Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI INDUSTRI

Oleh :
Kelompok 1
Tia Ayu Fauziyah

13030654009

Widya Dwi Ningtyas

13030654010

Febrian Deiza

13030654019

Maria Nur Ulfah

13030654024

Septiana Nurjanatin Aulia

13030654028

Yosefin Margaretta

13030654036

Yeny Ratnasari

13030654037

Amalia Laela Wijaya

13030654038

Fenti Levitasari Santoso

13030654040

Kelas Pendidikan IPA A 2013

PRODI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi secara umum
berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi
teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan
menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan
sebagai bahan dasar sebagai proses industri. Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan
untuk membuat dan memodifikasi tanaman, hewan, dan produk makanan.
Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang masih sederhana ini disebut
bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan bioteknologi konvensional ini
sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk makanan. Seiring dengan
perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka teknologi yang digunakan dalam
bioteknologi pada saat ini semakin canggih. Bioteknologi yang menggunakan teknologi
canggih ini disebut bioteknologi modern. Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi Eropa
mendefinisikan bioteknologi sebagai berikut, bioteknologi adalah suatu aplikasi terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi
teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industri,
kesehatan, dan pertanian. Dari perkembangan tersebut menjadi latar belakang untuk
membahas lebih jauh tentang aplikasi bioteknologi pada bidang industri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu
Bagaimana penerapan bioteknologi di bidang industri?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan bioteknologi di
bidang industri.

BAB II
PEMBAHASAN

Bioteknologi berasal dari kata Bios yang berarti hidup, Teuchos artinya alat, Logos
yaitu ilmu. Jadi Bioteknologi dapat diartikan sebagai pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan
teknologi dengan menggunakan makhluk hidup sebagai alat bantu untuk menghasilkan
produk atau jasa guna kepentingan manusia. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan
kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi.
Penerapan bioteknologi telah meluas di berbagai bidang yang terbagi menjadi empat
bidang besar yaitu bidang industri, pertanian, kesehatan, dan kelautan. Pada pokok kajian
makalah ini akan dibahas secara rinci tentang penerapan bioteknologi pada bidang Industri.
Pengembangan bioteknologi industri terutama ditujukan untuk pengembangan proses
lebih bersih, pengurangan biaya proses produksi dan penciptaan produk baru. Prioritas
program antara lain:
a. Pengembangan galur unggul yang potensial untuk industri, pengembangan metoda dan
teknik untuk meningkatkan produktivitas dalam peningkatan skala produksi.
b. Pengembangan rekayasa proses hilir untuk proses separasi dan pemurnian dalam industri
pengolahan.
c. Pemeliharaan

dan

tambah.
d. Peningkatan

industri

pengembangan
manufaktur

kearifan
yang

lokal

yang

kompetitif

mempunyai
yang

nilai

mendukung

bioproses.
e. Pengembangan produk dan proses baru yang efisien yang dapat mengurangi biaya
produksi dan menurunkan tingkat percemaran.
f. Pengembangan metoda untuk monitoring dan kontrol bioproses di industri.
g. Pengembangan biomaterial, biomimetik, biomembran, bioplastik dan lain lain.
Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat
patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri pangan, industri lingkungan,
industri pertambangan dan industri plastik.
1. Industri Pangan
Secara garis besar kegiatan bioteknologi dalam bidang pangan meliputi :
a. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan.
Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa abad yang
lalu. Tujuan dari tekniologi sel mikroba ini adalah untuk pengawetan pangan yang
menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih (yoghurt dan keju),
tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan teknologi mikrobial yang bertujuan untuk
menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh
khamir dan proses lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri.

