1.2 Tujuan
Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut dan menentukan berat
molekul zat non volatile yang tidak diketahui.
Gambar 2.1. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih larutan dalam larutan
dalam pelarut
(Wiryoatmojo, 1998).
Penurunan titik beku (Tf) bila kebanyakan larutan encer didinginkan, maka
pelarut murni terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi
suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik
beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa
tertentu pelarut. Rumus mencari penurunan titik beku yaitu sebagai berikut
2.3 Tf = Kf . m.(1)
Dimana
Tf = titik beku larutan (oC)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/mol)
m = adalah molalitas larutan (mol.L-1)
Persamaan ini berlaku sampai konsentrasi satu molal, penurunan titik beku 1 molal
tiap larutan non-elektrolit yang tersebut dalam pelarut itu adalah Kf yang karena itu
dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint constant) pelarut itu. Nilai
numerik Kf untuk masing-masing pelarut akan berbeda (Chang, 2004).
Zat terlarut bersifat tidak mudah menguap sehingga tekanan uap dari larutan
selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Hubungan tekanan uap larutan dan
tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan
itu dimasukkan dalam Hukum Rault yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu
komponen yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap
murni yang dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada
suhu yang sama. Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat
larutan ideal adalah molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada
percampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran sama
dengan volum campurannya. Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult disebut
larutan tidak ideal (Bird, 1987).
Hasil
Hasil
3.2.3 Penentuan BM zat X
Zat X
- ditambahkan sebanyak 2 gram ke dalam larutan sebelumnya yang
dibiarkan mencair
- diamati perubahan suhu dan perhitungan Tf nya
- dihitung BM zat X dengan memakai modifikasi rumus yang ada.
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Suhu
No Jenis Larutan Keterangan Percobaan ke-
Konstan (C)
1 1 14,74
Asam Cuka Glasial V. asam = 20 mL
2 14.43
4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan memiliki
sifat yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada
jenis larutannya. Salah satu sifat larutan adalah penurunan titik beku. Penurunan titik
beku (Tf) adalah perbedaan titik beku larutan akibat adanya partikel zat terlarut
terhadap titik beku pelarutnya. Pelarut yang ditambahkan adalah pelarut non volatil.
Partikel yang ditambahkan dalam larutan akan menurunkan energi kinetik larutan
sehingga akan menurunkan titik beku larutan. Titik beku adalah suhu pada pelarut
tertentu dimana terjadi perubahan wujud cair menjadi padat. Percobaan ini membahas
penurunan titik beku larutan. Larutan yang ditentukan titik bekunya adalah titik
bekunya adalah asam cuka glasial yang ditambahkan naftalen dan zat X..
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan titik beku asam cuka
glasial. Beaker disusun menjadi rangkaian alat yang dapat digunakan untuk mengukur
titik beku suatu larutan. Gelas beaker I yang paling besar diisi dengan es batu dengan
ukuran yang kecil serta dicampur dengan garam secukupnya. Es digunakan untuk
menurunkan suhu karena es akan menyerap kalor dari dinding-dinding gelas. Gelas
beaker I ini berfungsi sebagai tabung pendingin sehingga ditambahkan garam untuk
menurunkan titik beku es supaya tidak cepat mengalami proses pencairan. Suhu es
batu akan lebih tinggi dari 0C sehingga akan mudah mencair apabila tidak ada
penambahan garam. Penambahan es dan garam ini memanfaatkan sifat koligatif
larutan. Gelas beaker II berukuran sedang dimasukkan kedalam gelas beaker I dan
diisi dengan air secukupnya kira-kira dapat merendam gelas beaker III yang berukuran
lebih kecil. Beaker II yang berisi air ini bertujuan karena air merupakan larutan yang
baik dalam proses kesetimbangan suhu dengan lingkungannya, sehingga air dapat
menjadi pengantar suhu yang baik dan suhu larutan dapat turun dengan cepat. Gelas
beaker III berukuran kecil diisi dengan asam cuka glasial. Beaker III yang berisi
dengan asam cuka glasial dimasukkan kedalam beaker II. Asam cuka glasial
digunakan karena dapat melarutkan berbagai senyawa dengan baik. Asam cuka glasial
diukur titik bekunya menggunakan alat sensor temperatur sehingga diperoleh titik
beku asam cuka sebesar 14,74 C pada pengulangan pertama dan pada pengulangan
kedua sebesar 14,43C. Penentuan titik beku ini didasarkan saat suhu sudah kosntan.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa titik beku asam asetat sebesar 16,7 C, hampir
mendekati dengan hasil percobaan yang didapatkan. Berikut grafik dari hasil
percobaan penurunan titik beku larutan.
