Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Nama : Ageliya Dwi Pratiwi


Nim : 151810301009
Kelas/Kelompok : B/1
Asisten : Nanda Letitia Ivana

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titik beku merupakan suhu ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Suatu larutan jika sudah tidak murni atau ditambahkan zat terlarut lain
dengan konsentrasi tertentu maka titik beku larutan akan lebih rendah dari pada titik
beku pelarut murni. Hal ini dikarenakan proses pembekuan terjadi pada zat pelarut
terlebih dahulu dan kemudian pada zat terlarut. Setiap larutan akan memiliki titik beku
yang berbeda. Pelarut murni seperti aquades memiliki titik beku pada suhu 0C, tetapi
akan segera berubah menjadi di bawah 0C apabila dimasukkan zat lain di dalamnya
dengan jumlah atau konsentrasi tertentu.
Penurunan titik beku akan berbanding lurus dengan penurunan tekanan uapnya
sehingga ketika terjadi penurunan titik beku maka juga terjadi penurunan tekanan pada
campuran. Hubungan tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada
konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang dimasukkan dalam Hukum Rault yang
dinyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan sama
dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan dengan fraksi mol komponen
yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama.
Penurunan titik beku banyak digunakan untuk mengetahui cara menentukan
tetapan titik beku molal dan menentukan berat molekul zat non volatile yang tidak
diketahui. Tetapan titik beku molal setiap pelarut berbeda-beda bergantung pada
jumlah molal pelarut yang digunakan. Zat non volatil yang dapat menurunkan titik
beku molal pelarut dapat diketahui berat molekulnya melalui persamaan rumus
penurunan titik beku. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan penentuan titik beku
larutan agar dapat mengetahui titik beku molal pelarut yang digunakan dan berat
molekul zat non volatil yang tidak diketahui.

