OLEH:
KELOMPOK II & III
STIFA A 2021
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada dasarnya larutan merupakan campuran yang homogen
sehingga setiap bagiannya mempunyai perbandingan yang tetap antara
zat terlarut dan zat pelarut. Zat pelarut mempunyai jumlah lebih banyak
dan dapat menguraikan zat terlarut menjadikan ukuran lebih kecil atau
lebih sederhana (Suyatno, 2015).
Sifat larutan dapat dibagi menjadi dua yaitu sifat larutan yang
ditentukan oleh jenis zat terlarut seperti rasa, warna, viskositas, dan pH.
Dan juga sifat larutan yang ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan yang dimana memiliki arti bahwa larutan yang mempunyai
konsentrasi sama akan mempunyai sifat yang sama juga walaupun jenis
zat terlarutnya berbeda. Sifat dari larutan tersebut adalah seperti
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan
tekanan osmosis (Suyatno, 2015).
Penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmosis merupakan contoh dari sifat koligatif larutan, yaitu
sifat yang bergantung hanya pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak
bergantung pada jenis partikelnya. Jadi, suatu larutan yang berbeda
jenisnya, namun memiliki jumlah partikel yang sama akan memiliki sifat
koligatif yang sama pula (Nana, 2007).
Sifat koligatif larutan merupakan konsep dalam kimia fisika yang
banyak digunakan dalam industri farmasi, seperti pada pembuatan cairan
fisiologis seperti obat tetes mata, dan infus harus isotonik dengan darah
dan jaringan pada tubuh manusia. Karena apabila cairan tersebut
hipotonik atau hipertonik dalam tubuh, maka akan terjadi kerusakan pada
darah dalam tubuh. Contohnya ketika cairan hipertonik dimasukkan darah
ke dalamnya, maka akan terjadi krenasi pada darah. Apabila hal ini terjadi
dalam tubuh, maka sel darah merah dalam tubuh akan pecah dan dapat
menyebabkan kematian.
Hubungan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih dengan
farmasi adalah pada sediaan padat suppositoria yaitu obat yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Basis dari suppositoria tersebut meleleh
pada suhu tubuh sehingga terjadi penurunan titik beku ataupun kenaikan
titik didih yang tergantung pada basisnya (zat yang membawa zat aktif
pada suatu sediaan).
Dari perannya saja, maka dilakukanlah percobaan sifat koligatif
larutan untuk menunjukkan pengaruh inonisasi terhadap suatu larutan dan
menunjukkan penurunan titik beku (∆𝑇𝑓) dan kenaikan titik didih (∆𝑇𝑏)
serta memperoleh konstanta penurunan titik beku (𝐾𝑓) dan konstanta
kenaikan titik didih (𝐾𝑏) (Nisa, 2011).
I.2 Maksud dan tujuan percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan
memahami penurunan titik beku dan kenaikan titik didih suatu larutan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui
penurunan titik beku dan kenaikan titik didih pada sampel (asam askorbat
dan sukrosa) serta menententukan dan memahami pengaruh jenis zat
terlarut terhadap pelarut murni.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini berdasarkan Hukum Raoult yang menyatakan
bahwa penurunan titik beku larutan, sebanding dengan konsentrasi
larutan yang dinyatakan dengan metode molaritas, sedangkan prinsip
percobaan untuk kenaikan titik didih adalah apabila zat padat yang tidak
mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan uap akhirnya
akan turun sehingga titik didih larutan akan naik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Sifat Koligatif Larutan
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan
encer yang disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari
kata colligare yang berarti berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung
pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat
dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan ada empat macam yaitu
penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik
beku (ΔTf) dan tekanan osmosis (π). Sifat kologatif dapat digunakan untuk
menentukan massa molekul relatif suatu zat (Achmad, 1996):
a. Tekanan uap (ΔP)
Tekanan uap adalah sifat koligatif larutan dimana suatu larutan
memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada pelarut murninya.
Penurunan tekanan uap disebabkan oleh adanya zat
terlarut nonvolatile (tidak mudah menguap) yang memiliki interaksi
dengan pelarut murni, dan membuat molekul-molekul pelarut murni
menjadi lebih sulit untuk menguap.
b. Kenaikan Titih Didih (ΔTb)
Kenaikan titik didih adalah sifat koligatif larutan dimana titik didih
suatu larutan lebih tinggi daripada pelarut murninya. Kenaikan titik didih
disebabkan oleh adanya zat terlarut nonvolatile (tidak mudah menguap)
yang “menghalangi” molekul-molekul pelarut untuk menguap, sehingga
menyebabkan suatu larutan lebih sulit untuk mencapai titik didihnya.
