Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ENZIMOLOGI

“INDUSTRI ENZIM”

DISUSUN OLEH :
NAMA : UMMI CHAERA
NIM : H041171507
KELAS : ENZIMOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Enzim merupakan unit protein fungsional yang berperan mengkatalisis reaksi-
reaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh. Spesifikasi enzim
terhadap substratnya teramat tinggi dalam mempercepat reaksi kimia tanpa produk
samping. Enzim tersusun dari protein, fungsi katalis dari enzim ini ditentukan oleh
bentuk strukturnya (Wuryanti, 2004).
Penggunaan enzim dalam dunia industri semakin meluas disebabkan oleh
semakin pesatnya perkembangan teknologi aplikasi enzim, teknologi fermentasi, dan
rekayasa genetika. Enzim ini memiliki aplikasi dengan skala yang luas, juga membuka
area baru dari banyaknya proses bioteknologi yang bersifat komersial mulai dari
industri tekstil, hidrolisis pati, bir, roti, sirup, pemanis buatan, etanol, detergen, industri
kertas, industri penyulingan, energi terbarukan, hingga bidang farmasi (Purnawan dkk,
2015).
Salah satu penerapan bioteknologi yang terus berkembang adalah pemanfaatan
enzim dari mikroorganisme untuk biodegradasi. Dalam biodegradasi, enzim dari
mikroorganisme berperan untuk memecah molekul-molekul besar atau polimer yang
ada di alam menjadi produk yang dapat dimanfaatkan (Purkan, 2016).
Secara praktis, enzim banyak digunakan di berbagai bidang kegiatan. Enzim
digunakan secara luas dalam bidang industri, terutama industri bioteknologi. Dalam
bidang ini, baik yang konvensional maupun yang mutakhir, yang mengandalkan teknik
rekombinasi gen, pengetahuan dan penggunaan enzim merupakan syarat mutlak untuk
berhasil. Dalam segmen bioteknologi tradisional dan skala kecil, seperti berbagai
industri makanan tingkat rumah tangga, pengetahuan empiris tentang enzim diwariskan
secara turun temurun dan biasanya bercampur dengan pengetahuan empiris tentang
penggunaan praktis mikroorganisme, yang secara umum dinamai ragi. Selain itu,
enzim juga dipakai secara luas dalam industri lain yang tidak tergolong ke dalam
industri bioteknologi dalam arti luas (Nst dkk, 2012 )
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa itu Enzim?
2. Bagaimana penggunaan enzim dalam industri?
3. Bagaimana pemanfaatan enzim di bidang industri pangan?
4. Bagaimana penggunaan enzim di bidang pertanian ?
5. Bagaimana pengaruh penambahan enzim tanase terhadap sifat kimia sirup buah
mete?
6. Apa keuntungan dan kerugian menggunakan enzim ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Enzim secara umum
2. Untuk mengetahui penggunaan enzim dalam industri
3. Untuk mengetahui pemanfaatan enzim di bidang industri pangan
4. Untuk mengetahui penggunaan enzim di bidang pertanian
5. Untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim tanase terhadap sifat kimia sirup
buah
mete
6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan enzim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Enzim
Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim menyusun
sebagian besar total protein dalam sel. Suatu sel dapat memuat 2000 jenis molekul
enzim. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat laju suatu reaksi
kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya, enzim tidak ikut berubah
menjadi produk tetapi akan kembali ke bentuk asalnya setelah reaksi kimia selesai.
Enzim mengubah molekul substrat menjadi hasil reaksi (produk) yang molekulnya
berbeda dari substrat. Enzim merupakan katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-
reaksi kimia di dalam sistem biologi. Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas yaitu (1)
bersifat tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya, (2) enzim tidak mengubah
kedudukan normal dari kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat reaksi
(Susanti dan Fidia, 2017).
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi
substrat, pH, suhu, dan inhibitor (penghambat). Pengaruh tersebut dapat mengganggu
stabilitas enzim dan stabilitas merupakan sifat penting enzim dalam aplikasinya sebagai
biokatalis. Stabilitas enzim dapat didefinisikan sebagai kestabilan aktivitas enzim
