Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA LANJUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Oleh :

Nama : Raffaello Santoso

NIM : 201910901048

Kelompok/Kelas : 06/Pertambangan

Asisten : Vida Prasetya

LABORATORIUM KIMIA LANJUTAN


PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul
Sifat Koligatif Larutan
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum sifat koligatif larutan adalah sebagai berikut:
1. Menguji penurunan titik beku larutan elektrolit dan non-elektrolit
2. Menguji penutunan titik beku larutan yang memiliki konsentrasi yang
berbeda-beda
III. Pendahuluan
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 Aquades
Aquades merupakan suatu pelarut yang berfungsi melarutkan zat terlarut
sehingga menghasilkan suatu larutan. Akuades memiliki bentuk liquid, dan tidak
berwarna. Akuades sebenarnya tidak berbahaya. Deskripsi tindakan pertolongan
pertama umum yaitu jika merasa tidak enak badan dapatkan bantuan medis. Tindakan
pertolongan pertama setelah terhirup yaitu biarkan orang terkena menghirup udara
segara, biarkan korban beristirahat, efek merugikan tidak diharapkan dari produk ini.
Tindakan pertolongan pertama setelah kontak dengan kulit yaitu diperkirakan tidak
terjadi efek merugikan dari produk ini. Tindakan pertolongan pertama setelah kontak
mata yaitu diperkirakan tidak terjadi efek merugikan dari produk ini. Tindakan
pertolongan pertama setelah tertelan yaitu jangan dimuntahkan karena efek
merugikan tidak diharapkan dari produk ini. Gejala dan efek tertunda diantaranya
diperkirakan tidak menimbulkan bahaya yang signifikan dalam kondisi penggunaan
normal yang diantisipasi. Tidak diperlukan kondisi penyimpanan khusus (Labchem,
2021).

III.1.2 Natrium Klorida (NaCl)


Natrium klorida atau yang biasa dikenal sebagai garam dapur. Natrium klorida
larut dalam air, dan sangat stabil. Natrium klorida sebenarnya digolongkan dalam
senyawa tidak berbahaya. Pertolongan pertama ketika terhirup yaitu biarkan korban
mendapatkan udara yang bersih dan biarkan korban untuk beristirahat. Pertolongan
pertama apabila terkena kontak dengan kulit yaitu tanggalkan semua pakaian dengan
air yang mengalir dan cuci kulit yang terkena dengan sabun. Pertolongan pertama
apabila terkena mata yaitu bilas mata menggunakan air yang mengalir dan segera
lepaskan lensa kontak. . Pertolongan pertama apabila tertelan yaitu beri air minum
kepada korban. Gejala dan efek tertunda diantaranya diperkirakan tidak menimbulkan
bahaya yang signifikan dalam kondisi penggunaan normal yang diantisipasi. Tidak
diperlukan kondisi penyimpanan khusus, namun pstikan ditutup dengan rapat agar
tidak tumpah (Labchem, 2021).

III.1.3 Sukrosa (C12H22O11)