c. Penurunan Titik Beku (ΔTf)
Penurunan titik beku adalah sifat koligatif larutan dimana zat
terlarut yang ditambahkan akan menurunkan titik beku dari pelarut
murni nya. Penurunan titik beku disebabkan oleh adanya partikel zat
terlarut yang menghalangi sesama molekul pelarut untuk saling
berinteraksi membentuk fasa padatnya.
d. Tekanan Osmosis (π)
Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang dibutuhkan untuk
menghentikan proses osmosis. Tekanan osmotik larutan disimbolkan
sebagai π dan memiliki satuan atm (tekanan atmosfer). Adapun rumus
dari tekanan osmosis yaitu (Ferdina, 2019) :
Π = M.R.T
Ket:
Π : Tekanan osmosis (atm)
M : Konsentrasi Larutan (mol/L)
R : Tetapan gas (0,082 L atm mol/K)
T : Suhu (K)
Ket:
∆Tb : Titik Didih Molal
M : Molalitas
Kb : Tetapan Kenaikan Titik Didih
Berikut ini adalah nilai harga Kb dari beberapa pelarut (Nisa, 2011) :
Dit: ∆Tb = ?
Mr = ?
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (91 – 90) ℃ = 1℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
1℃ = 1 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 1 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿52
1℃
Peny:
2) Asam askorbat
Dik : V = 10 mL
Kb = 0,52 °C kg/mol
Massa = 2g
Dit : ∆Tb = ?
Mr = ?
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (98 – 85) ℃ = 13℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
13℃ = 2 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 2 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿ 18
13 ℃
Peny:
3) Asam askorbat
Dik : V = 10 mL
Kb = 0,52 °C kg/mol
Massa = 3,5 g
Dit : ∆Tb = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (91– 89)℃ = 2 ℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
2℃ = 3,5 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 3,5 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿ 91
2℃
4) Sukrosa
Dik : V = 10 mL
Kb = 0,52 °C kg/mol
Massa = 1g
Dit : ∆Tb = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (97– 94)℃ = 3 ℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
3℃ = 1 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 1 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿17,3
3℃
5) Sukrosa
Dik : V = 10 mL
Kb = 0,52 °C kg/mol
Massa = 2g
Dit : ∆Tb = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (98– 89)℃ = 9 ℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
9℃ = 2 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 2 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿ 11,5
9℃
6) Sukrosa
Dik : V = 10 mL
Kb = 0,52 °C kg/mol
Massa = 2g
Dit : ∆Tb = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 – 𝑇𝑏 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
∆𝑇𝑏 = (96– 93)℃ = 3 ℃
∆𝑇𝑏 = g 1000
𝐾b × ×
Mr V
3℃ = 3,5 g 1000
0,52°C kg/mol × ×
Mr 10 mL
Mr = 3,5 g ×100 × 0,52° C kg /mol
=¿ 60,7
3℃
IV.2.2 Penurunan Titik Beku
1) Asam Askorbat
Dik : V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 1g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-10°))C = 10℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
10℃ = 1 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 1 g ×100 ×1,86 ⸰ C kg/mol
=¿186
10 ℃
2) Asam askorbat
Dik : V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 2g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-13°))C = 13℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
13℃ = 2 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 2 g ×100 ×1,86 ⸰C kg/mol
=¿28,61
13 ℃
3) Asam askorbat
Dik : V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 3,5 g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-15°))C = 15℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
15℃ = 3,5 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 3,5 g ×100 × 1,86⸰ C kg /mol
=¿43,4
15 ℃
4) Sukrosa
Dik : V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 1g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-8°))C = 8℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
8℃ = 1 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 1 g ×100 ×1,86 ⸰ C kg/mol
=¿23,25
8℃
5) Sukrosa
Dik: V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 2g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-10°))C = 10℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
10℃ = 2 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 2 g ×100 ×1,86 ⸰C kg/mol
=¿37,2
10 ℃
6) Sukrosa
Dik : V = 10 mL
Kf = 1,86 °C kg/mol
Massa = 3,5 g
Dit : ∆Tf = ?
Mr = ?
Peny:
∆𝑇f = Tf Pelarut – Tf Larutan
∆𝑇f = (0° – (-12°))C = 12℃
∆𝑇f = g 1000
× × Kf
Mr V
12℃ = 3,5 g 1000
× ×1,86 °C kg/mol
Mr 10 mL
Mr = 3,5 g ×100 × 1,86⸰ C kg /mol
=¿54,25
12 ℃
IV.3 Pembahasan
Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan
pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah
dari pelarutnya. Rumus-rumus penemtuan titik beku hanya berlaku apabila
pada pembekuan yang memisah pelarut padat (Fitriana, 2009).
Pada pengamatan penurunan titik beku digunakan es batu yang
ditambahkan garam tujuannya adalah untuk mempercepat pembekuan
pada larutan. Jika yang digunakan hanya es batu saja maka titik bekunya
hanya 0℃, sedangkan jika ditambahkan garam dapur suhunya akan lebih
rendah (lebih dingin). Penambahan garam dapur pada es batu
mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin
rendah titik bekunya (Lukman, 2013).
