H041231106
KELOMPOK IV
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
yang tidak dihasilkan dari makhluk hidup. Pada tahun 1828, seorang ilmuwan
senyawa organik dari senyawa anorganik Ammonium klorida. Sejak saat itu teori
Kimia organik adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang membahas
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik. Kimia
organik memiliki beberapa gugus fungsi diantaranya alkohol, eter, aldehid, asam
karboksilat, ester, amina, amida, fenol, dan keton. Gugus fungsi dapat
berpengaruh terhadap sifat fisik dan sifat kimia suatu senyawa sehingga konsep
gugus fungsi dalam kimia organic sangat penting untuk menggolongkan struktur
dan memprediksi karakteristiknya. Berdasarkan uraian di atas senyawa organik
merupakan senyawa yang tersusun antar rantai karbon dimana setiap rantai karbon
memiliki gugus fungsi yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda pula.
1.2 Rumusan Masalah
oraganik yang mana mencakup sifat fisik dan sifat kimianya serta mengetahui
cara mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi
senyawa organik dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan zat-
zat pengoksidasi.
Sebagian besar senyawa organik tidak larut di dalam air, tetapi dapat larut
dan -COOH) dapat larut dalam air. Jadi, ini berbeda dengan sifat-sifat senyawa
anorganik yang pada umumnya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut-
pelarut organik. Pada umumnya senyawa organik mudah terbakar. Ini berbeda
kemudian menjadi uap atau gas, menunjukkan adanya karbon (Sumarjo., 2013).
lebur yang rendah. Ini berbeda dengan senyawa-senyawa anorganik yang pada
umumnya mempunyai titik didih dan titik lebur yang tinggi. Senyawa-senyawa
organik jarang mempunyai titik lebur di atas 300 °C, sedangkan senyawa-senyawa
anorganik jarang yang mempunyai titik lebur di bawah 700 °C. Keadaan cair atau
Sifat ini jelas berbeda dengan senyawa-senyawa anorganik yang dalam keadaan
berbagai keadaan, terutama oleh zat itu sendiri, temperatur, katalisator, atau
ion dan ion. Oleh karena itu, reaksi-reaksi senyawa anorganik berjalan cepat
dimilikinya. Gugus fungsi adalah gugus atom atau molekul yang berperan pada
sifat kimia suatu senyawa. Suatu senyawa yang memiliki gugus fungs yang sama
akan memiliki kemiripan reaksi, Berikut ini beberapa gugus fung yang lazim
dimiliki senyawa karbon. Alkohol adalah senyawa karbon yang memiliki gugus
hidroksil (-OH). Haloalkana adalah senyawa karbon yang mengikat atom halogen.
Atom halogen ini menggantikan posisi atom hidrogen. Eter adalah senyawa
karbon yang memiliki gugus alkoksi (-O-). Gugus fungsi yang dimiliki keton dan
aldehid dinamakan gugus karbonil, yaitu gugus fungsi yang terdiri atas atom
oksigen yang berikatan. rangkap dengan atom karbon. Jika gugus karbonil
tersebut diapit oleh dua atau lebih atom Karbon, senyawa karbon tersebut
dinamakan keton. Jika gugus karbonil terletak di ujung rantai karbon, senyawa
karbon seperti ini disebut aldehid. Asam karboksilat dan ester juga memiliki
gugus karbonil. Satu atom Oksigen berikatan ganda dengan atom Karbon,
diberikan pada sifat fisik- kimia dari berbagai gugus fungsi. Salah satu sifat fisika-
kimia utama yang ditekankan adalah sifat asam/ basa. Jika suatu gugus fungsi
bersifat asam, konversi gugus tersebut menjadi garam yang dapat berdisosiasi
dalam air secara dramatis meningkatkan kelarutan dalam air melalui ikatan ion-
1.6 Klorofom
menguap pada suhu kamar dan berbau khas. Klorofom tidak larut dalam air,tetapi
larut dalam alkohol atau eter. Penyemprotan dengan klor sebagai desinfektan juga
dapat menjadi sumber klor di udara gas klor berwarna kuning kehijau- hijauan,
bersifat toksis, dan dapat merusak membran mukosa. Gas klor dengan kadar 4 bds
di udara dapat dikenali dari baunya, sedangkan kadar 30 bds dapat menyebabkan