1.2 Tujuan
Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut dan menentukan berat
molekul zat non volatile yang tidak diketahui.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades atau air distillasi merupakan H2O murni. Akuades juga biasa disebut
dengan air. Akuades merupakan cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Derajat
keasaman (pH) dari akuades adalah netral yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari
akuades berturut-turut adalah 100 oC dan 0 oC. Massa jenis dari akuades adalah 1,00
gram/cm3. Akuades memiliki berat molekul 18,0134 gram/mol. Akuades yang
mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap tidak menimbulkan gejala serius atau
tidak berbahaya (Anonim, 2017).
2.2.1 Naftalena
Naftalena merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C10H8 dan
termasuk senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik sederhana. Naftalena berbentuk
kristal padat berwarna putih dengan bau atau aroma yang khas. Naftalena memiliki
titik leleh sebesar 80,26 oC serta titik didihnya sebesar 218 oC. Naftalena bersifat
volatil dalam suhu ruang dan ditetapkan sebagai karsinogen (polutan). Naftalena
sangat berbahaya apabila tertelan, dapat menyebabkan iritasi apabila terkena mata.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kontak dengan mata segera
basuh dengan air mengalir selama 15 menit, cuci dengan sabun dan air apabila terjadi
kontak dengan kulit. Pindahkan korban ke udara segar serta berikan bantuan
pernapasan maupun oksigen (Anonim, 2017).
2.3.1 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida atau biasa sering disebut garam dapur merupakan suatu mineral
yang sering dikonsumsi manusia. Natrium klorida mempunyai massa molar 58,44
gram/mol. Natrium klorida memiliki titik leleh 801 oC dan titik didih 1465 oC. Garam
dapur atau NaCl ini sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit, kontak mata, menelan
maupun inhalasi. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kontak
dengan mata segera basuh dengan air mengalir selama 15 menit, cuci dengan sabun
dan air apabila terjadi kontak dengan kulit. Pindahkan korban ke udara segar serta
berikan bantuan pernapasan maupun oksigen (Anonim, 2017).
2.4.1 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-COOH atau
CH3COOH. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan hidroskopis
tak berwarna, dan memiliki titik beku sebesar 16,7 C. Asam asetat memiliki massa
molar sebesar 60.05 g/mol dengan titik didihnya sebesar 118,1 C. Asam asetat ini
berbahaya dalam kasus kontak kulit, kontak mata, menelan maupun inhalasi.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kontak dengan mata segera
basuh dengan air mengalir selama 15 menit, cuci dengan sabun dan air apabila terjadi
kontak dengan kulit. Pindahkan korban ke udara segar serta berikan bantuan
pernapasan maupun oksigen (Anonim, 2017).
2.2 Dasar Teori
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen, dan dapat berwujud padatan,
atau cairan. Akan tetapi, larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan berbentuk
cairan, dimana suatu zat tertentu dilarutkan ke dalam pelarut yang berbentuk cairan
yang sesuai hingga konsentrasi tertentu. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut tettapi bergantung pada banyaknya jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan (Purba,1987).
Titik beku larutan merupakan suhu ketika tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Titik beku larutan biasanya lebih rendah daripada titik beku
pelarut murni karena zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, kemudian terjadi
pembekuan zat terlarutnya. Hal ini menyebabkan larutan akan membeku lebih lama
daripada pelarut. Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uapnya berubah
karena masuknya suatu zat terlarut atau jika cairan tersebut menjadi tidak murni
sehingga titik bekunya berubah atau nilai titik beku akan berkurang (Sukardjo, 2002).
Larutan mempunyai dua jenis sifat larutan yang sama yaitu sifat larutan yang
bergantung pada jenis dan sifat yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut namun
hanya bergantung pada konsentrasi zat terlarut saja. Semakin besar konsentrasi zat
terlarut yang ditambahkan dalam larutan, maka penurunan titik bekunya semakin
besar. Hal ini menandakan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi sama akan
memberikan sifat yang sama. Sifat larutan ini disebut sifat koligatif larutan (Petrucci,
1987).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi bergantung pada banyaknya jumlah partikel zat terlarut dalam larutan.
Sifat koligatif terdiri dari empat jenis yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik
didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Sifat-sifat larutan tersebut memiliki
peranan penting dalam menentukan berat molekul. Pada percobaan ini, hanya akan
dilakukan pengujian terhadap titik beku larutan. Titik beku larutan yaitu temperatur
pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatannya. Larutan akan membeku pada
temperatur lebih rendah daripada pelarutnya (Chang, 2004).
Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan
kurva peleburannya, sedangakn titik didih adalah suhu pada perpotongan garis tekanan
tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik
didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi
molnya. Penurunan titik beku larutan dengan peningkatan titik didih dapat dilihat pada
diagram fase dalam pelarut yang ditunjukkan dengan Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih larutan dalam larutan
dalam pelarut

(Wiryoatmojo, 1998).
Penurunan titik beku (Tf) bila kebanyakan larutan encer didinginkan, maka
pelarut murni terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi
suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik
beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa
tertentu pelarut. Rumus mencari penurunan titik beku yaitu sebagai berikut
2.3 Tf = Kf . m.(1)
Dimana
Tf = titik beku larutan (oC)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/mol)
m = adalah molalitas larutan (mol.L-1)
Persamaan ini berlaku sampai konsentrasi satu molal, penurunan titik beku 1 molal
tiap larutan non-elektrolit yang tersebut dalam pelarut itu adalah Kf yang karena itu
dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint constant) pelarut itu. Nilai
numerik Kf untuk masing-masing pelarut akan berbeda (Chang, 2004).
Zat terlarut bersifat tidak mudah menguap sehingga tekanan uap dari larutan
selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Hubungan tekanan uap larutan dan
tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan
itu dimasukkan dalam Hukum Rault yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu
komponen yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap
murni yang dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada
suhu yang sama. Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat
larutan ideal adalah molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada
percampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama
dengan volum campurannya. Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut
larutan tidak ideal (Bird, 1987).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas beaker 600ml 1 buah
- Gelas beaker 250ml 2 buah
- Gelas beaker 150ml 1 buah
- Gelas beaker 100ml 1 buah
- Gelas beaker 50ml 1 buah
- Pipet tetes 1 buah
- Botol semprot 1 buah
- Batang pengduk 1 buah
- Sensor temperatur 1 buah
- Pipet volum 10 ml 1 buah
- Ball pipet 1 buah
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Zat X
- Naftalena
- Asam cuka glasial (CH3COOH)
- Garam dapur (NaCl)
- Es
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Persiapan

- dicampur dengan es dan garam secukupnya


Air
- dimasukkan kedalam tabung gelas E
- diisi tabung gelas D dengan air secukupnya
- diambil pelarut sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam tabung gelas B
(pelarut yang dipakai asam cuku glasial).

