Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EVOLUSI

“FILOGENI”

Dosen Pengampuh:
Rahcmawaty, S. Si, M. P. Ph.D

DISUSUN OLEH :
Kelompok IV

Irmawati H 1714041025

Nur Asia 1714041028

Nurfagianti 1714042001

Zakia Asrifah Ramly 1714042007

Nadya Lestari Ningrum 1714042010

Rifka Almunawarah 1714042013

Sinta Anjar Sari 1714042055

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla dengan rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Evolusi. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah Azza wa Jalla
sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama
mengikuti mata kuliah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul “Filogeni” ini. Terlepas
dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “Filogeni” ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi kami dan juga pembaca pada umumnya.

Makassar, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi Filogeni 3
B. Pelacakan Filogeni dengan Catatan Fosil dan Karakteristik Morfologi
4
C. Karakter dalam Konsep Filogeni 6
D. Metode dalam Penyusunan Filogeni 6
E. Pohon Filogeni 7
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat
luas. Meliputi pokok bahasan yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang
agak ditakutkan. Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti evolusi dari
berbagai disiplin ilmu, seperti genetika molekuler, morfologi dan embriologi.
Evolusi adalah proses gradual, suatu organisme yang memungkinkan
spesies sederhana menjadi lebih komplek melalui akumulasi perubahan dari
beberapa generasi. Keturunan akan mempunyai beberapa perbedaan dari
nenek moyangnya karena berubah dalam sebuah evolusi. Semakin bervariasi,
semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak
spesies baru yang bermunculan. Spesiasi tidak hanya akan mempengaruhi
terbentuknya spesies baru saja, bisa terbentuknya genus atau bahkan takson
yang baru. Hal ini termasuk dalam makroevolusi.
Makroevolusi adalah kriteria yang mengisahkan peristiwa-peristiwa utama
dalam sejarah kehidupan sebagaimana diperlihatkan oleh catatan fosil. Evolusi
pada skala yang sangat besar ini mencakup asal mula rancangan baru, seperti
rahang vertebrata, postur tegak pada manusia, peningkatan ukuran otak pada
mamalia, ledakan diversifikasi kelompok organisme tertentu setelah beberapa
terobosan evolusi, dan kepunahan massal. Untuk mempelajari urutan-urutan
perkembangan yang ada, para ilmuan biologi melakukan penelusuran terhadap
filogeni makhluk hidup yang ada saat ini dan saling berkerabat dekat.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait.
Filogeni diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana
mereka terkait. Filogenetika diartikan sebagai model untuk merepresentasikan
sekitar hubungan nenek moyang organisme, sekuen molekul atau keduanya.
Salah satu tujuan dari penyusunan filogenetika adalah untuk mengkonstruksi
dengan tepat hubungan antara organisme dan mengestimasi perbedaan yang
terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya. Konstruksi pohon
filogenetika adalah hal yang terpenting dan menarik dalam studi evolusi.
Pohon filogenetik adalah pendekatan logis untuk menunjukkan hubungan
evolusi antar organisme. Filogenetika dapat menganalisis perubahan yang
terjadi dalam evolusi organisme yang berbeda. Berdasarkan analisis, yang
mempunyai kedekatan dapat diidentifikasi dengan menempati cabang yang
bertetangga pada pohon. hubungan filogenetika diantara gen dapat
memprediksikan kemungkinan yang satu mempunyai fungsi yang ekuivalen.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dibahas makalah evolusi yang
berjudul filogeni sehingga kita dapat mengetahui filogeni secara jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filogeni?
2. Bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan
karakteristik morfologi?
3. Bagaimana karakter dalam konsep filogeni?
4. Bagaimana metode pelacakan filogeni?
5. Bagaimana konsep pohon filogeni?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi filogeni.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni dengan catatan
fosil dan karakteristik morfologi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakter dalam konsep filogeni.
4. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni.
5. Mahasiswa dapat mengetahui konsep pohon filogeni.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filogeni
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang
dianggap mendasarinya. Istilah “filogeni” berasal dari bahasa Belanda
fylogenie, yang berasal dari gabungan kata bahasa Yunani Kuno yang berarti
“asal-usul suku, ras”. Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan morfologi
hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi
dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan
yang berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari
suatu organisme terhadap lingkungannya.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling
terkait. Hal ini diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana
spesies terkait satu sama lain melalui nenek moyang yang sama. Pohon
filogenetik atau pohon evolusi adalah genealogi (silsilah) kemungkinan
hubungan evolusioner di antara kelompok-kelompok taksonomik, atau dapat
dikatakan sebagai diagram percabangan atau “pohon” yang menunjukan
hubungan evolusi antara berbagai spesies makhluk hidup berdasarkan
kemiripan dan perbedaan karakteristik fisik dan/ atau genetik mereka, sebab
pohon filogenetika ini dapat diaplikasikan untuk membuat sistematika biologi,
seperti pohon kehidupan. Selain itu pohon ini dapat digunakan untuk mencari
fungsi dari suatu gen atau protein, riset, medis dll. Para ahli sistematika
menggunakan bukti-bukti yang diperoleh dari catatan fosil dan organisme
yang masih ada untuk merekonstruksi filogeni. Karena susunan genetik dan
penampakan fenotipe organisme yang hidup saat ini mencerminkan episode
makroevolusi masa lalu, para ahli sistematika mendapatkan informasi
filogenetik dengan cara membandingkan spesies modern. Di dalam pohon
filogenetik menunjukan jenjang taksonomi yang dibuat sesuai dengan sejarah

