Anda di halaman 1dari 12

Peranan dan Mekanisme Enzimatis Mikroba dalam Bioteknologi

A. Reaksi enzimatis oleh mikroba


Karbohidrat, protein dan lipid adalah nutrisi yang berbentuk polimer yang tidak dapat
dikonsumsi oleh mikroba. Karbohidrat, protein dan lipid dapat dikonsumsi oleh mikroba
dengan cara menghidrolisis polimer-polimer tersebut menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Dengan menghidrolisis polimer-polimer tersebut dibutuhkan batuan dari enzim, yakni ada
enzim amilase untuk hidrolisis pati pada uji amilolitik, lipase untuk hidrolisis lipid pada uji
lipolitik dan protease untuk hidrolisis protein pada uji proteolitik (Friedmann, 1981).
Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam
berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup
untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel.
Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim (Dwijoseputro, 1980). Berdasarkan
tempat bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim dan eksoenzim.
Endoenzim yaitu enzim yang berkerja dalam sel sedangkan eksoenzim yaitu enzim yang
bekerja di luar sel. Sebagian besar eksoenzim bersifat hidroliktik, yang berarti bahwa
eksoenzim menguraikan molekul kompleks menjadi molekul yang molekul-molekul yang
lebih sederhana. Molekul-molekul yang lebih kecil ini kemudian dapat memasuki sel dan
digunakan untuk kepentingan sel. Karena melibatkan reaksi, eksoenzim sebagian besar
berperan sebagai enzim hidrolitik untuk mereduksi bahan yang memilki berat molekul besar
ke dalam kompleks yang dibangunnya dengan memasukkan air ke dalam molekul. Molekul-
molekul kecil yang terlepas kemudian diangkut kedalam sel dan di assimilasi (dicerna) (Irawan,
2008).
Aktivitas enzimatis mikroorganisme :
a. Uji aktivitas eksoenzim :
Uji amilolitik
Uji lipolitik
Uji proteolitik
b. Uji aktivitas endoenzim :
Uji oksidase
Uji katalase
Uji Triple Sugar Iron Agar

Uji amilolitik.
Dalam uji amilolitik digunakan pati sebagai nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu dihidrolisis
dulu menjadi bentuk yang sederhana yakni glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim
amilase memecahkan ikatan glikosidik dari pati yang terletak di -1.4 rantai glukan pati dari
sebelah dalam sehingga menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransfer masuk kedalam
sel. Pada uji amilolitik ini, digunakan Nutrien Agar yang mengandung pati 2%, hal ini karena
media tersebut merupakan medium untuk pertumbuhan bakteri, selain itu kandungan pati yang
terkandung dalam media NA yang nantinya akan digunakan untuk produksi amilase. Indikator
yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana pati akan berekasi dengan
lugol iodin membentuk kompleks berwarna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru
hitam tersebut terjadi apabila lugol iodin masuk kedalam bagian kosong pada pati yang
berbentuk spiral. Sehingga akan terlihat sebagaian zona jernih di sekeliling koloni. Dengan
adanya zona bening ini, menunjukkan adanya aktivitas dari enzim amilase dalam proses
menghidrolisis pati (Panil, 2004).

Cara Kerja :
Inokulasi Nutrient Agar yang mengandung pati (2 g/l) dengan E.coli dan Bacillus sp.
secara streak.
Inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC
Setelah selesai inkubasi, tetesi cawan dengan lugols iodine secukupnya sehingga seluruh
permukaan media terkena.
Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif
ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.

Uji lipolitik
Uji lipolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroba dalam menghasilkan enzim
lipase dari hasil metabolisme mikroba. Untuk mendapatkan makanan atau nutrisi dari lipid,
terlebih dahulu harus menghidrolisis atau memotong-motong lipid tersebut menjadi bentuk
sederhana yakni gliserol dan asam lemak. Untuk memperoleh gliserol dan asam lemak, maka
dilakukan pemutusan ikatan ester yang terdapat didalam lipid. Dalam perlakuan ini terdapat
beberapa macam prosedur untuk mengetahui aktivitas enzim lipase diantaranya adalah
menggunakan media Trybutirin agar, rodhaminer agar dan spiritblue agar. Dengan adanya
atau munculnya bercak-bercak kuning disekeliling koloni, maka ada aktivitas enzim lipase
pada media tersebut. Apabila muncul bercak-bercak yang tetap berwarna merah berarti
perlakuan negatif (Panil, 2004).

Cara Kerja :
Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Tributyrin Agar dengan indikator neutral
red
Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Reaksi positif ditandai oleh bercak-bercak kuning disekeliling koloni, sedangkan reaksi
negatif ditandai oleh bercak-bercak yang tetap berwarna merah.

Uji proteolitik
Uji proteolitik berfungsi untuk mengetahui kemampuan organisme menghasilakn
enzim protease. Proses hidrolisis protein secara bertahap akan menghasilkan bentuk yang lebih
sederhaan yakni asam-asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis.
Aktivitas proteolitik dikatakan berhasil apabila ada terbentuk zona jernih atau bening disekitar
koloni (Panil, 2004).

Cara Kerja :
Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada Skim Milk Agar (SMA)
Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Aktivitas proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zone jernih di sekeliling koloni.

Uji Oksidase

Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi
aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul oksigen.
Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofilik.
Mikroorganisme ini menggunakan oksigen, sebagai akseptor elektron terakhir selama
penguraian karbohidrat untuk menghsilkan energi. Kemampuan bakteri memproduksi
sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen
oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan
dalam proses fosforilasi oksidatif. Reagen yang digunakan adalah tetramethyl-D-
phenylenediamine dihydrocloride. Reagen akan mendonorkan elektron terhadap enzim ini
sehingga akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna biru kehitaman. Positif tertunda
(warna biru muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi) menandakan bahwa bakteri uji memiliki
sedikit enzim. Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan bahwa uji yang dilakukan
negatif (Zhongqi, 2004).
Cara Kerja :
Koloni bakteri diambil satu tetes (sebaiknya dari biakan cair) secara aseptis dan
diinokulasikan pada Objectglass.
Diatas object glass diberi kertas merang yang sehingga tetesan tersebar pada kertas.
Tetesi dengan reagen, lalu lihat perubahan yang terjadi
Jika warna berubah menjadi biru marun maka hasil uji positif, sedangkan bila tidak
terjadi perubahan maka hasil uji negatif. Hasil uji positif tertunda jika warna biru
muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi.
Uji katalase
Produksi katalase bisa diidentifikasi dengan menambahkan reagen H2O2 pada suspensi
bakteri. Hasil positif pada uji menunjukkan terdapat gelembung-gelembung gas hasil hasil
produksi enzim katalase. Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif),
mikroorganisme menghasilkan hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan
superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan
kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik,
fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik (Zhongqi,
2004).

Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian khususnya
superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi katalase bisa
diidentifikasi dengan menanmbahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan
gelembung gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak
dihasilkan gelembung gas berarti uji katalase dinyatakan negatif (Zhongqi, 2004).
Cara Kerja :
Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass.
Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya.
Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif
(hati-hati membedakan antara gelembung yang muncul dari sel dengan kumpulan sel
yang mengambang akibat ditambahi reagen).

Uji Triple Sugar Iron Agar


TSIA adalah uji yang dirancang untuk membedakan beberapa jenis bakteri yang termasuk
kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram negatif dan memfermentasikan glukosa
membentuk asam sehingga dapat dibedakan dengan bakteri gram negatif intestinal lain.
Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi H2S pada tabung
reaksi. Untuk mengamati fermentasi karbohidrat, media TSIA mengandung laktosa dan
sukrosa dengan konsentrasi 1%, dan mengandung glukosa dengan konsentrasi yang lebih
rendah yaitu 0,1%. Konsentrasi ini akan berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan
keadaan asam yang terbentuk. Indikator pH (Phenol Red) ditambahkan untuk menunjukkan
adanya perubahan pH akibat fermentasi karbohidrat. Perubahan warna menjadi kuning
menandakan asam, sedangkan warna menjadi lebih merah menendakan media menjadi basa.
Warna media mula-mula adalah merah-orange. Selain itu ditambahkan FeSO4 untuk
mendeteksi adanya gas H2S (Zhongqi, 2004).
Cara kerja :
Inokulasikan biakan pada media TSIA dengan cara inokulasi tusuk kemudian
dilanjutkan dengan diulaskan lurus tegak pada agar miring (lihat gambar).
Inkubasi pada 37oC selama 24-48 jam.
Interpretasikan hasil dengan melihat keterangan dibawah ini.

= slant dan butt merah (alkali) atau tidak terjadi perubahan warna, tidak terjadi
fermentasi karbohidrat, sedangkan pepton yang ada digunakan untuk sumber energi
dalam keadaan aerob atau anaerob sehingga meningkatkan pH karena produksi
amonia meningkat sebagai hasil samping metabolisme protein. Jika kemerahan lebih
pekat pada slant maka terjadi degradasi aerobik peptone, sedangkan warna merah pekat
tampak di semua media maka interpretasinya adalah degradasi peptone secara aerob
maupun anaerob.

= slant merah (alkali) sedangkan butt kuning (asam) dengan atau tanpa produksi
gas hanya terjadi fermentasi glukosa, sedangkan fermentasi laktosa dan sukrosa tidak
terjadi. Sel lebih memilih untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa
adalah monosakarida yang dapat langsung massuk ke dalam jalur metabolisme
(glikolisis). Media mengandung glukosa yang sangat sedikit (lebih sedikit dibanding
laktosa dan sukrosa) sehingga jumlah asam pada permukaan (slant) hilang secara cepat
menjadi basa, karena pada mulanya bagian slant telah menjadi kuning tapi dalam
waktu lebih dari 24 jam sel akan kehabisan glukosa dan memilih untuk memanfaatkan
protein sehingga media menjadi merah.
= slant dan butt kuning (asam) dengan atau tidak adanya gas telah terjadi fermentasi
glukosa, laktosa dan atau sukrosa karena laktosa dan sukrosa memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk substrat fermentasi lanjutan (jika
glukosa habis) menghasilkan asam yang ditandai warna kuning setelah 24 jam.

= butt berwarna kehitaman adanya H2S yang bereaksi dengan senyawa besi
FeSO4 pada media menghasilkan FeS yang berwarna kehitam-hitaman. H2S ini
merupakan hasil dari metabolisme protein
media pecah atau terangkat timbul gas sebagai hasil samping fermentasi
Peranan mikroorganisme dalam berteknologi adalah sebagai berikut.

1. Penghasil Makanan atau Minuman


Mikroorganisme dapat dimanfaatkan untuk membuat tempe, oncom, makanan, tuak, cuka, dan
kecap. Saat ini, pembuatan bahan makanan tersebut dikembangkan secara ilmiah dengan
menggunakan teknologi yang lebih maju sehingga menghasilkan produk yang berkualitas,
seperti bir, anggur, yoghurt, roti, keju, dan nata de coco.Proses pembuatan tempe masih perlu
ditingkatkan dengan berbagai penelitian karena tempe memiliki kandungan zat gizi tinggi,
terutama protein nabati dan memiliki beberapa khasiat antara lain menurunkan kolesterol
darah. Beberapa jamur juga dapat digunakan menghasilkan zat warna, misalnya jamur
Neurospora sitophila sebagai penghasil warna merah dan orange, digunakan untuk membuat
oncom. Bahan pewarna yang alami untuk makanan lebih aman dibandingkan pewarna sintetik
karena pada umumnya pewarna sintetik dapat menyebabkan keracunan.
Contoh mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan produk makanan, antara
lain:
a. Rhizopus oligospurus (pembuatan tempe)
b. Acetobacter xylinum (pembuatan nata de coco)
c. Saccharomyces cerevisiae (pembuatan roti dan tapai)
d. Penecilium camemberti dan Penecillium requeforti (keju)
e. Aspergillus wentii (pembuatan kecap)
f. Lactobacillus bulgaricus (keju dan yoghurt)

Gambar: Contoh mikroorganisme yang membantu sebagai penghasil makanan

1. Penghasil Protein Sel Tunggal (PST)


Mikroorganisme, seperti ganggang, jamur, maupun bakteri, dapat menghasilkan
protein. Protein ini berada di dalam sel, bukan merupakan bahan yang disekresikan oleh sel.
a. Kelebihan PST
PST sangat menguntungkan karena dapat digunakan sebagai sumber protein. Hal ini
disebabkan karena:
1) Secara umum, organisme dapat membelah diri dengan cepat.
2) Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas.
3) Dapat hidup di tempat limbah buangan, seperti selulosa, limbah minyak bumi, atau
limbah organik yang lain.
4) Mikroorganisme fotosintetik seperti ganggang dapat memanfaatkan energi cahaya untuk
digunakan sebagai penghasil PST.
Contoh protein sel tunggal adalah Spirulina dan Chorella.
b. Kekurangan PST
Ada beberapa kekurangan PST, antara lain:
1) PST mempunyai dinding sel yang terdiri atas selulosa, khususnya ganggang, sedangkan
manusia tidak dapat mencerna selulosa.
2) PST yang dihasilkan kurang menarik, seperti jeli.
3) Kandungan asam nukleat (DNA dan RNA) dari PST cukup tinggi dan sulit dicerna serta
dapat menimbulkan asam urat.

3. Penghasil Zat-Zat Organik


Beberapa mikroorganisme dapat menghasilkan zat-zat organik, seperti etanol, asam
cuka, asam sitrat, aseton, dan gliserol. Zat-zat organik itu dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, misalnya sebagai bahan minuman. Untuk menghasilkan etanol (alkohol)
dibutuhkan sel-sel ragi dengan bahan baku karbohidrat, seperti singkong dan beras. Adapun
proses pembuatannya sering disebut dengan istilah fermentasi (proses peragian). Proses ini
berlangsung secara anaerobik dan menghasilkan karbon dioksida dalam bentuk gelembung
udara.

4. Pemisahan Logam dari Bijihnya


Bakteri kemolitotrof merupakan salah satu bakteri yang mampu memisahkan logam dari
bijihnya. Bakteri ini hidup dari zat-zat anorganik, seperti besi dan belerang, dan memperoleh
energi dari pemecahan bahan kimia tersebut. Energi tersebut digunakan untuk sintesis karbon
dioksida dan air menjadi zat-zat organik. Proses sintesis ini dikenal dengan sebutan
kemosintesis. Salah satu contoh bakteri pemisah logam ini adalah bakteri Thiobacillus
ferooxidans yang digunakan untuk mengekstraksi tembaga dari bijih tembaga. Bakteri ini
tumbuh subur dalam suasana asam dan tanpa zat organik.
Proses pemisahannya sebagai berikut:
1) Bijih logam tembaga berkualitas rendah yang dikenal sebagai larutan peluluh, ditimbun.
Disinilah banyak ditemukan bakteri.
2) Kemudian, ke dalam larutan itu ditambahkan larutan asam sulfat sehingga terjadi reaksi
antara tembaga dan asam sulfat membentuk tembaga sulfat (CuSO4).
3) Setelah itu, logam besi ditambahkan ke dalam larutan tersebut sehingga besi akan bereaksi
dengan tembaga sulfat untuk melepaskan tembaga tersebut.
4) Melalui proses tersebut diperoleh tembaga murni yang telah terpisah dari bijihnya.
Seluruh proses itu dibantu oleh bakteri Thiobacillus ferrooxidans.

5. Penghasil Energi
Saat ini, persediaan bahan bakar makin menipis. Oleh karena itu, para ahli berusaha
mencari solusi untuk menyelesaikan masalah energi melalui bioteknologi sehingga dapat
diperoleh energi yang aman dan tersedia secara lestari. Salah satu energi yang dikembangkan
melalui bioteknologi saat ini adalah biogas. Biogas merupakan gas metana yang diproduksi
oleh mikroorganisme di dalam medium kotoran ternak.
Kotoran ternak dicerna oleh mikroorganisme menjadi gas metana yang kemudian
dialirkan ke rumah-rumah sebagai penghasil energi. Sedangkan, limbahnya dapat digunakan
sebagai pupuk.Cara pembuatannya adalah campuran kotoran ternak dan air dimasukkan pada
tangki pengumpul, kemudian diaduk. Setelah rata, tangki pengumpul dimasukkan ke dalam
tangki pencerna.

6. Pengurai Limbah
Pengolahan limbah secara biologis merupakan pengolahan limbah dengan menggunakan
bakteri untuk mencerna limbah tersebut. Pengolahan limbah dengan cara ini tidak
membutuhkan biaya yang besar dan lebih ramah lingkungan. Limbah industri harus diolah
terlebih dahulu melalui Unit Pengolahan Limbah (UPL) sebelum dikeluarkan ke lingkungan
agar tidak terjadi pencemaran. Dalam UPL biologis, bakteri pencerna dimasukkan ke dalam
bak berisi limbah yang diberi aerator (alat pemasok udara) untuk memasukkan oksigen yang
berguna untuk pernapasan bakteri secara aerobik. Limbah akan terurai dan dapat dibuang ke
lingkungan setelah air dipisahkan dari endapan limbah yang tidak berbahaya.

7. Peranan Mikroorganisme dalam Bidang Peternakan


Aplikasi bioteknologi dalam bidang peternakan menawarkan berbagai keuntungan antara lain:
Meningkatkan produksi peternakan
Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen
Menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi
Ternak yang dapat memproduksi asam amino tertentu
Menciptakan jenis ternak unggul

8. Peranan Mikroorganisme dalam Bidang Perikanan


Aplikasi bioteknologi dalam bidang periakanan menawarkan berbagai keuntungan antara
lain:
Menyediakan benih dan induk ikan
Meningkatkan system kekbalan ikan dengan menggunkana vaksin, imunostimulan,
probiotik dan bioremediasi.
Aplikasi probiotik pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya sebagai
penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.

8. Peranan Mikroorganisme dalam Bidang Kesehatan


Sejumlah besar obat-obatan berbasis bioteknologi kini tersedia untuk mengobati penyakit.
Sebagai contoh, insulin saat ini tersedia untuk mengobati penyakit diabetes, antibiotik untuk
mengobati berbagai penyakit infeksi, dan masih banyak lagi. Berikut ini diuraikan peranan
mikroorganisme dalam bioteknologi kesehatan.
a. Pembuatan Antibiotik
Antibiotik adalah produk metabolisme yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang
mempunyai sifat dapat menghambat pertumbuhan atau merusak mikroorganisme lain.
Antibiotik pertama yang digunakan untuk mengobati penyakit pada manusia adalah
tirotrisin. Antibiotik ini diisolasi dari bakteri Bacillus brevis (suatu bakteri tanah) oleh
Rene Dubois.
Beberapa jenis mikroorganisme dan antibiotik yang dihasilkan

b. Pembuatan Insulin
Insulin adalah protein yang berperan untuk mengontrol metabolisme gula dalam tubuh
manusia. Apabila tubuh seseorang tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan maka akan menderita diabetes. Perkembangan bioteknologi telah berhasil
membuat insulin manusia secara cepat dengan memanfaatkan sel bakteri melalui teknik
rekombinasi gen.
c. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan penyakit.
Secara konvensional vaksin dibuat dari mikroorganisme (bakteri atau virus) yang
dilemahkan atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.
d. Pengembangan Sel Punca (Stem Cell)
Tepat seabad yang lalu, tahun 1908, istilah stem cell pertama kali diusulkan oleh ahli
histologi Rusia, Alexander Maksimov pada kongres hematologi di Berlin. Ia
mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem
cells). Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca di daerah
sumsum tulang belakang manusia. Perkembangan riset sel punca melaju cepat dalam
10 tahun terakhir. Tahun 1998, James Thomson berhasil membiakkan untuk pertama
kali sel-sel punca embrionik manusia di Universitas Wisconsin-Madison. Pada bulan
Oktober 2007, Mario Capecchi, Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh hadiah
Nobel Kedokteran untuk riset mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit
menggunakan sel punca embrionik hewan ini. Kemudian pada November 2007 dua
ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan Kazutoshi Takahashi, serta James Thomson
secara terpisah mengumumkan keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel
somatik dari sel punca hasil reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang
berasal dari sel-sel kulit manusia. Temuan ini merupakan kesempatan untuk terapi
regeneratif tanpa dibebani persoalan etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari
pembiakan embrio.
Daftar Rujukan

Dwijoseputro, 1980, Enzim, Jakarta : Erlangga.


Fersht A.,1977, Ikhtisar Biokimia Dasar A., Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Friedmann dan Herbert, 1981, Biokimia. Jakarta:Gramedia
Irawan B., Sutihat., Sumardi., 2008, Uji Aktivitas Enzim Selulase dan Lipase Pada
Mikrofungi Selama Proses Dekomposisi Limbah Cair Kelapa Sawit Dengan Pengujian
Kultur Murni, Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat.
Nurcahyo, Heru. 2011. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diaktat%20Bioteknologi.pdf.
Diakses pada 12 September 2017.
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Zhongqi He, S.G. Thimothy., , Wayne., H. 2004. Enzymatic Hydrolisis of OrganicPhosphorus
in Swine Manure and Soil. J. Environ.Qual. 33 : 367-372.

Pertanyaan dan Jawaban

Anda mungkin juga menyukai