Hasil

3.2.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal

Asam cuka glasial

- diisikan ke dalam tabung B sebanyak 20 mL sambil didinginkan dan


diamati perubahan suhu pada monitor tiap-tiap menit.
- diamati pelarut sudah membeku atau belum jika suhu sudah tetap.
- diulangi percobaan tahap A dan B dan ditentukan titik beku pelarut
murni Tof.
- dibiarkan pelarut mencair dan dimasukkan naftalen sebagai zat pelarut.

Hasil
3.2.3 Penentuan BM zat X

Zat X
- ditambahkan sebanyak 2 gram ke dalam larutan sebelumnya yang
dibiarkan mencair
- diamati perubahan suhu dan perhitungan Tf nya
- dihitung BM zat X dengan memakai modifikasi rumus yang ada.

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan

Suhu
No Jenis Larutan Keterangan Percobaan ke-
Konstan (C)

1 1 14,74
Asam Cuka Glasial V. asam = 20 mL
2 14.43

Asam Cuka Glasial + V. asam = 20mL 1 11,87


2
Naphtalene m. naf = 1 gram 2 12,56

V. asam = 20mL 1 11,87


Asam Cuka Glasial +
3 m. naf = 1 gram
Naphtalene + Zat x
m. zat x = 2 gram 2 11,68

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Suhu Pada Berbagai Larutan

2 Hasil Pengolahan Data

Pengulan Tof Tf1 Tf1 Kf Tf2 Tf2 Tf Mr zat x


gan Ke- (K) (K) (K) (g.K/mol) (K) (K) total (K) (g/mol)
1 287,74 284,87 2,87 7,72 284,87 2,87 5,74 243,9
2 287,43 285,56 1,87 5,03 284,68 2,75 4,62 178,57
Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data Percobaan

4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan memiliki
sifat yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada
jenis larutannya. Salah satu sifat larutan adalah penurunan titik beku. Penurunan titik
beku (Tf) adalah perbedaan titik beku larutan akibat adanya partikel zat terlarut
terhadap titik beku pelarutnya. Pelarut yang ditambahkan adalah pelarut non volatil.
Partikel yang ditambahkan dalam larutan akan menurunkan energi kinetik larutan
sehingga akan menurunkan titik beku larutan. Titik beku adalah suhu pada pelarut
tertentu dimana terjadi perubahan wujud cair menjadi padat. Percobaan ini membahas
penurunan titik beku larutan. Larutan yang ditentukan titik bekunya adalah titik
bekunya adalah asam cuka glasial yang ditambahkan naftalen dan zat X..
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan titik beku asam cuka
glasial. Beaker disusun menjadi rangkaian alat yang dapat digunakan untuk mengukur
titik beku suatu larutan. Gelas beaker I yang paling besar diisi dengan es batu dengan
ukuran yang kecil serta dicampur dengan garam secukupnya. Es digunakan untuk
menurunkan suhu karena es akan menyerap kalor dari dinding-dinding gelas. Gelas
beaker I ini berfungsi sebagai tabung pendingin sehingga ditambahkan garam untuk
menurunkan titik beku es supaya tidak cepat mengalami proses pencairan. Suhu es
batu akan lebih tinggi dari 0C sehingga akan mudah mencair apabila tidak ada
penambahan garam. Penambahan es dan garam ini memanfaatkan sifat koligatif
larutan. Gelas beaker II berukuran sedang dimasukkan kedalam gelas beaker I dan
diisi dengan air secukupnya kira-kira dapat merendam gelas beaker III yang berukuran
lebih kecil. Beaker II yang berisi air ini bertujuan karena air merupakan larutan yang
baik dalam proses kesetimbangan suhu dengan lingkungannya, sehingga air dapat
menjadi pengantar suhu yang baik dan suhu larutan dapat turun dengan cepat. Gelas
beaker III berukuran kecil diisi dengan asam cuka glasial. Beaker III yang berisi
dengan asam cuka glasial dimasukkan kedalam beaker II. Asam cuka glasial
digunakan karena dapat melarutkan berbagai senyawa dengan baik. Asam cuka glasial
diukur titik bekunya menggunakan alat sensor temperatur sehingga diperoleh titik
beku asam cuka sebesar 14,74 C pada pengulangan pertama dan pada pengulangan
kedua sebesar 14,43C. Penentuan titik beku ini didasarkan saat suhu sudah kosntan.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa titik beku asam asetat sebesar 16,7 C, hampir
mendekati dengan hasil percobaan yang didapatkan. Berikut grafik dari hasil
percobaan penurunan titik beku larutan.
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percoba
30