3
evolusi, dalam filogenetik jangka pendek, struktur anatomis membutuhkan
waktu terlalu lama untuk berubah.
Klasifikasi sistem filogenetik adalah suatu sistem klasifikasi untuk
mencerminkan gambaran urutan perkembangan makhluk hidup menurut
sejarah filogenetiknya, serta jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara
takson yang satu dengan takson yang lain, sesuai sejarah evolusi. Sistematioka
ini memiliki tujuan lebih dari sekedar organisasi sederhana, agar klasifikasi
menunjukan kedekatan evolusioner spesies
B. Pelacakan Filogeni dengan Catatan Fosil dan Karakteristik Morfologi
Catatan fosil merupakan evolusi kehidupan yang mengisi lemari-lemari
arsip dengan sejarah gen untuk memberitahu kita tentang bagaimana cerita
hidup dan mati pada planet bumi ini sesuai dengan seleksi alam. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk
menentukan umurnya dan konstribusinya dalam filogeni (Campbell dkk,
2003). Fosil terbentuk dari organisme mati yang terkubur dalam sedimen.
Bahan organik dari organisme mati, umumnya terurai dengan cepat. Namun
bagian yang keras dan kaya akan mineral seperti cangkang vertebrata dan
protista bisa tetap bertahan sebagai fosil.
Fosil juga dapat terbentuk sebagai lapisan tipis yang tertekan di antara
lapisan-lapisan batu pasir dan serpihan. Contohnya, fosil daun tumbuhan
berumur jutaan tahun dan masih tetap hijau karena mengandung klorofil.
Dalam banyak penggalian, fosil juga ditemukan dalam bentuk  bebatuan yang
membentuk replika organisme tersebut. Para ahli juga banyak menemukan
bentuk perilaku yang terfosilisasi, seperti fosil jejak kaki, dan sarang lubang
hewan. Selain itu, organisme yang mati  pada tempat di mana bakteri dan
jamur tidak dapat menguraikannya, maka tubuhnya bisa terawetkan
membentuk fosil. Contohnya, fosil kalajengking yang terjerat dalam resin dan
berumur 30 juta tahun. Penemuan-penemuan fosil sedimen di atas,
selanjutnya dijadikan dasar oleh para ilmuwan untuk merekonstruksi sejarah
kehidupan.

4
Menurut Kimball (1999), berdasarkan catatan fosil yang ada, teori
evolusi memberikan gagasan bahwa semua organisme yang hidup sekarang
ini pada suatu periode dalam sejarahnya mempunyai moyang sama. Secara
tidak langsung hal itu menyatakan bahwa pada waktu yang lampau terdapat
lebih sedikit jenis makhluk hidup, dan bahwa makhluk ini bersifat lebih
sederhana. Salah satu bukti yang mendukung hal ini, adalah susunan lapisan
batuan sedimen di Grand Canyon, di mana semakin dalam menuruni lembah
galian maka berkurang jenis fosil. Begitu pula pada tingkat kompleksitas fosil
organisme yang ditemukan, semakin ke dalam semakin sederhana.

Menurut Campbell, dkk. (2003) penemuan fosil adalah puncak dari


serangkaian kebetulan yang tidak mungkin terjadi secara bersamaan.
Organisme harus mati pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat
sehingga memungkinkan terbentuknya fosil. Sebagian besar dari spesies yang
pernah hidup mungkin tidak meninggalkan fosil, atau sebagian besar fosil
telah hancur dan hanya sedikit yang ditemukan. Namun demikian, dalam
ketidaklengkapannya catatan fosil tetap merupakan suatu dokumen yang
detail mengenai filogeni dan mencakup waktu geologis yang begitu panjang.
Urutan strata sedimen merekam urutan perubahan biologis, dan metode
penentuan umur memberikan perkiraan masa perjadinya perubahan itu.
Dengan demikian, yang terekam dalam batuan adalah kronologi perubahan
lingkungan yang berkaitan dengan perubahan-perubahan akibat evolusi
organisme.

