Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EVOLUSI

“FILOGENI”

OLEH
KELOMPOK VIII

1. DITA SASKIA AVISA (1614040016)


2. INDAH MAISARAH (1614040006)
3. HARDIANTO (1614042004)

KELAS PENDIDIKAN BIOLOGI B 2016

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini degan baik. Pada
pembahasan ini kami akan menyampaikan materi evolusi mengenai filogeni. Sebelumnya
kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu, kami mohon maaf bagi para
audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada
para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun.

Makassar, 30 April 2019


Penyusun,

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan ............................................................................................. 3

A. Defenisi Filogeni ............................................................................................ 3

B. Pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi ............ 4

C. Karakter dalam konsep filogeni ..................................................................... 6

D. Metode pelacakan filogeni ............................................................................. 6

E. Konsep pohon filogeni ................................................................................... 8

Bab III Penutup ................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat luas.
Meliputi pokok bahasan yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang agak ditakutkan.
Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti
genetika molekuler, morfologi dan embriologi. Evolusi adalah proses gradual, suatu
organisme yang memungkinkan spesies sederhana menjadi lebih komplek melalui
akumulasi perubahan dari beberapa generasi. Keturunan akan mempunyai beberapa
perbedaan dari nenek moyangnya karena berubah dalam sebuah evolusi. Semakin
bervariasi, semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak
spesies baru yang bermunculan. Spesiasi tidak hanya akan mempengaruhi terbentuknya
spesies baru saja, bisa terbentuknya genus atau bahkan takson yang baru. Hal ini termasuk
dalam makroevolusi.
Makroevolusi adalah kriteria yang mengisahkan peristiwa-peristiwa utama dalam
sejarah kehidupan sebagaimana diperlihatkan oleh catatan fosil. Evolusi pada skala yang
sangat besar ini mencakup asal mula rancangan baru, seperti rahang vertebrata, postur
tegak pada manusia, peningkatan ukuran otak pada mamalia, ledakan diversifikasi
kelompok organisme tertentu setelah beberapa terobosan evolusi, dan kepunahan massal.
Untuk mempelajari urutan-urutan perkembangan yang ada, para ilmuan biologi melakukan
penelusuran terhadap filogeni makhluk hidup yang ada saat ini dan saling berkerabat
dekat.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Filogeni
diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana mereka terkait.
Filogenetika diartikan sebagai model untuk merepresentasikan sekitar hubungan nenek
moyang organisme, sekuen molekul atau keduanya. Salah satu tujuan dari penyusunan
filogenetika adalah untuk mengkonstruksi dengan tepat hubungan antara organisme dan
mengestimasi perbedaan yang terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya.
Konstruksi pohon filogenetika adalah hal yang terpenting dan menarik dalam studi
evolusi.
Pohon filogenetik adalah pendekatan logis untuk menunjukkan hubungan evolusi
antar organisme. Filogenetika dapat menganalisis perubahan yang terjadi dalam evolusi
organisme yang berbeda. Berdasarkan analisis, yang mempunyai kedekatan dapat

1
diidentifikasi dengan menempati cabang yang bertetangga pada pohon. hubungan
filogenetika diantara gen dapat memprediksikan kemungkinan yang satu mempunyai
fungsi yang ekuivalen. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dibahas makalah evolusi
yang berjudul filogeni sehingga kita dapat mengetahui filogeni secara jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filogeni?
2. Bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi?
3. Bagaimana karakter dalam konsep filogeni?
4. Bagaimana metode pelacakan filogeni?
5. Bagaimana konsep pohon filogeni?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi filogeni.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan
karakteristik morfologi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakter dalam konsep filogeni.
4. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni.
5. Mahasiswa dapat mengetahui konsep pohon filogeni.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filogeni
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-
kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya.
Istilah “filogeni” berasal dari bahasa Belanda fylogenie, yang berasal dari gabungan
kata bahasa Yunani Kuno yang berarti “asal-usul suku, ras”. Hubungan tersebut ditentukan
berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses
evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan
yang berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan
tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.
Filogenetik merupakan salah satu cabang dari biologi yang berhubungan, mempelajari
serta juga menentukan hubungan evolusioner, atau juga pola keturunan, kelompok
organisme. Filogeni merupakan sejarah evolusi kelompok organisme yang slaing terkait.
Hal tersebut diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana spesies
tersebut berhubungan satu sama lain dengan melalui nenek moyang yang sama. Sebuah
klade merupakan sekelompok organisme yang melingkupi leluhur dan semua
keturunannya.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Hal ini
diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana spesies terkait satu sama
lain melalui nenek moyang yang sama. Pohon filogenetik atau pohon evolusi adalah
genealogi (silsilah) kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-kelompok
taksonomik, atau dapat dikatakan sebagai diagram percabangan atau “pohon” yang
menunjukan hubungan evolusi antara berbagai spesies makhluk hidup berdasarkan
kemiripan dan perbedaan karakteristik fisik dan/ atau genetik mereka, sebab pohon
filogenetika ini dapat diaplikasikan untuk membuat sistematika biologi, seperti pohon
kehidupan. Selain itu pohon ini dapat digunakan untuk mencari fungsi dari suatu gen atau
protein, riset, medis dll.
Para ahli sistematika menggunakan bukti-bukti yang diperoleh dari catatan fosil dan
organisme yang masih ada untuk merekonstruksi filogeni. Karena susunan genetik dan
penampakan fenotipe organisme yang hidup saat ini mencerminkan episode makroevolusi
masa lalu, para ahli sistematika mendapatkan informasi filogenetik dengan cara