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percoba
30
20
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percob
30
25
20
15 f(x) = - 0.07x + 19.01
Suhu (celcius) R = 0.61
10 Linear ()
5
0
0 50 100 150
Waktu (s)
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka
temperatue asam cuka glasial akan menjadi semakin rendah. Penentuan titik beku
larutan didasarkan pada konstanya suhu pada monitor saat sensor suhu dicelupkan
dalam larutan asam cuka glasial tersebut.
Asam cuka glasial yang telah berubah menjadi padatan kemudian dicairkan
kembali dan ditambah dengan naftalen sebanyak 1 gram. Larutan diaduk hingga
homogen atau berada dalam satu fasa yang sama, kemudian diukur suhu larutan
sampai konstan sehingga diperoleh suhunya sebesar 11,87 C pada pengulangan
pertama. Pengulangan kedua didapatkan suhu larutan sebesar 12,56 C. Suhu asam
asetat mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya penambahan zat yang
menyebabkan energi bebas pelarut berkurang sehingga kemampuan pelarut menjadi
fase uapnya juga berkurang. Hal ini menyebabkan tekanan uap pelarut dalam larutan
akan lebih rendah bila dibandingkan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan
murni. Penurunan tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku sehingga suhu
mengalami penurunan. Penurunan ini juga diakibatkan oleh adanya partikel naftalen
yang menghalangi interaksi antar molekul asam cuka glasial untuk menjadi padat.
Naftalen melemahkan interaksi molekul antar molekul dalam asam cuka glasial
sehingga asam cuka glasial terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku
menjadi semakin kecil. Hal ini yang menyebabkan titik beku asam cuka menjadi
semakin turun dengan penambahan naftalen. Grafik penurunan suhu asam cuka glasial
yang ditambahkan naftalen sebagai berikut.
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan
30
25
20
15 f(x) = - 0.06x + 17.93
Suhu (celcius)
10 R = 0.51 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)
Grafik 4.3 Penurunan titik beku asam cuka tang ditambah naftalen
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan
30
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)
Grafik 4.4 Penurunan titik beku asam cuka yang ditambah naftalen
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan K
30
25
20
15 f(x) = - 0.06x + 17.93
Suhu (celcius)
10 R = 0.51 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan K
30
25
20 f(x) = - 0.09x + 22.39
15 R = 0.74
Suhu (celcius)
10 Linear ()
5
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)
Penambahan zat x mampu menurunkan titik beku larutan. Hal ini dikarenakan
zat x yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tiitk beku. Suhu yang didapatkan
ini merupakan titik beku campuran. Dilihat bahwa larutan yang telah ditambah zat x
memiliki titik beku yang lebih rendah daripada pelarut murni dan pelarut yang
ditambah naftalen. Penurunan yang terjadi disebabkan bertambahnya jumlah zat
terlarut dalam larutan. Penurunan suhu ini semakin bertambah seiring banyaknya
jumlah zat yang ditambahkan sebab semakin banyak jumlah partikel didalamnya maka
semakin berkurang energi kinetik yang dihasilkan. Penurunan titik beku yang terjadi
dapat mengindikasikan bahwa larutan tersebut bukan merupakan larutan murni yang
disebabkan adanya penambahan zar terlarut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
dihitung berat molekul zat x pada pengulangan pertama sebesar 243,9 gram/mol dan
178,57 gram/mol pada pengulangan kedua.
Harga Kf dalam asam cuka glasial yang didapatkan pada percobaan ini adalah
7,72gram.K/mol dan 5,03gram.K/mol. Harga Kf asam asetat secara teori adalah
3,9gram.K/mol. Perbedaan harga Kf disebabkan larutan tidak ditutup, apabila dalam
keadaan terbuka dapat memungkinkan partikel zat atau zat dalam larutan akan
berinteraksi dengan lingkungan membentuk zat baru yang mempengaruhi hasil dari
percobaan yang dilakukan. Berdasarkan semua grafik dapat disimpulkan bahwa titik
beku larutan lebih rendah daripada pelarut murni. Hal ini disebabkan karena semakin
banyak partikel dalam suatu larutan daripada pelrut murni, sehingga partikel yang
bekerja juga semakin banyak. Saat pelarut murni membeku kemudian zat-zat
terlarutnya juga akan membeku, karena itulah titik belu larutan campuran lebih rendah
daripada titik beku pelarut murninya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan penurunan titik beku larutan
kali ini adalah sebagai berikut :
Penambahan zat terlarut dapat menurunkan titik beku suatu larutan.