Sukrosa adalah glikosil glikosida yang dibentuk oleh unit glukosa dan
fruktosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen asetal dari hemiasetal glukosa ke
hemiketal fruktosa. Proses pemecahannya disebut hidrolisis. Sukrosa memiliki ciri-
ciri yaitu mempunya titik leleh 186 oC, densitas 1,587 g/cm3, solubility 2000 g/L
(15oC). Sifat fisik sukrosa yaitu tidak berwarna, larut dalam air dan etanol, tidak larut
dalam eter dan kloroform, bersifat opstis aktif. Sukrosa memiliki sifat kimia yaitu
dalam suasana asam dan suhu yang tinggi mengalami inverse menjadi glukosa dan
fruktosa. Sukrosa dapat berpengaruh bagi beberapa orang yang sensitif seperti iritasi
ringan pada mata, hidung, tenggorokan, dan kulit. Pertolongan pertama ketika
terhirup yaitu biarkan korban mendapatkan udara yang bersih dan biarkan korban
untuk beristirahat. Pertolongan pertama apabila terkena kontak dengan kulit yaitu
tanggalkan semua pakaian dengan air yang mengalir dan cuci kulit yang terkena
dengan sabun. Pertolongan pertama apabila terkena mata yaitu bilas mata
menggunakan air yang mengalir dan segera lepaskan lensa kontak. Pertolongan
pertama apabila tertelan yaitu beri air minum kepada korban. Perlindungan untuk
menghindari paparan C12H22O11 dengan menggunakan pelindung badan, baik itu
sarung tangan, kacamata dan pelindung badan dan wajah agar tidak terkena cairan
tersebut. Kondisi penyimpanan pastikan untuk menutup penutupnya dengan rapat dan
jangan diletakkan pada tempat yang langsung terkena langsung oleh paparan cahaya
matahari (LabChem, 2021).
III.1.4 Urea (CH4N2O)
Urea merupakan zat yang memiliki rumus kimia CH 4N2O. Urea memiliki sifat
fisik dan kimia yaitu berbentuk padat seperti serbuk kristal yang tidak berwarna
hingga berwarna putih. Urea hampir tidak berbau seperti zat amonia terutama jika
dalam fase lembab.Urea memiliki rasa dingin dan asin. Sifat kimia urea yaitu
memiliki Berat jenis (air=1) 1323 kg/m3 pada 20-24 oC, tekanan uap 80 Pa (0.6
mmHg) pada 20 0C. Urea dapat larut dalam air dingin dan air panas dengan kelarutan
dalam air 1080 g/L pada suhu 20 oC. Urea diklasifikasikan ke dalam zat yang
berbahaya sebab dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan saluran pernapasan.
Tindakan pertolongan pertama jika terkena mata adalah bersihkan mata menggunakan
air mengalir selama beberapa menit, dan lepaskan kontak lensa. Untuk menghindari
iritasi kulit tindakan pertama yang harus dilakukan adalah bersihkan kulit
menggunakan sabun dan air. Pertolongan pertama jika masuk ke dalam pernafasan
adalah membawa korban untuk menghirup udara segar, dan biarkan korban
beristirahat. Resiko-resiko dapat dihindari dengan cara memakai sarung tangan,
pelindung mata. Simpan dalam wadah yang tahan korosif dengan lapisan dalam yang
tahan dan simpan dengan terkunci dan hanya dalam wadah aslinya (LabChem, 2021).

III.2 Tinjauan Pustaka


III.2.1 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang tidakbergantung pada jenis zat terlart
tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif
larutan sendiri dibagi menjadi empat macam yang berbeda, yaitu penurunan tekanan
uap larutan jenuh, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik.
Sifat koligatif sendiri dapat dipahami jika konsep larutan, senyawa elektrolit dan
nonelektrolit, dan konsentrasi dipahami terlebih dahulu. Sifat koligatif larutan terdiri
atas dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah
jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion sesuai dengan hal-hal tersebut. Sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit
(Chang, 2007).
Harga dari keempat sifar koligatif larutan hanya bergantung oleh larutan yang
mengandung jumlah partikel zat terlarut saja. Sifat koligatif larutan tidak bergantung
pada jenis zat yang dilarutkan pada masing-masing larutan. Partikel zat terlarut yang
banyak akan menyebabkan harga keempat sifat koligatif larutan semakin besar.
Hukum-hukum sifat koligatif larutan menyatakan bahwa selisih tekanan uap, titik
beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih
pelarut murnni berbanding lrus degan konsentrasi zat terlarutnya (Keenan, 2005).

III.2.2 Penurunan Tekanan Uap (ΔP)


Ilmuan yang bernama Francois Marie Raoult (1830-1901) menemukan bahwa
adanya zat terlarut di dalam larutan menyebabkan penurunan tekanan uap pelarutnya.
Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan parsial dapat menurunkan uap larutan
dibawah larutan ideal PA. Penurunan tekanan uap merupakan selisih tekanan uap
suatu larutan dengan pelarut murninya yang disebabkan oleh partikel-partikel zat
terlarut yang menghalangi proses penguapan suatu pelarut. Penurunan tekanan uap
berkaitan dengan proses mudahnya suatu pelarut untuk menguap yang tergantung
oleh gaya tarik-menarik antar partikelnya. Gaya tarik partikel yang kuat daripada
pertikel (pelarut atau zat terlarut) menyebabkan tekanan uap larutan
rendahdikarenakan pelarut sulit unutk menguap. Gaya tarik antar partikel yang kuat
berbanding terbalik dengan kemudahan pelarut untk menguap (Tim penyusun, 2021).
Penurunan tekanan uap jenuh larutan sebanding dengan selisih dari tekanan
uap jenuh pelarut murni Po dengan tekanan uap larutan (P). Hubungan tekanan uap
jenuh larutan dengan fraksi molzat terlarut dan suhu yaitu berbanding lurus, sehingga
besarnya penurunan tekanan uap jenuh larutan sebanding denganjumlah zat terlarut.
Persamaan uap jenuh larutan menurut Hukum Roult dirumuskan sebagai berikut:
(Rahardjo, 2007).