3
membandingkan spesies modern. Di dalam pohon filogenetik menunjukan jenjang
taksonomi yang dibuat sesuai dengan sejarah evolusi, dalam filogenetik jangka pendek,
struktur anatomis membutuhkan waktu terlalu lama untuk berubah.
Klasifikasi sistem filogenetik adalah suatu sistem klasifikasi untuk mencerminkan
gambaran urutan perkembangan makhluk hidup menurut sejarah filogenetiknya, serta jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan takson yang lain, sesuai
sejarah evolusi. Sistematioka ini memiliki tujuan lebih dari sekedar organisasi sederhana,
agar klasifikasi menunjukan kedekatan evolusioner spesies.
Klasifikasi sistem filogentik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh para ahli
biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Menurut
Darwin, terdapat hubungan antara kalsifikasi dengan evolusi. Sistem filogenetik disusun
berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya.
Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat morfologi dan anatomi maupun
fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup semuanya memiliki
kesamaan molekul dan biokimia, tetapi berbeda-beda dalam bentuk susunan dan fungsinya
pada setiap makhluk hidup. Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun
berdasarkan persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah
laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan
evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.
B. Pelacakan Filogeni dengan Catatan Fosil dan Karakteristik Morfologi
Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan, atau
strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Para ahli
paleontology mengumpulkan dan menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan
umurnya dan konstribusinya dalam filogeni. Fosil terbentuk dari organisme mati yang
terkubur dalam sedimen. Bahan organik dari organisme mati, umumnya terurai dengan
cepat. Namun bagian yang keras dan kaya akan mineral seperti cangkang vertebrata dan
protista bisa tetap bertahan sebagai fosil.
Fosil juga dapat terbentuk sebagai lapisan tipis yang tertekan di antara lapisan-lapisan
batu pasir dan serpihan. Contohnya, fosil daun tumbuhan berumur jutaan tahun dan masih
tetap hijau karena mengandung klorofil. Dalam banyak penggalian, fosil juga ditemukan
dalam bentuk bebatuan yang membentuk replika organisme tersebut. Para ahli juga
banyak menemukan bentuk perilaku yang terfosilisasi, seperti fosil jejak kaki, dan sarang
lubang hewan. Selain itu, organisme yang mati pada tempat di mana bakteri dan jamur
tidak dapat menguraikannya, maka tubuhnya bisa terawetkan membentuk fosil.
4
Contohnya, fosil kalajengking yang terjerat dalam resin dan berumur 30 juta tahun.
Penemuan-penemuan fosil sedimen di atas, selanjutnya dijadikan dasar oleh para ilmuwan
untuk merekonstruksi sejarah kehidupan.
Berdasarkan catatan fosil yang ada teori evolusi memberikan gagasan bahwa semua
organisme yang hidup sekarang ini pada suatu periode dalam sejarahnya mempunyai
moyang sama. Secara tidak langsung hal itu menyatakan bahwa pada waktu yang lampau
terdapat lebih sedikit jenis makhluk hidup, dan bahwa makhluk ini bersifat lebih
sederhana. Salah satu bukti yang mendukung hal ini, adalah susunan lapisan batuan
sedimen di Grand Canyon, di mana semakin dalam menuruni lembah galian maka
berkurang jenis fosil. Begitu pula pada tingkat kompleksitas fosil organisme yang
ditemukan, semakin ke dalam semakin sederhana.
Penemuan fosil adalah puncak dari serangkaian kebetulan yang tidak mungkin terjadi
secara bersamaan. Organisme harus mati pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat
sehingga memungkinkan terbentuknya fosil. Sebagian besar dari spesies yang pernah
hidup mungkin tidak meninggalkan fosil, atau sebagian besar fosil telah hancur dan hanya
sedikit yang ditemukan. Namun demikian, dalam ketidaklengkapannya catatan fosil tetap
merupakan suatu dokumen yang detail mengenai filogeni dan mencakup waktu geologis
yang begitu panjang. Urutan strata sedimen merekam urutan perubahan biologis, dan
metode penentuan umur memberikan perkiraan masa perjadinya perubahan itu. Dengan
demikian, yang terekam dalam batuan adalah kronologi perubahan lingkungan yang
berkaitan dengan perubahan-perubahan akibat evolusi organisme.
Evolusi memiliki dimensi dalam ruang dan dalam waktu. Sejarah bumi telah
membantu menjelaskan sebaran geografis spesies saat ini. Contohnya, munculnya pulau-
pulau vulkanik seperti Galapagos membuka lingkungan baru bagi makhluk hidup dan
penyebaran adaptif untuk mengisi relung yang tersedia. Di samping itu, benua mengalami
pergeseran pada sepanjang waktu. Pergeseran seperti yang terjadi antara Erofa dan
Amerika yang saling menjauhi menyebabkan banyak spesies yang telah berkembang
dalam keadaan terisolasi bertemu dengan yang lain dan bersaing satu sama lain. Seiring
dengan pemisahan benua, masing-masing daerah menjadi tempat evolusi yang terpisah,
dan flora serta fauna dari alam biogeografis yang berbeda mulai menyebar. Hal ini dapat
dicontohkan dengan penemuan fosil reptilian masa Trias di Ghana yang persis sama
dengan yang diketemukan di Brazil. Padahal kedua daratan saat ini terpisah dengan jarak
3000 km, namun diperkirakan menyatu sebagai daratan pada awal zaman Mesozoikum.