selama penyimpanan, penggunaan, dan kestabilan terhadap senyawa tertentu (asam,
basa) serta pengaruh temperatur dan pH ekstrim. Sebagai molekul bebas terlarut air,
enzim sulit dipisahkan dari substrat dan produknya. Immobilisasi enzim merupakan
salah satu upaya untuk menjadikan enzim pada kondisi tak bergerak yang tidak larut.
Immobilisasi enzim dapat dilakukan dengan (1) pengikatan enzim secara kovalen pada
permukaan bahan yang tidak larut air, (2) pengikatan silang dengan bahan yang cocok
untuk menghasilkan partikel yang baru, (3) penjebakan di dalam suatu matrik atau gel
yang permeabel terhadap enzim, substrat, dan produk, (4) enkapsulasi, dan (5) dengan
absorbsi pada zat pendukung (Alberts dkk, 2002).
2.2. Penggunaan enzim dalam industri
Daya katalis enzim telah dimanfaatkan manusia sejak jaman prasejarah.
Fermentasi gula buah menjadi alkohol oleh enzim khamir telah lama ditemukan.
Yogurt, makanan kuno yang sekarang populer, dibuat melalui kerja enzim dari berbagai
bakteri, terutama Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus dan
Lactobacillus acidohilus. Membuat bir dari biji-bijian, membuat adonan roti dengan
khamir, serta memfermentasi air kelapa menjadi cuka adalah penerapan lain dari daya
katalis enzim. Saat ini, enzim banyak digunakan di bidang industri, terutama industri
bioteknologi. Dalam bidang bioteknologi, baik konvensional maupun mutakhir,
pengetahuan dan penggunaan enzim merupakan syarat mutlak. Dalam bioteknologi
tradisional, seperti industri makanan tingkat rumah tangga, pengetahuan empiris tentang
enzim diwariskan secara turun-temurun dan biasanya bercampur dengan pengetahuan
empiris tentang penggunaan praktis mikroorganisme, yang secara umum disebut ragi.
Selain industri bioteknologi, enzim juga dipakai secara luas dalam industri tekstil dan
kertas. Dalam bidang teknologi lingkungan, enzim juga digunakan dalam pengolahan
air limbah dan sampah, terutama sampah organik. Kemampuan enzim yang unik dan
spesifik semakin banyak digunakan dalam proses industri, yang secara kolektif dikenal
dengan istilah teknologi enzim (Bugg, 2004).
Teknologi enzim mencakup produksi, isolasi, purifikasi, penggunaan enzim
terlarut, enzim ter-immobilisasi dan penggunaan enzim dalam skala yang lebih luas
melalui sistem reaktor. Peranan teknologi enzim berkontribusi pada pemecahan
beberapa masalah, misalnya produksi makanan, produksi energi, dan peningkatan
kualitas lingkungan. Ilmu dasar dari teknologi enzim adalah biokimia tetapi diterangkan
lebih luas dengan mikrobiologi, kimia, proses dan alat teknologi yang mendukung
keberadaan sains. Pada industri pangan, baik produk pangan tradisional maupun
modern, peranan enzim sangatlah penting. Sebagai contoh, sebelum dikenal teknologi
modern, pemanfaatan enzim sudah dilakukan masyarakat dengan tidak sengaja.
Sebelum peran enzim diketahui, peningkatan mutu daging dilakukan dengan cara
mengistirahatkan hewan sebelum dipotong, membunuhnya tanpa trauma, dan
melayukan daging beberapa jam atau hari. Saat ini telah diketahui bahwa pada saat
hewan diistirahatkan sebelum dipotong, merupakan suatu cara untuk menjamin
ketersediaan glikogen sebagai substrat dari kerja enzim post mortem. Proses glikolisis
post mortem dan protease dalam proses konversi otot menjadi daging sangat penting
untuk proses selanjutnya dan dapat memperbaiki mutu daging. Banyak produk pangan
lain yang didesain dengan mengembangkan kerja enzim secara tidak langsung, seperti
produk yogurt, tempe, kecap, tape, sosis, dan lain-lainnya (Susanti dan Fidia, 2017).
Aktivitas enzim yang dimanfaatkan dalam produksi pangan secara endogen
berasal dari tanaman, hewan, maupun mikroorganisme. Aktivitas enzim endogen dapat
dimanipulasi melalui optimasi terhadap kondisi kerja enzim (pH dan suhu) atau
meningkatkan ekspresi enzim dengan teknik rekayasa genetika. Karena keterbatasan
penggunaan teknik manipulasi tersebut, maka berkembang suatu ide untuk
menambahkan enzim dari sumber lain (enzim eksogen). Pemanfaatan dan manipulasi
kerja enzim telah pula digunakan untuk mendesain produk pangan fungsional (Susanti
dan Fidia, 2017).
Ada beberapa enzim digunakan secara umum dalam industri pangan. Pada
pengolahan keju, enzim protease digunakan untuk memecah misel kasein sehingga
terbentuk curd. Enzim α-amilase digunakan dalam industri hidrolisis pati, bir, roti, dan
deterjen. Dalam industri hidrolisis pati, α-amilase digunakan untuk mencairkan pati
yang tergelatinasi. Enzim tersebut berfungsi menurunkan viskositas pati dan
menghidrolisisnya menjadi maltodekstrin. Enzim α-amilase (1,4-α-glukanohidrolase)
menghidrolisis ikatan internal glikosidik α-1,4. Enzim αamiloglukosidase (1,4-α-D-
glukan glukohidrolase atau glukoamilase) dari cendawan digunakan dalam produksi
sirup glukosa yang setara dengan dekstrosa sebesar 95-97%. Enzim tersebut memiliki
aktivitas exoacting yaitu melepaskan glukosa dari ujung pereduksi maltodekstrin. Enzim
α-amilase dari cendawan termostabil Aspergillus niger dan A. oryzae digunakan untuk
produksi sirup maltosa. Produk dari enzim cendawan tersebut adalah maltosa, serta
sejumlah kecil dekstrin dan glukosa. Berdasarkan alasan ekonomi, α-amilase sering
digunakan bersamaan dengan amiloglukosidase untuk menghasilkan sirup campuran
yang setara dengan dekstran sebesar 60%. Sirup campuran yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai substrat murah dalam industri bir dan proses fermentasi lainnya
(Susanti dan Fidia, 2017).
Enzim isomerase digunakan untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa
(pemanis alami yang paling manis) dalam industri sirup jagung. Isomerisasi ini
menggunakan enzim xilosa isomerase. Dalam industri modern, penggunaan xilosa
isomerase dilakukan dalam reaktor fixed-bed dalam bentuk ter-imobilisasi. Xilosa
isomerase yang sering digunakan berasal dari B. coagulans, Streptomyces albus,
Arthrobacter spp., dan Actinoplanes missouriellsis. Enzim pektinase dan laktase
merupakan dua karbohidrase penting yang juga digunakan dalam industri. Pektinase
digunakan untuk menjernihkan jus buah. Laktase digunakan pada industri keju untuk
memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Meskipun kemajuan besar telah
dicapai dalam aplikasi enzim selama dekade terakhir ini, namun pengetahuan tentang
fisiologi, metabolisme, enzimologi, dan genetika dari mikrobia penghasil enzim masih
terbatas. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian mendalam tentang sifat-sifat
molekuler enzim dan gen-gennya untuk dapat memahami bagaimana enzim-enzim
tersebut menjalankan fungsinya pada suhu tinggi, bahkan pada suhu di atas 100 °C
(Susanti dan Fidia, 2017).
2.3. Pemanfaatan Enzim di Bidang Industri Pangan
Ditinjau dari sumber dan manfaatnya, enzim dimanfaatkan dalam industri
pangan, karena enzim merupakan alat yang ideal digunakan untuk memanipulasi bahan-
bahan biologis. Beberapa keuntungan penggunaan enzim dalam pengolahan pangan
adalah aman terhadap kesehatan karena bahan alami, mengkatalisis reaksi yang sangat
spesifik tanpa efek samping, aktif pada konsentrasi yang rendah, dan dapat digunakan
sebagai indikator kesesuaian proses pengolahan. Walaupun demikian, dari ribuan enzim
ditemukan oleh para ahli biokimia, hanya sebagian kecil enzim dapat dimanfaatkan
dalam industri pangan. Hal ini disebabkan oleh ketidak sesuaian kondisi reaksi enzim,
ketidakstabilan enzim selama pengolahan, atau karena biaya yang terlalu mahal untuk
menggunakan enzim dalam pengolahan pangan (Nst dkk, 2012 ).
Enzim dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bioteknologi dalam bidang
industri pangan, diantaramya: Pembuatan gula cair dari bahan berpati seperti singkong,
sagu, jagung, ubi jalar atau jenis ubi-ubian lainnya memerlukan kerja berbagai enzim
pemecah pati yaitu : (1) Alfa amilse, Glukoamilase, dan Glukosa isomerase. (2)
Protease dalam pembuatan bir diperlukan, baik dalam tahap hidrolisis makanan protein
untuk pertumbuhan ragi bir maupun dalam tahap penjernihan bir. (3) Penambahan alfa
amilase dan protease dalam pembuatan roti dan kue, akan memperbaiki tekstur roti.
Beberapa enzim yang berperan dalam bidang industri pangan diantaranya: (1) enzim
xilanase, (2) enzim pektinase, (3) enzim lipase, (4) enzim selulase, (5) enzim phytase,
(6) enzim glukosa oksidase, (7) enzim papain (Sutrisno, 2017).
2.4 Penggunaan Enzim di Bidang Pertanian
Penggunaan enzim di bidang pertanian seadanya tidak dapat dilepaskan dari
makhluk hidup lainnya. Kebanyakan enzim yang digunakan dalam bidang pertanian
dihasilkan oleh sel hidup baik hewani maupun nabati. Penggunaan enzim dengan bahan
organik lainnya bisa mengubah susunan senyawaya menjadi sederhana namun enzim
tidak berubah sehingga dapat dikatakan bahwa enzim dalam bidang pertanian berperan
sebagai biokatalisator/katalisator organik yang pada dasarnya dihasilkan oleh sel.
Peranan enzim sangat penting dalam makhluk hidup dimana enzim sendiri
memiliki kaitan yang erat dengan makhluk hidup yang bersangkutan. Misalnya dalam
tepung tidak akan memiliki sifat- sifat tertentu bila dalam biji gandum tidak ada enzim.
Dapat disimpulkan bahwa enzim digunakan sebagai katalisator biologis yang dihasilkan
oleh sel-sel hidup yang dapat membantu mempercepat bermacam-macam reaksi
biokimia.
Penggunaan enzim yang di isolasi dari microalgae yang merupakan jenis algae
yang berukururan makrospik. Beberapa alga dilaporkan mengandung senyawa enzim
yang berperan penting diantaranya adalah jenis alga hijau (Spirogyra, Mougeotia sp.,
Zygnema cylindricum and Mesotaenium caldariorum) yang mengandung enzim
glycosidase (a-glucosidase, a-amylase and flgalactosidase, beberapa jenis cyanophyta
juga mengandung enzim yang berperan penting dalam mendegradasi bakteri atau
sebagai inhibitor. Adapun manfaat mikro alga di berbagai bidang pertanian dengan
pemanfaatan biomassa mikroalga yang selain mengandung protein, karbohidrat dan
vitamin juga mengandung minyak. Bahkan jenis mikroalga tertentu, misal Botrycoccus
braunii memiliki kandungan minyak yang komposisinya mirip seperti tanaman darat
dengan jumlah yang lebih tinggi bila dibanding dengan kandungan minyak pada kelapa,
jarak dan sawit (Nst dkk, 2012 )
Penggunan enzim pertanian pada jagung manis. Jagung manis merupakan
produk pertanian yang sangat banyak dimanfaatkan dalam rumah tangga maupun
industri. Permasalahan dari penanaman jagung manis adalah semakin berkurangnya
lahan pertanian. Salah satu usaha untuk memenuhi permintaan konsumen adalah
peningkatan kualitas dan kuantitas jagung manis. Peningkatan kualitas jagung manis
dapat diketahui dari rasa yang semakin manis, dan bertambahnya bobot segar tongkol.
Peningkatan kuantitas jagung manis dapat diamati dari bertambahnya tongkol per
tanaman. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas jagung manis adalah penggunaan pupuk kimia dan pupuk kandang dengan
perbandingan seimbang, serta pemberian larutan enzim pertanian. Enzim pertanian
merupakan salah satu penemuan baru dibidang pertanian. Enzim pertanian tersusun dari
enzim hayati, chellate hayati, substrat , vitamin dan garam. Enzim hayati berfungsi
untuk mempercepat berlangsungnya proses reaksi kimia, dimana enzim tersebut tidak
mengalami perubahan didalam proses reaksi yang berlangsung. Dari hasil penelitiannya
diperoleh bahwa penggunaan enzim pertanian ternyata dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung manis (Sutrisno, 2017).
2.5. Pengaruh Penambahan Enzim Tanase Terhadap Sifat Kimia Sirup Buah
Mete
Buah jambu mete belum banyak dimanfaatkan. Penyebab utama buah jambu
mete belum dimanfaatkan secara optimal karena tingginya kadar tanin sehingga
menimbulkan rasa sepat jika dikonsumsi. Sirup buah jambu mete yang pernah
diproduksi kurang menarik perhatian konsumen akibat rasa sepat yang ditimbulkan.
Padahal kandungan gizi buah jambu mete sangat bagus yaitu mengandung riboflavin
(vitamin B2), asam askorbat (vitamin C) dan kalsium serta senyawa aktif yang diketahui
dapat mencegah penyakit kanker. Kandungan vitamin C pada buah jambu mete cukup
tinggi mencapai 180-250 mg per 100 gram bahan. Penurunan kandungan tanin dapat
dilakukan dengan penambahan enzim tanase. Enzim ini bekerja secara spesifik
mendegradasi tanin membentuk asam galat dan glukosa. Aspergillus dan Penicillium
memiliki kemampuan paling baik untuk memproduksi enzim tanase. Aspergillus niger
yang diisolasi dari kulit buah kakao mampu menurunkan kandungan tanin yaitu sebesar
79,28%.
Yunita Arian Sani Anwar, 2015

Sifat kimia sirup buah jambu mete menunjukkan beberapa perubahan sebelum
dan sesudah diberikan enzim tanase. Sifat kimia yang dimaksud meliputi kadar vitamin
C, glukosa, tanin, protein dan pH. Penambahan enzim tanase memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar glukosa dan tanin yang terdapat pada sirup buah jambu mete.
Kadar glukosa cenderung mengalami kenaikan untuk semua perlakuan dengan enzim
tanase. Namun, penggunaan suhu tinggi menyebabkan penurunan kadar glukosa (Tabel
1). Hasil uji Duncan (α = 5%) menunjukkan penambahan enzim tanase sebesar 0,02 dan
0,04% (v/v) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan kadar
glukosa. Penambahan enzim sebesar 0,06 hingga 0,1% menunjukkan kenaikan yang
signifikan dan kenaikan tertinggi ditunjukkan pada penambahan enzim sebesar 0,1%.

Yunita Arian Sani Anwar, 2015

Berbeda dengan kadar glukosa dan tanin, hasil uji Duncan (α = 5%)
menunjukkan penambahan enzim tanase pada sirup buah jambu mete sepertinya tidak
mempengaruhi kadar protein, vitamin C dan pH (Tabel 2). Namun penggunaan suhu
tinggi mempengaruhi ketiga sifat kimia sirup buah jambu mete. Jika dibandingkan
dengan kontrol, penggunaan suhu tinggi menurunkan kandungan protein dan vitamin C
sirup. Penurunan kandungan tanin pada sirup buah jambu mete disebabkan oleh reaksi
hidrolisis enzim tanase. Enzim ini bekerja pada ikatan ester tanin terhidrolisis dan
digunakan secara luas untuk menurunkan kandungan tanin.

2.6. Keuntungan dan kerugian menggunakan enzim


Penggunaan enzim dalam industri pangan dilakukan karena enzim merupakan
alat ideal untuk memanipulasi bahan-bahan biologis. Beberapa keuntungan penggunaan
enzim dalam pengolahan pangan aman terhadap kesehatan karena bahan alami,
mengkatalisis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping, aktif pada konsentrasi
yang rendah, dapat diinaktivasi, dan dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian
proses pengolahan. Walaupun demikian, dari ribuan enzim yang ditemukan ahli
biokimia, hanya sebagian kecil enzim dapat dimanfaatkan dalam industri pangan. Hal
ini disebabkan oleh ketidaksesuaian kondisi reaksi enzim, ketidakstabilan enzim selama
pengolahan, atau karena biaya yang terlalu mahal untuk menggunakan enzim dalam
pengolahan pangan. Salah satu pertimbangan enzim dalam industri pangan, adalah
pemanfaatan enzim tersebut dapat memberikan keuntungan secara komersial. Enzim
bermanfaat pada konversi bahan baku menjadi bahan yang lebih mudah diolah. Selain
untuk pengolahan yang lebih efisien dan aman, enzim dalam industri pangan dapat
dimanfaatkan untuk mendesain produk pangan yang lebih mudah dicerna saat
dikonsumsi (Susanti dan Fidia, 2017).
Degradasi makromolekul menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah
diserap di dalam saluran pencernaan sangat diperlukan oleh orang yang bermasalah
dengan produksi enzim-enzim pencernaan. Keterlibatan enzim dalam pengolahan
pangan tidak semua menguntungkan. Enzim yang merugikan dapat menyebabkan
kerusakan pangan seperti pembusukan, perubahan flavor, warna, tekstur dan kandungan
gizi pangan. Dalam pengolahan pangan, inaktivasi enzim yang tidak menguntungkan
tersebut perlu dilakukan. Bahan pangan yang melalui pemasakan (pemanasan) akan
menginaktifkan enzim-enzim alami pada makanan segar. Konsumsi makanan yang
dimasak dalam waktu lama, akan menyebabkan kekurangan enzim secara kronis
(chronic enzyme deficiency) yang memberi kecenderungan pada penyakit kanker
(Susanti dan Fidia, 2017).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan enzim dalam bidang bioteknologi dan industri semakin meningkat,
oleh karena itu pengkajian enzim perlu dilakukan untuk dapat digunakan dalam bidang
tersebut. Sifat enzim yang sangat spesifik dibandingkan dengan katalis anorganik
menyebabkan enzim banyak digunakan dalam berbagai proses industri pangan maupun
non pangan. Selain itu, lebih dari 70% industri kimia menggunakan enzim sebagai
katalis. Hal tersebut dikarenakan penggunaan enzim mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu mempunyai aktivitas yang selektif, aman, mudah dikontrol, dapat didegradasi
secara biologis, memiliki daya katalitik yang tinggi. Selain itu, reaksi enzimatik yang
terjadi tidak menghasilkan produk samping dan enzim dapat aktif pada suhu dan pH
tertentu, sehingga enzim sangat potensial untuk menggantikan katalis kimiawi dalam
bidang industri.
Teknologi enzim mencakup produksi, isolasi, purifikasi, penggunaan enzim
terlarut, enzim ter-immobilisasi dan penggunaan enzim dalam skala yang lebih luas
melalui sistem reaktor. Pemanfaatan enzim dalam berbagai industri sudah menjadi
rahasia umum, dimana banyak dari masayarakat sekarang yang menggunakan bantuan
mikroorganisme dimana mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan enzim yang
dapat bermanafaat di berbagai bidang. Contoh dalam bidang pangan dimana dapat
digunakan dalam pembuatan gula cair dari pati daun singkong menggunakan hidroisis
enzim, selain itu di bidang peternakan terdapat enzim selulase yang dapat digunakan
sebagai bahan activator kompos dan dapat menghasilkan tanaman yang lebih unggul
serta mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat.
3.2 Saran

Diharapkan agar makalah ini dapat digunakan sebagai mana mestinya, dan
apabila terdapat kesalaan atau kekeliruan, dimohon agar memberikan kritikan dan
masukan untuk pengembangan makalah yang lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, & Walter P. 2002. Molecular


Biology
of The Cell. 5th edition. Garland Science. New York.

Anwar, Y.A.S., 2015, Pengaruh Penambahan Enzim Tanase Terhadap Sifat Kimia
               Sirup Buah Semu Jambu Mete Anacardium Occidentale Linn, Jurnal
                    Penelitian Kimia. 1(11): 29-37.

Bugg TDH. 2004. An Introduction to Enzyme and Coenzyme Chemistry (2nd ed).
Blackwell Science. Oxford.
Nst, H. F., Saema. N., dan Siti, K, H. 2010. Pemanfaatan Enzim dalam Industri Pangan
dan Pertanian.

Purkan, P., Baktir, A., & Sayyidah, A. R. 2016. Produksi enzim kitinase dari
Aspergillus
niger menggunakan limbah cangkang rajungan sebagai induser. Jurnal Kimia
Riset, 1(1), 34-41.
Purnawan, A., Capriyanti, Y., Kurniatin, P. A., & Rahmani, N. 2016. Optimasi Produksi
Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis). Jurnal
Biologi Indonesia, 11(2).
Susanti, R., dan Fidia, F. 2017. Teknologi Enzim. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Sutrisno, A. 2017. Teknologi Enzim. UB Press. Malang.
Wuryanti, W. (2004). Isolasi dan Penentuan Aktivias Spesifik Enzim Bromelin dari
Buah
Nanas (Ananas comosus L.). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 7(3), 78-82.

Anda mungkin juga menyukai