Pada awal abad ke II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh khamir yang diransang
oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit. Berbagai macam asam dan enzim sudah
dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini. Bahkan sederetan bahan kimia lain yang
telah dapat diproduksi secara mikrobial. Mikroba sudah terbukti merupakan agen
biologis yang sangat potensial untuk mengahsilkan berbegai jenis zat kimia. Banyak
diantaranya merupakan bahan aditif pangan. Teknologi produksi aditif pangan secara
mikrobial dilandasi oleh teknik manipulasi metabolisme agar zat yang dikehendaki
terakumulasi dan dikeluarkan dari dalam sel. Teknik manipulasi metabolisme ini
diperoleh dari mutasi konvensional seperti radiasi dengan sinar X, UV, Gamma dan
penggunaan mutagen kimia, maupun mutasi modern melalui rekayasa genetik.
b. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan pangan
Teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan sangat
luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama, misalnya pembuatan sirup glukosa
dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim dan amylase, amiloglukosidase dan
pullulanase, konversi glukosa ke fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan
pektinase untuk membantu ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk
mengubah sifat fungsionalnya dan sebagainya. Kelompok kedua, misalnya penggunaan
lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan, protease untuk
membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir, naringinase untuk
menghilangkan rasa pahit pada juice jeruk, glukosa oksidase untuk mencegah reaksi
pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.
c. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanaman transgenik.
Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut totipotency, yaitu
kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap pada
medium yang memenuhi syarat. Sel tersebut dapat tumbuh tanpa mengalami
deferensiasi. Hal ini tertgantung pada kadar hormone pertumbuhan yang diberikan.
Pemberdayaan sel atau jaringan tanaman bertujuan untuk :
1. Produksi zat kimia atau aditif pangan
2. Menumbuhkan tanaman (dengan produk bahan pangan) bersifat tinggi.
3. Menumbuhkan tanaman dengan produktifitas bahan pangan tinggi.
Sifat variasi somaklonal dari sejumlah populasi sel tanaman yang tumbuh dapat
digunakan untuk menseleksi sel tanaman yang unggul untuk memproduksi metabolit
tertentu. Produk-produk aditif dari sel tanaman tersebut berguna untuk :
1. Zat warna pangan (antosianin, betasinin, saffron)
2. Flavor (strawberry, anggur, vanilla, asparagus)
3. Minyak atsiri (mint, ros, lemon bawang)
4. Pemanis (steviosida, monelin)

Tanaman transgenik adalah khususnya tanaman yang mempunyai gen hasil alihan
dari mikroorganisme lain. Contoh tanaman transgenik adalah tanaman yang
mengandung gen racun serangga dari Bacillus thuringiensis (gen Bt). Tanaman kentang
tahan terhadap herbisisda biolaphos, tanaman kapas tahan terhadap herbisisda
glyphosate.
d. Kultur sel hewan dan hewan transgenik
Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk
tujuan memproduksi metabolit tertentu. Aplikasi dari system ini banyak digunakan
untuk menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan jenis produk
berupa molekul protein kompleks. Aplikasi yang berhubungan tidak langsung dengan
masalah pangan, misalnya: penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam,
penentuan masa ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan. Adapun contohcontoh produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue
plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen.
Hewan transgenic adalah hewan yang menerima gen pindahan dari organisme
lain (atau hewan yang sama) untuk tujuan-tujuan yang tentunya dianggap
menguntungkan bagi manusia.
e. Rekayasa protein.
Aplikasi rekayasa protein dalam bidang pangan melibatkan dua hal yaitu :
1) Enzim melalui modifikasi molekul protein, untuk stabilitas enzim pada kondisikondisi khusus. Misalnya perbaikan kestabilan termal dari enzim glukosa isomerase.
2) Modifikasi protein pangan untuk mengubah sifat fungsionalnya, untuk memperbaiki
sifat elastisitas, kemampuan membentuk emulsi atau kemampuan menstabilkan
tekstur.
Berikut adalah tabel produk yang dihasilkan dalam industri pangan :
No

Bahan

.
1

Pangan
Susu

Kedelai

3
4

Kacang tanah
Beras

Mikroorganisme
Lactobacillus bulgaricus
Streptococcus termophillus
Streptococcus lactis
Panicillium requiforti
Propioni bacterium
Lactobacillus casei
Rhizopus oligosporus
Rhizopus stoloniferus
Rhizopus oryzae
Aspergillus oryzae
Neurospora sitophyla
Saccharomyces cereviseae
Endomycopsis fibulegera

Golongan

Produk

Bakteri
Bakteri
Bakteri
Jamur
Bakteri
Bakteri
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur

Yoghurt
Yoghurt
Mentega
Keju
Keju Swiss
Susu asam
Tempe
Tempe
Tempe
Kecap
Oncom
Tape Ketan

