Anda di halaman 1dari 21

Makroevolusi dan Mikroevolusi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evolusi


Dosen Pengampu : Mia Sartika M.Pd

Oleh:

Kelompok 7

Khairunnisa Aulia Selian 0310193122


Lira Firana 0310193145

Vina Fadhilah 0310193148

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
dosen pengampu yaitu Ibu Dosen Mia Sartika M.Pd. Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

A. Evolusi ............................................................................................................... 2
B. Mikroevolusi ...................................................................................................... 5
C. Makroevalusi ..................................................................................................... 8
D. Sifat Makroevolusi ............................................................................................ 13
E. Pola – pola Makroevolusi .................................................................................. 18
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi merupakan salah satu topik yang masih terus menjadi perdebatan di dunia
pendidikan biologi, dan merambah di kehidupan masyarakat luas. Beberapa tokoh
evolusionis berusaha untuk menjelaskan tentang peristiwa evolusi, mereka dari berbagai
sudut pandang yang masing-masing, sehingga evolusi masih sulit untuk diterima oleh semua
orang. Hal ini terkendala oleh faktor X yang biasa dikenal dengan istilah “Missing Links”.
Hilangnya beberapa penghubung evolusi menjadikan kendala yang masih sulit, untuk
menghubungkan mata rantai kejadian evolusi dapat dijelaskan secara terinci. Para ilmuwan
yang menggunakan metode ilmiah terus berusaha menyingkap kabut evolusi melalui
sumbersumber purbakala yang di dapat. Bukti uji Palaentologi, evolusi biologi, dan lempeng
tektonik.
Kita mengetahui bahwa teori evolusi itu ada banyak, salah satunya teori yang
membahas tentang makroevolusi dan mikroevolusi yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diberi rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Makroevolusi?
2. Apa yang dimaksud dengan Mikroevolusi?
3. Apa perbedaan antara Makroevolusi dan Mikroevolusi?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diberi tujuan sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan tentang Makroevolusi.
2. Untuk menjelaskan tentang Mikroevolusi.
3. Untuk menjelaskan perbedaan antara Makroevolusi dan Mikroevolusi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evolusi
Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu
yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk
hidup dari yang sederhana menuju struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam. Evolusi
merupakan kata umum yang di pakai orang untuk merujuk adanya perubahan, perkembangan
atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh
alam atau rekayasa manusia.
Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin kompleks struktur dan fungsi makhluk
hidup dan semakin banyak ragam jenis yang ada. Evolsi juga dapat diartikan sebagai suatu
perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen
dalam suatu individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru. Spesies baru yang
terbentuk mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks (Sudono, 1994).

Beberapa pengertian tentang Evolusi :


- Perubahan dari spesies, organisme atau organ dari bentuknya yang orisinil atau primitif
menjadi bentuknya / keadaannya yang sekarang atau menjadi bentuk khusus yang terlihat
sekarang
- Ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan yang berangsur-angsur menuju kepada

kesesuaian dengan waktu dan tempat.


- Perubahan frekuensi alel/genotip di dalam populasi dari generasi ke generasi(perubahan
struktur genetik)
Proses evolusi dapat dibedakan atas dasar beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Evolusi berdasarkan arahnya, terdiri dari 2 yaitu:


a. evolusi progresif yang merupakan evolusi menuju pada kemungkinan yang dapat
bertahan hidup (survival). Proses ini dapat dijumpai pada peristiwa evolusi burung
finch.
b. Evolusi regresif yang merupakan proses menuju pada kemungkinan kepunahan. Hal

ini dapat di jumpai melalui peristiwa yang terjadi pada dinosurus.

2
2. Evolusi berdasarkan hasil akhi, terdiri dari 2 yaitu:
a. Evolusi divergen yang merupakan perubahan yang berasal dari satu spesies menjadi
banyak spesies baru. Contohnya peristiwa terdapatnya lima jari pada vertebrata yang
berasal dari nenek moyang yang sama dan sekarang dimiliki oleh bangsa primata dan
manusia.
b. Evolusi konvergen yang mkerupakan perubahan yang didasarkan pada kesaamaan
struktur antara dua organ atau organisme pada garis yang sama dari nenek moyang.
Contohnya pada hou dan lumba-lumba.

3. Evolusi berdasarkan skala perubahannya, terdiri dari 2 yaitu:


a. Mikroevolusi yang merupakan perubahan proses evolusi yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi hanya mengarah kepada terjadinya
perubahan frekuensi gen atau kromosom.
b. Makroevolusi yang merupakan perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam skala besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada
terbentuknya spesies baru.

Evolusi dalam skala kecil atau mikroevolusi dapat didefinisikan sebagai suatu
perubahan dalam susunan genetik suatu populasi.
Evolusi Modern, menggabungkan konsep seleksi Darwin dengan konsep pewarisan
Mendel. Evolusi modern dipelajari dalam genetika populasi, yang menekankan bahwa variasi
di dalam populasi disebabkan oleh faktor genetik, yang disebabkan oleh adanya alel ganda
pada lokus gen pada kromosom
Suatu teori evolusi yang dikenal dengan sintesis modern (awal th 1940), memadukan
penemuan-penemuan dan ide baru dari berbagai bidang yang berbeda seperti : palentologi,
taksonomi, biogeografi dan genetika populasi Sintesis Modern, lebih menekankan populasi
sebagai bagian dari evolusi dan gradualisme sebagai suatu perubahan yang dapat terjadi karena
akumulasi perubahan kecil yang terjadi selama periode waktu yang sangat panjang
Struktur Genetik di dalam Populasi Struktur genetik di dalam populasi ditentukan oleh
frekuensi alel dan genotipnya Populasi : Kelompok individu dari spesies yg sama, yang terpisah
dari kelompok spesies yang lain
1. Spesies :

3
Kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk berinteraksi secara
seksual, menghasilkan keturunan yang fertil. Masing-masing spesies memiliki wilayah
geografis dimana individu-individu tersebar secara tidak merata, melainkan terlokalisir pada
tempat-tempat tertentu
2. Gen pool:

Kumpulan gen dalam suatu populasi pada suatu periode tertentu. Kumpulan gen ini terdiri dari
atassemua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang terdapat dalam
populasi tersebut.
Hukum Hardy – Weinberg
Menjelaskan bahwa populasi tidak mengalami evolusi, frekuensi alel dan genotip dalam gen
pool tidak mengalami perubahan selama beberapa generasi.
Hukum Hardy – Weinberg hanya dapat terjadi apabila :
1. Populasi sangat besar, pada populasi yang sangat besar terjadinya genetic drift tidak
menyebabkan perubahan frekuensi gen di dalam genpool. Tetapi dalam populasi yang
kecil, penyimpangan genetik bisa merubah frekuensi gen.
2. Terisolasi dari populasi lain, terpisah dengan populasi yang lain sehingga kemungkinan
terjadinya gen flow (aliran gen) karena perkawinan antar populasi tidak
terjadi.
3. Tidak terjadi mutasi, perubahan satu alel menjadi bentuk alel lain akan merubah gen

pool.
4. Perkawinan Acak, di dalam suatu populasi setiap anggota di dalam populasi
mempunyai kemungkinan yang sama untuk saling melakukan perkawinan. Kalau ada
faktor keinginan untuk memilih pasangan kawin, maka hukum H-W tidak akan
terjadi.
5. Tidak ada seleksi alam, apabila semua individu mempunyai kemampuan hidup, tidak
ada persaingan dalam mempertahankan hidup, maka dunia akan penuh dengan
makhluk hidup yang beraneka macam jenisnya. Kenyataannya populasi makhluk hidup
relatif stabil berarti ada yang mati karena tidak dapat mempertahankan hidup atau
populasinya makin menurun karena menurunnya kemampuan memperbanyak diri
Nilai keseimbangan frekuensi alel dan genotip pada beberapa generasi dapat mengukur
apakah terjadi evolusi di dalam suatu populasi (Henuhili, 2008).

4
B. Mikroevolusi

Evolusi pada tingkat populasi, perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu
populasi dari generasi ke generasi. Perubahan ini merupakan perubahan dalam skala terkecil
yang seringkali tidak nampak, maka sering disebut sebagai mikroevolusi
Mikroevolusi tetap berlangsung sekalipun frekuensi alel berubah hanya untuk lokus
genetik tunggal, sedang beberapa lokus gen lainnya dalam keadaan keseimbangan sementara.
Populasi ini dikatakan sedang berevolusi, Lima penyebab Mikroevolusi :

1. Genetic drif: perubahan dalam genpool karena suatu kejadian yang menyebabkan
frekuensi alel dalam populasi tersebut mengalami perubahan.
a. Efek leher botol (bottleneck effect), adanya kebakaran hutan, banjir, gempabumi dsb,
dapat mengakibatkan penurunan populasi secara drastis. Akibatnya individuindividu
yang selamat, tidak lagi dapat mewakili variasi genetik yang pernah ada, bahkan
mungkin alel dengan sifat tertentu yang khas hilang sama sekali.
b. Efek pendiri (founder effect) Suatu kelompok kecil individu yang menempati habitat
baru yang terpencil yang tidak berpenghuni, tidak akan mewakili keanekaragaman
genetik dari populasi asal yang ditinggalkan. Keanekaragaman yang dibawa oleh
kelompok kecil tersebut akan menentukan komposisi genetik populasi yang terbentuk,
sehingga sering dikatakan bahwa pada daerah-daerah tersebut
terdapat spesies yang endemik (hanya terdapat di daerah tersebut).

2. Gen Flow: Di dalam suatu poipulasi mempunyai kemungkinan untuk kemasukkan alel atau
kehilangan alel karena gen flow atau aliran gen, pertukaran gametik, karena migrasi dari
individual yang fertil atau gamet antar populasi. Genflow seringkali mengeliminasi
perbedaan yang ada antar populasi yang berdekatan, yang seringkali dapat menjadi satu
populasi yang mempunyai kesamaan struktur genetik.

3. Mutasi: perrbahan dalam susunan DNA suatu organisme. Perubahan susunan DNA yang
terjadi pada gamet akan merubah genpool populasi dengan menggantinya dengan alel yang
telah mengalami mutasi Misal : mutasi yang disebabkan perubahan warna bunga putih yang
disebabkan oleh alel aa menjadi alel dominan A yang berwarna merah, akan
menyebabkan penurunan frekuensi alel a menurun dan meningkatkan frekuensi alel A.
Perubahan ferekuensi alel karena mutasi seringkali baru nampak setelah beberapa generasi
atau bahkan ratusan generasi, terutama kalau mutasi terjadi dari alel dominan menjadi

5
resesif. Peningkatan frekuensi alel karena mutasi itu baru nampak nyata, kalau individu
dengan alel tersebut mempunyai keturunan banyak, adanya seleksi alam atau
4. karena genetik drift Perkawinan tidak acak: Perkawinan acak sangat jarang terjadi dan
banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
a. Inkompatibilitas : tdk dpt terjadi fertilisasi walau masing-masing mempunyai alel
yang sama.
b. Umur organ reproduksi tidak sama.
c. Adanya musim kawin yang menyebabkan persaingan untuk memperoleh pasangan.
d. Letak organ reproduksi yang menyebabkan kesulitan terjadinya fertilisasi.
e. Adanya naluri untuk memilih pasangan sesuai dengan keinginannya.
Seleksi Alam. Menurut Hukum H - W, seluruh individu di dalam populasi mempunyai
kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan keturunan yang mempunyai kemampuan
hidup dan fertil. Tetapi kenyataannya di dalam populasi terdapat keanekaragaman dan diantara
varian-varian tersebut ada yang mempunyai keturunan lebih banyak daripada yang lain.
Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya sifat-sifat khusus yang menyebabkan
tidak menglami seleksi alam. Sifat ini diwariskan.
Dari ke 5 penyebab evolusi mikro yang dapat mengubah frekuensi gen pool hanya seleksi
alam yang kemungkinan besar merupakan proses kemampuan adaptasi dari populasi terhadap
lingkungan. Seleksi alam akan mempertahankan genotip yang baik di dalam populasi. Apabila
lingkungan berubah, respons terhadap seleksi dapat dilakukan oleh individu yang mempunyai
genotip tertentu (Henuhili, 2008).