20

Suhu (celcius) f(x) = - 0.01x + 16.14


10 Linear ()
R = 0.55

0
0 100 200 300 400 500
Waktu (s)

Grafik 4.1 Penurunan titik beku asam cuka

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percob
30
25
20
15 f(x) = - 0.07x + 19.01
Suhu (celcius) R = 0.61
10 Linear ()
5
0
0 50 100 150
Waktu (s)

Grafik 4.2 Penurunan titik beku asam cuka

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka
temperatue asam cuka glasial akan menjadi semakin rendah. Penentuan titik beku
larutan didasarkan pada konstanya suhu pada monitor saat sensor suhu dicelupkan
dalam larutan asam cuka glasial tersebut.
Asam cuka glasial yang telah berubah menjadi padatan kemudian dicairkan
kembali dan ditambah dengan naftalen sebanyak 1 gram. Larutan diaduk hingga
homogen atau berada dalam satu fasa yang sama, kemudian diukur suhu larutan
sampai konstan sehingga diperoleh suhunya sebesar 11,87 C pada pengulangan
pertama. Pengulangan kedua didapatkan suhu larutan sebesar 12,56 C. Suhu asam
asetat mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya penambahan zat yang
menyebabkan energi bebas pelarut berkurang sehingga kemampuan pelarut menjadi
fase uapnya juga berkurang. Hal ini menyebabkan tekanan uap pelarut dalam larutan
akan lebih rendah bila dibandingkan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan
murni. Penurunan tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku sehingga suhu
mengalami penurunan. Penurunan ini juga diakibatkan oleh adanya partikel naftalen
yang menghalangi interaksi antar molekul asam cuka glasial untuk menjadi padat.
Naftalen melemahkan interaksi molekul antar molekul dalam asam cuka glasial
sehingga asam cuka glasial terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku
menjadi semakin kecil. Hal ini yang menyebabkan titik beku asam cuka menjadi
semakin turun dengan penambahan naftalen. Grafik penurunan suhu asam cuka glasial
yang ditambahkan naftalen sebagai berikut.

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan
30
25
20
15 f(x) = - 0.06x + 17.93
Suhu (celcius)
10 R = 0.51 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)

Grafik 4.3 Penurunan titik beku asam cuka tang ditambah naftalen

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan
30

20 f(x) = - 0.09x + 22.39


R = 0.74
Suhu (celcius)
10 Linear ()

0
0 50 100 150 200
Waktu (s)

Grafik 4.4 Penurunan titik beku asam cuka yang ditambah naftalen

Percobaan yang terakhir adalah penentuan berat molekul zat x. Zat x


ditambahkan kedalam asam cuka + naftalen sebanyak 2gram. Tujuan penambahan zat
ini adalah utnuk mengetahui berat molekul dari zat x sehingga dapat ditentukan jenis
zat x yang ditambahkan. Percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya, yaitu
dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Titik beku yang dihasilkan pada pengulangan
pertama sebesar 11,87 C sedangkan pada pengulangan kedua sebesar 11,68 C.
Berikut ini adalah grafiknya.