Tetapan penurunan titik beku molal pelarut (Kf) adalah sebesar
7,72gram.K/mol dan 5,03gram.K/mol
Berat molekul zat x yang diperoleh sebesar 243,9gram/mol dan
178,57gram/mol
5.2 Saran
Praktikum penentuan titik beku larutan ini merupakan praktikum yang
berhubungan dengan suhu. Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan
ketiga ini yaitu diharapkan agar praktikan dapat menjaga suhu agar tidak terlalu
dingin sehingga menggaggu dalam penentuan titik bekunya. Dan juga praktikan
harus lebih cermat dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi penyimpangan
data yang terlalu jauh
DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Petruci, R.H. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga .
Purba, M. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jogjakarta: Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisika. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember: Fakultas MIPA
Universitas Jember.
Wiryoatmojo, S. 1998. Kimia Fisika I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
LAMPIRAN
1. Penentuan Nilai Kf
A. Pengulangan 1
Tf (asam cuka) = 14,74 C (287,74 K)
Tf (naftalen) = 11,87 C (284,87 K)
Tf = Tf Tf
= 287,74 K - 284,87 K
=2,87 K
W asam cuka = asam cuka v asam cuka
= 1,05 gram/mL 20 mL
=21 gram
Wasam cuka Mr naftalen Tf
Kf = 1000 Wnaftalen
21 gram 128,17 gram/mol 2,87 K
= 1000 1 gram
= 7,72 gram.K/mol
B. Pengulangan 2
Tf (asam cuka) = 14,43 C (287,43 K)
Tf (naftalen) = 12,56 C (285,56 K)
Tf = Tf Tf
= 287,43 K 285,56 K
=1,87 K
W asam cuka = asam cuka v asam cuka
= 1,05 gram/mL 20 mL
=21 gram
Wasam cuka Mr naftalen Tf
Kf = 1000 Wnaftalen
21 gram 128,17 gram/mol 1,87 K
= 1000 1 gram
= 5,03 gram.K/mol
Tftotal = ( W1000 Kf
asam cuka ) {( MrW ZatZat XX )+( MrWnaftalen
naftalen )}
2 gram
Mr Zat X = 0,016 mol 0,0078 mol
2 gram
Mr Zat X = 0,0028 mol
2 gram
Mr Zat X = 0,0082mol
Mr Zat Z = 243,9 gram/mol
B. Pengulangan 2
Tf (Zat X) = 11,68 C (284,68 K)
Tf2 = Tf Tf
= 287,43 K -284,68 K
= 2,75 K
Tftotal = Tf1 + Tf2
= 1,87 K + 2,75 K
= 4,62 K
Tftotal = ( W1000 Kf
asam cuka ) {( W Zat X
Mr Zat X ) +(
Mr naftalen )}
Wnaftalen
4,62 K = ( 1000 5,03 gram . K /mol
21 gram )
({ Mr2 gram
Zat X ) +(
128,17 gram/mol )}
1 gram
2 gram
Mr Zat X = 0,019 mol 0,0078 mol
2 gram
Mr Zat X = 0,0112 mol
2 gram
Mr Zat X = 0,0082mol
Mr Zat Z = 178,57 gram/mol
Waktu (s)
Titik Beku Asam Cuka Glasial Percobaan Ke-2
18
17
16
Suhu (celcius) 15 Linear ()
f(x) = - 0.01x + 15.37
R = 0.54
14
13
0 20 40 60 80 100
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percobaan Ke-1
30
25
20
15
Suhu (celcius) f(x) = - 0.01x + 16.14
Linear ()
10 R = 0.55
5
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen Percobaan Ke-2
30
25
20
f(x) = - 0.07x + 19.01
15
Suhu (celcius) R = 0.61
Linear ()
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan Ke-1
30
25
20
0
0 20 40 60 80 100120140160
Waktu (s)
Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial yang ditambah Naftalen dan Zat X Percobaan Ke-2
30
25
0
0 50 100 150 200
Waktu (s)