Dari hasil percobaan penurunan titik beku yang dilakukan
menggunakan dua bahan, yaitu Asam askorbat dan Sukrosa dengan
massa masing-masing bahan 1 gram, 2 gram, dan 3,5 gram. Dimana
kedua bahan tersebut dibuat dalam sediaan cair. Untuk bahan Asam
askorbat dengan massa 1 gram membeku pada suhu 10°C, Asam
askorbat dengan massa 2 gram membeku pada suhu 13°C dan Asam
askorbat dengan massa 3,5 gram membeku pada suhu 18°C.
Dengan mula-mula menghitung Mr (Massa Relatif) dari bahan yang
digunakan. Setiap massa dari bahan yang diujikan pada praktikum ini
masing-masing memiliki laju penurunan yang berbeda-beda pula. Untuk
bahan Asam askorbat dengan massa 1 gram memiliki laju penurunan
sebesar -10°C, Asam askorbat dengan massa 2 gram memiliki laju
penurunan sebesar -13°C, dan Asam askorbat dengan massa 3,5 gram
meiliki laju penurunan sebesar -15°C.
Bahan Sukrosa atau gula pasir pada praktikum kali ini memiliki hasil
yang beda-beda untuk setiap replikasinya. Untuk bahan Sukrosa dengan
massa 1 gram membeku pada suhu 8°C, Sukrosa dengan massa 2 gram
membeku pada suhu 10°C, dan Sukrosa dengan massa 3,5 gram
membeku pada suhu 12°C.
Laju penurunan titik beku untuk bahan Sukrosa tetap menggunakan
rumus yang sama dengan penurunan titik beku untuk bahan Asam
askorbat. Dengan mula-mula menghitung Mr (Massa Relatif) dari bahan
yang digunakan. Setiap massa dari bahan yang diujikan pada praktikum
ini masing-masing memiliki laju penurunan yang berbeda-beda pula.
Untuk bahan Sukrosa dengan massa 1 gram memiliki laju penurunan
sebesar 8°C, Sukrosa dengan massa 2 gram memiliki laju penurunan
sebesar -10°C, dan Sukrosa dengan massa 3,5 gram meiliki laju
penurunan sebesar -12°C.
Kenaikan titik didih adalah sifat koligatif larutan dimana titik didih
suatu larutan lebih tinggi daripada pelarut murninya (Achmad, 1996).
Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh energi kalor dan konsentrasi zat
terlarut. Semakin banyak energi atau kalor yang diperoleh maka akan
semakin cepat suhu zat untuk mendidih. Dan semakin banyak konsentrasi
zat terlarut maka yang dicampur akan semakin tinggi titik didih zat
tersebut. Sedangkan penurunan titik beku hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi zat terlarut dimana jika jumlah partikel zat terlarut semakin
banyak, maka titik beku larutan tersebut akan semakin turun (Lukman,
2013).
Dari hasil percobaan penurunan kenaikan titik didih yang dilakukan
menggunakan dua bahan, yaitu Asam askorbat dan Sukrosa dengan
massa masing-masing bahan 1 gram, 2 gram, dan 3,5 gram. Dimana
kedua bahan tersebut dibuat dalam sediaan cair. Untuk bahan Asam
askorbat dengan massa 1 gram mengalami kenaikan mendidih pada suhu
91°C, Asam askorbat dengan massa 2 gram mendidih pada suhu
98°C,dan Asam askorbat dengan massa 3,5 gram mendidih pada suhu
91°C.
Dengan mula-mula menghitung Mr (Massa Relatif) dari bahan yang
digunakan. Setiap massa dari bahan yang diujikan pada praktikum ini
masing-masing memiliki laju kenaikan yang berbeda-beda pula. Untuk
bahan Asam askorbat dengan massa 1 gram memiliki laju kenaikan
sebesar 52°C, Asam askorbat dengan massa 2 gram memiliki laju
penurunan sebesar 18°C, dan Asam askorbat dengan massa 3,5 gram
meiliki laju penurunan sebesar 91°C.
Dari percobaan diatas yang lakukan dapat diambil sebuah
pernyataan bahwa kenaikan titik didih larutan asam askorbat dan sukrosa
akan menjadi lebih tinggi dari pada titik didih air sebagai pelarut murninya,
kenaikan titik didih ini juga disebabkan karena adanya zat terlarut gula dan
garam yang terlarut dalam air sehingga larutan menjadi lebih sulit
mendidih dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mendidih.
Dari hal ini pula dapat kami simpulkan bahwa larutan asam askorbat
memiliki titik didih lebih tinggi dikarenakan, larutan asam askorbat
merupakan larutan elektrolit. Hal tersebut terjadi karena zat elektrolit yang
dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi sehingga jumlah partikel zat
pada larutan elektrolit akan lebih banyak dibanding larutan nonelektrolit
(Ferdina, 2019).
Sesuai dengan hal yang kami simpulkan diatas, hal tersebut sudah
sesuai dengan literatur (Lukman, 2013). Dimana ketika sebuah zat pelarut
seperti air murni dicampurkan dengan zat terlarut seperti gula, garam atau
zat terlarut lainnya yang kemudian menjadi larutan maka titik didih larutan
tersebut akan berbeda dengan titik didih ketika hanya terdapat zat pelarut
saja (Lukman, 2013)
Suhu ketika zat pelarut mencapai titik didih dinamakan titik didih
pelarut sedangkan, pada larutan disebut titik didih larutan. Titik didih
larutan dapat lebih tinggi atau juga dapat lebih rendah daripada titik didih
pelarut. Ini tergantung pada kemampuan zat terlarut yang dicampurkan
pada pelarut dalam mencapai titik didih. Selisih antara titik didih larutan
inilah yang disebut dengan kenaikan titik didih (ΔTb ) (Rusdiani et al.,
2019).
Berdasarkan literatur yang digunakan hasil rumus perhitungan laju
reaksi pada praktikum ini sudah sesuai dengan yang tertulis pada literatur
yang mengatakan bahwa sifat larutan tidak bergantung ada suatu jenis zat
yang larut tetapi hanya tergantung paa konsetrasi partikel zat larutannya
(Rusdiani et al., 2019).
Pada percobaan penurunan titik beku terdapat beberapa faktor
kesalahan yang menyebabkan bahan kami tidak membeku sempurna. Hal
ini terjadi dikarenakan kesalahan praktikan dalam menempatkan es batu
dan termometer.
Pada percobaan kenaikan titik didih terdapat suatu kekeliruan yang
disebabkan karena adanya faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu
dimana sampel yang memiliki konsentrasi lebih tinggi mempunyai
kenaikan titik didih yang hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan sampel
yang memiliki konsentrasi rendah. Hal tersebut disebabkan karena
adanya faktor kesalahan dalam praktikum yaitu kurangnya ketelitian
praktikan dalam melakukan pengamatan. Pada percobaan ini yang
mengalami penurunan titik beku dan kenaikan titik didih yang hasilnya
lebih besar perubahannya terdapat pada sampel dengan konsentrasi 2
gram askorbat dan 2 gram Glukosa.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Konsentrasi suatu larutan mempengaruhi kenaikan titik didih dimana,
semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula kenaikannya
Dari hasil pengamatan yang dilakukan telah terjadi kenaikan titik didih
(∆𝑇𝑏) dan penurunan titik beku (∆𝑇𝑓) pada sampel yang dipengaruhi oleh
energi kalor dan konsentrasi zat terlarut. Pada ∆𝑇𝑏 semakin banyak energi
atau kalor yang diperoleh maka akan semakin cepat suhu zat untuk
mendidih. Sedangkan pada ∆𝑇𝑓 hanya dipengaruhi oleh konsentrasi zat
terlarut dimana jika jumlah partikel zat terlarut semakin banyak maka titik
beku larutan tersebut akan semakin turun.
Penurunan titik beku adalah temperatur pada saat larutan setimbang
dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih
rendah dari pelarutnya. Rumus-rumus penemtuan titik beku hanya berlaku
apabila pada pembekuan yang memisah pelarut padat. Berdasarkan hasil
praktikum dapat disimpulkan bahwa setiap bahan yang digunakan
memiliki suhu dan waktu yang berbeda-beda untuk sampai pada titik
terendah suatu bahan tersebut.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan dosen bisa mempertahankan cara penyampaian materi
dan cara memberikan penjelasan kepada praktikan atau bahkan bisa lebih
baik lagi.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan para asisten selalu mendampingi para praktikan yang
sedang melakukan praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan pada saat praktikum sedang berlangsung dan dapat cepat di
tangani jika terjadi kesalahan atau kelalaian praktikan pada saat praktikum
sedang berlangsung.
Putri, Rahmalita Tiari, dkk. 2016. Alat Penentuan Titik Beku Larutan:
Modifikasi Sistem Pendingin. Lampung: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia 5 (3).
Raymond, Chang. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Sakinah, Asri Nisa. 2011. Sifat Koligatif Larutan. Bandung : Media Ilmu
Sutresna.
Sukardjo. 2007. Identifikasi miskonsepsi menggunakan cri dan
penyebabnya pada materi mekanika fluida. Jurnal Pendidikan
Fisika UPI. 6(2): 81-89.
Suyatno. 2015. Kimia. Jakarta : Grasindo
No Gambar Keterangan
1
Memasukan larutan
kedalam baskom berisi es
batu yang telahh dicampur
dengan garam