Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

ADELYA REZKY PRAJAWATI

H041171315

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

Disusun oleh:

ADELYA REZKY PRAJAWATI

H041171315

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Asisten

NILUH INDRIA WARDANI


NIM.H31115391
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Senyawa organik dibangun oleh hidrokarbon dan hidrogen, dan dapat

mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang.

Senyawa organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,

kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon (Atun, 2013).

Sebutan senyawa organik ini berasal dari kesalah pahaman bahwa semua

senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa

ada beberapa pengecualian. Bahkan, sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung

pada kimia organik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada

logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya

merupakan campuran dari senyawa organik maupun anorganik. Contoh lainnya

adalah HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan makanan yang

hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl

untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa anorganik.

Mengenai unsur karbon, kimia organik biasanya berkaitan dengan senyawa karbon

yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon misalnya oksida, garam,

asam, karbid, dan mineral (Atun, 2013).

Sejak itu telah banyak dilakukan percobaan untuk membuat senyawa organik.

Ternyata senyawa organik selalu mengandung paling kurang satu atom karbon, tetapi

kebanyakan berisi beberapa atom karbon yang saling berikatan satu sama lain. Oleh

karena itu, dillakukanlah percobaan ini agar kita dapat mempelajari kelarutan

beberapa senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.


I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:

1. Bagaimana cara mengetahui beberapa kelarutan senyawa organik ?

2. Bagaimana cara mengetahui beberapa reaksi senyawa organik ?

I.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kelarutan beberapa

senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

I.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik.

2. Mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

I.4 Prinsip Percobaan

Percobaan ini adalah penentuan kelarutan senyawa organik dengan cara

mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi senyawa

dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi,

dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh hidrokarbon dan

hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor,

dan belerang. Senyawa organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung

karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Beberapa senyawa organik

seperti karbohidrat, protein, dan lemak merupakan komponen penting dalam

biokimia (Atun, 2013).

Sebutan senyawa organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua

senyawa organik pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa

ada beberapa pengecualian. Bahkan, sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung

pada kimia organik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada

logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya

merupakan campuran dari senyawa organik maupun anorganik. Contoh lainnya

adalah HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan makanan yang

hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl

untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa anorganik.

Mengenai unsur karbon, kimia organik biasanya berkaitan dengan senyawa karbon

yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon misalnya oksida, garam,

asam, karbid, dan mineral (Atun, 2013).

Diakui dengan baik bahwa berbagai macam senyawa organik non-metana

yang mudah menguap (selanjutnya disebut sebagai senyawa organik volatil biogenik

(SOVB)) dipancarkan ke atmosfer dari tumbuh-tumbuhan. persediaan emisi SOVB


dan senyawa organik non-metana antropogenik (SONMA) menunjukkan bahwa pada

skala regional dan global, emisi SOVB melebihi senyawa antropogenik, dengan

faktor - 10 di seluruh dunia dan merupakan faktor dari 1,5 untuk Amerika Serikat.

karena reaktivitas atmosfer yang lebih tinggi dari kebanyakan SOVB dibandingkan

dengan banyak SONMA antropogenik [umur yang dihitung dari SOVB biasanya

beberapa jam atau kurang dibandingkan beberapa hari untuk kebanyakan SONMA

antropogenik], SOVB dihitung untuk bermain peran dominan dalam kimia lapisan

troposfer bawah dan lapisan batas atmosfer (Atkinson, 2003).

Asam organik mengubah proses kimia di dalam tanah melalui reaksi

kompleksasi dengan logam dalam larutan dan reaksi pertukaran ligan pada

permukaan tanah. Kompleksasi dan translokasi Al dan Fe oleh asam organik

dianggap sebagai mekanisme utama yang terlibat dalam proses podzolisasi. Asam

organik juga menghambat pembentukan mineral tanah kristal yang mengandung Al

dan Fe. Baru-baru ini, minat pada efek asam organik terhadap kelarutan dan spesiasi

logam seperti Pb, Cd, dan Al meningkat, sebagai respon terhadap masalah

lingkungan seperti aplikasi lumpur ke tanah dan pengendapan asam. Kehadiran asam

organik juga dapat meningkatkan kelarutan nutrisi seperti P, yang merupakan

fenomena yang berhubungan dengan rimpang tanaman (Fox, 1990).

Senyawa-senyawa organik sintetis biasanya terdiri dari penggabungan

kepingan kecil dan sederhana menjadi molekul besar yang kompleks. Untuk

membuat sebuah molekul yang mengandung banyak atom, dari molekul-molekul

yang mengandung atom lebih sedikit, perlu diketahui bagaimana membuat atau

memecah ikatan kimia. Walaupun sintetis urea dari Wohler hanya suatu kebetulan,

sintetis dapat lebih efektif apabila dilakukan dengan cara-cara yang terkendali dan

rasional, sehingga ketika semua atom tersusun, mereka akan berhubungan satu sama

lain dengan benar dan menghasilkan produk yang diinginkan (Hart, 2002).
Dibandingkan dengan sintesis senyawa anorganik, sintetis senyawa organik

jauh lebih sukar. Kelahiran kimia anorganik dinisbahkan pada sintesis urea

CO(NH2)2 (suatu senyawa organik umum) dengan memanaskan amonium sianat

(senyawa organik), pertama dilakukan oleh kimiawan Friedrich Wohler (1800-1882).

Hanya akhir-akhir ini saja desain dan sintetis senyawa yang diinginkan mungkin

dilakukan (Takeuchi, 2006).

Reaksi yang digunakan dalam sintesis organik dapat digolongkan menjadi

dua golongan:

1. Pembentukan ikatan karbon-karbon.

2. Pengubahan gugus fungsi.

Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang memiliki

sifat-sifat kimia yang khas. Gugus fungsi yang sama dalam molekul yang berbeda

dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama. Misalnya, etena dan sikloheksana

akan sama-sama menghasilkan produk reaksi adisi ketika direaksikan dengan Br2.

Gugus fungsi senyawa organik dapat berupa ikatan karbon-karbon rangkap dua atau

rangkap tiga (Prasojo, 2012).

Sebagian besar reaksi yang Anda pelajari di sekolah menengah adalah

konversi gugus fungsi yang ditunjukkan dibawah ini.

Bagi bidang sintesis organik pembentukan ikatan C-C dan pengubahan gugus fungsi

seperti roda kendaraan. Tidak pantas menanyakan mana yang lebih penting. Berbagai

reaksi pembentukan ikatan C-C telah dilaporkan. Berdasarkan gaya dorong

reaksinya, reaksi ini dapat digolongkan atas tiga jenis, kondensasi aldol, reaksi

Grinard dan reaksi Diels-Alder. Di sini dua yang terakhir yang akan dibahas

(Takeuchi, 2006).

Reaksi Grinard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grinard

(1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan


metilmagnesium iodida, reagen Grinard, dari reaksi antara alkil halida (metil iodida

dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dietil eter kering (Takeuchi, 2004).

CH3l + Mg → CH3Mgl

Bahwa magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini

yang sering disebut sebagai reagen Grinard dengan ikatan C-logam dimasukkan

dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah

menghasilkan karbonion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion

karbonion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas

bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena

berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang

oleh karbonion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol. Karena

berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat

disintesis dengan bantuan reaksi Grinard (Takeuchi, 2004).

Nasib polutan organik hidrofobik (senyawa yang memiliki kelarutan dalam

air kurang dari beberapa bagian perjuta) dalam sistem air alami sangat bergantung

pada perilaku serapannya. Selain mempengaruhi gerakan fisik polutan, penyerapan

dapat dilibatkan secara langsung dalam degradasi polutan melalui proses kimia yang

terkait dengan permukaan. Selain itu, sedimen alami secara inderektik memediasi

rangkaian ion fase-solusi yang dapat mempengaruhi sifat dielektrik dan keasaman

fase larutan. Kunci realistis untuk memprediksi nasib lingkungan dari senyawa

hidrofobik kemudian, terletak pada pemahaman tentang proses sedimen (Karickhoff,

1978).

Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Sejumlah massa tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida dan air yang dihasilkan

dijebak dengan absorben yang tepat, dan peningkatan massa absorben kemudian

ditentukan. Peningkatan massa absorben diakibatkan oleh karbon dioksida dan air
yang diserap. Dari nilai ini jumlah karbon dan hidrogen dalam sampel dapat

ditentukan. Metode pembakaran telah dikenal sejak dulu. Metoda ini telah digunakan

oleh Lavoisieur dan secara signifikan disempurnakan oleh Liebig. Metoda modern

untuk menentukan jumlah karbon dioksida dan air adalah dengan kromatografi gas,

bukan dengan metoda penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah sama sekali

(Dadari, 2012).

Hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan

hidrogen (H). Beberapa contoh hidrokarbon menurut Prasojo (2012), yaitu:

1. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Dengan

demikian, semua atom karbon dalam molekulnya mempunyai hibridisasi sp3.

Senyawa ke-1 dan ke-3 di atas termasuk hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon tak

jenuh mengandung ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga di antara atom-atom

karbonnya. Atom karbon yang memiliki sebuah ikatan rangkap dengan

tetangganya, mempunyai hibridisasi sp2, sedangkan atom karbon yang memiliki

sebuah ikatan ganda tiga, mempunyai hibridisasi sp.