6
Gambar 1: Menggambarkan contoh dari mikroevolusi dari penurunan sifat pada spesies babi
hutan.

C. Makroevolusi
Makroevolusi adalah asal mula spesies baru dan kelompok taksonomik lain.
Kemunculan struktur baru akibat evolusi yaitu adanya perubahan dinamika perkembangan,
baik temporal (heterokroni) maupun spasial (homeosis) yang memainkan peranan penting
dalam peristiwa makroevolusi. Suatu upaya penelitian dapat memberikan banyak informasi
mengenai keterkaitan dan hubungan antara mutasi gen yang mengatur perkembangan dan
sejarah evolusi.
Makroevolusi dapat terjadi ketika mikroevolusi terjadi berulang kali selama jangka
waktu yang panjang dan mengarah ke pembentukan spesies baru. Selain itu mikroevolusi
juga dapat terjadi akibat dari perubahan lingkungan utama, seperti letusan gunung berapi,

7
gempa bumi, atau asteroid menghantam Bumi, yang mengubah lingkungan sehingga seleksi
alam menyebabkan perubahan besar dalam ciri-ciri suatu spesies.

Gambar 2: Menggambarkan contoh heterokroni yang merupakan perubahan evolusioner dalam


pengaturan waktu atau laju perkembangan.

8
Gambar 3: Perubahan Makroevolusi Yang Mungkin Terjadi Berkaitan Dengan Mutasi GenYang
Mengatur Perkembangan.

Sekitar 520 juta tahun lalu, duplikasi sekelompok gen homeotik yang disebut dengan
kompleks Hox kemungkinan tel;ah menjadi peristiwa awal dalam asal mula vertebrata dan
inmvertebrata. Sebagian besar invertebrata memiliki sekumpulan (cluster) gen-gen tunggal
homeotik (kompleks Hox) pada gamabr ditunjukkan dengan kotak berwarna pada kromosom. Gen
Hox akan mengarahkan perkembangan bagian-bagian tubuh utama. Para peneliti menduga mutasi
(duplikasi) pada kompleks Hox tunggal tersebut terjadi sekitar 520 juta tahun lalu. Pada vertebrata
awal, duplikat kumpulan gen itu kemungkinan mengambil peran yang benar-benar baru, seperti
mengarahkan perkembangan tulang belakang yang merupakan ciri khas vertebrata. Duplikasi
kompleks Hox yang kedua kalinya menghasilkan perkembangan rahang pertama dalam garis
keturunan vertebrata. Kompleks Hox vertebrata mengandung banyak gen yang sama, yang
terdapat pada hampir urutan yang sama dalam kromosom dan mengarahkan perkembangan yang
berurutan pada bagian tubuh yang sama pada hewan, sam seperti halnya kumpuilan gen tunggal
pada invertebrata. Sehingga, kompleks Hox vertebrata tampaknya homolog dengan kumpulan gen
tunggal yang ada pada hewan invertebrata.

Dua pola perubahan spesies yang direkam oleh catatan fosil adalah anagenesis (evolusi
filetik), yaitu akumulasi perubahan yang terklait dengan perubahan satu spesies menjadi spesies
lain, dan kladogenesis atau evolusi yang bercabang. Kaldogenesis (evolusi bercabang) dapat
menghasilkan peristiwa makroevolusi meskipun beberapa spesise baru menghalangi terjadinya
peristiwa tersebut. Dalam pandangan makroevolusi yang dikatakan secara jelas oleh Steven
Stanley dari John Hopkins University, spesies analog dengan indivgidu: spesiasi adalah kelahiran
individu tersebut, kepunahan adalah kematiannya, dan spesies baru adalah keturunannya. Sesuai
dengan hal tersebut, peristiwa evolusi dihasilkan oleh seleksi spesies yang analog dengan suatu
peristiwa yang terjadi didalam populasi melalui seleksi alam. Spesies yang berhasil bertahan
hidup paling lama dan menghasiilkan jumlah spesies baru paling banyak akan menentukan arah
evolusi yang paling utama. Konsep ini mengusulkan bahwa spesiasi diferensial memainkan
peranan dalam makroevolusi, mirip dengan peranan reproduksi diferensial pada mikroevolusi.
Adanya evolusi bukan berarti berorientasi pada hasil. Menurut hipotesis seleksi spesies
kecenderungan makroevolusi terjadiketika spesies dengan sifat dan ciri tertentu berhasil bertahan
hidup lebih lama dan mengalami spesiasi lebih sering dibandingkan spesies dengan sifat lain.
Spesiasi merupakan dasar dari semua perubahan makroevolusi.

