Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Percobaan 1
Reaksi-Reaksi Kimia
Tanggal: 04 Oktober 2015
Kelompok: 1
Nama Koordinator: Cholistian Aziz Saputro (155070500111012)
Nama Anggota:
1. Intan Maysaroh (155070500111002)
2. Elsi Rahmaprilia S (155070500111004)
3. Nikmatur Rohmah (155070500111006)
4. Haifa Nurmahliati (155070500111008)
5. Habsari Yusrinda Siwi (155070500111010)
6. Ade Zaqiatul Rohmatil Ula (155070500111014)
7. Wanda Fenny Oktavianti (155070500111016)
8. Lovi Sundari (155070500111018)
Asisten: Nofiyanti

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hampir semua reaksi kimia, selalu ada energi yang diserap atau dikeluarkan,
biasanya dalam bentuk energi kalor (panas). Cabang ilmu kimia yang mempelajari
perubahan energi kalor pada suatu reaksi kimia disebut termokimia (termos = suhu,
chemos = kimia)
Dalam termokimia dikenal 2 istilah penting, yaitu sistem dan lingkungan. Sistem
adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu
percobaan tertentu. Lingkungan adalah bagian alam semesta yang berhubungan langsung
(berinteraksi) dengan suatu sistem atau segala sesuatu yang membatasi sistem. Sistem
selalu mengandung sejumlah materi tertentu dan digambarkan oleh parameter-parameter
tertentu yang dikontrol dalam pekerjaan itu.
Ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup
adalah sistem yang penyekatnya mencegah aliran zat masuk dan keluar sistem
(penyekatnya kedap), sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang dapat berubah seiring
dengan berjalannya waktu. Sistem dan lingkungan bersama-sama membentuk semesta
termodinamika dalam proses pertukaran energi. Contohnya, melarutkan teh dalam air.
Pada peristiwa tersebut, wadah atau bagian dalam tempat terjadinya reaksi disebut sistem
(sistem tertutup), sedangkan di luar wadah tersebut disebut lingkungan.
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia dengan sistem melepaskan kalor. Pada reaksi
eksoterm, suhu campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang
bersangkutan akan turun sehingga sistem melepaskan kalor ke lingkungannya.
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor dari
lingkungannya. Pada reaksi ini, terjadi kenaikan energi potensial zat-zat yang bereaksi
atau terjadi penurunan energi kinetik sehingga suhu sistem turun.

1.2 Tujuan
Mengenali cara mereaksikan bahan-bahan kimia dan mengamati terjadinya reaksi kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Reaksi Eksoterm
Di beberapa reaksi, energi yang harus diserap untuk memecah ikatan dalam reaktan,
lebih sedikit dari jumlah energi yang dilepaskan ketika ikatan baru terbentuk.Maksutnya,
dari seluruh reaksi, energi dilepaskan sebagai panas atau cahaya. Reaksi semacam ini
disebut reaksi eksoterm. Pengertian lain dari reaksi eksoterm adalah energi dari produk
lebih sedikit daripada energi dari reaktan, karena energi telah dilepaskan selama reaksi.
(Mark Horner, dkk, 2008:255)
Reactants → Product + Energy

Reaksi Endoterm
Pada reaksi yang lain, energi yang harus diserap untuk memecah ikatan dari reaktan,
lebih dari jumlah energi yang dilepaskan ketika ikatan baru terbentuk. Ini berarti, dari
keseluruhan reaksi, energi harus dolepaskan dari keadaan sekitar. Reaksi semacam ini
disebut reaksi endoterm. Dengan kata lain, energi dari produk lebih besar daripada energi
dari reaktan, karena energi diserap selama reaksi berlangsung.
Reactants + Energy → Product

Reaksi Menghasilkan Endapan


Dalam mengatasi fenomena geokimia dari sudut pandang kinetik, pemahaman yang
lebih diperoleh dari mekanisme dan jalur molekuler dimana reaksi dilakukan. Distribusi
unsur dalam bumi adalah hasil dari serangkaian transformasi tersebut, yang melibatkan
metamorf sedimen, dan proses beku yang mengarah pada konsep siklus geokimia. Sebagai
kumpulan mineral tertentu mengalami perubahan tekanan dan / atau suhu,
ketidakseimbangan akan mendorong reaksi kimia tertentu. Perubahan isi cairan dari
sistem juga akan mendorong reaksi lainnya. Perubahan isi cairan dari sistem juga akan
mendorong reaksi lainnya. Laju perubahan konsentrasi spesies yang berpartisipasi dalam
reaksi kimia adalah terkait dengan keadaan sistem (yaitu, tekanan, suhu, dan komposisi
massal).
FeCl3 bisa digunakan sebgai indikator penentu kenaikan atau penurunan pada asam
cuka yang berdampakpada penurunan atau kenaikan suatu zat, terbukti pada beberapa
percobaan FeCl3 menghasilkan endapan endapan yang berbeda warna, perubahan endapan
yang di hasilkan oleh FeCl3 melalui proses aeserasi tergantung pada jumlah oksigen yang
di terima oleh asam cuka,Perubahan warna ini mengindikasikan kadar asam cuka yang
terbentuk bisa semakin banyak atau sedikit.

2.2 Tinjauan Bahan

Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat merupakan kimia anorganik dengan formula H2SO4. Dengan berat
molekul 98,08 gram dan tidak ada tingkat penguapan. Berwujud cair yaitu cairan
berminyak, tidak berbau dan berwarna kuning. Baunya akan menyengat jika ada kotoran
tertentu yang hadir dalam asam. Memiliki tingkat korosivitas yang sangat korosif di
hadapan aluminium, tembaga, dan stainless steel. Sedangkan di hadapan kaca, asam
sulfat tidak korosif sama sekali. Reaktivitas instabilitasnya stabil, tapi bereaksi hebat
dengan air dan bahan organik dengan evolusi panas. Kondisi yang harus dihindarkan
asam sulfat yaitu harus jauh dari panas dan sumber api. Menghindari suhu yang mungkin
memiliki efek negatif pada bahan konstruksi yang digunakan dalam peralatan. Asam
sulfat akan bereaksi dengan banyak bahan organik dan dapat menyebabkan kebakaran
karena panas dari reaksi. Tidak mudah terbakar, tetapi bereaksi dengan kebanyakan
logam untuk membentuk ledakan atau gas hidrogen yang mudah terbakar. Produk ini
mengandung bahan-bahan yang dianggap berbahaya seperti yang didefinisikan oleh
OSHA Standar Komunikasi Bahaya 29 CFR 1910,1200 dan tercantum dalam Zat
Beracun Control Act (TSCA). Bahan yang harus dihindarkan dari asam sulfat yaitu
kontak dengan bahan organik (seperti alkohol, akrilonitril, klorat, karbida, epiklorohidrin,
fulminat, isoprena, nitrat dan pikrat) dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan. Kontak
dengan logam dapat menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar. Ketika
menipiskan, menambahkan asam ke air, hindari menambahkan air ke asam. Memiliki
sifat umum bisa menyebabkan luka bakar parah, kerusakan mata dan gangguan
pernapasan. Berbahaya jika terhirup dan tertelan.

Natrium Hidroksida (NaOH)

NaOH memiliki berat molekul 40 g/mol dan berwarna putih, ia tidak berbau dan
tidak memiliki rasa. Dapat dengan mudah larut di air dingin. NaOH sangat beresiko jika
terkena kulit (bersifat menghancurkan, pengganggu dan permeator), jika terkena mata
(pengganggu dan bersifat menghancurkan), merusak kornea dan membutakan mata.
Kontak terhadap kulit dapat menghasilkan inflamasi dan pelepuhan. Jika terhisap dari
debu akan menghasilkan gangguan ke gastro usus atau saluran pernafasan, ditandai
dengan rasa terbakar, bersin dan batuk. Kerusakan paru-paru, keadaan pingsan atau
kematian. Inflamasi dari mata ditandai oleh redness, pengairan, dan gatal. Jika terkena
kulit mengakibatkan inflamasi yang ditandai gatal, kulit mengelupas, memerah, atau
melepuh. Tidak ada pengaruh karsinogenik. Penyebab mutasi pada sel somatik mamalia.
Merupakan unsur beracun untuk selaput lendir, saluran pernafasan bagian atas, kulit dan
mata. Pertolongan pertama jika terkena mata yaitu membilas mata dengan banyak air
dingin sekitar 15 menit. Jika terkenal kulit, harus mencuci kulit dengan satu sabun
disinfektan. NaOH sangat reaktif dengan logam dan para pelaku yang bisa mengoksidasi,
bahan reduksi, asam, alkalis dan kelembaban.

Susu Bubuk

Susu bubuk berwujud padat, berupa serbuk atau bubuk. Umumnya berwarna putih.
Susu bubuk tidak memiliki komponen berbahaya. Tapi bisa jadi bahaya jika kontak
dengan mata, iritasi atau alergi gejala pada individu dengan alergi susu. Bahan ini mudah
terbakar, bisa dipadamkan segera dengan bahan kimia kering, karbondioksida, halon, dan
semprotan air. Tempat penyimpanan di tempat dingin dan kering.

Urea ((NH2)2CO, CH4, N2O)

Urea mudah larut dalam air. Berwarna putih dan tidak berbau, termasuk dalam
kelompok basa. Sedikit reaktif dengan oxidizing agents, alkalis, dan kelembaban. Korosif
terhadap aluminum, seng dan tembaga. Sedikit korosif dengan baja, dan 304 stainless
steel. Tidak korosif terhadap 316 stainless steel. Bahan ini mudah menyerap air, maka
harus dijauhkan dari air atau embun karena bisa menghasilkan asam yang bersifat
merusak logam. Urea tidak cocok terhadap material campuran tembaga. Bersifat korosif
kepada kuningan, logam dan campuran logam yang mengandung besi. Dalam air material
ini akan melepaskan ion ammonium.

Urea dapat merusak kesehatan individu yaitu proses pencernaan apabila tertelan,
terutama pada organ/bagian tubuh hati dan ginjal kerusakan telah terbukti.
Ketidaknyamanan pada saluran gastrointestinal dapat menghasilkan mual-mual dan
muntah-muntah. Tercernanya bahan ini dapat menyebabkan rasa mual, iritasi abdomen,
rasa sakit dan muntah. Kontak langsung pada mata bisa menyebabkan
ketidaknyamanan yang dicirikan dengan pengeluaran air mata dan kemerahan pada
konjuktiva (juga rasa terbakar). Bahan ini dapat menyebabkan iritasi kulit setelah kontak
yang lama dan berulang-ulang dengan kulit dan dapat menghasilkan kulit merah,
bengkak, dihasilkannya gelembung, kulit bersisik, dan menebalnya kulit. Jika terhirup
dapat menghasilkan iritasi atau memberikan efek kesehatan yang kurang baik pada
pernafasan).

Jika terkena mata harus segera membilas mata dengan air mengalir sedikitnya 15
menit, kelopak mata dijaga membuka. Jika terkena kulit, harus mencuci kulit yang
terkena dengan sabun dan air. Menutup kulit yang teriritasi dengan lotion kulit yang
kualitas baik. Jika terhirup, harus mengendurkan pakaian ketat di sekitar leher dan
pinggang dan berada di dekat ventilasi yang baik. Melindungi diri dengan alat pelindung
mata kimia, sarung tangan, alat pernafasan, dan partikulat. Disimpan di suatu tempat
yang kering serta berventilasi baik dan dingin.

Besi (III) Klorida Heksahidrat (FeCl3)

FeCl3 berwujud padat dan berwarna kuning kecoklatan serta tidak memiliki bau.
Produk-produk bahaya yang dihasilkan yaitu hidrogen klorida, gas klorin, uap beracun,
gas klorida, dan besi oksida. FeCl3 harus disimpan di tempat tertutup ketika bahan tidak
digunakan, bukan di tempat yang lembab. Dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal,
jantung dan dapat mempengaruhi kerja dari sistem saraf pusat. Bersifat higroskopis.
Bahan ini sangat berbahaya karena bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi mata,
kulit, saluran pernapasan, dan pencernaan. Apabila tertelan, dapat menyebabkan
kerusakan permanen dan luka bakar pada saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala
mual, muntah, diare, dan pendarahan. Menyebabkan efek jangka pendek yang meliputi
gangguan kardiovaskular, kerusakan hati/ginjal, pembengkakan otak, koma bahkan
kematian. Seringnya terpapar senyawa ini dapat menyebabkan peningkatan kadar besi
pada tubuh yang berimplikasi pada kerusakan limfa dan hati.

Jika terkena mata, harus membasuh dengan air mengalir setidaknya selama 30 menit.
Jika terkena kulit, harus membilas kulit secepatnya dengan sabun dan air selama kurang
lebih 15 menit ketika melepaskan pakaian penderita yang sudah terkontaminasi. Jika
tertelan, harus segera meminum 2-4 gelas susu.
Aquades (H2O)

H2O berwujud cair, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Memiliki titik
didih 100°C dan tidak bersifat korosif. Bahan ini tidak berbahaya terhadap kulit, mata,
pencernaan, dan pernafasan serta tidak mudah terbakar dan bukan karsinogenik.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat

10 tabung reaksi 1 rak tabung reaksi

3 pipet tetes 3 pipet ukur 10 mL

3 penjepit 1 karet hisap


3 erlenmeyer 250 mL 3 corong kertas saring

kertas saring

3.2 Bahan

NO. BAHAN WUJUD JUMLAH


1. H2SO4 pekat cair (tidak berwarna) 1 mL
2. NaOH 1 M cair (tidak berwarna) 7 mL
3. Susu bubuk padat (putih) secukupnya

4. Urea padat (putih) secukupnya


5. FeCl3 padat (kuning kecoklatan) 2 mL

6. Aquades cair (tidak berwarna) 5 mL


3.3 Skema Kerja

A. Reaksi eksoterm
1 mL H2SO4 pekat

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 5


mL aquades secara perlahan

Semua perlakuan dilakukan di lemari asam

Memakai karet hisap untuk memipet H2SO4

Tabung reaksi menjadi panas

B. Reaksi endoterm

Urea (NH2CONH2)

Menambahkan 5 mL NaOH 1 M

Memanaskan tabung reaksi berisi campuran


tersebut

Menguji timbulnya gas

Tabung reaksi menjadi dingin


dan muncul bau menyengat

Susu bubuk

Menambahkan 5 mL NaOH 1 M

Memanaskan tabung reaksi berisi campuran


tersebut

Menguji timbulnya gas

Tabung reaksi menjadi dingin


C. Reaksi menghasilkan endapan
2 mL FeCl3 0,1 M

Menambahkan 2 mL NaOH 1 M

Menyaring endapan dengan kertas saring

Membilas tabung reaksi dengan pelarut


yang tidak melarutkan (misal : aquades)
endapan jika masih ada sisa endapan

Muncul endapan

Anda mungkin juga menyukai