2. Hidrokarbon aromatik sebetulnya juga tak jenuh, tetapi kestabilannya jauh lebih

tinggi daripada hidrokarbon tak jenuh, sehingga dimasukkan dalam golongan

yang berbeda, yaitu hidrokarbon aromatik. Senyawa ke-4 (benzena).

Alkana biasa disebut senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut hidrokarbon jenuh

karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan hidrogen. Disebut jenuh

karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C saja. Alkana memiliki rumus

umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli yang menyatakan jumlah atom

karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa alifatik (Yunani = aleiphas yang

berart lemak). Hal ini dikarenakan lemak-lemak hewani mengandung karbon rantai

panjang yang mirip dengan alkana (Prasojo, 2012 ).


Alkana hanya dapat direduksi dengan cara memutuskan ikatan karbon-

karbon. Agen pereduksi yang kuat belum cukup untuk melakukan reduksi ini. Akan

tetapi, ada satu lingkungan di mana reduksi terkatalis dapat mempengaruhinya.

Misalnya dengan senyawa siklik yang tegang, karena terjadi reduksi ini akan

menghilangkan tegangannya (Firdaus, 2014).

Dalam reaksi Heck (mungkin lebih baik disebut reaksi Mirozoki-Heck)

(hetero) aril, alkenil, dan benzil halida digabungkan dengan semua jenis alkena,

adanya katalis paladium untuk memberikan alkena subtitusi yang sesuai. Secara

umum, reaksinya ditemukan secara independen oleh Heck dan Mirozoki pada awal

1970an. Setelah perkembangan lebih lanjut pada tahun 1980an dan 1990an,

komunitas sintesis mendapat banyak manfaat dari reaksi Heck, terutama untuk

sintesis obat-obatan dan agrokimia (Wu dkk., 2010).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah dietil eter, n-heksana,

kloroform, etanol, etil asetat, aseton, glukosa, vitamin C, KmnO4, Fehling A + B, dan

I2/betadin.

III.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi 10 buah,

penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, spiritus, dan kaki tiga.

III.3 Prosedur Kerja

III.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi (1)

diisi dengan 0,5 ml air, dan tabung reaksi (2) diisi dengan 0,5 ml dietil eter.

Ditambahkan setetes demi setetes n-heksana (kurang lebih 10 tetes) kedalam tabung

reaksi (1) dan (2). Dikocok dan diperhatikan kelarutannya kemudian dicatat hasilnya.

Dikerjakan seperti di atas dengan menggunakan senyawa organik lain.

III.3.2 Reaksi-reaksi Senyawa Organik

Disiapkan enam buah tabung reksi yang bersih dan kering. Kemudian

ditambakan 1 ml secara berturut-turut pada 6 tabung reaksi dengan n-heksana (1),

alkohol (2), aseton (3), kloroform (4), glukosa (5), dan vitamin C (6). Tabung (1),

(2), dan (3) ditambahkan dengan larutan KmnO4, lalu dipanaskan; tabung (4)

ditambah dengan NaI/aseton, lalu dikocok; tabung (5) ditambahkan dengan Fehling
A+B, lalu dipanaskan; tabung (6) ditambahkan dengan I2/betadin. Diamati perubahan

yang terjadi pada setiap tabung kemudian dicatat.


DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R., Arey, J., 2003, Gas-Phase Tropospheric Chemistry of Biogenic


Volatile Organic Compounds, Atmospheric Environment, 37(2), 197-219.

Atun, S., 2013, Kimia Organik, Konsorsium Sertifikasi Guru.

Dadari, D.W., Dian N., 2012, Analisis Tes Hasil Belajar Siswa Melalui Media
Pembelajaran Blog Pada Materi Alkana, Alkena, dan Alkuna, Unesa Journal
of Chemical Education, 1 (1), 70-75.

Firdaus, M.S., 2014, Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Fox, T.R., Comerford, N.B., 1990, Low-Molecular-Weight Organic Acids in


Selected Forest Soils of the Southeastern USA, Published in Soil, 54(4),
1139-1144.

Hart, 2002, Kimia Organik, Omah Ilmu,Yogyakarta.

Karickhoff, S.W., David, S.B., Trudy, A.S., 1978, Scroption of Hydrophobic


Pollutants On Natural Sediments, Water Research, 13(3), 242-248.

Prasojo, S.L., 2012, Kimia Organik I, Pratiwi, Yogyakarta.

Takeuchi, Y, 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Publishing, Tokyo.

Wu, X.F., Pazhamalai, A., Helfried, N., Mattias, B., 2010, From Noble Metal to
Nobel Prize: Palladium-Catalyzed Coupling Reactions as Key Methods in
Organic Synthesis, Nobel Prize in Chemistry, 49(5) 9047-9050

Anda mungkin juga menyukai