksi.


- dimasukkan 3 mL larutan NaCl, Urea, dan Sukrosa dengan
konsentrasi masing-masing 1,2 dan 3 molal.
- dicatat suhu larutan dengan thermometer.
- dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat thermometer
dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan garam.
- digoyang-goyangkan tabung reaksi
- dicatat perubahan suhu yang terjadi setiap 20 detik sampai suhu
yang diperoleh konstan.
- diulangi semua tabung reaksi setiap proses untuk satu tabung
reaksi.

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Farid, R dkk. 2012. “Model metal calon guru kimia mengenai sifat koligatif

larutan melalui pembelajaran berbasis TIK” Jurnal Teknik Pomits ,

Politeknik Makasasar.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Oktoby,dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 3 Edisi 1. Jakarta:

Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi

Keempat Jilid 2. alih bahasa Suminar. Jakarta:Erlangga

Saksono, Nelson. 2014. “Analisis materi ajar kimia SMA/MA pada konsep sifat

koligatif larutan” Jurnal Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Indonesia.

Syukri. 1999 .Kimia Dasar 3.Institut Teknologi Bandung : Bandung.

Tim penyusun . 2020. Modul Praktikum Kimia Lanjutan 2020. Jember :

Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai