Uji amilolitik.
Dalam uji amilolitik digunakan pati sebagai nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu dihidrolisis
dulu menjadi bentuk yang sederhana yakni glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim
amilase memecahkan ikatan glikosidik dari pati yang terletak di -1.4 rantai glukan pati dari
sebelah dalam sehingga menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransfer masuk kedalam
sel. Pada uji amilolitik ini, digunakan Nutrien Agar yang mengandung pati 2%, hal ini karena
media tersebut merupakan medium untuk pertumbuhan bakteri, selain itu kandungan pati yang
terkandung dalam media NA yang nantinya akan digunakan untuk produksi amilase. Indikator
yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana pati akan berekasi dengan
lugol iodin membentuk kompleks berwarna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru
hitam tersebut terjadi apabila lugol iodin masuk kedalam bagian kosong pada pati yang
berbentuk spiral. Sehingga akan terlihat sebagaian zona jernih di sekeliling koloni. Dengan
adanya zona bening ini, menunjukkan adanya aktivitas dari enzim amilase dalam proses
menghidrolisis pati (Panil, 2004).
Cara Kerja :
Inokulasi Nutrient Agar yang mengandung pati (2 g/l) dengan E.coli dan Bacillus sp.
secara streak.
Inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC
Setelah selesai inkubasi, tetesi cawan dengan lugols iodine secukupnya sehingga seluruh
permukaan media terkena.
Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif
ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.
Uji lipolitik
Uji lipolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroba dalam menghasilkan enzim
lipase dari hasil metabolisme mikroba. Untuk mendapatkan makanan atau nutrisi dari lipid,
terlebih dahulu harus menghidrolisis atau memotong-motong lipid tersebut menjadi bentuk
sederhana yakni gliserol dan asam lemak. Untuk memperoleh gliserol dan asam lemak, maka
dilakukan pemutusan ikatan ester yang terdapat didalam lipid. Dalam perlakuan ini terdapat
beberapa macam prosedur untuk mengetahui aktivitas enzim lipase diantaranya adalah
menggunakan media Trybutirin agar, rodhaminer agar dan spiritblue agar. Dengan adanya
atau munculnya bercak-bercak kuning disekeliling koloni, maka ada aktivitas enzim lipase
pada media tersebut. Apabila muncul bercak-bercak yang tetap berwarna merah berarti
perlakuan negatif (Panil, 2004).
Cara Kerja :
Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Tributyrin Agar dengan indikator neutral
red
Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Reaksi positif ditandai oleh bercak-bercak kuning disekeliling koloni, sedangkan reaksi
negatif ditandai oleh bercak-bercak yang tetap berwarna merah.
Uji proteolitik
Uji proteolitik berfungsi untuk mengetahui kemampuan organisme menghasilakn
enzim protease. Proses hidrolisis protein secara bertahap akan menghasilkan bentuk yang lebih
sederhaan yakni asam-asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis.
Aktivitas proteolitik dikatakan berhasil apabila ada terbentuk zona jernih atau bening disekitar
koloni (Panil, 2004).
Cara Kerja :
Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada Skim Milk Agar (SMA)
Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Aktivitas proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zone jernih di sekeliling koloni.
Uji Oksidase
Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi
aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul oksigen.
Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofilik.
Mikroorganisme ini menggunakan oksigen, sebagai akseptor elektron terakhir selama
penguraian karbohidrat untuk menghsilkan energi. Kemampuan bakteri memproduksi
sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen
oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan
dalam proses fosforilasi oksidatif. Reagen yang digunakan adalah tetramethyl-D-
phenylenediamine dihydrocloride. Reagen akan mendonorkan elektron terhadap enzim ini
sehingga akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna biru kehitaman. Positif tertunda
(warna biru muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi) menandakan bahwa bakteri uji memiliki
sedikit enzim. Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan bahwa uji yang dilakukan
negatif (Zhongqi, 2004).
Cara Kerja :
Koloni bakteri diambil satu tetes (sebaiknya dari biakan cair) secara aseptis dan
diinokulasikan pada Objectglass.
Diatas object glass diberi kertas merang yang sehingga tetesan tersebar pada kertas.
Tetesi dengan reagen, lalu lihat perubahan yang terjadi
Jika warna berubah menjadi biru marun maka hasil uji positif, sedangkan bila tidak
terjadi perubahan maka hasil uji negatif. Hasil uji positif tertunda jika warna biru
muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi.
Uji katalase
Produksi katalase bisa diidentifikasi dengan menambahkan reagen H2O2 pada suspensi
bakteri. Hasil positif pada uji menunjukkan terdapat gelembung-gelembung gas hasil hasil
produksi enzim katalase. Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif),
mikroorganisme menghasilkan hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan
superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan
kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik,
fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik (Zhongqi,
2004).
Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian khususnya
superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi katalase bisa
diidentifikasi dengan menanmbahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan
gelembung gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak
dihasilkan gelembung gas berarti uji katalase dinyatakan negatif (Zhongqi, 2004).
Cara Kerja :
Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass.
Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya.
Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif
(hati-hati membedakan antara gelembung yang muncul dari sel dengan kumpulan sel
yang mengambang akibat ditambahi reagen).
= slant dan butt merah (alkali) atau tidak terjadi perubahan warna, tidak terjadi
fermentasi karbohidrat, sedangkan pepton yang ada digunakan untuk sumber energi
dalam keadaan aerob atau anaerob sehingga meningkatkan pH karena produksi
amonia meningkat sebagai hasil samping metabolisme protein. Jika kemerahan lebih
pekat pada slant maka terjadi degradasi aerobik peptone, sedangkan warna merah pekat
tampak di semua media maka interpretasinya adalah degradasi peptone secara aerob
maupun anaerob.
= slant merah (alkali) sedangkan butt kuning (asam) dengan atau tanpa produksi
gas hanya terjadi fermentasi glukosa, sedangkan fermentasi laktosa dan sukrosa tidak
terjadi. Sel lebih memilih untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa
adalah monosakarida yang dapat langsung massuk ke dalam jalur metabolisme
(glikolisis). Media mengandung glukosa yang sangat sedikit (lebih sedikit dibanding
laktosa dan sukrosa) sehingga jumlah asam pada permukaan (slant) hilang secara cepat
menjadi basa, karena pada mulanya bagian slant telah menjadi kuning tapi dalam
waktu lebih dari 24 jam sel akan kehabisan glukosa dan memilih untuk memanfaatkan
protein sehingga media menjadi merah.
= slant dan butt kuning (asam) dengan atau tidak adanya gas telah terjadi fermentasi
glukosa, laktosa dan atau sukrosa karena laktosa dan sukrosa memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk substrat fermentasi lanjutan (jika
glukosa habis) menghasilkan asam yang ditandai warna kuning setelah 24 jam.
= butt berwarna kehitaman adanya H2S yang bereaksi dengan senyawa besi
FeSO4 pada media menghasilkan FeS yang berwarna kehitam-hitaman. H2S ini
merupakan hasil dari metabolisme protein
media pecah atau terangkat timbul gas sebagai hasil samping fermentasi
Peranan mikroorganisme dalam berteknologi adalah sebagai berikut.
5. Penghasil Energi
Saat ini, persediaan bahan bakar makin menipis. Oleh karena itu, para ahli berusaha
mencari solusi untuk menyelesaikan masalah energi melalui bioteknologi sehingga dapat
diperoleh energi yang aman dan tersedia secara lestari. Salah satu energi yang dikembangkan
melalui bioteknologi saat ini adalah biogas. Biogas merupakan gas metana yang diproduksi
oleh mikroorganisme di dalam medium kotoran ternak.
Kotoran ternak dicerna oleh mikroorganisme menjadi gas metana yang kemudian
dialirkan ke rumah-rumah sebagai penghasil energi. Sedangkan, limbahnya dapat digunakan
sebagai pupuk.Cara pembuatannya adalah campuran kotoran ternak dan air dimasukkan pada
tangki pengumpul, kemudian diaduk. Setelah rata, tangki pengumpul dimasukkan ke dalam
tangki pencerna.
6. Pengurai Limbah
Pengolahan limbah secara biologis merupakan pengolahan limbah dengan menggunakan
bakteri untuk mencerna limbah tersebut. Pengolahan limbah dengan cara ini tidak
membutuhkan biaya yang besar dan lebih ramah lingkungan. Limbah industri harus diolah
terlebih dahulu melalui Unit Pengolahan Limbah (UPL) sebelum dikeluarkan ke lingkungan
agar tidak terjadi pencemaran. Dalam UPL biologis, bakteri pencerna dimasukkan ke dalam
bak berisi limbah yang diberi aerator (alat pemasok udara) untuk memasukkan oksigen yang
berguna untuk pernapasan bakteri secara aerobik. Limbah akan terurai dan dapat dibuang ke
lingkungan setelah air dipisahkan dari endapan limbah yang tidak berbahaya.
b. Pembuatan Insulin
Insulin adalah protein yang berperan untuk mengontrol metabolisme gula dalam tubuh
manusia. Apabila tubuh seseorang tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah yang
dibutuhkan maka akan menderita diabetes. Perkembangan bioteknologi telah berhasil
membuat insulin manusia secara cepat dengan memanfaatkan sel bakteri melalui teknik
rekombinasi gen.
c. Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan penyakit.
Secara konvensional vaksin dibuat dari mikroorganisme (bakteri atau virus) yang
dilemahkan atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.
d. Pengembangan Sel Punca (Stem Cell)
Tepat seabad yang lalu, tahun 1908, istilah stem cell pertama kali diusulkan oleh ahli
histologi Rusia, Alexander Maksimov pada kongres hematologi di Berlin. Ia
mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem
cells). Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca di daerah
sumsum tulang belakang manusia. Perkembangan riset sel punca melaju cepat dalam
10 tahun terakhir. Tahun 1998, James Thomson berhasil membiakkan untuk pertama
kali sel-sel punca embrionik manusia di Universitas Wisconsin-Madison. Pada bulan
Oktober 2007, Mario Capecchi, Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh hadiah
Nobel Kedokteran untuk riset mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit
menggunakan sel punca embrionik hewan ini. Kemudian pada November 2007 dua
ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan Kazutoshi Takahashi, serta James Thomson
secara terpisah mengumumkan keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel
somatik dari sel punca hasil reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang
berasal dari sel-sel kulit manusia. Temuan ini merupakan kesempatan untuk terapi
regeneratif tanpa dibebani persoalan etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari
pembiakan embrio.
Daftar Rujukan