Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Kimia Dasar

KARAKTERISTIK SENYAWA ORGANIK

AISYAH AINUL YAKIN

H041231106

KELOMPOK IV
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar tahun 1780-an, Karl Wilhem Scheele yang merupakan seorang

ilmuan yang mampu membedakan antara senyawa organik dan senyawa

anorganik. Scheele mengartikan bahwa senyawa organik sebagai senyawa yang

dihasilkan dari makhluk hidup sedangkan senyawa anorganik adalah senyawa

yang tidak dihasilkan dari makhluk hidup. Pada tahun 1828, seorang ilmuwan

Jerman bernama Friedrich Wohler berhasil mensintetis urea yang merupakan

senyawa organik dari senyawa anorganik Ammonium klorida. Sejak saat itu teori

Vis Vitalis perlahan-lahan menghilang dan banyak ilmuwan yang mencoba

mensintesis senyawa oranik dan senyawa anorganik. Selanjutnya, August Kekule

memperbarui definisi senyawa organik yang dikenal modern definition of organic

compound. Senyawa organik merupakan senyawa yang tersusun atas rantai

karbon, sedangkan senyawa anorganik merupakan senyawa yang tidak tersusun

atas rantai karbon (Lidiawati dkk., 2023).

Kimia organik adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang membahas
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik. Kimia
organik memiliki beberapa gugus fungsi diantaranya alkohol, eter, aldehid, asam
karboksilat, ester, amina, amida, fenol, dan keton. Gugus fungsi dapat
berpengaruh terhadap sifat fisik dan sifat kimia suatu senyawa sehingga konsep
gugus fungsi dalam kimia organic sangat penting untuk menggolongkan struktur
dan memprediksi karakteristiknya. Berdasarkan uraian di atas senyawa organik
merupakan senyawa yang tersusun antar rantai karbon dimana setiap rantai karbon
memiliki gugus fungsi yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda pula.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengetahui beberapa kelarutan senyawa organik?

2. Bagaimana cara mengetahui beberapa reaksi senyawa organik?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengenai karakteristik senyawa

oraganik yang mana mencakup sifat fisik dan sifat kimianya serta mengetahui

perubahan yang terjadi saat terjadi reaksi pada senyawa organik.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini yakni :

1. mempelajari kelarutan bebrapa senyawa organik

2. mempelajari beberapa reaksi senyawa organik

1.4 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah penentuan kelarutan senyawa organik dengan

cara mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi

senyawa organik dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan zat-

zat pengoksidasi.

1.5 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui kelarutan

beberapa senyawa organik dan beberapa reaksi senyawa organic.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Organik

Sebagian besar senyawa organik tidak larut di dalam air, tetapi dapat larut

di dalam pelarut-pelarut nonpolar, seperti eter, benzen, dan kloroform. Namun,

senyawa-senyawa organik yang mempunyai radikal polar (seperti -OH, -SO, H,

dan -COOH) dapat larut dalam air. Jadi, ini berbeda dengan sifat-sifat senyawa

anorganik yang pada umumnya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut-

pelarut organik. Pada umumnya senyawa organik mudah terbakar. Ini berbeda

dengan senyawa-senyawa anorganik yang pada umumnya sukar terbakar. Bila

dibakar, mula-mula senyawa-senyawa organik menjadi hitam atau mengarang

kemudian menjadi uap atau gas, menunjukkan adanya karbon (Sumarjo., 2013).

Senyawa-senyawa organik pada umumnya mempunyai titik didih dan titik

lebur yang rendah. Ini berbeda dengan senyawa-senyawa anorganik yang pada

umumnya mempunyai titik didih dan titik lebur yang tinggi. Senyawa-senyawa

organik jarang mempunyai titik lebur di atas 300 °C, sedangkan senyawa-senyawa

anorganik jarang yang mempunyai titik lebur di bawah 700 °C. Keadaan cair atau

bentuk larutan, senyawa-senyawa organik tidak dapat menghantarkan agus listrik.

Sifat ini jelas berbeda dengan senyawa-senyawa anorganik yang dalam keadaan

cair atau bentuk larutan dapat menghantarkan arus listrik.Reaksi senyawa-

senyawa organik bersifat molekuler maka reaksi berjalan lambat, kadang-kadang


berjalan dapat-balik, mempunyai hasil samping, dan pada umumnya berjalan

kurang sempurna. Reaksi senyawa-senyawa organik sangat dipengaruhi oleh

berbagai keadaan, terutama oleh zat itu sendiri, temperatur, katalisator, atau

pelarut yang dipakai, semacam inilah yang menyebabkan reaksi-reaksi organik

kurang kuantitatif. Reaksi senyawa-senyawa anorganik merupakan reaksi antara

ion dan ion. Oleh karena itu, reaksi-reaksi senyawa anorganik berjalan cepat

walaupun kadang-kadang juga memerlukan katalisator (Sumarjo., 2013).

1.5 Gugus Fungsi

Senyawa karbon dapat dikelompokkan berdasarkan gugus fungsi yang

dimilikinya. Gugus fungsi adalah gugus atom atau molekul yang berperan pada

sifat kimia suatu senyawa. Suatu senyawa yang memiliki gugus fungs yang sama

akan memiliki kemiripan reaksi, Berikut ini beberapa gugus fung yang lazim

dimiliki senyawa karbon. Alkohol adalah senyawa karbon yang memiliki gugus

hidroksil (-OH). Haloalkana adalah senyawa karbon yang mengikat atom halogen.

Atom halogen ini menggantikan posisi atom hidrogen. Eter adalah senyawa

karbon yang memiliki gugus alkoksi (-O-). Gugus fungsi yang dimiliki keton dan

aldehid dinamakan gugus karbonil, yaitu gugus fungsi yang terdiri atas atom

oksigen yang berikatan. rangkap dengan atom karbon. Jika gugus karbonil

tersebut diapit oleh dua atau lebih atom Karbon, senyawa karbon tersebut

dinamakan keton. Jika gugus karbonil terletak di ujung rantai karbon, senyawa

karbon seperti ini disebut aldehid. Asam karboksilat dan ester juga memiliki

gugus karbonil. Satu atom Oksigen berikatan ganda dengan atom Karbon,

sedangkan satunya berikatan tunggal dengan atom karbon. Penekanan besar

diberikan pada sifat fisik- kimia dari berbagai gugus fungsi. Salah satu sifat fisika-
kimia utama yang ditekankan adalah sifat asam/ basa. Jika suatu gugus fungsi

bersifat asam, konversi gugus tersebut menjadi garam yang dapat berdisosiasi

dalam air secara dramatis meningkatkan kelarutan dalam air melalui ikatan ion-

dipol. Kekuatan suatu asam bergantung pada kemampuannya menyumbangkan

proton. Asam kuat mempunyai kecenderungan yang kuat untuk melepaskan

proton, sedangkan asam lemah mempunyai kecenderungan yang kecil untuk

melepaskan proton (Thomas, 2014).

1.6 Klorofom

Klorofom merupakan senyawa karbon berwujud cair yang mudah

menguap pada suhu kamar dan berbau khas. Klorofom tidak larut dalam air,tetapi

larut dalam alkohol atau eter. Penyemprotan dengan klor sebagai desinfektan juga

dapat menjadi sumber klor di udara gas klor berwarna kuning kehijau- hijauan,

bersifat toksis, dan dapat merusak membran mukosa. Gas klor dengan kadar 4 bds

di udara dapat dikenali dari baunya, sedangkan kadar 30 bds dapat menyebabkan

batuk-batuk. Jika terkena sinar matahari, gas klor dapat bereaksi dengan hidrogen

membentuk hidrogen klorida dan panas. Apabila uap kloroform yang ada diudara,

dengan takaran tertentu, terhisap pada waktu bernapas seseorang, dapat pingsan

atau terbius. Udara yang mengandung 1% kloroform dapat menyebabkan

pingsan,sedangkan udara yang mengandung 2% Lloroform dapat menyebabkan

kematian bagi orang yang menghirup terlalu lama. Kloroform atau triklorometana

di udara dapat mengalami oksidasi menjadi fosgen, yang juga merupakan gas

racun yang dapat merusak saluran napas (Sumardjo, 2015).