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan K
30
25
20
15 f(x) = - 0.06x + 17.93
Suhu (celcius)
10 R = 0.51 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)

Grafik 4.5 Penurunan titik beku zat x dalam asam cuka

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan K
30
25
20 f(x) = - 0.09x + 22.39
15 R = 0.74
Suhu (celcius)
10 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)

Grafik 4.6 Penurunan titik beku zat x dalam asam cuka

Penambahan zat x mampu menurunkan titik beku larutan. Hal ini dikarenakan
zat x yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tiitk beku. Suhu yang didapatkan
ini merupakan titik beku campuran. Dilihat bahwa larutan yang telah ditambah zat x
memiliki titik beku yang lebih rendah daripada pelarut murni dan pelarut yang
ditambah naftalen. Penurunan yang terjadi disebabkan bertambahnya jumlah zat
terlarut dalam larutan. Penurunan suhu ini semakin bertambah seiring banyaknya
jumlah zat yang ditambahkan sebab semakin banyak jumlah partikel didalamnya maka
semakin berkurang energi kinetik yang dihasilkan. Penurunan titik beku yang terjadi
dapat mengindikasikan bahwa larutan tersebut bukan merupakan larutan murni yang
disebabkan adanya penambahan zar terlarut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
dihitung berat molekul zat x pada pengulangan pertama sebesar 243,9 gram/mol dan
178,57 gram/mol pada pengulangan kedua.

Harga Kf dalam asam cuka glasial yang didapatkan pada percobaan ini adalah
7,72gram.K/mol dan 5,03gram.K/mol. Harga Kf asam asetat secara teori adalah
3,9gram.K/mol. Perbedaan harga Kf disebabkan larutan tidak ditutup, apabila dalam
keadaan terbuka dapat memungkinkan partikel zat atau zat dalam larutan akan
berinteraksi dengan lingkungan membentuk zat baru yang mempengaruhi hasil dari
percobaan yang dilakukan. Berdasarkan semua grafik dapat disimpulkan bahwa titik
beku larutan lebih rendah daripada pelarut murni. Hal ini disebabkan karena semakin
banyak partikel dalam suatu larutan daripada pelrut murni, sehingga partikel yang
bekerja juga semakin banyak. Saat pelarut murni membeku kemudian zat-zat
terlarutnya juga akan membeku, karena itulah titik belu larutan campuran lebih rendah
daripada titik beku pelarut murninya.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan penurunan titik beku larutan
kali ini adalah sebagai berikut :
Penambahan zat terlarut dapat menurunkan titik beku suatu larutan.
Tetapan penurunan titik beku molal pelarut (Kf) adalah sebesar
7,72gram.K/mol dan 5,03gram.K/mol
Berat molekul zat x yang diperoleh sebesar 243,9gram/mol dan
178,57gram/mol
5.2 Saran
Praktikum penentuan titik beku larutan ini merupakan praktikum yang
berhubungan dengan suhu. Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan
ketiga ini yaitu diharapkan agar praktikan dapat menjaga suhu agar tidak terlalu
dingin sehingga menggaggu dalam penentuan titik bekunya. Dan juga praktikan
harus lebih cermat dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi penyimpangan
data yang terlalu jauh
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Asam Asetat. [Serial online] http://www.scienelab.com/msds/php?


msdsld=986431. [18 Maret 2017].

Anonim. 2015. Aquades. [Serial online]. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld=


992732. [18 Maret 2017].

Anonim. 2015. Naftalena. [Serial online] http://www.scienelab.com/msds/php?


msdsld=973458. [18 Maret 2017].

Anonim. 2015. Natrium Klorida. [Serial online] http://www.scienelab.com/msds/php?


msdsld=761289. [18 Maret 2017].

Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Petruci, R.H. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga .
Purba, M. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jogjakarta: Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisika. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember: Fakultas MIPA
Universitas Jember.
Wiryoatmojo, S. 1998. Kimia Fisika I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
LAMPIRAN
1. Penentuan Nilai Kf
A. Pengulangan 1
Tf (asam cuka) = 14,74 C (287,74 K)
Tf (naftalen) = 11,87 C (284,87 K)
Tf = Tf Tf
= 287,74 K - 284,87 K
=2,87 K
W asam cuka = asam cuka v asam cuka
= 1,05 gram/mL 20 mL
=21 gram
Wasam cuka Mr naftalen Tf
Kf = 1000 Wnaftalen
21 gram 128,17 gram/mol 2,87 K
= 1000 1 gram
= 7,72 gram.K/mol

B. Pengulangan 2
Tf (asam cuka) = 14,43 C (287,43 K)
Tf (naftalen) = 12,56 C (285,56 K)
Tf = Tf Tf
= 287,43 K 285,56 K
=1,87 K
W asam cuka = asam cuka v asam cuka
= 1,05 gram/mL 20 mL
=21 gram
Wasam cuka Mr naftalen Tf
Kf = 1000 Wnaftalen
21 gram 128,17 gram/mol 1,87 K
= 1000 1 gram
= 5,03 gram.K/mol

2. Penentuan Massa Zat X


A. Pengulangan 1
Tf (Zat X) = 11,87 C (284,87 K)
Tf2= Tf Tf
= 287,74 K -284,87 K
= 2,87 K
Tftotal = Tf1 + Tf2
= 2,87 K + 2,87 K
= 5,74 K

Tftotal = ( W1000 Kf
asam cuka ) {( MrW ZatZat XX )+( MrWnaftalen
naftalen )}

5,74 K = ( 1000 7,72 gram. K /mol


21 gram )
{( 2 gram
Mr Zat X)(
+
1 gram
128,17 gram/mol )}
5,74 K = 367,62 K/mol ({ Mr2 gram
Zat X ) +(
128,17 gram/mol )}
1 gram

0,016 mol = ( Mr2 gram


Zat X ) + 0,0078 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,016 mol 0,0078 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,0028 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,0082mol
Mr Zat Z = 243,9 gram/mol

B. Pengulangan 2
Tf (Zat X) = 11,68 C (284,68 K)
Tf2 = Tf Tf
= 287,43 K -284,68 K
= 2,75 K
Tftotal = Tf1 + Tf2
= 1,87 K + 2,75 K
= 4,62 K

Tftotal = ( W1000 Kf
asam cuka ) {( W Zat X
Mr Zat X ) +(
Mr naftalen )}
Wnaftalen
4,62 K = ( 1000 5,03 gram . K /mol
21 gram )
({ Mr2 gram
Zat X ) +(
128,17 gram/mol )}
1 gram

4,62 K = 239,52 K/mol {( 2 gram


Mr Zat X)(
+
1 gram
128,17 gram/mol )}
0,019 mol = ( Mr2 gram
Zat X ) + 0,0078 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,019 mol 0,0078 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,0112 mol

2 gram
Mr Zat X = 0,0082mol
Mr Zat Z = 178,57 gram/mol

Titik Beku Asam Cuka Glasial Percobaan Ke-1


30
25
20 f(x) = - 0.04x + 22.23
15 R = 0.81
Suhu (celcius) Linear ()
10
5
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Waktu (s)
Titik Beku Asam Cuka Glasial Percobaan Ke-2
18

17

16
Suhu (celcius) 15 Linear ()
f(x) = - 0.01x + 15.37
R = 0.54
14

13
0 20 40 60 80 100

Waktu (s)

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percobaan Ke-1
30
25
20
15
Suhu (celcius) f(x) = - 0.01x + 16.14
Linear ()
10 R = 0.55
5
0
0 100 200 300 400 500

Waktu (s)

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percobaan Ke-2
30
25
20
f(x) = - 0.07x + 19.01
15
Suhu (celcius) R = 0.61
Linear ()
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120 140

Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan Ke-1
30

25

20

15 f(x) = - 0.06x + 17.93


Suhu (celcius) R = 0.51 Linear ()
10

0
0 20 40 60 80 100120140160

Waktu (s)

Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan Ke-2
30

25

20 f(x) = - 0.09x + 22.39


R = 0.74
15
Suhu (celcius)
Linear ()
10

0
0 50 100 150 200

Waktu (s)

Anda mungkin juga menyukai