KIMIA FISIKA
TERMODINAMIKA KIMIA
ENTALPI PELARUTAN
2.1.4 Garam
Garam merupakan senyawa ionic dengan rumus NaCl, namun bukan
merupakan NaCl murni karena dalam garam juga mengandung mineral-
mineral esensial lainnya. Natrium klorida adalah garam yang paling
bertanggung jawab atas kadar garam dari laut dan dari cairan ekstraselular
multiseluler dari banyak organisme. NaCl mempunyai massa molar 58,443
g/mol, tidak berwarna, berbau, kepadatannya 58,443 g/mol, titik lebur 801°C,
1074K, 1474°F 1413°C, dan titik didih 1686K, 2575 oF (Anonim, 22 Oktober
2010).
1.2 Materi Praktikum
Pada tekanan tetap, kalor yang diberikan sama dengan perubahan dalam
sifat termodinamika yang lain dari sistem, yaitu entalpi (H), yang dinyatakan
dengan H = U + pV dimana p adalah tekanan sistem dan pV adalah sebagian dari
definisi H untuk sembarang sistem dan tidak terbatas untuk gas sempurna.
Seperti halnya energi dalam (U), entalpi hanya bergantung pada keadaan sistem
sekarang, sehingga entalpi merupakan fungsi keadaan. Seperti halnya fungsi
keadan lainnya, perubahan entalpi antara setiap pasangan keadaan awal dan
keadaan akhir tidak bergantung pada jalannya (Atkins, 1999:44).
Perubahan entalpi (ΔH) adalah Hakhir - Hmula-mula, Hmula-mula dan Hakhir tidak
dapat diukur karena jumlah energi total dari sistem adalah jumlah dari semua E k
dan Ep. Jumlah energi total ini tidak dapat diukur karena kecepatan pergerakan
molekul molekul dari sistem dan gaya tarik-menarik serta tolak-menolak antara
molekul dalam sistem tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Jika Hakhir <
Hmula-mula maka ΔH bernilai negatif, artinya reaksi tersebut menghasilkan energi
dan disebut eksoterm. Jika Hakhir > Hmula-mula maka ΔH bernilai positif, artinya
reaksi tersebut menyerap energi dan disebut endoterm (Brady, 2008:274).
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia
biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar,
yang disebut perubahan entalpi standar (ΔH°). Perubahan entalpi standar yang
menyertai perubahan keadaan fisik disebut entalpi transisi standar (ΔH trs°).
Contohnya adalah entalpi pelarutan standar (ΔHsol°). Entalpi pelarutan standar
(ΔHsol°) suatu zat adalah perubahan entalpi standar jika zat itu melarut di dalam
pelarut dengan sejumlah tertentu (Atkins, 1999:48-50).
Bila perubahan entalpi reaksi pada satu temperatur diketahui, maka
perubahan entalpi reaksi pada temperatur lain dapat dihitung, bila kapasitas kalor
pereaksi dan hasil reaksi diketahui untuk daerah temperatur diantaranya. Laju
perubahan ∆H dengan temperatur didapat dengan mendifiresensiasi persamaan
ΔH = ΣviHi terhadap temperatur pada tekanan tetap.
d (∆ H ) dHi
[ ]
dT p
=∑ vi
dT( ) p
∫ d ( ∆ H )=∆ H 2 −∆ H 1=∫ ∆ C p dT
∆ H1 T1
Asam Oksalat
4.2 Pembahasan
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas. Jika Hakhir > Hmula-mula maka ΔH bernilai positif, artinya
reaksi tersebut menyerap energi dan disebut endoterm.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Pada beberapa zat yang lain, kenaikan temperatur justru menyebabkan
tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses
kelarutannya menghasilkan panas. Jika Hakhir < Hmula-mula maka ΔH bernilai
negatif, artinya reaksi tersebut menghasilkan energi dan disebut eksoterm.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas.