Evolusi memiliki dimensi dalam ruang dan dalam waktu. Sejarah bumi
telah membantu menjelaskan sebaran geografis spesies saat ini. Contohnya,
munculnya pulau-pulau vulkanik seperti Galapagos membuka lingkungan
baru bagi makhluk hidup dan penyebaran adaptif untuk mengisi relung yang
tersedia. Di samping itu, benua mengalami pergeseran pada sepanjang waktu.
Pergeseran seperti yang terjadi antara Eropa dan Amerika yang saling
menjauhi menyebabkan banyak spesies yang telah berkembang dalam
keadaan terisolasi bertemu dengan yang lain dan bersaing satu sama lain.

5
Seiring dengan pemisahan benua, masing-masing daerah menjadi tempat
evolusi yang terpisah, dan flora serta fauna dari alam biogeografis yang
berbeda mulai menyebar. Hal ini dapat dicontohkan dengan penemuan fosil
reptilian masa Trias di Ghana yang persis sama dengan yang diketemukan di
Brazil. Padahal kedua daratan saat ini terpisah dengan jarak 3000 km, namun
diperkirakan menyatu sebagai daratan pada awal zaman Mesozoikum.

C. Karakter dalam Konsep Filogeni


Karakter adalah penampakan atau fenotip yang dapat berupa
morfologi,anatomi, histology, fisiologi maupun molekuler yang dimiliki oleh
suatu individu yang pada umumnya dapat diinderai, dan merupakan
ekspresi dari gen yangdipengaruhi oleh lingkunganya. Karakter merupakan
subyek pertama yang diperlukan untuk identifikasi suatu spesies sehingga bisa
didapatkan nama dan tingkatan takson spesies tersebut. Semakin banyak
persamaan karakternya semakin dekat hubungan kekerabatannya, sebaliknya
semakin banyak perbedaanya semakin jauh hubungan kekerabatannya.
Seperti contoh dalam penyusunan filogeni tumbuhan yang terbagi
menjadi dua karakter dalam konsep filogeni yaitu, hal yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah menyusun tabel karakter apomorfi dari semua
kelompok tumbuhan yang akan dibuat filogeninya. Selain tabel karakter, juga
harus dibuat tabel karakter numerik, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
kladogram yang disusun  berdasarkan tabel kesamaan karakter apomorfi.
Dari kedua karakter tersebut kita bisa ketahui perbedaannya dalam
konsep filogeni karena karakter apomorfi itu lebih ke karakter keturunan,
penentuan apakah karakter tersebut maju ataukah primitif dilakukan oleh
pendukung kladistik dan sedangkan karakter numerik adalah untuk
menentukan hubungan kekerabatan antar spesies tersebut dalam konsep
filogeni.
D. Metode dalam Penyusunan Filogeni
a. Phenetic sistem yaitu pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan
(fisik dan kimia) karakteristik. Pengelompokan Phenetic mungkin atau
tidak mungkin berkorelasi dengan hubungan evolusi.

6
b. Kladistik atau Filogenetik sistem yaitu pengelompokan organisme
didasarkan pada kesamaan warisan evolusi. Teknik sekuensing DNA dan
RNA dianggap memberikan filogeni paling berarti.
Biologi molekuler memandang proses perkembangan organisme yang
ada saat ini adalah merupakan hasil perkembangan makhluk hidup
sebelumnya. Keragaman organisme yang ada pada saat ini dipandang sebagai
perubahan organisme yang dimulai dari struktur DNA dimana mekanisme
perubahan tersebut dimulai dari tingkat molekul DNA (penyandi program
kehidupan) sehingga memungkinkan adanya keragaman organisasi makhluk
hidup. Dari kajian bidang molekuler muncul banyak konsep penting adanya
gen yang tidak berubah selama proses evolusi. Gen-gen tersebut memiliki
tingkah homologi (kesamaan) struktur antara spesies dalam skala luas dan
ekspresi fungsional protein yang dihasilkannya tidak berbeda satu dengan
yang lainnya.Gen-gen ini disebut gen-gen yang mengalami konservasi.
Berdasarkan konsep biologi molekuler bahwa kajian asal usul organisme
sangat diuntungkan oleh keberadaan mitokondria karena dalam kedua
organela tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA
kromosom.Selain itu telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal
dari ibu.Sehingga untuk menelaah asal usul manusia, hewan dan tanaman
tingkat tinggi. Banyak dilakukan dengan analisis DNA mitokondria
E. Pohon Filogeni
Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang
perlu dipegang terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana sekelompok
makhluk hidup membagai sifat yang dimilikinya satu dengan yang lainnya.
Dalam ilmu Biologi, pembagian sifat ini mempunyai istilahnya sendiri.
Beberapa istilah tersebut adalah:
1. Symplesiomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tapi juga
ditemukan pada taksa nenek moyang yang sebelumnya. Misalnya pada
monyet dan tikus ditemukan terdapat 5 kubu jari, hal ini juga ditemukan