Singkong

6
7

Air kelapa
Nata de coco
Tepung
Roti
gandum
Kubis
Enterobacter sp.
Bakteri
Asinan
Padi-padian
Saccharomyces cereviseae
Jamur
Minuman
atau umbiSaccharomyces
beralkohol
umbian
caelsbergensis
Mikroorganis
Spirulina Chlorella
Alga bersel
Protein sel
me
satu
tunggal
Secara garis besar, produk bioteknologi dalam bidang pangan dapat dikelompokkan

8
9

10

Saccharomyces elipsoides
Endomycopsis fibulegera
Acetobacter xylinum
Saccharomyces elipsoides

Jamur
Jamur
Bakteri
Jamur

Tape singkong

menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut :


a. Produk Bergizi Tinggi
1) Tempe

Gambar 1. Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia yang susah
dikenal sejak dulu. Tempe dibuat dengan memanfaatkan jamur genus Rhizopus,
seperti R. stoloniferus, R. oligosporus, dan R.oryzae. Tempe memiliki beberapa
keungulan, yaitu bergizi tinggi dan mudah dicerna. Hal itu disebabkan selama proses
fermentasi,

jamur Rhizopus

menghasilkan

enzim

protease

yang

mampu

mendegradasi protein menjadi asam amino dan juga menghasilkan enzim lipase
yang menguraikan lemak menjadi asam lemak. Baik asam amino maupun asam
lemak merupakan senyawa sederhana yang langsung dapat diserap oleh tubuh.
2) Roti
Dalam pembuatan roti, pada adonan tepung ditambahkan ragi ke dalam adonan
tersebut dan dibiarkan beberapa saat. Di dalam ragi terdapat jamur Saccharomyces
cereviceae. Jamur ini akan berkembang biak dengan cepat dalam substrat tepung dan
memfermentasi adonan gula (glukosa). Dalam proses fermentasi ini dihasilkan
gelembung-gelembung

gas

karbon

dioksida.

menyebabkan adonan roti dapat mengembang.

Keluarnya

gas

inilah

yang

Gambar 2. Roti
3) Nata de Coco
Nata de

coco

merupakan

produk

fermentasi

air

kelapa

oleh

bakteri Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang


disintesis bakteri tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa
ini menggunakan sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa
dan fruktosa.

Gambar 3. Produk Nata de Coco


b. Produk Fermentasi Alkohol
1) Tape
Tapai merupakan makanan beralkohol yang memiliki rasa khas dengan
kandungan alkohol 3-5 %. Untuk membuat tapai digunakan ragi tape. Pada ragi
tapae terdapat berbagai mikroorganisme, umumnya dari kelompok jamur dan khamir
(yeast). Pada saat fermentasi tapai terjadi proses sakarifikasi pati (amilum) oleh
enzim amilase yang dihasilkan oleh jamur, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi
alkohol oleh khamir.

Gambar 4. Tape Singkong

2) Bir
Bir dibuat dari tumbuhan barley (sejenis gandum). Pada umumnya yeast yang
digunakan

dalam

pembuatan

bir

adalah

Saccharomyces

cerevisiae dan S.

carlsbergensis. Enzim-enzim yang terdapat didalam yeast mengubah maltosa dalam


biji barley menjadi glukosa. Fermentasi bir umumnya memakan waktu 5-14 hari,
bergantung pada jenis bir dan hasil pengubahan gula menjadi alcohol, yaitu 3-5 %
larutan.

Gambar 5. Bir
3) Wine
Minuman anggur atau wine terbuat dari sari buah anggur yang juga
difermentasikan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Jenis minuman anggur yang
dihasilkaan bergantung pada jenis buah anggur yang digunakan, proses fermentasi,
dan cara penyimpanannya. Rasa dan aroma anggur bergantung pada asam-asam
organik dan senyawa-senyawa aromatik organik yang terdapat didalam sari buah
anggur dan proses fermentasi. Minuman anggur umumnya mengandung alkohol
dengan kadar 10-15 %.

Gambar 6. Minuman Anggur (Wine)


c. Produk Fermentasi Asam
1) Yoghurt

Bakteri

asam

Gambar 7. Yoghurt
laktat yang digunakan

untuk

pembuatan

yogurt

adalah Lactobacillus bulgaris, Streptococcus lactis, dan Streptococcus thermophilus.