ΔP= P∘−P (1)

P = Xt ⋅ Po
ΔP = P∘ _ P
= P∘ _ (Xt⋅P∘)
= P∘ _ {(1−Xp) P∘}
= P∘ _ {P∘−XpP∘}
Keterangan: P = tekanan uap larutan
ΔP = penurunan tekanan uap
Po = tekanan uap pelarut
Xp = fraksi mol pelarut
Xt = fraksi mol terlarut
ΔP = Xp . P∘ (2)
Penurunan tekanan uap larutan elektrolit berbeda dengan larutan non
elektrolit. Larutan elektrolit bergantung pada derajat ionisasinya. Besarnya penurunan
tekanan uap larutan elektrolit sebanding dengan derajat ionisasinya. Penurunan
tekanan uap lartan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada
larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu unutk larutan elektrolit kuat dan
mendekati nol unutk larutan elektrolit lemah. Persamaan yang digunakan untuk
penurunan uap larutan elektrolit dan nonelektrolit adalah sebagai berikut:
Larutan elektrolit : ΔP = Xt . P∘. ί (3)
Larutan non elektrolit : ΔP = Xt . P∘ (4)

III.2.3 Penurunan Titik Beku (ΔTf)


Titik beku suatu larutan adalah suhu atau temperatur di mana tekanan uap
suatu cairan atau larutan sama dengan tekanan uap pelarut padat dalam kondisi murni.
Suatu larutan jika jumlah partikel zat terlarut bertambah, titik beku larutan akan
berkurang. Hal ni terjadi hanya dalam pelarut encer karena dalam pelarut encer titik
beku yang turun sebanding dengan jumlah molekul zat terlarut dalam massa pelarut
tertentu. Penurunan titik beku rumusnya dibagi menjadi dua, yaitu penurunan titik
beku larutan elektrolit dan non elektrolit (Rosenberg, 2016).
1. Penurunan Titik Beku Elektrolit
Zat elektrolit dalam air akan terionisiasi menjadi ion-ion yang. Penguraian ini
mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah partikel, sehingga sifat larutan
koligatif larutan elektrolit lebih besar daripada sifat koligatif larutan non-elektrolit
dengan molaritas yang sama. Persamaan yang digunakan untuk larutan elektrolit
dituliskan sebagai berikut: (Brady, 2005).
∆Tf = m . Kf . ί (5)

ί dirumuskan dengan : ί = 1 + (n+1) α

Keterangan:

jumlah mol zat terionisasi


α=
jumlah mol zat dilarutkan

ΔTf = penurunan titik beku larutan

m = molalitas zat terlarut

Kf = tetapan penurunan titik beku

n = bilangan total ion jika terdapat disosiasi sempurna

ί = faktor Van’t hoff

2. Penurunan Titik Beku Non Elektrolit


Titik beku suatu cairan merupakan suhu atau temperatur pada saat tekanan uap
cairan atau larutan sama dengan tekanan uap pelarut murni. Titik beku dari suatu
larutan semakin turun jika jumlah partikel terlarut juga semakin banyak. Ilustrasi
yang digunakan untuk perbandingan jumlah partikel dengan turunnya titik beku suatu
larutan sebagai berikut: (Brady, 2005).

Keterangan: A = titik triple larutan


a = titik beku larutan
b = titik beku air
c = titik didih air
d = titik didih larutan
Titik beku normal adalah suhu dimana garis kesetimbangan padatan cairannya
berpotongan dengan garis tekanan 1 atm. Titik beku larutan akan lebih rendah
dibanding titik beku pelarut jika titik tripel baru untuk larutan terletak disebelah kiri
dari tripel pelarut murni. Hukum Roult menyatakan bahwa besarnya penurunan titik
beku sebanding dengan perkalian konstanta titik beku dengan molalitas larutan.
Rumus yang digunakan dalam penentuan titik beku larutan non elektrolit adalah
sebagai berikut: (Tim penyusun, 2021).
∆Tf = m . Kf (6)

Keterangan:

ΔTf = penurunan titik beku larutan

m = molalitas zat terlarut

Kf = tetapan penurunan titik beku


n = bilangan total ion jika terdapat disosiasi sempurna

ί = faktor Van’t hoff

Penurunan titik beku dapat diukur dengan mengamati titik leleh senyawa
tersebut. Titik leleh adalah temperatur atau suhu saat terjadinya perubahan fasa padat
menjadi fasa cair. Titik beku adalah temperatur saat terjadi perubahan dari fasa cair
menjadi fasa padat. Titik leleh dapat diukur dengan akurat daripada titik beku karena
pada pengukuran titik beku dapat terjadi “super cooling” (Brady, 2005).

III.2.4 Kenaikan Titik Didih (ΔTb)


Titik didih suatu zat cair merupakan suhu pada saat tekanan uap sebanding
dengan tekanan atmosfer disekitarnya. Zat cair yang mencapai titik didih dapat
menyebabkan tekanan cat cair tinggi sehingga menyebabkan penguapan pada setiap
titik dalam zat cair tersebut. Proses penguapan dapat diamati dengan munculnya
gelembung-gelembung udara secara terus menerus. Rumus yang digunakan untuk
menentukan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non-elektrolit adalah sebagai
berikut: (Rosenberg, 2016).

1. Kenaikan titik didih larutan elektrolit


∆Tb = m . Kb. ί (7)

ί dirumuskan dengan : ί = 1 + (n+1) α

Keterangan:

ΔTfb = kenaikan titik didih larutan

m = molalitas zat terlarut

Kb = tetapan penurunan titik didih

n = bilangan total ion jika terdapat disosiasi sempurna

ί = faktor Van’t hoff


2. Kenaikan titik didih larutan non elektrolit
∆Tb = m . Kb (4)
Keterangan:

ΔTb = kenaikan titik didih larutan

m = molalitas zat terlarut

Kb = tetapan penurunan titik didih

Suhu dan energi kalor merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Suhu
adalah besaran yang menyatakan ukuran derajat panas. Energi kalor merupakan
sesuatu yang mengalir dari benda bersuhu tinggi menuju benda bersuhu rendah.
Kenaikan titik didih sebanding dengan konsentrasi zat terlarut. Konsentrasi zat
terlarut yang tinggi menyebabkan kenaikan titik didih semakin tinggi. Konsentrasi zat
terlarut yang rendah menyebabkan kenaikan titik didih semakin kecil juga. Kenaikan
titik didih larutan berbanding lurus dengan kenaikan titik didih molalnya (Ansar,
2011).

III.2.5 Tekanan Osmotik (π)


Tekanan osmosis adalah proses lewatnya pelarut dalam kondisi encer menuju
kelarutan yang lebih pekat daripada sebelumnya. Proses ini melewati lapisan tipis
yang selektif dalam melewatkan pelarut dan tetap meninggalkan zat terlarutnya.
Lapisan tipis tersebut disebut sebagai membaran semi permeabel yang biasnya dibuat
dari bahan-bahan organik. Tekanan osmosis berbandig lurus dengan molaritas (M) zat
terlarut jika dalam kondisi encer, sehingga persamaannya dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut: (Keenan, 2005).
1. Tekanan osmosis elektrolit

π = M . R . T. ί (8)

ί dirumuskan dengan : ί = 1 + (n+1) α

Keterangan:
π = tekanan osmosis (π)

M = molaritas larutan (mol / L)

R = tetapan roult = 0,082 (atm/mol. K)

T = suhu mutlak (oK)

n = faktor Van’t hoff

2. Tekanan osmosis non-elektrolit

π =M.R.T (9)
Keterangan:

π = tekanan osmosis (π)

M = molaritas larutan (mol / L)

R = tetapan roult = 0,082 (atm/mol. K)

T = suhu mutlak (oK)

Proses reverse osmosis dapat memisahkan antara garam dan air adalah teori
solution-diffusion yang mengasumsikan bahwa baik zat terlarut (garam) maupun
pelarut (air) terlarut secara homogen pada permukaan membran dan masing-masing
berdifusi melewati membran. Kecepatan difusi garam dan air melalui membran
bergantung pada gradien potensial kimia yaitu perbedaan konsentrasi dan tekanan
antara dua sisi membran. Dengan demikian, perbedaan kelarutan dan diffusivitas
garam dan air di fasa membran sangat menentukan laju perpindahan (fluks permeat)
dan derajat pemisahan (Ariyanti, 2011).

III.2.6 Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan listrik dengan
mengindikasi berupa nyala lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam
larutan. Daya hantar larutan elektrolit berdasarkan pada pada jenis konsentrasi
sehingga dibedakan menjadi larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat.
Elektrolit kuat memiliki daya hantar listrik yang kuat, sedangkan elektrolit lemah
memiliki daya hantar listrik yang lemah. Larutan elektrolit memiliki ion-ion yang
bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan elektrolit
lemah adalah asam cuka dan amonia, sedangkan larutan elektrolit kuat adalah HCl,
NaCl, dan KBr dalam larutan air. Larutan elektrolit lemah tidak dapat menyalakan
lampu uji, tetapi hanya mampu menimbulkan gelembung-gelembung pada kedua
elektrode (Anshory, 2003).
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak bisa menghantarkan listrik
sehingga ditandai dengan tidak adanya gelembung pada elektrode dan nyala lampu
pada alat uji. Larutan nonelektrolit sendiri dibentuk oleh zat non elektrolit. Zat non
elektrolit sendiri merupakan zat-zat yang tidak terurai menjadi ion-ionnya di dalam
air. Ion-ion yang tidak terurai menjadi bentuk molekuler dalam air menyebabkan
larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.Contoh larutan non elektrolit
adalah gula, alkohol, glukosa, urea dan lain-lain (Achmad, 2012).

III.2.7 Molalitas (m) dan Fraksi Mol (x)


Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Molaritas
adalah besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap satuan volume
larutan. Satuan molalitas adalah molal (m) yang sama dengan mol/kilogram.
Molalitas senyawa yang dilarutkan dalam (n) gram pelarut dapat dicari menggunakan
rumus sebagai berikut: (Wulandari, 2018).

n
m= (10)
p

Keterangan:

m = molalitas suatu zat (molal)

n = mol suatu zat (mol)


p = massa pelarut (g)

Fraksi mol merupakan perbandingan antara jumlah mol suatu larutan dengan
jumlah mol total larutan. Fraksi mol tidak memiliki satuan khusus dikarenakan fraksi
mol adalah perbandingan mol. Fraksi mol disimbolkan X dengan fraksi mol zat
terlarut (Xt) dan fraksi mol elarut (Xp) bila dijumlahkan hasilnya sama dengan satu.
Persamaan fraksi mol dirumuskan sebaga berikut: (Widayani, 2018).
IV. Metodologi Percobaan
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat
- Panci/Baskom
- Tabung reaksi
- Pengaduk Kaca (Spatula)
- Termometer alkohol (-10 s/d 110 oC)
- Gelas kimia 250 Ml
- Gelas ukur 10 Ml
- Labu ukur 25 Ml
IV.1.2 Bahan
- Garam dapur (NaCl)
- Urea (CO(NH2)2)
- Sukrosa (Gula)
- Aquades

IV.2 Diagram Alir


IV.2.1 Preparasi Larutan

NaCl

- disiapkan larutan NaCl, Urea, dan Sukrosa masing-masing


dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan volume 25 mL.
Hasil

IV.2.2 Perubahan Titik Beku sebagai Jenis Larutan

NaCl
- disiapkan empat buah tabung reaksi
- dimasukkan 3 mL larutan NaCl, Urea, dan sukrosa dengan
konsentrasi 1 molal, serta aquadest masing-masing dalam
tabung reaksi yang berbeda
- dicatat suhu larutan dengan termometer
- dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan
garam
- digoyang-goyang tabung reaksi, dan catat perubahan suhu
yang terjadi setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh
konstan
- diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu
tabung reaksi

Hasil
IV.2.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap perubahan Titik Beku Larutan

NaCl
- disiapkan 9 buah tabung reaksi
- dimasukkan 3 mL larutan NaCl, urea, dan sukrosa dengan
konsentrasi masing-masing 1, 2, dan 3 molal
- dicatat suhu larutan dengan termometer
- dimasukkan tabung reaksi yang didalamnya terdapat
termometer dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan
garam
- digoyang-goyang tabung reaksi, dan catat perubahan suhu
yang terjadi setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh
konstan
- diulangi untuk semua tabung reaksi setiap proses untuk satu
tabung reaksi.

Hasil
IV.3 Prosedur Kerja
IV.3.1 Preparasi Larutan
Larutan NaCl, Urea, dan Sukrosa masing-masing disiapkan dengan
konsentrasi 1, 2, dan 3 molal dengan volume 25 mL.

IV.3.2 PerubahanTitik Beku sebagai Jenis Larutan


Tabung reaksi sebanyak 4 buah disiapkan. Larutan NaCl, Urea, dan sukrosa
sebanyak 3 mL dimasukkan dengan konsentrasi 1 molal, serta aquadest masing-
masing dalam tabung reaksi yang berbeda. Suhu larutan dicatat dengan termometer.
Tabung reaksi yang didalamnya terdapat termometer dimasukkan ke dalam gelas
kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung reaksi digoyang-goyangkan dan
perubahan suhu dicatat setiap 20 detik sampai suhu yang diperoleh konstan. Semua
tabung reaksi diulangi setiap proses untuk satu tabung reaksi.

IV.3.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap perubahan Titik Beku Larutan


Tabung reaksi sebanyak 9 buah disiapkan. Larutan NaCl, Urea, dan sukrosa
sebanyak 3 mL dimasukkan dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 molal. Suhu larutan
dicatat dengan termometer. Tabung reaksi yang didalamnya terdapat termometer
dimasukkan ke dalam gelas kimia/baskom yang berisi es batu dan garam. Tabung
reaksi digoyang-goyangkan dan perubahan suhu dicatat setiap 20 detik sampai suhu
yang diperoleh konstan. Semua tabung reaksi diulangi setiap proses untuk satu tabung
reaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2012. Demonstrasi Sains Kimia: Kimia Deskriptif Melalui Demo Kimia
(Jilid 1). Bandung: NUANSA.

Ansar. 2011. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Terhadap Perubahan Mutu
Tablet Effervescen Sari Buah Selam Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Vol.22(1) : 73-77.

Anshory, I. 2003. Kimia SMU untuk kelas I. Jakarta: Erlangga

Ariyanti, D. 2011. APLIKASI TEKNOLOGI REVERSE OSMOSIS UNTUK


PEMURNIAN AIR SKALA RUMAH TANGGA. Vol.32(3) : 193-198

Chang, R. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: McGraw-Hill

Keenan, C. 2005. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

LabChem. (2021). Material safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada 12 Mei
2021).
LabChem. (2021). Material safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC23420.pdf (Diakses pada tanggal
12 Mei 2021).

LabChem. (2021). Material safety Data Sheet of Sucrose. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada tanggal
12 Mei 2021).

LabChem. (2021). Material safety Data Sheet of Urea. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada tanggal
12 Mei 2021).

Rahardjo, S. Panduan Belajar Kimia 3. Surakarta: PT. Wangsa Jatra Lestari

Rosenberg, J. 2016. Kimia Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Tim penyusun. 2021. Praktikum Kimia Dasar Lanjutan Sifat Koligatif Larutan.
Jember: Universitas Jember

Widayani, T. 2018. PENERAPAN STRATEGI QUIZ TEAM UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR LARUTAN MATA PELAJARAN KIMIA
PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SANGATTA SELATAN. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Eksakta. Vol. 4(4): 622-634

Wulandari, D. A., dan Yulkifli. 2018. STUDI AWAL RANCANG BANGUN


COLORIMETER SEBAGAI PENDETEKSI PADA PEWARNA MAKANAN
MENGGUNAKAN SENSOR PHOTODIODA. Pillar of Physics. Vol. 11(2): 81-87

Anda mungkin juga menyukai