9
Gambar 4: Menggambarkan bahwa peristiwa evolusi tidak berarti berorientasi pada hasil.

10
Gambar 5: Contoh makroevolusi yang terjadi pada dinosaurus theropoda dennganmunculnya
bulu selama evolusi burung.

Makroevolusi proses yang terjadi selama beberapa ribu tahun dan menjelaskan
bagaimana manusia berevolusi dari primata dan reptil kemudian berubah menjadi burung.
Mikroevolusi menyebabkan perubahan kecil dalam spesies yang sama sedangkan
makroevolusi mengarah pada penciptaan spesies baru dari spesies induk. Perubahan kutilang
dipisahkan dari kutilang lain, diamati oleh Darwin di Kepulauan Galapagos yang terkenal
dengan benar sebagai gambaran mikroevolusi oleh Darwin. Dia mengatakan bahwa burung-
burung telah berevolusi dalam waktu tertentu, arti sempit istilah tersebut.
Mempelajari urutan-urutan fosil dalam strata dari berbagai lokasi dapat membawa kita
melacak makroevolusi, kejadian utama dalam sejarah evolusi kehidupan di bumi. Bukti lain
terjadinya makroevolusi adalah studi embriologi perbandingan, morfologi divergensi, biokimia
comparative, skema klasifikasi, identifikasi spesies, rekontruksi sejarah evolusi, skema lima
kingdom.
Perubahan yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dan nyata diantara
golongan taksonomi diatas spesies. Hal ini timbul dari serangkaian panjang kejadian spesies
yang masing-masing membawa spesies keturunan makin jauh dari bentuk leluhur asli.
Makroevolusi pertama-tama menyangkut .

11
1. Suatu penyimpangan adaptif/pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu spesies
turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi yang tidak
identik dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat menjadi mantap di
dalam suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang menguntungkan terjadi
bersamaan.
2. Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus mempunyai
peradaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus mempunyai sumber-
sumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya.

Baik spesiasi filetik maupun spesiasi diversifikasi menggambarkan perubahan genetik kecil dan
relatif lambat (secara geologi) dan mungkin juga perubahan morfologi. Tetapi kadang-kadang
terjadi perubahan morfologi yang agak cepat dan tiba-tiba di dalam sejarah kehidupan. Vertebrata
berkembang relatif cepat dari suatu moyang kordata tingkat rendah yang mungkin berkerabat
dengan tunikata atau sejenis asidia. Suatu mekanisme yang dapat menjelaskan pergeseran
morfologi yang besar dab cepat dengan perubahan genetik yang minimum adalah perubahan dalam
gen pengatur; sedemikian rupa sehingga laju perkembangan embriologi dari tubuh digeser ke laju
perkembanagan seksual. Suatu organisme menjadi dewasa kelamin, sedangkan morfologinya
masih merupakan embrio atau larva dan gagal untuk menyelesaikan genetik. Fenomena ini disebut
paedomorfosi. Paedomorfosis dapat disebabkan oleh suatu percepatan perkembangan seksual
terhadap perkembangan somatiknya (disebut progenesis) atau perlambatan perkembangan
somatik terhadap perkembangan seksualnya (neoteni). Pedomorfosis merupakan cara
mengeliminasi ciri-ciri dewasa (dalam hal ini ciri-ciri yang berkaitan dengan dewasa yang sesil
dan membuka jalan baru evolusi (meningkatkan mobilitas dewasa).
Menurut NABT (2006), makroevolusi merupakan studi evolusi dari waktu ke waktu
geologi(ribuan sampai jutaan tahun). Menurut Carrol (2001), makroevolusi merupakan perubahan
suatu spesies di tingkat lebih atas dari spesies serta pembentukan spesies yang identik dengan
morfologi evolusi. Menurut Levinton (2001), makroevolusi studi yang berkaitan ekologi dengan
skala waktu ekologi dan tersedia hanya penelitian paleontologi sejarah perubahan.
Makroevolusi adalah skala analisis evolusi yang dipisahkan dari lungkang gen (gen pool).
Dalam genetika populasi, suatu lungkang gen (atau gene pool) adalah populasi yang menampung
berbagai alel yang mungkin tersedia dalam suatu spesies. Populasi menjadi lungkang gen