Bakteri-bakteri tersebut mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Kondisi
asam menyebabkan susu mengalami penggumpalan menjadi dadih susu. Dadih susu
terbentuk selama fermentasi oleh bakteri asam laktat. Pembuatan yoghurt dan keju
bergantung pada proses penggumpalan susu tersebut.
2) Keju
Dalam pembuatan keju bakteri yang digunakan adalah bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus bakteri tersebut berfungsi
memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju
diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian
didinginkan sampai 30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari
kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan
dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk
mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim
buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada suhu
32oC 42oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air an
disimpan agar matang.

Gambar 8. Keju
3) Sauerkraut dan pikel
Bakteri asam

(acar)
laktat

yang

digunakan untuk fermentasi sayur-sayuran dan biji-bijian dalam pembuatan


sauerkraut dan pikel (acar) adalah Lactobacillus casei, Lactobacillus brevis,
Lactobacillus cremoris. Makanan yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat,
selain menjadi awet juga memiliki cita rasa yang khas dan mutu gizinya lebih baik.

Gambar 9. Acar (Asinan)


d. Produk Bahan Penyedap
1) Tauco
Tauco merupakan produk fermentasi biji kedelai oleh kapang, khamir, ataupun
bakteri. Pada pembuatan tauco tserdapat dua tahap proses fermentasi yaitu
fermentasi tahap pertama dilakukan oleh kapang, seperti pada pembuatan tempe.
Dan fermentasi tahap kedua dilakukan oleh bakteri atau khamir yang halotoleran
dalam larutan garam. Mikroorganisme yang terlibat dalam pembuatan tauco, antara
lain Aspergillus

oryzae,

Rhizopus

oligosporus,

Laktobacillus

delbruckii,

Hansenulla sp., Zygosaccharomyces soyae.

Gambar 10. Tauco


2) Kecap
Kecap

merupakan

bahan

penyedap

hasil

fermentasi

biji

kedelai.

Mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi kecap, antara lain Aspergillus


oryzae, Aspergillus soyae,bakteri asam laktat homofermentatif (Laktobacillus), dan
khamir halotoleran. Peran bakteri asam laktat adalah membentuk rasa dan aroma
kecap yang khas. Enzim terpenting yang dihasilkan selama pembuatan kecap adalah
enzim protease.

Gambar 11. Kecap


3) Terasi
Terasi merupakan produk fermentasi dari udang atau ikan menjadi bentuk
pasta berwarna merah kecokelatan dan beraroma khas. Mikroorganisme yang terlibat
dalam

fermentasi

terasi,

antara

lain Bacillus,

Pediococcus,

Lactobacillus,

Brevibacterium, dan Corynebacterium.

Gambar 12. Terasi


2. Industri Pertambangan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi di bidang indutri pertambangan adalah
sebagai berikut :
a. Bakteri pemisah logam
Bakteri yang dapat memisahkan tembaga dari bijihnya adalah Thiobacillus
ferrooxidans yang berasal dari hasil oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa
besi dan belerang.
Proses pemisahan

tembaga

dari

bijihnya

diawali

dengan Thiobacillus

ferroxidansyang mengoksidasi senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan


melepaskan energi asam sulfat (H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan
menghancurkan bebatuan disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan
kata lain, bakteri ini akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dan apabila air
dialirkan di bebatuan tersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di
dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam tersebut bewarna biru

cemerlang. Larutan biru cemerlang itu kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan
mengikat sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni
dengan konsentrasi sekitar 99%.
b. Bioremidiasi Pencemaran Logam Berat
Mikroba mengurangi bahaya pencemaran logam berat dapat dilakukan dengan
cara detoksifikasi, biohidrometakurgi, bioleaching, dan bioakumulasi.
1) Detoksifikasi (biosorpsi) pada prinsipnya mengubah ion logam berat yang bersifat
toksik menjadi senyawa yang bersifat tidak toksik. Proses ini umumnya
berlangsung dalam kondisi anaerob dan memanfaatkan senyawa kimia sebagai
akseptor.
2) Biohidrometalurgi pada prinsipnya mengubah ion logam yang terikat pada suatu
senyawa yang tidak dapat larut dalam air menjadi senyawa yang dapat larut dalam
3) Bioleaching merupakan aktivitas mikroba untuk melarutkan logam berat dari
senyawa yang mengikatnya dalam bentuk ion bebas. Biasanya mikroba
menghasilkan asam dan senyawa pelarut untuk membebaskan ion logam dari
senyawa pengikatnya. Proses ini biasanya langsung diikuti dengan akumulasi ion
4) Bioakumulasi merupakan interaksi mikroba dan ion-ion logam yang berhubungan
dengan lintasan metabolism.
Interaksi mikroba dengan logam di alam adalah imobilisasi logam dari fase larut
menjadi tidak atau sedikit larut sehingga mudah dipisahkan. Adapun contoh mikroba
pendegradasi logam adalah sebagai berikut :
1) Enterobacter cloacae dan Pseudomonas fluorescens mampu mengubah Cr (VI)
menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil metabolisme, misalnya
hidrogen sulfida, asam askorbat, glutathion, sistein,
2) Desulfovibrio sp. membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan hidrogen sulfida
yang dibebaskan untuk mengatasi pencemaran logam Cu.
3) Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan
sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam
endapan yang bisa menghasilkan energi.
4) Bakteri pereduksi sulfat contohnya Desulfotomaculum sp. Dalam melakukan reduksi
sulfat, bakteri ini menggunakan sulfat sebagai sumber energi yaitu sebagai akseptor
elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon. Karbon tersebut
selain berperan sebagai sumber donor elektron dalam metabolismenya juga
merupakan bahan penyusun selnya.
5) Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans banyak berperan pada logamlogam dalam bentuk senyawa sulfida untuk menghasilkan senyawa sulfat.

6) Mikroalga contohnya Spirulina sp., merupakan salah satu jenis alga dengan sel
tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Sel Spirulina sp. berbentuk
silindris, memiliki dinding sel tipis. Alga ini mempunyai kemampuan yang tinggi
untuk mengikat ion-ion logam dari larutan dan mengadsorpsi logam berat karena di
dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion
logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril
imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma.
7) Jamur Saccharomyces cerevisiae dan Candida sp. dapat mengakumulasikan Pb dari
dalam perairan, Citrobacter dan Rhizopus arrhizus memiliki kemampuan menyerap
uranium. Penggunaan jamur mikoriza juga telah diketahui dapat meningkatkan
serapan logam dan menghindarkan tanaman dari keracunan logam berat.
c. Bioremediasi Air Asam Tambang
Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyebutkan lindian, rembesan atau aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi
alamiah mineral sulfida yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama
penambangan. Untuk menganggulangi air asam tambang ini biasanya menggunakan
active dan passive treatment, yang masing-masing memiliki metode-metode sendiri.
Secara teknis, limbah minyak bumi bisa dibersihkan menggunakan bakteri Bacillus sp.
ICBB 7859. Sementara limbah merkuri bisa menggunakan Pseudomonas pseudomallei
ICBB 1512. Sedangkan fenol menggunakan khamir Candida sp. ICBB 1167 dan
Pseudomonas sp.

3. Industri Lingkungan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam industri yang ramah lingkungan
adalah sebagai berikut :
a. Fungi Biokontrol Sebagai Penghasil Enzim-Enzim Hidrolitik Penting Untuk Berbagai
Proses Industri Ramah Lingkungan
Genus Trichoderma, merupakan

penghasil

enzim

hidrolitik

ekstraseluler

(disekresi ke luar sel). Enzim atau biokatalisator ini diproduksi Trichoderma bukan
hanya untuk proses mikoparasitisme, tetapi juga untuk memperoleh nutrisi dari
lingkungan hidupnya. Trichoderma reesei (Hypocrea jecorina) adalah produsen enzim
sellulase dan xilanase.
Trichoderma harzianum T34, suatu galur biokontrol, menghasilkan enzim
kutinase (Rubio et al., 2008).