1.7 N-Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C4H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada

heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal

yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. N-Heksana adalah bahan kimia

yang terbuat dari minyak mentah. N-heksana murni adalah cairan tidak berwarna

dengan sedikit bau yang tidak sedap. Ia mudah menguap ke udara dan hanya

sedikit larut dalam air. N-Heksana sangat mudah terbakar, dan uapnya dapat

meledak. N -heksana murni digunakan di laboratorium. Sebagian besar n-heksana

yang digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa dalam

produk yang dikenal sebagai pelarut. Nama umum untuk beberapa pelarut ini

adalah "heksana komersial", "heksana campuran", "petroleum eter", dan

"petroleum nafta". Kegunaan utama pelarut yang mengandung n-heksana adalah

untuk mengekstraksi minyak nabati dari tanaman seperti kedelai. Jenis lem khusus

tertentu yang digunakan pada atap, industri sepatu dan kulit juga mengandung n-

heksana. Beberapa produk konsumen mengandung n-heksana. Misalnya

bensin mengandung sekitar 1-3% n-heksana. N-Heksana sangat mudah

menguap ke udara. Begitu berada di udara, n-heksana dapat bereaksi dengan

oksigen dan terurai. N-Heksana yang dilepaskan ke udara akan terurai dalam

beberapa hari (Sumarjo, 2013).

1.8 Etanol

Etanol adalah biofuel yang banyak digunakan. Selain bersifat terbarukan, etanol

mempunyai keunggulan besar karena mudah dicampur dengan bensin. Pada

beberapa kasus etanol pertama-tama diubah menjadi bentuk eternya, diperoleh


melalui reaksi dengan isobutena kilang. Ketika sejumlah kecil etanol ditambahkan

ke bensin, terdapat banyak keuntungan, khususnya pengurangan karbon

monoksida dan polusi beracun lainnya dari gas buang kendaraan. Etanol dibuat

dari tanaman yang menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, etanol

membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Karena semua alasan ini, banyak

produsen atau perusahaan rekayasa etanol saat ini berfokus pada perancangan dan

pembangunan pabrik secepat mungkin untuk memenuhi permintaan yang terus

meningkat. Simulasi proses ketat saat ini semakin banyak digunakan untuk

merancang dan mengoptimalkan produksi bioetanol (P.K.Chattopaday, 2022).

Etanol dapat melarutkan senyawa fitokimia lebih maksimal karena etanol

mampu menarik asam amino, gula, beberapa senyawa fitokimia seperti alkaloid,

flavonoid, dan glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam pelarut polar

sehingga senyawa yang terekstrak dengan pelarut etanol ini cukup banyak dan

menghasilkan rendemen yang tinggi (Dewatisari, 2020).

2.6 Senyawa Polar dan Non Polar

Pelarut yang bersifat polar akan melarutkan komponen yang bersifat

polar, sementara pelarut non polar akan melarutkan komponen senyawa yang

bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan prinsip pelarutan suatu zat

“like dissolve like” enyawa non-polar hanya dapat larut pada pelarut non-polar.

Kepolaran suatu pelarut dapat ditentukan berdasarkan sifat kimia yakni tetapan

dielektrikum. Tetapan dielektrik merupakan ukuran kepolaran suatu pelarut.

Pelarut yang mempunyai konstanta dielektrikum yang besarakan lebih

melarutkan senyawa polar, sebaliknya pelarut dengan konstanta dielektrikum

yang kecil akan melarutkan senyawa yang non polar. Keadaan


dielektrikum dikatakan terpolarisasi diakibatkan pergeseran dari muatan positif

dan negatif dalam atom atau molekul yang mengakibatkan terjadinya dipol-

dipol, perbedaan keelektronegatifan unsur yang mengakibatkan elektron akan

lebih tertarik menuju ke arah salah satu unsur (Mariana dkk., 2013).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Adapun alat yang akan digunakan dalam percobaan yakni tabung reaksi 10

buah, penjepit tabung reaksi, dan pemanas air.

3.2 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang akan digunakan dalam percobaan yakni dietil eter,

n-heksana, kloroform, etanol dan etil asetat, aseton, kloroform, glukosa, fruktosa,

vitamin C, KMnO4, Fehling A + B, dan I2/betadin.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan senyawa organik.

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung

reaksi 1 diisi dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 mL dietil

eter ke dalam tabung reaksi 1 dan 2, tambahkan setetes demi setetes n-heksana

(kurang lebih 10 tetes). Dihomogenkan dan diperhatikan kelarutannya. Kerjakan

seperi di atas dengan menggunakan senyawa organik lain.

3.3.2 Reaksi-reaksi senyawa organik.


Disiapkan tujuh tabung reaksi yang bersih dan kering. Ketujuh tabung

tersebut diisi 1 mL secara berurut dengan larutan: n-heksana (1), alkohol (2),

asetaldehida (3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C. Tabung (1)
dan (2), (3) dan 4 ditambah dengan larutan KMnO4 panaskan bila perlu, tabung 5

ditambah NaI/aseton, tabung 6 ditambahkan dengan Fehling A+B, dipanaskan;

tabung 7 ditambahkan dengan I2 atau betadin. Diamati perubahan yang terjadi

pada setiap tabung, dicatat.

LEMBAR PENGESAHAN

KARAKTERISTIK SENYAWA ORGANIK

Disusun dan diajukan oleh:

AISYAH AINUL YAKIN

H041231106

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:


Makassar,
Asisten Praktikan

ALFIYA NURFADILLAH AISYAH AINUL YAKIN


NIM. H031201012 NIM. H041231106

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Tabel 1. Kelarutan Senyawa Organik


Jumlah fase Jumlah fase dalam
Zat
dalam campuran campuran dietil
No. terlarut Keterangan
akuades eter

1. n-Heksana 2 1 Non polar

2. Kloroform 2 1 Non polar

3. Etanol 1 1 Semi polar

4. Etil asetat 1 1 Semi polar

4.1.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Tabel 2. Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Perubahan yang terjadi


KMnO4 KI/ Fehling I2
Zat aseton A+B Betadine Keterangan
n-Heksana 2 Fase dan X X X Tidak
terbentuk bereaksi
endapan
ungu

Alkohol 1 Fase dan X X X Bereaksi


terbentuk
endapan
ungu
sangat pekat
Aseton 1 fase dan X X X Tidak
terdapat bereaksi
endapan
ungu Pekat
Kloroform X 1 Fase X X Tidak
warna bereaksi
bening
Glukosa X X Terbentuk X Bereaksi
endapan
biru tua
Vitamin C X X X Terbentuk Bereaksi
endapan
coklat Tua

4.2 Reaksi

1. C6H14 + KMnO4 Tidak bereaksi

2. C3H5O + KMnO4 KOH + CH3CH3 + MnO4

3. CH3 C CH3 + KMnO4 MnO2 + CO2 + H2O + KOH

4. CH3Cl + NaI Tidak Bereaksi

O O

C H H C OH

H C OH H C OH

5. OH C H + 2C2O + 2OH- H2O + HO C H CaO2


H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH CH2OH

O C O C

OH C O C

6. OH C O + I2 O C O + 2HI

C C

CH C OH C

OH C O + I2 O C O + 2HI

C C

CH C OH C

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Senyawa Organik


Berdasarkan dari teori “like dissolve like”, senyawa organik hanya larut

pada pelarut yang sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik

yang bersifat polarhanya dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik non

polar hanya dapatlarut pada pelarut non polar pula. Sehingga campuran bersifat

homogen yaitu hanya terdapat satu fase dimana antara pelarut dan zat terlarutnya

tidak dapat dibedakan lagi. Untuk uji kelarutan senyawa organik yang pertama

adalah membandingkan antara kelarutan n-heksana dalam aquades dan dietil eter.

Berdasarkan percobaan ini diperoleh n-heksana yang dicampur dengan aquades


memiliki duafase, dimana fase diatas adalah n-heksana dan fase dibawah adalah

aquadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis aquades lebih besar dari massa jenis

n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu

fase,dimana n-heksana dan dietil eter dapat bercampur (homogen). Hal ini

menunjukkan bahwa n-heksana termasuk senyawa non polar karena dapat

larutdalam dietil eter yang bersifat non polar.

