Anda di halaman 1dari 24

REAKSI-REAKSI KIMIA DAN MEKANISME

DALAM SENYAWA ORGANIK

DISUSUN OLEH :

1. BERLIANA PRATIWI LIZA (061740411511)


2. DUKE BRAYEN RAHMADANU (061740411517)
3. MUHAMMAD HAIDAR (061740411522)
4. NABILAH KHOIRUNNISA (061740411525)

KELAS : 2 EGB

DOSEN PEMBIMBING: IDHA SILVIYATI, ST., M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esaatas
segala limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah
“Reaksi-Reaksi Kimia dan Mekanisme dalam Senyawa Organik” dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan
apa yaitu Reaksi kimia organik dengan berbagai macam reaksi-reaksi kimia
senyawa organik beserta contohnya . Dengan makalah ini diharapkan baik penulis
sendiri maupun pembaca dapat memilki pengetahuan yang lebih luas mengenai
reaksi-reaksi kimia senyawa organik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan kami sendiri khususnya.

Palembang, 17 April 2018


Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Reaksi Kimia ………………………………………………..… 1-2
1.2 Pengertian Reaksi Kimia ……………………………………………….. 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Senyawa Organik ………………………………………………………..
2.2 Reaksi-Reaksi Kimia Senyawa Organik
2.2.1 Reaksi Subtitusi …………………………………………………
2.2.2 Reaksi Adisi …………………………………………………….
2.2.3 Reaksi Eliminasi ………………………………………………..
2.2.4 Reaksi Oksidasi …………………………………………………
2.2.5 Reaksi Polimerisasi ……………………………………………..
2.3 Identifikasi Senyawa Karbon …………………………………………...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..
3.2 Saran …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
PERTANYAAN DAN JAWABAN ……………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Reaksi Kimia
Reaksi kimia sepert pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi
logam sudah diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-
material ini dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, sepert Teori empat
elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4
elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Di abad pertengahan, transformasi kimia
dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya,
mengubah tmbal menjadi emas, dengan mereaksikan tmbal dengan campuran
tembaga-tmbal dengan sulfur.
Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tdak terdapat secara alami di bumi
telah lama dicoba oleh para ilmuwan, sepert sintesis dari asam sulfurdan asam
nitrat oleh alkemis Jābir ibn Hayyān. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan
mineral-mineral sulfat dan nitrat, sepert tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada
abad ke-17, Johann Rudolph Glaubermemproduksi asam klorida dan natrium
sulfat dengan mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya
pengembangan lead chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga
memungkinkan adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar,
maka reaksi kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang
semakin maju akhirnya menghasilkan proses kontak di tahun 1880-an, dan proses
Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.
Dari abad ke-16, sejumlah penelit sepert Jan Baptst van Helmont, Robert
Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk menemukan teori-teori dari transformasi-
transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogistondicetuskan pada tahun
1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan adanya elemen sepert api
yang disebut "plogiston", yang terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan
dilepaskan selama pembakaran. Teori ini dibuktkan salah pada tahun 1785 oleh Antoine
Lavoisier, yang akhirnya memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.
Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac akhirnya mengetahui bahwa
karakteristk gas selalu sama. Berdasarkan hal ini dan teori atom dari John Dalton, Joseph
Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantnya menjadi
konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.
Pada bagian kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat
pada organisme yang hidup itu terlalu kompleks untuk bisa didapatkan melalui sintesis
kimia. Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital"
sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada akhirnya, konsep ini pun
berhasil dipatahkan setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828.
Kimiawan lainnya yang memiliki kontribusi terhadap ilmu kimia organik
diantaranya Alexander William Williamson dengan sintesis eteryang dilakukannya
dan Christopher Kelk Ingold yang menemukan mekanisme dari reaksi substtusi. Antoine
Lavoisier mengembangkan teori pembakaran sebagai reaksi kimia dengan oksigen.

1.2 Pengertian Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat
dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan
dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang
biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia
melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan
pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat
diterapkan pada transformasi partkel-partkel elementer sepert padareaksi nuklir.
Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimiauntuk
menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia
yang dikatalisis oleh enzim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan
dekomposisi yang biasanya tdak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Senyawa Organik


Senyawa organik terlibat dalam tap segi kehidupan, dan banyak manfaatnya
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Ada diantaranya yang berwujud bahan
makanan,bahan sandang, obat- obatan, kosmetk, dan berbagai jenis plastk. Bahkan
dalam tubuhpun banyak terdapat sejumlah senyawa organik dengan fungsi yang
beragam pula. Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang
mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik
didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon. Meskipun penggolongan
sepert ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa senyawa yang mengandung atom
karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini. Fakta ini adalah akibat dari
kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon lain. Jika sifat khas ini
dibarengi dengan kemampuan atom karbon membentuk empat ikatan dalam ruang tga
dimensi, maka berbagai susunan atom dapat terjadi. Saat ini jutaan senyawa organik
telah ditentukan cirinya, dan setap tahun puluhan ribu zat baru ditambahkan ke dalam
daftar ini, baik sebagai hasil penemuan di alam, ataupun sebagai hasil pembuatan di
laboratorium.
Karbon adalah suatu unsur utama penyusun jasat hidup ini sehingga atom
karbon menjadi tulang punggung pembentuk senyawa yang beraneka ragam. Mengapa
karbon dapat membentuk senyawa-senyawa yang begitu banyak, dimana hal ini tdak
ditunjukkan oleh unsur lain. Karbon memiliki empat elektron di kulit terluarnya. Masing-
masing elektron dapat disumbangkan kepada unsur-unsur lain sehingga terpenuhi
susunan elektroniknya, dan dengan elektron-elektron pasangan membentuk ikatan
kovalen. Nitrogen, oksigen dan hidrogen adalah unsur-unsur yang dapat berikatan
dengan karbon. Satu atom karbon dapat menyumbangkan paling banyak empat electron
untuk dipasangkan dengan empat elektron dari unsur lain. Sebagai contoh dalam
molekul metana (CH4).
Atom karbon dapat dibedakan dengan atom lain yaitu pada kemampuan atom
karbon untuk berpasangan dengan atom karbon lain membentuk ikatan kovalen karbon-
karbon. Fenomena tunggal inilah yang memberikan dasar-dasar kimia organik.
Rangkaian atom-atom karbon beraneka ragam: linear, bercabang, siklik yang dikelilingi
oleh atom hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tidak banyak unsur lain yang memiliki empat
elektron di kulit terluar yang bersifat sepert atom karbon. Hanya silikon yang mirip
dengan atom karbon, artnya dapat membentuk ikatan kovalen dengan unsur-unsur lain.
Sepert SiO2 yang melimpah. Senyawa ini sangat stabil, tetapi silikon bukan unsure
penyusun jasat hidup.

2.2 Reaksi-Reaksi Kimia Senyawa Organik


Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara rinci berbagai macam reaksi
senyawa organik yaitu reaksi adisi, reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi
oksidasi, dan reaksi polimerisasi. Berikut penjelasan untuk masing-masing reaksi.

2.2.1 Reaksi Adisi


A. Pengertian Reaksi Adisi
Adisi artnya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi, suatu zat
ditambahkan ke dalam senyawa C yang mempunyai ikatan rangkap, sehingga ikatan
rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal. Reaksi adisi antara lain dapat digunakan
untuk membedakan alkana dengan alkena. Reaksi pengenalan ini dilakukan dengan
menambahkan bromin (Br2) yang berwarna merah cokelat. Terjadinya reaksi adisi
ditandai dengan hilangnya warna merah cokelat dari bromin. Karena alkana tdak
memiliki ikatan rangkap (tdak mengalami reaksi adisi) warna merah dari bromin tdak
berubah.
Contoh reaksi adisi adalah reaksi antara etena dengan gas klorin membentuk 1,2-
dikloroetana :

B. Jenis-jenis Reaksi Adisi


Reaksi adisi dibedakan atas (a) reaksi adisi elektrofilik dan (b) reaksi adisi
nukleofilik.

1. Reaksi Adisi Elektrofilik


Reaksi adisi elektrofilik terjadi apabila gugus yang pertama menyerang suatu
ikatan rangkap pereaksi elektrofil. Reaksi adisi elektrofilik ditemukan pada senyawa C
yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C sepert alkena dan alkuna. Contoh
reaksi adisi elektrofilik adalah reaksi antara etena dengan asam klorida menghasilkan
etl-klorida.

2. Reaksi Adisi Nukleofilik

Reaksi adisi nukleofilik terjadi apabila gugus yang pertama kali menyerang suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil. Reaksi adisi nukleofilik ditemukan pada
senyawa C yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C dengan atom lain,
sepert senyawa yang mengandung gugus karbonil dan senyawa yang mempunyai gugus
sianida. Contoh reaksi adisi nukleofilik adalah reaksi antara dimetl-keton dengan asam
sianida menghasilkan 2-siano-2-propanol.
Orientasi Adisi Elektrofilik: Aturan Markovnikov
Coba kita lihat lagi reaksi antara 2-metlpropena dengan HBr. Semestnya akan
terbentuk dua produk dari reaksi adisi yang berlangsung, yaitu 1-bromo-2-metlpropana
dan 2-bromo-2- metlpropana. Pada kenyataannya tdaklah demikian, yang terbentuk
hanya 2-bromo-2-metlpropana. Bagaimanakah hal ini dapat terjadi?

Seorang ahli kimia Rusia, Vladimir Markovnikov, pada tahun 1969 mengusulkan
suatu aturan yang kemudian dikenal dengan aturan Markovnikov, yaitu: Pada reaksi
adisi HX pada alkena, hidrogen menyerang karbon yang kurang tersubsttusi, sedangkan
X menyerang karbon yang lebih tersubsttusi.
Ketka terdapat alkena di mana karbon-karbon yang memiliki ikatan rangkap
mempunyai substtuen dengan derajat yang sama maka terbentuk produk campuran.

Oleh karena karbokaton terlibat sebagai intermediet dalam reaksi ini maka
aturan Markovnikov dapat diulangi: Dalam reaksi adisi HX pada alkena, karbokaton yang
lebih tersubsttusi akan terbentuk sebagai intermediet dari pada yang karbokaton yang
kurang tersubsttusi.
Halida asam (HX) dapat juga mengadisi alkena dengan mekanisme yang mirip
sepert di atas. Umumnya reaksinya menghasilkan produk adisi Markovnikov. Misalnya
adisi HBr pada alkena, di mana Br akan mengadisi pada atom karbon yang lebih
tersubsttusi (aturan Markovnikov). Akan tetapi jika terdapat O 2 atau perksida (ROOR),
adisi HBr berjalan dengan mekanisme radikal bebas, bukan dengan mekanisme ion.

Contoh reaksi adisi:


Reaksi adisi H2 pada alkena membentuk alkana
H2C = CH2 + H2 → H3C – CH3
Reaksi adisi H2 pada alkanal membentuk alkohol primer
Ikatan rangkap C = O pada alkanal bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan
alkohol primer.

Disebut juga dengan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi C

Reaksi adisi H2 pada keton/alkanon menghasilkan alkohol sekunder


Ikatan rangkap C = O pada alkanon/keton bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan
alkohol sekunder.

Reduksi H2O pada asam karboksilat menghasilkan suatu alkohol sekunder


Ikatan rangkap C = O pada asam karboksilat akan terbuka akibat penambahan
reduktor kuat untuk menghasilkan alkohol primer

2.2.2 Reaksi Substitusi


A. Pengertian Reaksi Substitusi
Reaksi substtusi adalah reaksi penggantan atom atau gugus atom oleh atom
atau gugus atom lain. Jadi dalam reaksi substutsi suatu atom atau gugus atom yang
terdapat dalam rantai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan tempatnya
yang kosong akan digant oleh atom atau gugus atom yang lain. Berdasarkan pereaksi
yang yang dipergunakan, reaksi substtusi dapat dibedakan menjadi (a) reaksi substtusi
radikal bebas; (b) reaksi substtusi nukleofilik; dan (c) reaksi substtusi elektrofilik.
Reaksi substtusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantan atom / gugus
atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substtusi umumnya terjadi
pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristk (tetap jenuh).
Suatu reaksi subttusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi
menggantkan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Subttusi dapat
terjadi pada karbon jenuh maupun tdak jenuh.

R – X + R’ – Y → R – Y + R’ – X
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positf parsial. Karbon
ini bisa mudah diserang oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang elektron
menyendiri (unshared) dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi subttusi ion atau gugus
disubsttusikan untuk (menggantkan) atom, atau gugus lain. Beberapa reaksi substtusi
pada senyawa karbon:

 Reaksi pembentukan haloalkana

 Reaksi alkil halida dengan basa kuat

 Reaksi alkohol dengan PCl3

 Reaksi alkohol dengan logam Natrium

 Reaksi klorinasi

 Reaksi esterifikasi (pembentukan ester)

 Reaksi saponifikasi (penyabunan)

B. Jenis-Jenis Reaksi Substitusi

1. Reaksi Substitusi Radikal Bebas

Reaksi substtusi radikal bebas terjadi apabila gugus yang menggant adalah
radikal bebas. Pereaksi radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang mengandung
sebuah elektron yang tdak berpasangan. Pereaksi radikal bebas umumnya digunakan
pada reaksi yang menyebabkan pemutusan homolitk dari substrat. Reaksi ini dimulai
dengan pembentukan radikal bebas yang reaktf. Radikal tersebut bereaksi dengan
molekul lain membentuk radikal bebas baru yang meneruskan reaksi berikutnya. Contoh
reaksi substtusi radikal bebas adalah reaksi antara metana dengan gas klor mengasilkan
monoklor-metana dan asam klorida.

2. Reaksi Substitusi Nukleofilik

Reaksi substtusi nukleofilik terjadi apabila gugus yang menggant merupakan


pereaksi nukleofil. Contoh reaksi substtusi nukleofilik adalah reaksi antara etanol
dengan asam bromida menghasilkan etl-bromida.

3. Reaksi Substitusi Elektrofilik

Reaksi substitusi nukleofilik terjadi apabila gugus yang


mengganti merupakan pereaksi elektrofil. Reaksi substitusi
merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom/gugus atom pada
molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya
terjadi pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan
ikatan karakteristik (tetap jenuh).

A+B-C→A-C+B

Contoh reaksi substtusi:

Reaksi pembentukan haloalkana: reaksi alkana dengan halogen

R - H + X2 → R - X + H - X

Contoh:

CH4 + Cl2 → CH3 - Cl + HCl

Reaksi substitusi atom H pada alkohol dengan logam reaktif (Na, K)


Atom H pada gugus - OH dapat disubstitusi oleh logam reaktif seperti
Na dan K

R - OH + Na→ R - NaO + H2
Contoh:
2 C2H5 - OH + 2 Na → 2 C2H5 - ONa + H2

Reaksi alkoksi alkana (eter) dengan PCl5 menghasilkan haloalkana

R - O - R’ + PCl5 → R - Cl + R’ - Cl + POCl3

Contoh:
CH3 - O - CH3 + PCl5 → CH3Cl + CH3Cl +POCl3

Reaksi esterifikasi: reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam


karboksilat

R - OH + R’ - COOH → R’ - COOR + H - OH
Contoh:
CH3 - OH + CH3 - COOH → CH3 - COOCH3 + H2O

2.2.3 Reaksi Eliminasi


A. Pengertian Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah suatu jenis reaksi organik dimana dua substtuen
dilepaskan dari sebuah molekul baik dalam satu atau dua langkah mekanisme. Reaksi
satu langkah disebut dengan reaksi E2, sedangkan reaksi dua langkah disebut dengan
reaksi E1. Harap diingat bahwa simbol angka pada huruf E (yang berart elimination)
tdak melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan kinetka reaksi, yaitu
berturut-turut bimolekuler dan unimolekuler.

Pada sebagian besar reaksi eliminasi organik, minimal satu hidrogen dilepaskan
membentuk ikatan rangkap dua. Dengan kata lain akan terbentuk molekul tak jenuh. Hal
tersebut memungkinkan sebuah molekul melangsungkan reaksi eliminasi reduktf,
dimana valensi atom pada molekul menurun dua. Jenis reaksi eliminasi yang pentng
melibatkan alkil halida, dengan gugus pergi (leaving group) yang baik, bereaksi dengan
basa Lewis membentuk alkena. Perhatkan contoh reaksi eliminasi berikut ini:

Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Ketka senyawa yang
tereliminasi asimetris, maka regioselektvitas ditentukan oleh aturan Zaitsev.

Mekanisme E2

E2 merupakan reaksi eliminasi bimolekuler. Reaksi E2 hanya terdiri dari satu


langkah mekanisme dimana ikatan karbon-hidrogen dan karbon-halogen terputus
membentuk ikatan rangkap C=C. Reaksi E2 dilangsungkan oleh alkil halida primer dan
sekunder. Reaksi ini hampir sama dengan reaksi SN2. Reaksi E2 secara khusus
menggunakan basa kuat untuk menarik hidrogen asam dengan kuat. Perhatkan gambar
berikut:

HYPERLINK "C:\\Users\\hp\\Downloads\\.\\KIMIA ORGANIK I_ Reaksi Substtusi dan


Eliminasi_files\\e2basa-1.png"

Suatu basa kuat digunakan untuk menarik hidrogen asam


Mekanisme E1

E1 merupakan reaksi eliminasi unimolekuler. E1 terdiri dari dua langkah


mekanisme yaitu ionisasi dan deprotonasi. Ionisasi adalah putusnya ikatan karbon-
halogen membentuk intermediet karbokaton. Reaksi E1 biasanya terjadi pada alkil
halida tersier. Reaksi ini berlangsung tanpa kuat, melainkan dengan basa lemah (dalam
suasana asam dan suhu tnggi). Reaksi E1 mirip dengan reaksi SN1, karena sama-sama
menggunakan intermediet karbokaton.
Perhatkan dua langkah reaksi E1 berikut ini:

Langkah 1 (Ionisasi)

HY
PER
LIN
K

"C:\\Users\\hp\\Downloads\\.\\KIMIA ORGANIK I_ Reaksi Substtusi dan


Eliminasi_files\\e1ionisasi-1.png"

Langkah 2 (Deprotonasi)

Pada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi


senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi merupakan
kebalikan dari adisi.
Untuk membedakan ketga jenis reaski di atas dapat dilakukan dengan melihat
ciri-cirinya yang dengan mudah akan teramat :

 Pada reaksi subttusi ruas kanan dan ruas kiri tdak terdapat ikatan rangkap atau bila
di ruas kiri ada ikatan rangkap maka ruas sebelah kanan masih ada ikatan rangkap
tersebut.

 Sedangkan pada reaksi adisi mempunyai ciri ruas sebelah kanan (sebelum reaksi)
terdapat ikatan rangkap sedangkan di ruas sebelah kiri (setelah reaksi) ikatan
rangkap tersebut hilang atau berkurang dari rangkap 3 menjadi rangkap 2.

 Kemudian pada reaksi eliminasi mempunyai ciri-ciri kebalikan dari reaksi adisi, yakni
di ruas sebelah kiri tdak ada ikatan rangkap kemudian di ruas sebelah kanan
menjadi ada ikatan rangkapnya.

Contoh reaksi eliminasi:


Reaksi eliminasi H2 dari alkana menjadi alkena

CH3 – CH2 – CH3 → CH3 – CH = CH2 + H2

Reaksi eliminasi air (dehidrogenasi) dari alkohol

Alkohol dapat bereaksi membentuk alkena dengan bantuan katalis H2SO4 pekat

berlebih pada suhu 180oC.

CH3 – CH2 – OH → CH2 = CH2 + H2O

Reaksi eliminasi HX dari haloalkana (dehidrohalogenasi)

Haloalkana R – X dapat bereaksi dengan gugus – OH yang larut dalam alkohol

seperti NaOH etanolis atau CH3OK, membentuk alkuna.


2.2.4 Reaksi Oksidasi
A. Pengertian Reaksi Oksidasi
1. Reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan (penggabungan) oksigen oleh
suatu zat (definisi berdasarkan pengikatan atau pelepasan oksigen).
Contoh:
Oksidasi Fe oleh O2 menurut reaksi: 4 Fe + 3 O2 → 2 Fe2O3
Pemangggangan ZnS menurut reaksi: 2 ZnS + 3 O2 → 2 ZnO + 2 SO2
2. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron (definisi berdasarkan
penerimaan dan pelepasan elektron). Contoh:
K → K+ + e –
Cu → Cu2+ + 2e–
3. Reaksi oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi. Contoh:
2Fe + 3O2 → 2 Fe2O3
Bilangan oksidasi Fe dalam FeO adalah +2, sedangkan dalam
Fe2O3 adalah +3. Karena unsur Fe mengalami kenaikan bilangan
oksidasi, yaitu dari +2 menjadi +3, maka FeO mengalami reaksi
oksidasi.
Yang merupakan contoh reaksi oksidasi dalam kehidupan sehari-
hari adalah reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran pada dasarnya
merupakan reaksi suatu zat dengan oksidator, biasanya oksigen. Hasil dari
pembakaran yang sempurna akan menghasilkan gas CO2 dan H2O,
sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO dan H2O.
Reaksi pembakaran banyak digunakan untuk berbagai keperluan baik
rumah tangga, industri, dan transfortasi.

Contoh:

Reaksi pembakaran gas metana yang terkandung dalam LPG.


CH₄(g) + 2O₂(g) → CO₂(g) + 2H₂O(g)

Reaksi oksidasi pada asam alkanoat


Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam
1,2 etanadioat

2.2.5 Reaksi Polimerisasi

A. Pengertian Reaksi Polimerisasi

Polimerisasi adalah reaksi pembentukan rantai polimer organik yang


panjang dan berulang. Polimerisasi digolongkan ke beberapa sistem: sistem adisi-
kondensasi dan sistem pertumbuhan rantai bertahap. Bentuk lain dari polimerisasi
adalah polimerisasi membuka cincin yang serupa dengan polimerisasi rantai.

Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi


adisi dan polimerisasi kondensasi. Jenis reaksi yang monomernya mengalami
perubahan reaksi tergantung pada strukturnya. Suatu polimer adisi memiliki atom
yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi
mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk
sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi.

Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi


polimer sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan
sifat dan kegunaan yang beragam. Bahan polimer alami
seperti shellac dan amber telah digunakan selama beberapa
abad. Kertas diproduksi dari selulosa, sebuah polisakarida yang terjadi secara
alami yang ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer seperti protein dan asam
nukleat memainkan peranan penting dalam proses biologi.

B. Jenis-Jenis Reaksi Polimerisasi

1. Reaksi Polimerisasi Adisi

Yaitu reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan


rangkap (=) menjadi ikatan tunggal (—). Ciri-ciri lainnya adalah monomernya
termasuk senyawa alkena (tak jenuh) dan nama polimernya merupakan jenis
polialkena (ex = polipropena)

Gambar di bawah ini menjelaskan bagaimana suatu polialkena terbentuk dari


suatu alkena (ambil contoh polipropena atau polipropilena):

Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi adisi dapat dilihat pada tabel
berikut.

2. Reaksi Polimerisasi Kondensasi

Yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda jenis
bergabung membentuk molekul besar.

Yang membedakan reaksi kondensasi dibandingkan reaksi adisi:

 Hasil akhirnya berupa suatu polimer + air.


 Karena membentuk air, atom-atom H+ dan OH- bergabung membentuk air.

 Atom-atom tersebut berasal dari monomer-monomernya.

Di bawah ini adalah contoh reaksi polimerisasi kondendasi dari pembuatan


dakron:
PEMBUATAN DAKRON MELALUI REAKSI KONDENSASI

Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi kondensasi dapat dilihat pada


tabel berikut.

Keterangan:
PET : suatu poliester yang secara teoritis dapat dibuat dari pencampuran
asam flatat (asam karboksilat) dan etilen glikol (alkohol).
Nilon 6,6 : merupakan poliamida dengan gugus – CON – yang terbentuk dari
polimerisasi 1,6-diaminoheksana dan asam 1,6-heksadioat.
Bakelit : polimer yang terbentuk dari polimerisasi metanal dan fenol.
Perspex : secara teoritis perspex terbentuk dari polimerisasi propanon (keton)
dan metanal (aldehid)

2.3. Identifikasi Senyawa Karbon

Untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu zat, dapat


kita lakukan dengan cara pengujian endapan. Berdasarkan terbentuknya endapan
dan warna endapan dapat kita identifikasi berbagai macam ion. Di bawah ini akan
dipaparkan reaksi khas yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis
kation berbadasarkan endapan yang dihasilkan.

1. Identifikasi ion magnesium – Mg2+


Ion Mg2+ dengan campuran NH4OH, NH4Cl, dan Na2HPO4 akan
menghasilkan endapan putih. Reaksinya sebagai berikut:
Mg2+(aq) + NH4OH(aq) + HPO42-(aq) –> MgNH4(s) [putih] + H2O(l)

2. Identifikasi ion calcium – Ca2+


Ion Ca2+ dengan larutan ammonium oksalat member endapan putih yang
larut dalam asam kloridanya. Reaksinya sebagai berikut:
Ca2+(aq) + C2O42-(aq) –> CaC2O4(s) [putih]

3. Identifikasi ion barium – Ba2+


Ion Ba2+ dengan larutan kalium kromat member endapan kuning.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ba2+(aq) + CrO42-(aq) –> BaCrO4(s) [kuning]

4. Identifikasi ion aluminium – Al3+


Ion Al3+ dengan larutan kalium hidroksida terjadi endapan putih hidrofil
dari aluminium hidroksida yang larut dalam larutan kalium hidroksida,
berdasarkan sifat amfoter Al(OH)3. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Al3+(aq) + 3OH–(aq) –> Al(OH)3(s) [putih]
Al(OH)3(aq) + OH–(aq) –> AlO2–(aq) + 2H2O(l)
5. Identifikasi ion perak – Ag+
Ion Ag+ dengan larutan asam klorida member endapan putih dalam larutan
air, tetapi larut dalam larutan amoniak. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl–(aq) –> AgCl(s) [putih]
AgCl(s) + 2NH3(aq) –> [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl–(aq)
AgCl larut alam larutan NH3 berdasarkan terjadinya ion kompleks

6. Identifikasi ion mercury(I) – Hg+


Ion Hg+ dengan larutan asam klorida member endapan putih. Warna
endapan putih ini dengan larutan ammonium hidroksida akan berubah
menjadi abu-abu. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2Hg+(aq) + 2Cl–(aq) –> Hg2Cl2(s) [putih]
Hg2Cl2(s) + 2NH4OH(aq) –> Hg(NH)Cl(s) [abu-abu] + Hg(s) + NH4Cl(aq) + H2(g)

7. Identifikasi ion mercury(II) – Hg2+


Ion Hg2+ dengan larutan kalium yodida member endapan orange yang larut
dalam kalium yodida berlebih dengan terjadinya ion kompleks. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
Hg+(aq) + 2I–(aq) –> HgI2(s) [merah]
HgI2(s) + 2I–(aq) –> (HgI4)2-(aq)

8. Identifikasi ion besi(II) – Fe2+


Ion Fe2+ dengan larutan kalium ferisianida member warna biru (biru
turnbull). Reaksinya adalah sebagai berikut:
3Fe2+(aq) + 2Fe(CN)63-(aq) –> Fe3[Fe(CN)6]2(s) [biru]

9. Identifikasi ion besi(III) – Fe3+


Ion Fe3+ dengan larutan kalium ferosianida member warna biru (biru
berlin). Reaksinya adalah sebagai berikut:
4Fe3+(aq) + Fe(CN)64-(aq) –> Fe4[Fe(CN)6]3(s) [biru]
10. Identifikasi ion tembaga – Cu2+
Ion Cu2+ dengan larutan kalium ferosianida memberi endapan cokelat.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
2Cu2+(aq) + Fe(CN)64-(aq) –> Cu2[Fe(CN)6](s) [cokelat]
11. Identifikasi ion timbale – Pb2+
Ion Pb2+ dengan larutan asam klorida memberi endapan putih, yang larut
dalam air panas. Jika didinginkan kembali, membentuk Kristal putih
PbCl2 yang mempunyai bentuk khas. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Pb2+(aq) + 2Cl–(aq) –> PbCl2(s) [putih]
12. Identifikasi ion seng – Zn2+
Ion Zn2+ dengan larutan ammonium hidroksida terjadi endapan putih yang
larut dalam kelebihan ammonium hidroksida dengan terjadinya ion
kompleks. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Zn2+(aq) + 2NH4OH(aq) –> Zn(OH)2(s) [putih] + 2NH4+(aq)
Zn(OH)2(s) + 4NH3(aq) –> [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2OH–(aq)
13. Identifikasi ion ammonium – NH4+
Ion NH4+ dipanaskan dengan basa kuat memberikan gas amoniak. Jika gas
ini dikenakan pada kertas lakmus merah yang lembab, warnanya akan
berubah menjadi biru. Reaksinya adalah sebagai berikut:
NH4+(aq) + OH–(aq) –> NH3(g) + H2O(l)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah mempelajari materi mengenai reaksi-reaksi kimia pada senyawa organik
dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi organik adalah berbagai reaksi kimia yang melibatkan senyawa
organik. Dasar bagi berbagai jenis reaksi kimia organik adalah reaksi
adisi, reaksi substtusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan reaksi
polmerisasi.
2. Macam-Macam Reaksi Organik
1. Reaksi Adisi
2. Reaksi Substtusi
3. Reaksi Eliminasi
4. Reaksi Oksidasi
5. Reaksi Polimerisasi

3.2 Saran
Dalam mempelajari materi kimia mengenai reaksi kimia dan mekanisme
dalam senyawa kimia organik, sebaiknya harus dipahami dengan baik dan benar
bukan untuk dihafal karena berbagai reaksi kimia berbeda satu dengan yang
lainnya secara spesifik, dengan berbagai proses dan hasil reaksi tersebut. Oleh
karena itu, dalam mempelajari materi ini mahasiswa harus mempelajarinya
dengan serius dan sungguh-sungguh agar bisa memahami materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_organik
https://rdmymochi.wordpress.com/kimia-kelas-xii/jenis-isomer-dan
reaksi-organik/reaksi-organik/
https://amaldoft.wordpress.com/2016/07/16/reaksi-reaksi-dan-kegunaan
polimer-polimer/
https://smk3ae.wordpress.com/2009/05/28/polimerisasi/
http://mardhyatalbanjari18.blogspot.co.id/2016/02/reaksi-adisi.html
http://shinthari.blogspot.co.id/2017/10/reaksi-substtusi-dan-eliminasi.html

Anda mungkin juga menyukai