Enzim kutinase adalah enzim yang dapat

menghidrolisis ester dari asam lemak, dan trigliserida, seefisien lipase. Kelebihan
kutinase dari lipase, adalah kutinase tak perlu diaktivasi pada antarmuka lipid-air,
sehingga memiliki aplikasi industri, sebagai deterjen. Karena kegunaan industri
sebagai deterjen, Rubio et al. (2008) mengisolasi gen kutinase dari T. harzianum T34
tersebut, dan memasukkannya ke dalam ragi Pichia pastoris, untuk memudahkan
produksi kutinase dalam skala industri ekonomis.
b. Biogas Metana
Biogas adalah gas kaya metan yang dihasilkan dari aktifitas bakteri anaerobik.
Metana ini dihasilkan dari dua jalur utama, yaitu jalur asam asetat dan asam volatile
lainnya (VFA) atau disebut juga asetoclastic methanogen ini mencapai 75 % dari total
produksi gas metana. Sedangkan sisanya diproduksi dari jalur yang ke dua, yaitu jalur
karbon dioksida dan hydrogen disebut juga hydrogenotrophic methanogen.
Tahap Pembentukan Biogas Metana pada Landfill (LFG) adalah sebagai berikut :
a.
Tahap I-Beban puncak biowaste sellulosa, oksigen terlarut turun
sampai ke level nol, nitrogen dan karbon dioksida cenderung ke level sebagaimana
di atmosfer.
b.

Tahap II-Karbon dioksida, hydrogen dan asam lemak bebas naik ke


level tertinggi, level nitrogen turun sampai sekiitar 10 %, sellulosa mulai di
hidrolisis.

c.

Tahap III-Karbon dioksida menurun sampai sekitar 40 %, produksi


metana mencapai kondisi steady state di sekitar 60 %, asam lemak bebas menurun
ke level minimum, hidrolisis sellulosa berlanjut ke laju yang linier terhadap waktu,

d.

level nitrogen turun mendekati nol.


Tahap IV-Karbon dioksida dan metana berlanjut ke kondisi steady state
pada konsentrasi masing-masing 40 % dan 60 %, komponen sellulosa menurun
stbil.

e.

Tahap V-Sellulosa terdokomposisi sempurna, pada akhirnya produksi


karbon dioksida dan metana turun ke nol, oksigen dan nitrogen kembali ke level

atmosfer.
c. Mikroba Pendegredasi Senyawa Hidrokarbon
Bakteri pendegradasi hidrokarbon pada minyak bumi yaitu Pseudomonas sp.
Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu
atau beberapa flagella yang terdapat pada bagian polar. Bakteri pseudomonas yang
umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain Pseudomonas
aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta. mekanisme degradasi
hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas yaitu:
1) Mekanisme degradasi hidrokarbon alifatik

Pseudomonas menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya.


Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan
oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah
pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas meliputi oksidasi
molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke
dalam hidrokarbon teroksidasi.
2) Mekanisme degradasi hidrokarbon aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh
bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam
plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim
katekol 2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur
berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh
enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam
siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.

BAB III
PENUTUP
a.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan
bioteknologi di bidang industri memiliki cakupan yang sangat luas yang diantaranya
adalah Industri pangan, Industri pertambangan, dan Industri Lingkungan. Contoh produk
Industri pangan meliputi produk bergizi tinggi, produk fermentasi alkohol, produk
fermentasi asam, produk bahan penyedap. Penerapan bioteknologi pada industri
pertambangan meliputi bakteri pemisah logam, bioremidiasi pencemaran logam berat,
dan bioremidiasi air asam tambang. Sedangkan penerapan bioteknologi pada industri
lingkungan meliputi Fungi Biokontrol Sebagai Penghasil Enzim-Enzim Hidrolitik,
biogas metana, dan mikroba pendegradasi senyawa hidrokarbon.

b.

Saran
Dalam makalah ini dapat disarankan agar mencari lebih lengkap literatur tentang
Bioteknologi Modern agar mendapatkan informasi lebih luas tentang penerapan
bioteknologi pada bidang industri. Karya tulis ini diharapkan dapat jadi sumber referensi
dan pembanding dalam karya tulis lain pada topik yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Amith, John E. 1993. Prinsip Bioteknologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anonymous.2009.Bioteknologi (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi. Diakses
pada hari Selasa, 14 April 2015 pukul 21.00 WIB
Anonymous.

2012.

Bioremidiasi.

(Online).

http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi.

Diakses pada hari Selasa, 14 April 2015 pukul 20.00 WIB


Edgargo. 2007. Microbial Processing of Metal Sulfides. Dordrecht: Springer.
Sardjoko. 1991. Bioteknologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
Winarno, F.G dan Widya Agustinah. 2007. Pengantar Bioteknologi. Bogor : M-BRIO
Biotekindo.

Anda mungkin juga menyukai