7
pada kadal. Namun, kedua kelompok ini terdapat pada taksa yang
berbeda.
2. Homoplasy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tetapi tidak
dimiliki oleh nenek moyang yang paling terakhir yang dimilki. Misalnya
saja pada mamalia dan aves. Keduanya berdarah panas, tetapi pada nenek
moyang terakhir sebelum keduanya terpisah sifat ini tidak ditemukan.
3. Synapomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh satu atau dua taksa yang
mempunyai nenek moyang terakhir yang sama. Misalnya saja pada
kelompok mamalia, semua mamalia membagi sifat mempunyai rambut
dan berdarah panas.
Pohon filogeni atau filogenetik merupakan genealogi (silsilah) atau
diagram yang melacak kemungkinan hubungan evolusioner di antara
kelompok-kelompok taksonomik. Pola percabangan suatu pohon filogenetik
menunjukkan jenjang taksonomik. Dimana posisi cabang pohon menandakan
umur devergensi evolusioner, dengan demikian spesies taksa yang paling
terakhir diturunkan, berada pada cabang paling atas. Dalam membangun
pohon filogeni digunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan. Akan tetapi
dapat pula digunakan metode lain yakni membandingkan DNA dan protein
spesies-spesies yang akan dibuatkan silsilah.
Dalam penentuan taksa, diperlukan pengelompokan spesies kedalam
taksa yang lebih spesifik seperti;
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan
semua spesies turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada
takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk
nenek moyang yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek
moyang yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson
tersebut.

8
Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam bagan diatas:
a. Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies (B-H), memenuhi kualifikasi
sebagai suatu pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal
dalam taksonomi. Takson tersebut meliputi semua spesies terutama dan
juga nenek moyang bersama yang paling dekat (spesies B).
b. Polifiletik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik
(spesies E dan G) diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat
(spesies C dan F).
c. Parafiletik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa
menggabungkan semua keturunan dari nenek moyang tersebut.
Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat
kelompok besar dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh misalnya:
Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan Musa paradisiaca. Kelompok
semacam itu dikatakan sebagai kelompok monofiletik, yang dapat digambarkan.
Kajian di atas membuktikan bahwa monokots adalah monofiletik dan dikot adalah
parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun (Olea europaea).
Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan
nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone")
sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson
"kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa
pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik.
Contoh pohon filogeni
1. Gambar pohon filogeni dari Hewan Reptil

9
2. Gambar pohon filogeni dari Hewan Karnivora

Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi
yang bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik
(silsilah) ini menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa
taksa yang berada di bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas

10
mamalia. Dimana posisi cabang pohon itu juga menandakan umur relative
divergensi evolusioner dengan demikian spesies taksa yang paling terakhir di
turunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para ahli sistematika
menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain,
seperti membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.
Ketika silsilah membelah (spesiasi), itu direpresentasikan sebagai
percabangan pada filogeni. Ketika peristiwa spesiasi terjadi, garis keturunan
leluhur tunggal menimbulkan dua atau lebih garis keturunan. Filogeni melacak
pola keturunan dari garis keturunan. Setiap garis keturunan memiliki bagian dari
sejarah yang unik dan bagian yang dibagi dengan garis keturunan lainnya.
Demikian pula, setiap keturunan memiliki nenek moyang yang unik dengan
garis keturunan dan nenek moyang yang dibagi dengan garis keturunan lain
(common ancestors). Clade adalah pengelompokan yang mencakup satu nenek
moyang dan semua keturunan (hidup dan punah) leluhur itu. Menggunakan
filogeni, mudah untuk mengetahui apakah kelompok garis keturunan membentuk
clade.
Ujung filogeni merupakan garis keturunan. Tetapi hal itu tergantung pada
berapa banyak cabang pohon. Namun, keturunan di ujung mungkin populasi yang
berbeda dari spesies, spesies yang berbeda, clades yang berbeda, atau masing-
masing terdiri dari banyak spesies.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan
proses evolusi yang dianggap mendasarinya. Filogeni sangat diperlukan
dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi
sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari
suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi
evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.

B. Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan
secara mendalam/detail. Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca dan
penulis selanjutnya dapat melengkapi makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arbi, U.Y. 2016. Analis Kladistik Berdasar Karakter Morfologi Untuk Studi
Filogeni: Contoh Kasus Pada Conidae (Gastropoda: Mollusca). Jurnal
Oscana. Vol X (1).

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kimball, J.W.1999. Biology. Addison-Wesley, Reading.

13

Anda mungkin juga menyukai