Pada percobaan kali ini, dapat diketahui bagaimana kelarutan dari asam
oksalat pada berbagai temperatur dan panas temperaturnya, yaitu dengan cara
melarutkan asam oksalat dalam air sampai keadaan jenuh yaitu keadaan dimana
suatu zat tersebut sudah tidak bisa melarut lagi dalam pelarut (mengendap), yang
ditandai dengan adanya kristal-kristal asam oksalat yang tidak ikut terlarut dalam
air,
Pada saat melarutkan asam oksalat padat dengan air sebagai pelarutnya,
terjadi reaksi:
O O O O
HO C C OH(s) + H2O(l) → HO C C OH(aq)
Dari grafik hubungan antara temperatur (1/T) dan kelarutan (ln S), kita
dapat menentukan nilai m sebagai kemiringan garisnya. Dengan mengetahui
harga m, kita bisa menentukan panas pelarutan (∆H)-nya. Harga ∆H dari
percobaan di atas bernilai positif, yaitu +2,4942 joule mol-1 yang berarti kelarutan
asam oksalat bersifat endotermis karena pada proses kelarutannya membutuhkan
atau menyerap panas.
Selain dari grafik hasil percobaan, sifat kelarutan asam oksalat juga dapat
dilihat dari data hasil percobaan. Pada suhu 60C, 100C, 140C, 180C, 220C, dan
260C, dibutuhkan NaOH berturut-turut sebanyak 18,25 mL; 26,1 mL; 27,85 mL;
32,65 mL; 35,35 mL; dan 39,5 mL. Dari data hasil percobaan menunjukkan
bahwa volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi 10 ml larutan asam
oksalat bertambah jika temperaturnya dinaikkan. Semakin tinggi temperaturnya
maka semakin besar volume NaOH yang dibutuhkan untuk proses titrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa temperatur dan kelarutan berbanding lurus.
Selain temperatur, kelarutan juga dipengaruhi oleh jenis zat pelarut maupun
terlarut. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).
Kelarutan suatu zat juga dipengaruhi oleh tekanan. Perubahan tekanan
pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan
sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH 4Cl sekitar
5,1%. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum
Henry (William Henry: 1774-1836), massa gas yang melarut dalam sejumlah
tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan
oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan
itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika
tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang
bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
a. Kelarutan (s)
1
× V́ NaOH
2 gram
× Mr Asam Oksalat=…( )
50 × ρair 100 gram pelarut
b. Panas Kelarutan (ΔH)
∆H 1
ln s=¿− +C ¿
R T
Panas kelarutan (ΔH) dapat juga ditentukan melalui persamaan garis pada grafik
yang diperoleh dari hubungan kelarutan (ln s) dan temperatur (1/T)
y=m x
−∆ H
m=
R
∆ H =−mR
R = konstanta gas umum (8.314 joule mol-1K-1)
b. Temperatur (1/T)
1 1
= =3,58× 10−3
T 279 K
b. Temperatur (1/T)
1 1
= =3,43× 10−3
T 291 K
3.50E-03
3.48E-03
3.45E-03 1/T
3.43E-03 Hubungan Kelarutan (ln s)
3.40E-03 terhadap Temperatur (1/T)
3.38E-03
3.35E-03 3.34E-03
3.30E-03
3.25E-03
3.20E-03
2,600 2,800 3,000 3,200 3,400 3,600 3,800
Kelarutan (ln s) gram/100gram pelarut
Panas kelarutan (ΔH) dapat juga ditentukan melalui persamaan garis pada
grafik yang diperoleh dari hubungan kelarutan (ln s) dan temperatur (1/T)
Persamaan garis; y=m x=−3 ×10−7 x +0,004
−∆ H
Gradient garis; m= =−3 × 10−7
R
Panas kelarutan; ∆ H =−mR=−( −3 ×10−7 ) ( 8,314 joule mol−1 K −1)
∆ H =+2,4942× 10−6 joule mol−1