Untuk uji kelarutan senyawa organik yang kedua adalah dengan

membandingkan antara kelarutan kloroform dalam aquades dan dietil eter. Dari

percobaan ini dapat diperoleh kloroform yang dicampur dengan aquades memiliki

dua fase. Dimana fase diatas adalah fase kloroform dan fase dibawah adalah fase

aquades. Sama dengan uji coba pertama, uji coba kedua juga dikarenakan massa

jenis dar iaquades lebih besar dari massa jenis kloroform. Sedangkan kloroform

yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, terlihat dari menyatunya

kedualarutan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk senyawa non polar

sebab dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar. Selanjutnya untuk uji

kelarutan senyawa organik yang ketiga adalah membandingkan antara kelarutan

etanol dalam aquades dan dietil eter. Dalam percobaan ini diperoleh etanol yang

dihomogenkan dengan aquades maupun dietileter sama-sama menghasilkan satu

fase. Hal ini dikarenakan etanol yang memiliki sifat semi polar, tetapi dalam

teorinya etanol cenderung bersifat polar karena adanya gugus hidroksil pada

etanol yang menyebabkan penyebaran yang tidak merata pada pasangan elektron.

Penyimpangan terjadi karena adanya beberapa faktor antara lain kondisi bahan

yang sudah tidak murni lagi karena kesalahan pemakaian pipet tetes dalam

mengambil bahan dan kurangnya keterampilan pada praktikan. Percobaan

keempat yaitu membandingkan antara kelarutan etil asetat dalam aquades dan
dietil eter. Sama dengan uji coba yang pertama dan kedua, uji coba yang keempat

juga menghasilkan dua fase dalam mencampurkan etil asetat dengan aquades dan

menghasilkan satu fase dalam mencampur etil asetat dengan dietil eter. Hal ini

menunjukkan bahwa etil asetat bersifat non polar dikarenakan massa jenis

aquades yang lebih besar dibanding massa jenis etil asetat.

4.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Reaksi oksidasi dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Reaksi

langsung berupa reaksi molekul ozon dengan berbagai bahan kimia. Sedangkan

reaksi tidak langsung terjadi melalui reaksi radikal bebas terbentuk dari

dekomposisi ozon. Ozon tidak selalu bereaksi sangat reaktif dengan bahan

organik, bahan yang bereaksi dengan baik memliki ikatan rangkap tidak jenuh

(Rezagama, 2013).

Pada percobaan reaksi-reaksi senyawa organik dalam menghomogen

n-heksana, alkohol, dan aseton dengan KMnO4 diperoleh ketiga campuran

tersebut dapat bereaksi. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang terjadi pada

ketiga campuran dan adanya endapan pada campuran alkohol maupun aseton

dengan KMnO4. Akan tetapi dalam teorinya, n-heksana tidak dapat bereaksi

dengan KMnO4. Penyimpangan yang terjadi dikarenakan faktor dari kondisi

bahan yangsudah tidak baik lagi atau karena kurangnya keterampilan praktikan.

Percobaan reaksi senyawa organik pada kloroform dengan asetondiperoleh

campuran tersebut tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan tidak terdapat perubahan

warna, tidak adanya endapan, dan karena gugus Cl pada kloroform tidak dapat

disubtitusi dengan aseton/NaI sebab keelektronegatifan Cl lebih besar dibanding

I pada NaI sehingga kloroform tetap mempertahankan kedudukannya. Selanjutnya

pada percobaan reaksi senyawa glukosa dengan Fehling A+B diperoleh adanya

reaksi (bereaksi). Hal ini dikarenakan adanya perubahan warnayang semula


berwarna hijau menjadi orange. Percobaan terakhir pada reaksi senyawa organik

dari vitamin C dengan I2/betadin diperoleh bahwa tidak terjadinya reaksi. Hal ini

dikarenakan tidak adanya perubahan warna. Akan tetapi, pada teorinya vitamin C

dengan I2/betadin menghasilkan reaksi eliminasi. Dua atom H dari gugus OH

vitamin C diikat oleh I2 membentuk dua molekul HI. Penyimpangan yang terjadi

disebabkan karena kondisi bahan yang sudah tidak baik lagi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan nonpolar. Kelarutan

senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk

membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga dapat

larut dalam senyawa polar. Senyawa polar antara lain etanol, aseton, dan

aquades, sedangkan senyawa non-polar yaitu n-heksana, kloroform, dan dietil

eter.

2. senyawa organik seperti alkohol dan aseton dapat mengalami reaksi oksidasi,

kloroform tidak dapat mengalami reaksi subtitusi dengan klaseton, glukosa

dapat mengalami reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan vitamin C dapat

mengalami reaksi eleminasi dengan 12.

5.2 Saran

Saran saya diharapkan kepada lanoratorium agar lenih memperhatikan

ketersediaan bahan kimia untuk melakukan praktikum agar proses percobaan

dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang sudah ada.
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Kelarutan Senyawa Organik

Gambar 2. Reaksi-Reaksi Senyawa Organik


Lampiran 1. Bagan Percobaan

1. Kelarutan Senyawa Organik

Akuades Dietil eter

- Disiapkan 4 pasang tabung reaksi.

- Dimasukkan masing-masing 0,5

mL. akuades pada tabung 1 dan

dietil eter pada tabung 2

- Diteteskan n-heksana 10 tetes

setelah itu dihomogenkan.

- Diamati kelarutannya.

- Dicatat pada tabel pengamatan.

Hasil

Catatan: Ulangi prosedur dengan mengganti n-heksana menggunakan

kloroform,etanol, dan etil asetat.


2. Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

n-heksana Alkohol Aseton

- Disiapkan 4 tabung reaksi.


- Diisi tabung 1 dengan n-
heksana,tabung 2 dengan alkohol,
tabung ketiga dengan aseton dan
tabung 4 dengan asetaldehida
masing-masing 1 mL.
- Diteteskan KMnO4 ke masing-
masing tabung, dipanaskan bila
perlu.
- Diamati reaksi yang terjadi.
- Dicatat pada tabel pengamatan.

Hasil

Kloroform Glukosa Vitamin C

- Disiapkan 3 tabung reaksi.

- Diisi tabung 1 dengan kloroform,


tabung 2 dengan glukosa dan tabung 3
dengan vitamin C masing-masing 1
mL.
- Diteteskan aseton pada tabung 1
lalu dihomogenkan, tabung 2
diteteskan Fehling A+B lalu
dipanaskan, dan tabung 3
ditambahkan I2 atau betadin.
- Diamati reaksi yang terjadi, catat.

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Lidiawati, D., Adila, F.R.M., Ainum R., Amy I.M., Audra N.M., Tahir, Damai
N.H., Fuji A., Hasnita, Imam A.G., Kartika, Novita P., Nur E.P.S., Ruski
A., Salma M., Uci A., Mustia M., Suriyanti, Muhammad R., Nurmaisya,
Alifka R.A., Nursyafitri, Nanda R.A, 2023, Buku Gugus Fungsi Senyawa
Organik, CV. Ruang Tentor, Gowa

Dewatisari,W,F., 2020, Perbandinga Pelarut Kloroform dan Etanol terhadap


Rendeman Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
Menggunakan Metode Maserasi, Jurnal UIN Alauddin 5 (1) : 129.

Chattopaday, P.K., 2022, Handbook and Biofuel, Ethanol and Bioenergy Based
Products, Asia Pasific Business Press, India.

Sumarjo, D., 2013, Pengantar Kimia, Penerbit Buku Kedokteran, Yogyakarta.

Ralph L.S., Cristine K.F.H., Terence C.M., 2013, The Systematyc Identification
Of Organic Compounds, John Wiley n Sons.

Rezagama, A., 2013, Studi Ozonisasi Senyawa Organik Air Lindi Tempat
Pembrosesan Akhir Sarimukti, Jurnal Teknik, 34(2): 82.

Sumardjo, D., 2015, Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran, Erlangga, Jakarta.

Thomas L.L., 2014, Revien an Organic Functional Grubs Introducition, Lenwihk,


Inggris.

Anda mungkin juga menyukai