5
C. Karakter dalam Konsep Filogeni
Karakter adalah penampakan atau fenotip yang dapat berupa morfologi,anatomi,
histology, fisiologi maupun molekuler yang dimiliki oleh suatu individu yang pada
umumnya dapat diinderai, dan merupakan ekspresi dari gen yangdipengaruhi oleh
lingkunganya. Karakter merupakan subyek pertama yang diperlukan untuk identifikasi
suatu spesies sehingga bisa didapatkan nama dan tingkatan takson spesies tersebut.
Semakin banyak persamaan karakternya semakin dekat hubungan kekerabatannya,
sebaliknya semakin banyak perbedaanya semakin jauh hubungan kekerabatannya.
Seperti contoh dalam penyusunan filogeni tumbuhan yang terbagi menjadi dua
karakter dalam konsep filogeni yaitu, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
menyusun tabel karakter apomorfi dari semua kelompok tumbuhan yang akan dibuat
filogeninya. Selain tabel karakter, juga harus dibuat tabel karakter numerik, kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan kladogram yang disusun berdasarkan tabel kesamaan
karakter apomorfi. Dari kedua karakter tersebut kita bisa ketahui perbedaannya dalam
konsep filogeni karena karakter apomorfi itu lebih ke karakter keturunan, penentuan
apakah karakter tersebut maju ataukah primitif dilakukan oleh pendukung kladistik dan
sedangkan karakter numerik adalah untuk menentukan hubungan kekerabatan antar
spesies tersebut dalam konsep filogeni.
D. Metode dalam Penyusunan Filogeni
Metode yang digunakan dalam penyusunan filogeni yaitu:
a. Fenetik sistem yaitu pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan (fisik dan
kimia) karakteristik. Pengelompokan Phenetic mungkin atau tidak mungkin berkorelasi
dengan hubungan evolusi.
b. Kladistik atau Filogenetik sistem yaitu pengelompokan organisme didasarkan pada
kesamaan warisan evolusi. Teknik sekuensing DNA dan RNA dianggap memberikan
filogeni paling berarti.
Pendekatan fenetik menentukan hubungan kekerabatan diantara dua objek atau lebih,
kita dihadapkan bermacam cara pendekatan yang dilakukan oleh banyak disiplin ilmu di
dunia meliputi bidang eksakta dan non-eksakta. Pendekatan tersebut dikenal dengan nama
analisis numerik atau pendekatan fenetik. Yang meliputi pendekatan fenetik adalah
perhitungan indeks kesamaan dan indeks ketidaksamaan (dalam semua bidang), indeks
keragaman, analisis pola (dalam bidang ekologi), heterosigositas dan polimorfisme atau
indeks keanekaragaman genetik (dalam bidang genetika), dan masih banyak macam
indeks lainnya. Pada dasarnya analisis fenetik berlandaskan pada prinsip yang sama yaitu
6
semua subjek yang dianalisi mempunyai kedudukan yang sama tingginya dan semua
faktor yang dianalisis mempunyai tingkat yang sama pula.
Rambut dikategorikan sebagai kriteria pertama, yaitu ada atau tidaknya rambut.
Warna rambut dijadikan kriteria yang kedua, sedangkan rambut lurus atau keriting
merupakan kriteria yang ketiga. Bagi takson yang tidak mempunyai rambut, hanya
mempunyai satu kriteria. Dengan demikian jumlah kriteria yang dibandingkan menjadi
tidak sama, lebih sedikit bagi yang tidak punya rambut. Yang menentukan perbedaan
adalah beberapa banyak faktor yang membedakan dua subjek atau lebih dan berapa
besarnya sumbangan suatu faktor terhadap indeks yang diperoleh. Hasil yang diperoleh
dari cara-cara tersebut diatas digambarkan dalam bentuk presentasi dikotom dan untuk
memperoleh presentase tersebut banyak sekali cara pendekatannya.
Pendekatan kladistik yakni filsafat mengenai analisis numerik dan sistematik
berkembang dengan pesat, sehingga kebenaran dari analisis numerik selalu menjadi
sumber perdebatan yang tidak pernah selesai hingga sekarang. Pada tahun 1966, Willie
Hennig seorang ahli cecak terbang menerbitkan buku yang berjudul “Phylogenetik
Systematics”. Buku ini merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah habis dan menjadi
tandingan dari analisis fenetik. Suatu revolusi dalam dunia biologi sesudah Darwin timbul
menggunakan dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan selalu mengambil jalan yang
paling singkat (parsimonis atau ekonomis). Meskipun ide mengenai proses alamiah sudah
dicanangkan pada masa Aristoteles, namun penekanan akan hal itu baru terjadi sesudah
publikasi Hennig. Dengan demikian proses perubahan atau tingkat perbedaan yang terjadi
harus mengikuti jalan yang paling singkat pula. Pemikiran yang dituangkan Hennig dalam
analisis filogenetik yang disebut kemudian dengan analisis kladistik.
Dalam studi sistematik dan evolusi yang terutama menggunakan analisis kladistik
mempuyai beberapa alasan, mengapa analisis ini digunakan, yaitu:
1. Evolusi memang terjadi, meskipun kita tidak mengetahui dengan tepat mengenai proses
yang terjadi, tetapi dapat ditelusuri.
2. