Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROKARBON

AWAL S.
H311 16 511

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II


UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM
LABORATORIUM KIMIA DASAR / JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

HIDROKARBON

Disusun dan diajukan oleh:

AWAL S.
H311 16 511

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Makassar, 24 Februari 2017

Asisten

ADHAN APRIADI PUTRA


NIM: H311 13 324
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa organik yang paling sederhana terbentuk dari dua unsur yaitu

karbon dan hidrogen.  Ada tiga kelompok utama dari senyawa hidrokarbon

yaitu: hidrokarbon jenuh (saturated), hidrokarbon tak jenuh (unsaturated), dan

hidrokarbon aromatik.  Pembagian ini berdasarkan atas jenis ikatan antara

karbon-karbon. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan tunggal karbon-

karbon, hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan karbon-karbon ganda,

sedangkan hidrokarbin aromatik adalah kelompok senyawa siklik tak jenuh

namun sifatnya  berbeda dengan alkena.  Sifat dari kelompok senyawa ini secara

umum dicirikan oleh benzena (Tim Dosen Kimia Organik Unhas, 2013).

Alkana yang paling sederhana adalah metana CH4  yang merupakan hasil

alami penguraian bakteri  anaerob dari tanaman-tanaman dalam air.

Dan  hidrokarbon tak jenuh adalah alkena dan alkuna.  Senyawa alkena juga

dikenal sebagai parafin yang berasal dari kata latin parum afinls yang berarti

afinitasnya kecil.  Jadi parafin berarti suatu senyawa yang afinitasnya kecil.  Dan

parafin pula termasuk suatu senyawa yang sukar bereaksi atau senyawa yang

stabil (Tim Dosen Kimia Unhas, 2013).

Senyawa senyawa hidrokarbon ini meskipun hanya tersusun atas 2 elemen

dasar yaitu hidrogen dan karbon namun memiliki banyak anggota  senyawa-

senyawa yang mempunyai gugus ikatan tertentu.  Setiap kelompok senyawa

senyawa ini memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang menarik untuk
dipelajari.  Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan ini yaitu

hidrokarbon.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Membedakan hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan senyawa aromatik.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kesetimbangan asam basa adalah:

a.   Untuk mengetahui kelarutan senyawa-senyawa hidrokarbon didalam pelarut

polar ataupun non polar.

b.   Untuk mengetahu reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon yang terjadi pada

pereaksi-pereaksi KMnO4  0,1 M atau Br2 / CCl4 5 %.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini mereaksikan antara beberapa senyawa

hidrokarbon yang bersifat nonpolar dengan pelarut polar (air) dan pelarut

nonpolar (dietil eter), serta mengamati ada  atau tidak adanya reaksi yang terjadi

antara senyawa hidrokarbon oksidator KMnO4  0,1 M dan Br/CCl4 5%.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

            Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6 adalah senyawa kimia organik

yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau

yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu

komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia

industri. Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik,

bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami

dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang

terdapat dalam minyak bumi (Tim Dosen Kimia Organik Unhas, 2013).

Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri

dari unsuratom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki

rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut.

Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian darihidrokarbon

alifatik.  Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom

karbon dan empat atom hydrogen yaitu CH4.  Etana adalah hidrokarbon (lebih

terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan

sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon

C2H6.  Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2) (Fessenden

dan Fessenden, 1982).

Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut

hidrokarbon karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan hidrogen.

Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja.  Alkana

memiliki rumus umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang menyatakan

jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik
(Yunani =aleiphas yang berarti lemak).  Hal ini dikarenakan lemak-lemak hewani

mengandung karbon rantai panjang yang mirip dengan alkana 

(Fessenden dan Fessenden, 1982).  


Alkana dengan satu formula dapat membentuk beberapa struktur molekul.
Misalnya alkana dengan empat atom karbon dapat membentuk normal butana dan
isobutana, keduanya sama-sama memiliki rumus molekul C4H10.  Hal yang sama
juga terjadi untuk C5H12, dan seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah
dan macam atom sama tetapi berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer.
Isomer berasal dari bahasa Yunani isos + meros yang berarti terbuat dari bagian
yang sama. Senyawa seperti butana dan isobutana hanya berbeda pada urutan
atom yang terikat satu sama lainnya, disebut isomer konstitusional.  Alkana rantai
lurus mengandung senyawa atom yang dibangun dengan cara serupa etana.  Tidak
perlu kita terpaku pada titik struktur elektron untuk setiap rantai.  Tulis saja
lambang karbon senyawa yang diperlukan untuk mendapatkan panjang rantai,
kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang menggambarkan ikatan
kovalen. Ingat bahwa setiap hidrogen untuk empat ikatan kovalen (Fessenden dan
Fessenden, 1982).
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti
memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki
afinitas yang rendah terhadap senyawa lain, dan relative inert. Meskipun
demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang sesuai.
Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya adalah
karbondioksida dan air serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas.
Contohnya metana (gas alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi
(Fessenden dan Fessenden, 1982):

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan

rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalam jumlah berlebih di alam. Etilena,

sebagai contohnya, adalah hormon tanaman yang memacu pematangan buah, dan
α-pinen adalah senyawa terbanyak dalam turpentin.  Contoh lainnya adalah beta

karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna

kuning yang mewarnai wortel. Beta karoten merupakan pro vitamin A

(Fessenden dan Fessenden, 1982).

Sebagaimana alkana, alkena yang memiliki percabangan akan mengalami

penurunan sedikit titik didih. Meskipun alkena adalah non polar sedikit lebih larut

dalam air dibandingkan alkana pasangannya. Keadaan ini dimungkinkan karena

elektron  dan alkena yang agak terbuka itu tertarik oleh hidrogen dari air

yang bermuatan positif parsial. Alkena dengan empat atom karbon atau kurang,

berwujud gas dan tidak berwarna, sedangan senyawa yang memiliki lima atom

karbon atau homolog yang lebih tinggi merupakan cairan yang mudah menguap

(Tim dosen Kimia Organik Unhas, 2013).

Sifat dari alkena hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan

alkana karena adanya ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan

jumlah atom karbon yang sama dengan alkana baik titik didih maupun titik

leburnya lebih kecil dari alkana (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Hidrokarbon jenuh terdiri atas  dua kelompok utama yaitu alkana dan

sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah C nH  dimana n

menyatakan jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana

dengan formula CH4. Metana ini mempunyi sifat tidak berwarna dan tidak berbau,

sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik didih dan titik

leburnya rendah, dibawah 0 oC.Sifat kimia senyawa ini adalah amat stabil, tidak

dapat bereaksi  dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat

di laboratorium (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing masing atom

karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai parafin atau
hidrokarbon jenuh, selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana. Sikloalkana ini

digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik

mempunyai

rumus empirik CnH2n, Reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana

adalah  (Mushoddaq dan sentosa, 2012):

1.      Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana adalah gas karbondioksida

dan sejunlah air dan sejumlah energi.

2. Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang

terikat pada senyawa alkana.

3. Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt

berlangsung jika  alkana tersebut memiliki atom karbon tertier.

4.      Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan senyawa nitrat dimnaa  reaksi ini

dapat berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.

5.      Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses pemecahan alkana dengan jalan

pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000oCtanpa oksigen akan dihasilkan

alkana dengan rantai karbon lebih pendek.   

Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon.  Kedua

kelompok senyawa ini disebut hidrokarbon tidak jenuh karena memiliki atom

hidrogen per-karbon lebih sedikit dibanding dengan alkana.  Alkena yang

memiliki percabangan akan mengalami penurunan sedikit titik didih (Marsuali,

2004).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat Percobaan

3.1.1 Bahan Percobaan

            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana, sikloheksana,

benzena, etil asetoasetat, toluen, KMnO4 0,1 M, Br2/ CCl4 5 %, dietil eter dan

parafin.

3.1.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung

reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, dan gelas piala.

3.2 Prosedur Percobaan

3.3.1  Kelarutan hidrokarbon dalam air dan dietil eter.

Menyiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian

mengisi tabung reaksi (1) dengan 0,5 ml air, dan mengisi tabung reaksi (2) dengan

0,5 ml dietil eter, setelah itu langkah selanjutnya menambahkan setetes demi

setetes n-heksana (± 10 tetes) kedalam tabung reaksi (1) dan (2) lalu mengocok

dan memperhatikan kelarutannya kemudian mencatat hasilnya, kemudian

mengerjakan seperti 1 s/d 4 dengan menggunakan hidrokarbon yang lain.

3.3.2 Mereaksikan hidrokarbon dengan KMnO4 0,1 M dan Br2/ CCl4 5 %.

Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian

mengisi masing-masing tabung reaksi dengan 1 ml n-heksana, sikloheksana,

benzen, toluen, parafin, dan etil asetoasetat (sebagai pembanding), setelah itu

menambahkan 1 tetes KMnO4 0,1 M, kemudian mengocok larutan dan bila perlu


panaskan lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi, kemudian

mengulangi percobaan di atas dan mengganti KMnO 4 0,1 M dengan 1-2 tetes

Br2/ CCl4 5%.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Hidrokarbon

Senyawa Kelarutan  (air Kelarutan


Keterangan
Hidrokarbon ) (dietil eter)
Terbentuk 2 fasa, air
n- heksana - √ bagian bawah dan n-
heksana d bagian atas
Terbentuk 2 fasa, air
bagian bawah dan
Sikloheksena - √
Siklohesena d bagian
atas
Terbentuk 2 fasa, air
Benzena - √ bagian bawah benzena
d bagian atas
Terbentuk 2 fasa, air
Toluen - √ bagian bawah dan
Toluen d bagian atas
Terbentuk 2 fasa, air
Parafin - √ bagian bawah dan
Parafin di bagian atas
Terbentuk 2 fasa, air
Etilasetoasetat - √ bagian bawah dan
Parafin di bagian atas

Keterangan :  (√)= Larut    (-) = Tidak larut.


4.1.2 Reaksi Hidrokarbon

Perubahan yang terjadi


Hidrokaron Keterangan
KMnO4  0,1 M Br2/ CCl4 5 %

Larutan berwarna Larutan berwarna


n- heksana Tidak bereaksi
ungu merah coklat
Larutan berwarna Larutan berwarna
Sikloheksana Tidak bereaksi
ungu merah coklat
Larutan berwarna Larutan berwarna
Benzena Tidak bereaksi
ungu merah coklat
Merah coklat
Tidak bereaksi dengan
Larutan berwarna berubah warna
Toluen KMnO4 dan bereaksi
ungu menjadi tidak
dengan Br2/ CCl4
berwarna
Merah coklat
Tidak bereaksi dengan
Larutan berwarna berubah warna
Parafin KMnO4 dan bereaksi
ungu menjadi tidak
dengan Br2/ CCl4
berwarna
Merah coklat
terbentuk endapan berubah warna
Etil asetoasetat Bereaksi
coklat menjadi tidak
berwarna
4.2 Pembahasan

pada percobaan yang telah dilakukan, dan dituliskan dalam bentuk tabel

yang ada diatas, terlihat bahwa; pada percobaan kelarutan senyawa hidrokarbon

dimana n-Heksana yang dilarutkan oleh H20 0,5 mL tidak larut, itu terlihat dari

terbentuknya 2 fase dari larutan tersebut, begitupun dengan sikloheksana,

benzena, toluena, parafin, etilasetoasetat yang dllarutkan dalam H20 0,5 mL juga

tidak larut, dengan terbentuknya 2 fase pada larutan tersebut. Berdasarkan teori

yang dipelajari jika suatu senyawa polar bertemu atau bercampur dengan senyawa

non polar maka tidak akan larut kedua senyawa tersebut, dimana pada percobaan,

senyawa hidrokarbon yang digunakan semuanya bersifat non polar sehingga

apabila bertemu air tentunya tidak akan larut karena air bersifat polar. Berbeda

dengan dietil eter yang ditetesi dengan n-Heksana, terlihat setelah dicampur hanya

terbentuk satu fase dengan artian n-Heksana larut dalam air. Begitupun dengan

senyawa hidrokarbon lainya yang digunakan dalam percobaan yang semuanya

larut setelah diteteskan kedalam dietileter. Hal itu dapat terjadi karena dietileter

adalah senyawa yang bersifat non polar, sedangkan semua senyawa hidrokarbon

yang digunakan pada percobaan semuanya bersifat non polar. Otomati senyawa

yang bersifat non polar apabila bertemu senyawa non polar lainnya maka akan

larut.

  Perubahan yang terjadi pada zat n-heksana tidak dapat bereaksi

dengan  KMnO4 0,1 M  dan tidak bereaksi dengan Br2/CCl4 5%; sikloheksana tidak

bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan tidak bereaksi dengan Br2/CCl4 5%; benzena

tidak bereaksi dengan KMnO4  0,1 M dan tidak bereaksi dengan Br2/CCl4 5%;

toluen tidak bereaksi dengan KMnO4  0,1 M dan berekasi dengan Br2/CCl4 5%


lartan berubah menjadi tidak berwarna hal ini dapat terjadi karena sifat dari

toluene itu sendiri dapat berekasi dengan beberapa pereaksi seperti halogen

(reaksi dengan halogen membutuhkan katalisator), sehingga pada reaksi dapat

membentuk orto para karena Br merupakan pengarah orto para; parafin tidak

dapat larut dalam  KMnO4  0,1 M dan bereaksi dengan Br2/CCl4 5% hal ini

kasusnya sama dengan toluen; etil asetoasetat bereaksi dengan KMnO4  0,1 M

karena teroksidasi membentuk endapan coklat dan sangat cepat bereaksi karena

teradisi dalam Br2/CCl4 5% dengan berubahnya warna larutan menjadi tidak

berwarna; n-pentana tidak bereaksi dengan KMnO4  0,1 M karena teroksidasi

dengan perubahan warna ungu pekat dan  tidak bereaksi dengan

Br2/CCl4 5%. Pada hidrokarbon jenuh (alkana dan sikloalkana) tidak reaktif dan

tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, oksidator, atau reduktor.

Disebabkan oleh sifatnya kurang reaktif, maka kadang-kadang alkana disebut

parafin. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bereaksi secara spontan

dengan halogen seperti brom dan juga dapat dioksidasi oleh suatu oksidator

seperti KMnO4 . Hidrokarbon aromatik sifat kimianya menyerupai benzena,

bersifat non polar, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti

dietil eter, karbon tetraklorida, atau n-heksana.      


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:

1. Panjang gelombang maksimul larutan CuSO4 adalah 750 nm.

2. Semakin besar konsentrasi larutan  maka semakin besar absorbansinya.

3. Konsentrasi larutan CuSO4 yang dianalisis adalah 0, 047 M.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah agar semua alat-alat dan bahan yang

digunakan pada praktikum tersebut lengkap dan masih bagus dan tidak

kadaluarsa. Suhu yang digunakan dalam ruangan laboratorium harus baik

sehingga tidak merusak konsentrasi praktikan dan juga kebersihan ruangannya.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten yaitu agar mempertahankan sikap dan selalu

mengajarkan hal-hal yang belum diketahui, menjadi contoh yang baik bagi adik-

adiknya. Pertahankan cara menjelaskannya, serta ketelitiannya dalam memeriksa

sehingga praktikan dapat lebih paham dan mengerti tentang pembuatan laporan

yang baik dan benar.

5.2.3 Saran untuk Percobaan

Dalam percobaan spektrofotometri diperlukan ketelitian, dan pemahaman

yang tinggi, khususya dalam penggunaan alat spektrofotometer, sehingga data

atau hasil yang didapatkan lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Adeeyinwo, Okorie, Idowu, 2013, Basic Calibration of UV/Visible


Spectrophotometer, International Journal Of Science and Tecnology
(IJST). 2(3): 247-251.

Hasanah, N., 2014, Konsep Dasar Kimia Analitik II, Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Henry, A., Suryadi, Yanuar, A., 2011, Analisis Spektrofotometri UV-Vis Pada
Obat Influenza dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Persamaan Linear.

Octaviani, T., Guntarti, A., Susanti, Hari, 2014, Penetapan Kadar ß-karoten Pada
Beberapa Jenis Cabe (Genus Capsicum) dengan Metode Spektrofotometri
Tampak. Jurnal Pharmaciana. 4(2): 101-109.

Sabrina, A., Wonorahardjo, S., Zaskia, N., 2012, Perbandingan Metode


Spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
pada Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Teh Kemasan.

Suharmanto, E., Kurniawan, F., 2013, Adaktif Probe Serat Optik untuk
Spektrofotometri Genesys 10S UV-Vis Generasi Kedua, Jurnal Sains dan
Seni, 2(1): 1-3.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Larutan CuSO4 0,2 M


dan Akuades

- Dimasukkan ke dalam kuvet (1) dan (2) dengan

volume 3/4 sel (kuvet).

- Dimasukkan kuvet (2) kedalam tempat sel alat,

selanjutnya diatur hingga menunjukkan serapan (A)

menunjukkan angka nol (0).

- Blanko diganti dengan larutan CuSO4, dan diukur

serapannya pada panjang gelombang 400-700 nm.

- Dibuat grafik panjang gelombang visual absorbansi

setelah diperoleh data.

Hasil
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Deretan Larutan
Standar CuSO4

- Dibuat larutan deret standar CuSO4 dengan

konsentrasi 0,04 M, 0,06 M, 0, 08 M dan 0,10 M dari

larutan induk CuSO4 0,2 M dengan cara pengenceran,

bila serapan larutan terlalu tinggi, dibuat larutan lebih

encer atau bilamana serapan larutan terlalu rendah,

maka dibuat larutan baru yang lebih pekat.

- Diukur serapan masing-masing deretan larutan

tersebut pada panjang gelombang maksimum,

digunakan akuades sebagai blanko.

- Setelah pengukuran selesai, dibuatlah kurva yang

menghubungkan antara konsentrasi larutan CuSO4

dengan absorbansi terukur.

Hasil
3. Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Larutan CuSO4
(X1, X2)

- Dimasukkan ke dalam kuvet. Lalu diukur serapannya

pada panjang gelombang maksimum.

- Sebelum sampel diukur, terlebih dahulu dimasukkan

blanko hingga menunjukkan angka nol (0). Serapan

larutan sampel diplot terhadap konsentrasi pada kurva

kalibrasi.

- Konsentrasi yang ditunjukkan hasil plot tersebut

adalah konsentrasi CuSO4 dalam larutan atau

digunakan persamaan regresi linier pada kurva untuk

mengetahui konsentrasi larutan tersebut.

Hasil

Lampiran 3. Foto Percobaan


Larutan CuSO4 yang Telah Diencerkan beserta Larutan Induk.

Anda mungkin juga menyukai