12
apabila di dalamnya terdapat keunikan akibat proses saling kawin di dalamnya terjadi secara
tertutup (terisolasi), terpisah dari populasi lain. Kajian makroevolusi berfokus pada perubahan
yang terjadi pada tingkatan spesies atau populasi. Hal ini berbeda dengan mikroevolusi,yang
merujuk pada perubahan evolusi yang kecil (biasanya dideskripsikan sebagai perubahan pada
frekuensi gen atau kromosom) dalam suatu spesies ataupun populasi. Makroevolusi pertama-
tama menyangkut :
1. Suatu penyimpangan adaptif/pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu spesies
turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi yang tidak identik
dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat menjadi mantap di dalam
suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang menguntungkan terjadi
bersamaan.
Pertama, tidak akan ada pergeseran jika individu yang masuk dalam lingkungan
baru dapat hidup. Ini berarti bahwa perbedaan ekologi antara lingkungan leluhur dengan
lingkungan baru itu tidak boleh besar atau jika perbedaan itu besar sepertidalam transisi
dari air ke darat, hewan baru tersebut harus sudah mengembangkan ciri- ciri yang
diperlukan dalam habitat baru, seperti paru-paru pada vertebrata dalam
transisi air-darat. Hewan yang baru masuk tersebut memerlukan sedikit pre-adaptasi.
Kedua, pergeseran tidak akan berhasil, bahkan pada spesies yang sudah preadaptif,
jika habitat yang akan dihuni spesies baru tersebut tidak mempunyai makanan atau
sumber lain yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam periode ketika
banyak spesies yang hidup dalam habitat tersebut menjadi penuh
Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus
mempunyai pre-adaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus
mempunyai sumber-sumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya.

D. Sifat Makroevolusi
Perubahan evolusi jangka panjang dapat berlangsung dengan berbagai cara. Suatu
spesies yang hidup dalam lingkungan yang sedang berubah dapat mengalami seleksi yang
secara perlahan-lahan menggeser nilai rata-rata dan kisaran variasi spesies tersebut kearah
gradien lingkungan. Hal ini disebut spesiasi filetik. Populasi pada awal dan akhir urutanini
cukup berbeda sehingga ahli biologi membenarkan mengangapnya sebagai spesies yang
berlainan, meskipun menarik garis pemisah antara spesies tersebut merupakan masalah,
kerana generasi tersebut tumpang tindih dalam morfologi dan mungkin juga dalam
reproduksi jadi spesies filetik tidak sama dengan spesies di atas, dimana divergensi terjadi
13
agak cepat pada populasi kecil yang semiterisolasi oleh perkembangan isolasireproduksi.
Analisis dari kelompok yang tercatat dengan baik dalam laporan fosil
menggambarkan bahwa spesies baru timbul agak lebih cepat (secara geologi) daripada jika
dengan cara spesiasi normal. Sekali terbentuk spesies baru, maka spesies tersebut tetap tidak
berubah selama jutaan tahun dan kemudian seringkali menjadi punah. Sebelum punah,
spesies turunan bercabang-cabang ke arah yang berbeda-beda. Pola spesies yang timbul dan
tengggelam tiba-tiba ini disebut ekuilibria yang tepat. Arah kemana percabangan ini
diutamakan atau dimana terjadi kepunahan ditentukan oleh keberhasilan adaptasi pada
lingkungan atau oleh faktor yang mempengaruhi laju spesiasi, yang tidak semunya adaptif;
tekanan mutasi; pola distribusi; cara reproduksi yang mempengaruhi mudahnya suatu
spesies terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang semiterisolasi dan kesuburan
(Panjaitan, 2008).

14
E. Pola – pola Makroevolusi
Makroevolusi berfokus pada pembentukan kelompok-kelompok taksonomik baru diatas
tingkat spesies. Walaupun banyak mekanisme sama yang terlibat dalam spesiasi bekerja
juga dalam makroevolusi, rentang waktu yang diperlukan jauh lebih besar. Banyak yang
tidak mengetahui tren luas makroevolusi berasal dari rekaman fosil. Akan tetapi, perubahan-
perubahan dalam sebuah kelompok yang mengarah pada terjadinya modifikasi- modifikasi
yang tak seberapa drastis pada populasi atau bahkan pembentukan spesies baru
(mikroevolusi) dapat dipelajari melalui pengukuran frekuensi gen dalam populasi. Pola-
pola seleksi mencakup :
- Seleksi penstabilisasi, dengan ekstrem-ekstrem pada kedua ujung spektrum dideteksi
secara tak proporsional hingga populasi cenderung mengelompok disekitar rata-rata,
walaupun pada setiap dihasilkan variasi
- Seleksi terarah (directional selection), dengan salah satu ekstrem lebih disukai
daripada ekstrem yang satu lagi, sehingga nilai rata-rata cenderung bergerak ke arah
ekstrem yang lebih disukai
- Seleksi pendiversifikasi (seleksi disruptif), dengan dua atau lebih suptipe lebih disukaidan
populasi cenderung berevolusi menjadi sebuah subkelompok ataupun spesies baru.

Seleksi pendiversifikasi beroperasi sangat baik pada mikroevolusi maupun


makroevolusi, dan seleksi terarah mirip dengan proses makroevolusioner yang dikenal
sebagai perubahan filetik. Pola-pola dasar perubahan luas pada makroevolusi yang
ditunjukkan oleh rekaman fosil adalah :

15
1. Perubahan filetik (anagenesis), perubahan bertahap pada satu garis keturunan
sehingga pada akhirnya keturunannya sangat berbeda dengan nenek moyangnya.
Anagenesis dapat disamakan dengan seleksi terarah dalam jangka waktu yang lama.
2. Kladogenesis, tren makroevolusioner dengan terjadinya percabangan. Sehingga
satu garis keturunan menghasilkan dua atau lebih garis keturunan. Populasi-
populasi kecil yang muncul dari garis keturunan itu dapat berada pada posisi yang
sangat memadai untuk menghasilkan kelompok-kelompok baru. Kladogenesis
telah ditekankan sebagai
salah satu pola makroevolusiner utama oleh Ernst Mayr.
3. Radiasi adaptif, pembentukan secara relatif mendadak banyak kelompok baru, yang
mampu bergerak menuju lingkungan baru dan mengeksploitasinya. Diverifikasi
yang relatif cepat dari mamalia awal selama terjadi kepunahan dinosaurus
merupakan contoh yang baik dari diverifikasi semacam itu. Radiasi adaptif
menggabungkan sifat- sifat kladogenesis dan anagenesis, sebab garis-garis
keturunan baru yang terbentuk selama masa evolusioner yang berubah dengan
cepat itu mungkin mengalami transisi-
transisi yang progresif.
4. Kepunahan, lebih dari 99,99 spesies yang pernah di evolusikan kini tak ada lagi.
Hilangnya keberagaman itu merupakan sifat tak terelakkan dari evolusi pada semua
kingdom. Lingkungan yang berubah membuat organisme yang kemarin fit, tak lagi
fit dan terancam kepunahan (Fried dan Hademenos, 2006).

Gambar (1). Makroevolusi vs mikroevolusi (hcevolution.wikispaces.com)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Mikroevolusi merupakan evolusi
pada tingkat populasi, perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi
dari generasi ke generasi, sedangkan Makroevolusi merupakan pembentukan
kelompok- kelompok taksonomik baru diatas tingkat spesies yang terjadi berulang kali
selama jangka waktu yang panjang dan mengarah ke pembentukan spesies baru.

17
DAFTAR PUSTAKA

BSCS, 2006, Biology, A Molecular Approach, ninth edition, Mc Graw Hill, Glencoe,
NewYork

Campbell, N. A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell, 1999, Biology, Fifth Edition, Addison
WesleyLongman, Inc. New York

Futuyma, D. J., 2005, Evolution, Sinauer associates, Inc. Publishers


Sunderland, Massachusetts USA

Fried, George H. dan Hademenos, George J. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi, Edisi Kedua.

Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama.

Gardner, E. J. and D. P. Snustad, 1984, Principle of Genetics, John Wiley and Sons,
NewYork

Henuhili, Victoria. 2008. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Panjaitan, Sita. 2008. Makroevolusi.[Online].https://sitapanjaitan.wordpress.com/2008/12/-

22/makroevolusi/. Diakses pada tanggal 05 September 2016

Stearns, Stepen C & Hoekstra, Rolf F. 2003. Evolution an Introduction. New York:

OxfordUniversity Press

Suryo, 1984, Genetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai