Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

ACARA IV

SENYAWA ORGANIK

OLEH :

NAMA : TASYA JANUA SHELLA

NIM : B1A021093

HARI/TANGGAL : KAMIS/ 18 NOVEMBER 2021

ASISTEN : CINDI SHEILIYANI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS


JENDERAL SOEDIRMAN LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO

2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

JUDUL PRAKTIKUM ................................................................................................. 1

I. TUJUAN ................................................................................................................ 1

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 1

III. PROSEDUR PERCOBAAN ................................................................................. 5

3.1. Alat ................................................................................................................. 5

3.2. Bahan .............................................................................................................. 5

3.3. Cara Kerja....................................................................................................... 5

3.4. Skema Kerja ................................................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 11

4.1 Data Pengamatan.......................................................................................... 11

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 14

V. KESIMPULAN.................................................................................................. 26

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26

5.2 Saran............................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 27

SENYAWA ORGANIK

I. TUJUAN
1. Menguji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik dengan
menggunakan kertas lakmus serta mengukur pH dengan pH-paper
universal.
2. Membuat etilasetat dari alcohol dan asam asetat dengan katalisator
asam sulfat.
3. Menunjukkan adanya ikatan rangkap dalam asam lemak.
4. Mengidentifikasi protein dengan reaksi warna biuret.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau
fosfor disebut senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa
organik. Senyawa karbon secara tidak langsung memperlihatkan relasinya
dengan sistem kehidupan pada awalnya. Namun dalam perkembangannya,
terdapat senyawa organik yang tidak mempunyai korelasi dengan sistem
kehidupan. Salah satu contohnya terdapat pada urea yang merupakan
senyawa organik dari makhluk hidup yang bersumber dari urin. Pembuatan
urea dilakukan dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang
merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).
Kimia organik diartikan sebagai kimia dari senyawa yang muncul dari
benda hidup sehingga timbul istilah organik. Kebanyakan ilmuwan tak dapat
mengabaikan suatu pengetahuan mengenai kimia organik. Hal tersebut
disebabkan sistem kehidupan sebagian besar terdiri dari air dan senyawa
organik, hampir semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau

1
2

mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).


Senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen yang dapat
dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh disebut sebagai
senyawa hidrokarbon. Alkana dikategorikan sebagai senyawa hidrokarbon
jenuh, sedangkan alkena, alkuna, dan senyawa aromatik termasuk dalam
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Suatu senyawa dapat dikatakan sebagai
senyawa organik apabila senyawa utamanya terdiri dari kombinasi atom C,
H, O, dan N. Atom-atom tersebut berikatan dalam suatu konformasi yang
khas dan membentuk berbagai senyawa yang memiliki sifat dan fungsi
tersendiri. Sifat suatu zat merupakan suatu hal yang sangat penting dan
berkaitan erat dengan penggunaannya (Syukri, 1999).
Pengkategorian senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus
fungsi yang dikandungnya. Gugus fungsi sendiri memiliki arti, yaitu
kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan
gugus fungsi tertentu yang menunjukan gejala reaksi yang sama.
Pengkategorian pada pengelompokan senyawa dapat dilakukan sesuai
kesamaan gejala reaksi tersebut. Senyawa organik yang hanya mengandung
karbon dan hidrogen yang dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan tak
jenuh disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Senyawa organik selalu dimulai
dari senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut terdiri atas hidrokarbon alifatik
dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah senyawa hidrokarbon
yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam senyawa yang berantai lurus
dan bercabang sedangkan hidrokarbon aromatik mengandung inti benzena,
yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi stabil (Syukri, 1999).
Senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya senyawa yang
diturunkan dari makhluk hidup pada mulanya. Makhluk hidup dianggap
mempunyai ‘tenaga gaib’ dalam penyintesisan senyawa-senyawa tersebut.
Frederich Wohler, seorang kimiawan asal Jerman memanaskan ammonium
sionat yang berasal dari senyawa organik dan didapatkan senyawa urea pada
tahun 1978. Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari penggabungan karbon
dengan hidrogen, oksigen, nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan

senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik. Kemampuan untuk


mengadakan ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya membuat unsur
karbon menjadi spesial (Petrucci, 1987).
Definisi dari kata ‘organik’ itu sendiri mengimplikasikan bahwa
cabang ilmu kimia ini berkaitan dengan organisme atau makhluk hidup.
Kimia organik memang hanya berkaitan dengan zat-zat yang bersumber dari
makhluk hidup pada awalnya. Kimiawan meluangkan banyak waktu untuk
mengekstraksi, memurnikan, dan menganalisis zat dari hewan dan tumbuhan
bertahun-tahun yang lalu. Mereka termotivasi oleh Keingintahuan yang
muncul dalam diri tentang materi hidup menjadi motivasi dan juga keinginan
untuk memperoleh bahan-bahan untuk obat, zat pewarna, dan produk berguna
lainnya dari alam (Hart, 2003). Berbagai pendapat dapat ditemukan mengenai
perbedaan antara senyawa organik dan anorganik, di antaranya mengatakan
bahwa senyawa organik memiliki karbon sedangkan anorganik tidak. Namun,
hal ini tidak sepenuhnya benar. Ada juga yang mengatakan bahwa senyawa
organik memiliki ikatan karbon-hidrogen, sedangkan anorganik tidak.
Penjelasan ini sebagian besar valid sehingga alasan ini tepat dalam
diferensiasi senyawa organik dan anorganik (Irwandi, 2012).
Alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan benzena
merupakan gugus fungsional yang sering ditemui pada senyawa organik.
Gugus fungsional di antaranya bisa menghasilkan turunan senyawa seperti
fenol, amina, dan amida. Reaksi yang berbeda pada suatu indikator
disebabkan oleh setiap gugus yang memiliki sifat berbeda . Zat tertentu dapat
diutilisasi sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu gugus secara
kualitatif (Elizabeth, 2010). Ikatan pada alkana merupakan ikatan tunggal,
kovalen, dan nonpolar sehingga alkana relatif tidak reaktif. Alkana tidak
bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, karena
sifatnya yang tidak bereaksi ini, alkana bisa digunakan sebagai pelarut untuk
ekstraksi atau untuk melakukan reaksi-reaksi kimia zat lain. Alkana bereaksi
dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen. Dan apabila alkana

dan halogen disimpan pada suhu rendah dalam kamar gelap, maka reaksi
tidak akan terjadi (Rasyid, 2009).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menentukan struktur suatu
senyawa organik adalah menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai
pada rumus molekul, rumus empiris harus ditentukan terlebih dahulu. Rumus
empiris merupakan perbandingan relatif unsur-unsur penyusunnya. Penentuan
banyaknya karbon dan hidrogen dilakukan dengan mengoksidasi senyawa
organik tersebut kemudian zat hasil oksidasi tersebut dinvestigasi. Alkena
mudah larut dalam pelarut zat-zat organik nonpolar. Misalnya benzene,
karbon tetra klorida, eter dan kloroform tidak larut dalam air dan zat-zat
pelarut polar (Respati, 1986).
Senyawa organik banyak bersangkutan dengan tiap aspek kehidupan,
dan memiliki beragam manfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal
tesebut terdapat pada bahan makanan, bahan sandang, obat-obatan, kosmetik,
dan berbagai jenis plastik. Bahkan banyak terdapat sejumlah senyawa organik
dengan fungsi yang juga bermacam-macam dalam tubuh. Senyawa organik
hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang mengandung satu atom
karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik diartikan sebagai
kimia senyawa yang mengandung karbon. Kenyataan ini adalah konsekuensi
dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon lain.
Jika sifat unik ini disertai dengan kemampuan atom karbon membentuk
empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom dapat
terwujud. Saat ini, jutaan senyawa organik telah ditetapkan karakteristiknya
dan setiap tahun puluhan ribu zat yang baru ditambahkan ke dalam daftar ini,
baik sebagai hasil penemuan di alam ataupun sebagai hasil pembuatan di
laboratorium (Estevanus, 2007).

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi senyawa organik,
yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, kertas lakmus, pH meter
atau pH-paper universal, pipet tetes, gelas kimia, termometer, penjepit,
penyumbat, pembakar spirtus, kaki tiga, dan korek api.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan uji sifat asam dan basa
beberapa senyawa organik yaitu alkohol/etanol yang meliputi glukosa, fenol,
fruktosa, asam asetat, anilin, asam benzoat, dan piridin, campuran alkohol,
asam cuka pekat, asam sulfat pekat, air, kloroform, pereaksi Hubl, minyak
zaitun, minyak kacang, minyak jarak, minyak kelapa, larutan protein (putih
telur), KOH atau NaOH, dan CuSO4.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Uji Sifat Asam dan Basa Beberapa Senyawa Organik
1. Tabung reaksi dan cawan petri diambil dan diisi larutan glukosa,
fenol, fruktosa, asam asetat, anilin, asam benzoat, dan piridin
dengan masing-masing bahan sebanyak 1 mL.
2. Masing-masing bahan diuji dengan kertas lakmus.
3. Asam dan basanya diukur dengan menggunakan pH-paper
universal atau pH meter.
4. Hasilnya dicatat.

5
6

3.3.2 Reaksi Esterfikasi


1. Sebanyak 5 tetes asam cuka pekat dan 5 tetes asam sulfat pekat
ditambahkan pada campuran alkohol 1 mL.
2. Asam cuka pekat dan asam sulfat pekat yang sudah ditambahkan
pada campuran alkohol dipanaskan beberapa lama dengan hati-
hati.
3. Bau ditimbulkan dari etil asetat.
4. Tabung reaksi ditutup dengan gabus, didinginkan, dan kemudian
diencerkan dengan banyak air supaya bau harum terasa lebih
nyata.

3.3.3 Sifat Senyawa tak Jenuh


1. Sebanyak 10 mL kloroform dicampur dengan 10 tetes pereaksi
Hubl.
2. Isi dari campuran kloroform dan pereaksi Hubl dituangkan ke
minyak zaitun ke tabung reaksi nomor 1, minyak kacang ke
tabung reaksi nomor 2, minyak jarak ke tabung reaksi nomor 3,
dan minyak kelapa ke tabung nomor 4 dengan masing-masing
jenis minyak sebanyak satu tetes.
3. Tabung yang berisi campuran minyak dengan kloroform dan
pereaksi Hubl dikocok dan diamati perubahan warnanya.
4. Setetes demi setetes minyak yang bersangkutan ditambahkan
apabila warna merah muda belum hilang.
5. Jumlah tetes minyak yang dipergunakan untuk menghilangkan
warna dicatat.

3.3.4 Reaksi Warna untuk Menunjukkan Protein


1. Sebanyak 2 mL 10% KOH (atau 1 mL 40 % NaOH) dituangkan
pada 2 mL larutan protein (putih telur).
2. Beberapa tetes larutan 0,1 M CuSO4 ditambahkan.
3. Larutan tersebut dicampur dan dikocok sampai bercampur betul
dan kemudian warnanya diamati.

3.4 Skema Kerja


3.4.1 Uji Sifat Asam dan Basa Beberapa Senyawa Organik

Larutan glukosa, fenol, fruktosa, asam


asetat, anilin, asam benzoat,
dan piridin

- Dimasukkan ke tabung reaksi dan


cawan petri

- Diuji masing-masing bahan dengan


kertas lakmus

- Diukur kekuatan asam dan basanya


dengan pH-paper universal atau pH meter

larutan
Hasil uji

3.4.2 Reaksi Esterfikasi

Sebanyak 5 tetes asam cuka pekat dan 5 tetes


asam sulfat

- Ditambahkan pada campuran alkohol 1


mL.

- Dipanaskan dengan hati-hati beberapa


lama.

- Ditimbulkan bau dari etil asetat

- Ditutup tabung reaksi dengan gabus,

didinginkan, kemudian diencerkan


dengan banyak air

Hasil percobaan

3.4.3 Sifat Senyawa tak Jenuh

10 mL kloroform

- Dicampur dengan 10 tetes pereaksi


Hubl

- Dituangkan ke minyak zaitun ke tabung

reaksi nomor 1, minyak kacang ke tabung

reaksi nomor 2, minyak jarak ke tabung

reaksi nomor 3, dan minyak kelapa ke

tabung nomor 4 dengan masing-masing

jenis minyak sebanyak satu tetes.

- Dikocok dan diamati perubahan


warnanya.

- Ditambahkan setetes demi setetes


minyak yang bersangkutan apabila warna
merah muda belum hilang

- Dicatat jumlah tetes minyak yang

dipergunakan untuk menghilangkan

warna.

Hasil pengamatan


10

3.4.4 Reaksi Warna untuk Menunjukkan Protein

2 mL 10% KOH (atau 1 mL 40 % NaOH)

- Dituangkan pada 2 mL larutan protein

(putih telur).

- Ditambahkan beberapa tetes larutan 0,1

M CuSO4.
- Dicampur dan dikocok sampai

bercampur betul

Hasil pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan
a. Uji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik

Perlakuan Pengamatan

Diisi tabung reaksi dengan 1 mL larutan Larutan yang diuji telah dimasukkan
alkohol/etanol; glukosa, fenol, fruktosa, ke dalam masing- masing tabung
asam asetat, anilin, asam benzoat, dan reaksi
piridin.

Diuji masing-masing bahan dengan pH yang di dapat :


kertas lakmus dan ukurlah kekuatan - Etanol = warna lakmus biru, pH 7
asam dan basa dengan pH-paper - Fenol = warna lakmus merah, pH 4
universal - Fruktosa = warna lakmus merah, pH
7
- Glukosa = warna lakmus merah, pH
4
- Asam asetat = warna lakmus merah,
pH 7
- Anilin = warna lakmus merah, pH 4
- Asam benzoat = warna lakmus
merah, pH 4
- Piridin = warna lakmus biru, pH 6

11
12

b. Reaksi esterifikasi

Perlakuan Pengamatan

Ditambahkan 5 tetes asam cuka pekat Sebanyak 5 ml alkohol telah


pada campuran alkohol 1 mL dan 5 tetes dicampurkan dengan 5 tetes asam
asam sulfat pekat sulfat pekat. Larutan tidak berwarna

Ditambahkan 5 tetes asam cuka pekat Bau harum timbul (dari etil asetat)
pada campuran alkohol 1 mL dan 5 tetes setelah dipanaskan selama 3 menit
asam sulfat pekat

c. Sifat senyawa tak jenuh

Perlakuan Pengamatan

Dicampurkan 10 mL kloroform dan 10 Larutan berwarna pink


tetes pereaksi Hubl
Dibagi ke dalam 4 tabung reaksi berbeda Larutan berwarna pink

Ditambahkan tetes demi tetes minyak Campuran yang telah berada dalam
zaitun pada tabung 1, minyak kacang tabung reaksi diteteskan masing-
pada tabung 2, minyak jarak pada masing minyak secara bertahap
tabung 3, minyak kelapa pada tabung 4

Dikocok campuran dan diamati - Tabung 1 = 11 tetes


perubahan warnanya. Jika masih - Tabung 2 = 15 tetes
terdapat warna merah muda maka - Tabung 3 = 9 tetes
ditetesi kembali dengan minyak - Tabung 4 = 5 tetes


13

d. Reaksi warna untuk menunjukkan protein

Perlakuan Pengamatan

Dituang 2 mL 10% KOH ke dalam 2 Larutan protein telah diambil dengan


mL larutan protein (putih telur) pipet tetes kemudian ditambahkan
dengan 10% KOH

Ditambahkan beberapa tetes larutan 0,1 Beberapa tetes larutan 0,1% CuSO4
CuSO4 telah ditambahkan ke dalam
campuran larutan

Dicampur dan dikocok sampai Larutan berwarna violet


bercampur betul, kemudian diamati
warnanya


14

4.2 Pembahasan
Suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau
fosfor disebut senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa
organik. Selain itu, senyawa organik juga merupakan senyawa yang tersusun
atas rantai karbon (Siswoyo, 2009). Senyawa organik banyak bersangkutan
dengan tiap aspek kehidupan, dan memiliki beragam manfaat dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Hal tesebut terdapat pada bahan makanan,
bahan sandang, obat-obatan, kosmetik, dan berbagai jenis plastik. Bahkan
banyak terdapat sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang juga
bermacam-macam dalam tubuh (Estevanus, 2007).
Gugus fungsi adalah suatu kedudukan kereaktifan kimia dalam
suatu molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu
menunjukkan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokkan pada
pengelompokkan senyawa. Berikut beberapa contoh gugus fungsi:
1. Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan di mana gugus fungsi karboksil diikat oleh
gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol
primer, klorida, asam glikol/alkena, dan hidroformilass.
2. Alkohol
a. Alkohol Primer: gugus O-H terletak pada atom C primer
(atom C yang mengikat hanya 1 atom C lainnya).
b.Alkohol Sekunder: gugus –OH terletak pada atom C sekunder.
c.Alkohol Tersier: gugus O-H terletak pada atom C tersier.

3. Asam Karboksilat

Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai


ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam
karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus


15

molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil.


4. Hidrokarbon
Hidrokarbon dapat dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu alkana,
alkena, alkuna, dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon ada yang bersifat
jenuh dan tidak jenuh. Hidrokarbon juga memiliki struktur dan rumus
molekul yang bermacam-macam sesuai dengan atom karbon yang berikatan
pada setiap rangkaiannya (Toar, 2021).

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan


dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam
definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat member proton (ion H+)
kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron
bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi
penetralan untuk membentuk garam. Ciri-ciri asam di antaranya: rasanya
asam, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, mempunyai
pH (derajat keasaman) kurang dari 7, dapat menghantarkan listrik (termasuk
larutan elektrolit), dengan logam tertentu dapat mengahasilkan gas hydrogen
dan bersifat korosif atau merusak bahan-bahan benda-benda yang dikenainya.
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi
Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis. Menurut Arrhenius, asam adalah
suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika
dilarutkan dalam air. Menurut Brønsted-Lowry, asam adalah pemberi proton
kepada basa. Menurut Lewis, asam adalah penerima pasangan elektron dari
basa. Basa sendiri merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih besar dari 7. Basa memiliki ciri-
ciri, seperti pahit dan licin, mempunyai pH lebih dari 7, mengubah warna
lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan listrik (termasuk larutan
elektrolit), dapat menetralkan sifat asam dan bersifat kausatik atau dapat
merusak kulit. Terdapat tiga definisi basa yang umum diterima dalam kimia,
yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis. Menurut Arrhenius,
basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga


16

dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida. Menurut Brønsted-Lowry,


basa adalah zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain (akseptor
proton). Menurut Lewis, suatu zat tergolong basa jika dapat memberi
pasangan elektron (Amanda, 2013).

Protein merupakan senyawa organik kompleks dengan bobot molekul


tinggi. Protein juga merupakan suatu polimer yang terdiri dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Protein
memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai enzim, hormon dan antibodi. Di
alam, bentuk protein spesifik untuk suatu fungsi. Oleh karena itu agar suatu
polipeptida yang baru dibentuk siap menjadi protein yang berfungsi secara
biologis dan mampu mengkatalisis suatu reaksi metabolik, menggerakkan sel,
atau makromolekul, polipeptida tersebut harus mengalami pelipatan
membentuk susunan tiga dimensi tertentu atau konformasi. Sehingga
pembukaan lipatan protein (unfolding) dapat mengubah struktur sekunder
yang akhirnya mengubah fungsi protein tersebut (Sawitri, 2014).

Etil ester dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi. Esterifikasi


merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu
asam karboksilat dengan suatu alkohol. Reaksi esterifikasi dipengaruhi
beberapa variabel, salah satunya yaitu katalis. Katalis adalah zat yang
menyebabkan laju reaksi kimia menjadi lebih cepat pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan kimiawi di akhir reaksi. Reaksi esterifikasi
membutuhkan suatu katalis untuk mempercepat reaksi, tanpa katalis reaksi
berjalan sangat lambat karena kecepatannya tergantung pada autoprotonasi
dari asam karboksilat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel yang
sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis asam mineral seperti asam
sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl) kesetimbangan akan tercapai dalam
waktu yang cepat. Katalis H2SO4 lebih dipilih dibanding HCl karena katalis
H2SO4 memiliki konsentrasi ion H+ lebih besar dibanding HCl. Penambahan
katalis, yaitu H2SO4 selain sebagai katalis juga berfungsi sebagai penarik air
(Jaya, 2019). Selain itu, lama waktu reaksi, komposisi/konsentrasi jumlah


17

pereaksi yang digunakan, temperatur dan pengadukan juga menjadi faktor-


faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi. Dalam suatu reaksi, lama
waktu proses memperlihatkan hasil yang berbeda, di mana waktu berkaitan
dengan cepat lambatnya suatu reaksi esterifikasi mencapai kesetimbangan.
Pada waktu optimum, jumlah produk dari hasil esterifikasi tidak bertambah
lagi karena pada saat ini kondisi sudah mencapai kesetimbangan.
Pemerolehan hasil yang optimum pada esterifikasi juga dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu menghilangkan produk atau dengan menggunakan
pereaksi berlebih. Memperoleh hasil yang optimum digunakan pereaksi
berlebih yaitu dengan memperbanyak jumlah mol dari alkohol. Adanya mol
alkohol yang lebih besar maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan
sehingga produk ester akan lebih banyak. Pemanasan juga dapat dilakukan
untuk mempercepat terjadinya reaksi. Panas akan menyebabkan partikel
bergerak lebih cepat karena adanya peningkatan energi kinetik dari pereaksi
sehingga peluang terjadinya tumbukan akan semakin besar dan terben-tuknya
produk juga semakin besar. Panas yang diperlukan untuk mempercepat reaksi
juga harus memperhatikan karakteristik dari zat yang bereaksi. Panas yang
terlalu tinggi bisa merusak pereaksi sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat
pereaksi dan ditentukan panas optimum yang digunakan dalam reaksi
esterifikasi (Dwipa, 2014).

Uji biuret digunakan untuk uji protein. Reagen Biuret mengandung


CuSO4. Ion Cu2+ (dari pereaksi Biuret) dalam suasana basa bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks (Putri, 2016). Selain itu, Biuret dibentuk dengan
pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari
protein. Prinsip reaksi Biuret adalah reaksi antara tembaga sulfat dalam alkali
dengan senyawa yang berisi dua atau lebih ikatan peptida seperti protein yang
memberikan warna ungu biru yang khas. Fungsi reagen biuret adalah untuk
membentuk kompleks sehingga yang dikandung dapat diidentifikasi. Reaksi
biuret ini bersifat spesifik, artinya hanya senyawa yang mengandung


18

ikatan peptida saja yang akan bereaksi dengan pereaksi Biuret (Machin, A.,
2012).

Pada praktikum identifikasi senyawa organik, terdapat empat macam


percobaan, yaitu:

a. Uji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik


Pada percobaan ini, langkah pertama yang harus diakukan yaitu mengisi
tabung reaksi dan cawan petri dengan larutan glukosa, fenol, fruktosa, asam
asetat, anilin, asam benzoat, dan piridin dengan masing-masing bahan
sebanyak 1 mL.

Gambar 4.1.1 Larutan yang ditentukan dimasukan ke dalam tabung reaksi

Setelah masing-masing larutan dituangkan, kemudian masing-masing bahan


diuji pH-nya dengan menggunakan pH meter atau pH-paper universal.
Apabila tersedia pH meter maka gunakanlah pH meter tersebut karena
hasilnya lebih teliti.


19

Namun, apabila tidak tersedia pH meter bisa menggunakan pH-paper


Universal.

Gambar 4.1.2 Masing-masing bahan diukur pH-nya

Setelah dilakukan uji pH terhadap bahan-bahan tadi, maka pH yang didapat


antara lain etanol dengan pH 7 (warna lakmus biru), anilin dengan pH 4
(warna lakmus merah), asam benzoat dengan pH 4 (warna lakmus merah),
piridin dengan pH 6 (warna lakmus biru), glukosa dengan pH 4 (warna
lakmus merah), fenol dengan pH 4 (warna lakmus merah), fruktosa dengan
pH 7 (warna lakmus merah), dan asam asetat dengan pH 7 (warna lakmus
merah) lalu dicatat hasilnya. Fungsi perlakuan pH meter atau pH-paper
universal pada uji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik ini adalah
untuk mengukur derajat keasaman asam atau basa. Kertas lakmus dalam
percobaan ini juga digunakan sebagai uji kualitatif asam dan basa.


20

b. Reaksi esterifikasi
Pada percobaan kali ini, langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu
sebanyak 5 tetes asam cuka pekat dan 5 tetes asam sulfat pekat ditambahkan
pada campuran alkohol 1 mL.

Gambar 4.1.3 Pencampuran asam sulfat, asam cuka, dan campuran alkohol

Kemudian, larutan yang sudah dicampur tadi dipanaskan dengan hati-hati.


Setelah dipanaskan, maka akan timbul bau dari etil asetat. Bau akan lebih
nyata ketika tabung reaksi ditutup dengan gabus dan didinginkan beberapa
saat.

Gambar 4.1.4 Tabung reaksi ditutup dan didinginkan

Fungsi penambahan larutan asam sulfat (H2SO4) pada uji reaksi esterifikasi
ini adalah sebagai katalisator. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat
laju reaksi kimia pada suatu suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Pada uji reaksi esterifikasi, uji ini reaksinya


21

akan cepat terbentuk dalam keadaan asam. Selain itu, pemanasan yang
dilakukan dalam uji ini berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi.

c. Sifat Senyawa tak Jenuh


Pada percobaan kali ini, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
mencampurkan sebanyak 10 mL kloroform dengan10 tetes pereaksi Hubl.

Gambar 4.1.5 Pencampuran kloroform dengan pereaksi Hubl

Kemudian, isi dari campuran kloroform dan pereaksi Hubl dituangkan ke


minyak zaitun ke tabung reaksi nomor 1, minyak kacang ke tabung reaksi
nomor 2, minyak jarak ke tabung reaksi nomor 3, dan minyak kelapa ke
tabung nomor 4 dengan masing-masing jenis minyak sebanyak satu tetes.

Gambar 4.1.6 Pencampuran larutan klorofrom dan pereaksi Hubl dengan jenis-
jenis minyak


22

Tabung yang berisi campuran minyak dengan kloroform dan pereaksi Hubl
dikocok. Hal ini bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

Gambar 4.1.7 Tabung reaksi dikocok untuk melihat perubahan warnanya

Apabila warna merah muda tak kunjung hilang, maka perlu ditambahkan
minyak hingga warna merah muda tersebut hilang. Banyak pemberian tetesan
minyak pada tabung 1 yaitu sebanyak 11 tetes, tabung 2 sebanyak 15 tetes,
tabung 3 sebanyak 9 tetes, dan Tabung 4 sebanyak 5 tetes. Lalu, jumlah tetes
minyak yang dipergunakan untuk menghilangkan warna dicatat. Fungsi
penambahan pereaksi Hubl adalah untuk mengoksidasi asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi ikatan tunggal dan
indikator suatu senyawa asam lemak tergolong jenuh atau tidak jenuh.
Tabung reaksi juga ditutup dan didinginkan agar menimbulkan bau yang
lebih nyata.


23

d. Reaksi warna untuk menunjukkan protein

Pada percobaan kali ini, langkah pertama yang harus dilakukan, yaitu
menuangkan KOH (atau 1 mL 40 % NaOH) sebanyak 2 mL 10% pada 2 mL
larutan protein (putih telur).

Gambar 4.1.8 Penuangan larutan protein dengan KOH

Kemudian, beberapa tetes larutan 0,1M CuSO4 ditambahkan pada campuran


larutan protein dengan KOH tadi dan dikocok dengan betul serta diamati
perubahan warna yang terjadi.

Gambar 4.1.9 Penetesan larutan CuSO4 pada larutan protein dan KOH

Penambahan KOH 10% atau NAOH 40% bertujuan untuk memberikan


suasana basa, karena suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2
yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH- . Hal ini membantu untuk


24

membentuk kompleks dengan nitrogen dari karbon dari ikatan peptida dalam
larutan basa. Selain itu, pengocokan yang dilakukan bertujuan untuk
membuat campuran menjadi homogen.

Uji sifat asam dan basa beberapa senyawa organik yang telah
dilakukan dari praktikum kali ini mendapatkan hasil:

1. Etanol dengan warna lakmus biru dan pH 7. Hal ini membuat etanol yang
diuji sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa gugus hidroksil
etanol membuat molekul ini memiliki sifat sedikit basa. Etanol hampir
netral dalam air dengan pH 100% etanol adalah 7,33 dan berbanding
terbalik dengan pH air murni yang sebesar 7 (Soetedjo, 1969).
2. Anilin dengan warna lakmus merah dan pH 4. Hal ini tentu salah karena
anilin merupakan senyawa yang bersifat basa lemah dengan tingkat pH
mencapai 9,13 serta anilin menerima proton (Sunarto, 2000).
3. Asam benzoat dengan warna lakmus merah dan pH 4. Hal ini benar
karena asam benzoat sendiri merupakan senyawa yang bersifat asam yang
biasanya digunakan dalam pengawetan makanan (Suparyono, 1987).
4. Piridin dengan warna lakmus biru dan pH 6. Pengamatan yang dilakukan
kali ini berbanding terbalik dengan referensi karena rata-rata piridin
mempunyai pH 5,14 dan membuat senyawa ini bersifat asam. Seharusnya
warna kertas lakmus berubah menjadi merah karena piridin bersifat asam
lemah (Pine, 1988).
5. Glukosa dengan warna lakmus merah dan pH 4. Pengamatan yang
dilakukan kali ini tidak sesuai di mana glukosa merupakan senyawa netral
yang mempunyai pH 7 (Mulyono, 2009).
6. Fenol dengan warna lakmus merah dan pH 4. Hal ini benar karena fenol
merupakan senyawa asam. Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan
dengan alkohol, tetapi lebih basa daripada asam karbonat karena fenol
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya (Fessenden, 1982).
7. Fruktosa dengan warna lakmus merah dan pH 7. Hal ini benar karena
fruktosa termasuk senyawa netral yang mempunyai pH 7. Fruktosa


25

sendiri adalah gula sederhana (monosakarida) yang ditemukan di banyak


jenis makanan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting
bersama dengan glukosa dan galaktosa (Sukardi, 2009).
8. Asam asetat dengan warna lakmus merah dan pH 7. Hal ini sebanding
dengan referensi dimana asam asetat sendiri merupakan senyawa yang
bersifat asam. Asam asetat adalah senyawa organik yang termasuk dalam
golongan asam karboksilat dengan gugus fungsinya adalah –COOH
(Sudjadi, 1985).

Hasil yang didapatkan dari uji reaksi esterifikasi menimbulkan bau yang
harum setelah dipanaskan selama 3 menit. Hal ini sesuai dengan referensi
yang menyatakan Ester merupakan suatu kelompok senyawa yang umumnya
berbau harum (Dwipa, 2014). Hasil yang didapatkan dari uji senyawa tak
jenuh menunjukkan bahwa setiap tabung membutuhkan jumlah tetesan yang
berbeda-beda untuk menghilangkan warna merah mudanya. Hal ini sesuai
dengan referensi yang ada di mana uji senyawa sifat tak jenuh memiliki
prinsip untuk menentukan ikatan rangkap yang ada dalam suatu asam lemak.
Uji ini dilakukan dengan meneteskan pereaksi Hubl sebagai reagen yang
berfungsi untuk indikator senyawa asam lemak tergolong senyawa jenuh atau
tidak jenuh (McLean, 2007). Hasil yang didapatkan dari uji reaksi warna
untuk identifikasi protein menunjukkan larutan yang berwarna violet. Hal ini
sesuai dengan referensi yang menyatakan prinsip reaksi Biuret adalah reaksi
antara tembaga sulfat dalam alkali dengan senyawa yang berisi dua atau lebih
ikatan peptida seperti protein yang memberikan warna ungu biru yang khas
(Machin, A., 2012).

V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
bahwa:
1. Suatu senyawa organik dikatakan bersifat asam jika dapat mengubah
warna kertas lakmus biru menjadi merah dan mempunyai pH (derajat
keasaman) kurang dari 7 dan bersifat basa jika dapat mengubah
warna lakmus merah menjadi biru dan mempunyai pH (derajat
keasaman) lebih dari 7.
2. Reaksi esterifikasi yang bertujuan untuk membuat etilasetat dari
alkohol dan asam asetat dengan katalisator asam sulfat menghasilkan
bau harum yang timbul dari etilasetat.
3. Uji sifat senyawa tak jenuh untuk menunjukkan adanya ikatan
rangkap dalam asam lemak membuktikan bahwa setiap tabung
membutuhkan jumlah tetesan yang berbeda-beda untuk
menghilangkan warna merah mudanya.
4. Uji reaksi warna untuk menunjukkan protein dengan reaksi warna
biuret menghasilkan larutan yang berwarna violet.

5.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum ini, yaitu diharapkan praktikan untuk
dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang berlaku dan
dengan teliti demi menghindari adanya kesalahan dalam menentukan
hasil keempat uji di atas.

26

DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, R. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Fessenden, Ralph J, dan Joan S. (1997). Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:


Bina Aksara.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar (Prinsip dan Terapan Modern). Jakarta:
Erlangga.

Hart. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta:

Erlangga.

Irwandi, D. (2012). Experiment's book of General Chemistry II. Jakarta: P. IPA-


FITK Press.

Elizabeth, K. (2010). Petunjuk Praktikum Kimia. Salatiga: UKSW.

Rasyid, M. (2009). Kimia Organik I. Makassar: UNM.

Respati. (1986). Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru.

Estevanus K. H. (2007). Identifikasi Mineral Magnetik pada Lindi (Leachate).


Jurnal Geofisika. Vol. 2: No. 1 Hal. 1-13.

Toar, R.J. (2021). Penentuan Tipe Fluida dan Gugus Fungsi Manifestasi Panas
Bumi Kawah Tua Gunung Api Soputan. Jurnal Fista: Fisika dan
Terapannya. Vol. 2: No. 1 Hal. 52.

Amanda, N.W. (2013). Identifikasi Sifat Asam Basa dengan Menggunakan


Indikator Alami. Jurnal Undiksha. Vol. 1: No. 1 Hal 4-6.

Sawitri, K.N. (2014). Analisa Pasangan Jembatan Garam Residu GLU15-LYS4


pada Kestabilan Termal Protein 1GB1. Jurnal Biofisika. Vol. 10: No.1 Hal.
69.

27
28

Jaya, J.M. (2019). Sintesis Senyawa Etil Laurat menggunakan Variasi Volume
Katalis Asam Sulfat Pekat. Jurnal Labora Medika. Vol. 3: No. 1 Hal. 2.

Dwipa, I.B. (2014). Optimasi Proses Esterifikasi Asam Salisilat dengan n-


Oktanol. Jurnal Wahana Matematika dan Sains. Vol. 8: No. 1 Hal. 2-3.

Putri, A.A. (2016). Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat dan Uji Aktivitas
Penyembuhan Luka Terbuka pada Kelinci. Galenika Journal of Pharmacy.
Vol. 2: No. 2 Hal. 93.

Machin, A. (2012). Potensi Hidrolisat Tempe Sebagai Penyedap Rasa Melalui


Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas. Biosantifika. Vol 4: No. 2 Hal 76.

Soetedjo, R. (1969).Ilmu Bercocok Tanam Kelapa. Jakarta: Yasaguna.

Sunarto. (2000). Kimia Dasar. Semarang: IKIP.

Suparyono. (1987). Kimia Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pine, S. H. (1988). Kimia Organik 1. Bandung: ITB.

Mulyono. (2009). Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjadi. (1985). Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.

McLean (2007). A Topographic Map of Recruitment in Spinal Cord. Nature. Vol.


446: No. 7131 Hal. 71-75.

Anda mungkin juga menyukai