batuk-batuk. Jika terkena sinar matahari, gas klor dapat bereaksi dengan hidrogen
membentuk hidrogen klorida dan panas. Apabila uap kloroform yang ada diudara,
dengan takaran tertentu, terhisap pada waktu bernapas seseorang, dapat pingsan
kematian bagi orang yang menghirup terlalu lama. Kloroform atau triklorometana
di udara dapat mengalami oksidasi menjadi fosgen, yang juga merupakan gas
1.7 N-Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C4H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada
heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal
yang terbuat dari minyak mentah. N-heksana murni adalah cairan tidak berwarna
dengan sedikit bau yang tidak sedap. Ia mudah menguap ke udara dan hanya
sedikit larut dalam air. N-Heksana sangat mudah terbakar, dan uapnya dapat
yang digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa dalam
produk yang dikenal sebagai pelarut. Nama umum untuk beberapa pelarut ini
untuk mengekstraksi minyak nabati dari tanaman seperti kedelai. Jenis lem khusus
tertentu yang digunakan pada atap, industri sepatu dan kulit juga mengandung n-
oksigen dan terurai. N-Heksana yang dilepaskan ke udara akan terurai dalam
1.8 Etanol
Etanol adalah biofuel yang banyak digunakan. Selain bersifat terbarukan, etanol
monoksida dan polusi beracun lainnya dari gas buang kendaraan. Etanol dibuat
dari tanaman yang menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, etanol
membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Karena semua alasan ini, banyak
produsen atau perusahaan rekayasa etanol saat ini berfokus pada perancangan dan
meningkat. Simulasi proses ketat saat ini semakin banyak digunakan untuk
mampu menarik asam amino, gula, beberapa senyawa fitokimia seperti alkaloid,
flavonoid, dan glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam pelarut polar
sehingga senyawa yang terekstrak dengan pelarut etanol ini cukup banyak dan
polar, sementara pelarut non polar akan melarutkan komponen senyawa yang
bersifat non polar. Hal ini sesuai dengan prinsip pelarutan suatu zat
“like dissolve like” enyawa non-polar hanya dapat larut pada pelarut non-polar.
Kepolaran suatu pelarut dapat ditentukan berdasarkan sifat kimia yakni tetapan
dan negatif dalam atom atau molekul yang mengakibatkan terjadinya dipol-
lebih tertarik menuju ke arah salah satu unsur (Mariana dkk., 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Adapun alat yang akan digunakan dalam percobaan yakni tabung reaksi 10
Adapun bahan yang akan digunakan dalam percobaan yakni dietil eter,
n-heksana, kloroform, etanol dan etil asetat, aseton, kloroform, glukosa, fruktosa,
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung
reaksi 1 diisi dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 mL dietil
eter ke dalam tabung reaksi 1 dan 2, tambahkan setetes demi setetes n-heksana
tersebut diisi 1 mL secara berurut dengan larutan: n-heksana (1), alkohol (2),
asetaldehida (3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C. Tabung (1)
dan (2), (3) dan 4 ditambah dengan larutan KMnO4 panaskan bila perlu, tabung 5
LEMBAR PENGESAHAN
H041231106
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
O O
C H H C OH
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2OH CH2OH
O C O C
OH C O C
6. OH C O + I2 O C O + 2HI
C C
CH C OH C
OH C O + I2 O C O + 2HI
C C
CH C OH C
4.3 Pembahasan
pada pelarut yang sejenis dengan senyawa organik tersebut. Senyawa organik
yang bersifat polarhanya dapat larut dalam pelarut polar dan senyawa organik non
polar hanya dapatlarut pada pelarut non polar pula. Sehingga campuran bersifat
homogen yaitu hanya terdapat satu fase dimana antara pelarut dan zat terlarutnya
tidak dapat dibedakan lagi. Untuk uji kelarutan senyawa organik yang pertama
adalah membandingkan antara kelarutan n-heksana dalam aquades dan dietil eter.
aquadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis aquades lebih besar dari massa jenis
n-heksana. Sedangkan n-heksana yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu
fase,dimana n-heksana dan dietil eter dapat bercampur (homogen). Hal ini
membandingkan antara kelarutan kloroform dalam aquades dan dietil eter. Dari
percobaan ini dapat diperoleh kloroform yang dicampur dengan aquades memiliki
dua fase. Dimana fase diatas adalah fase kloroform dan fase dibawah adalah fase
aquades. Sama dengan uji coba pertama, uji coba kedua juga dikarenakan massa
jenis dar iaquades lebih besar dari massa jenis kloroform. Sedangkan kloroform
yang dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, terlihat dari menyatunya
kedualarutan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk senyawa non polar
sebab dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar. Selanjutnya untuk uji
etanol dalam aquades dan dietil eter. Dalam percobaan ini diperoleh etanol yang
fase. Hal ini dikarenakan etanol yang memiliki sifat semi polar, tetapi dalam
teorinya etanol cenderung bersifat polar karena adanya gugus hidroksil pada
etanol yang menyebabkan penyebaran yang tidak merata pada pasangan elektron.
Penyimpangan terjadi karena adanya beberapa faktor antara lain kondisi bahan
yang sudah tidak murni lagi karena kesalahan pemakaian pipet tetes dalam
keempat yaitu membandingkan antara kelarutan etil asetat dalam aquades dan
dietil eter. Sama dengan uji coba yang pertama dan kedua, uji coba yang keempat
juga menghasilkan dua fase dalam mencampurkan etil asetat dengan aquades dan
menghasilkan satu fase dalam mencampur etil asetat dengan dietil eter. Hal ini
menunjukkan bahwa etil asetat bersifat non polar dikarenakan massa jenis
langsung berupa reaksi molekul ozon dengan berbagai bahan kimia. Sedangkan
reaksi tidak langsung terjadi melalui reaksi radikal bebas terbentuk dari
dekomposisi ozon. Ozon tidak selalu bereaksi sangat reaktif dengan bahan
organik, bahan yang bereaksi dengan baik memliki ikatan rangkap tidak jenuh
(Rezagama, 2013).
tersebut dapat bereaksi. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang terjadi pada
ketiga campuran dan adanya endapan pada campuran alkohol maupun aseton
dengan KMnO4. Akan tetapi dalam teorinya, n-heksana tidak dapat bereaksi
bahan yangsudah tidak baik lagi atau karena kurangnya keterampilan praktikan.
campuran tersebut tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan tidak terdapat perubahan
warna, tidak adanya endapan, dan karena gugus Cl pada kloroform tidak dapat
pada percobaan reaksi senyawa glukosa dengan Fehling A+B diperoleh adanya
dari vitamin C dengan I2/betadin diperoleh bahwa tidak terjadinya reaksi. Hal ini
dikarenakan tidak adanya perubahan warna. Akan tetapi, pada teorinya vitamin C
vitamin C diikat oleh I2 membentuk dua molekul HI. Penyimpangan yang terjadi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan nonpolar. Kelarutan
larut dalam senyawa polar. Senyawa polar antara lain etanol, aseton, dan
eter.
2. senyawa organik seperti alkohol dan aseton dapat mengalami reaksi oksidasi,
dapat mengalami reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan vitamin C dapat
5.2 Saran
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang sudah ada.
Lampiran 2. Foto Percobaan
- Diamati kelarutannya.
Hasil
Hasil
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Lidiawati, D., Adila, F.R.M., Ainum R., Amy I.M., Audra N.M., Tahir, Damai
N.H., Fuji A., Hasnita, Imam A.G., Kartika, Novita P., Nur E.P.S., Ruski
A., Salma M., Uci A., Mustia M., Suriyanti, Muhammad R., Nurmaisya,
Alifka R.A., Nursyafitri, Nanda R.A, 2023, Buku Gugus Fungsi Senyawa
Organik, CV. Ruang Tentor, Gowa
Chattopaday, P.K., 2022, Handbook and Biofuel, Ethanol and Bioenergy Based
Products, Asia Pasific Business Press, India.
Ralph L.S., Cristine K.F.H., Terence C.M., 2013, The Systematyc Identification
Of Organic Compounds, John Wiley n Sons.
Rezagama, A., 2013, Studi Ozonisasi Senyawa Organik Air Lindi Tempat
Pembrosesan Akhir Sarimukti, Jurnal Teknik, 34(2): 82.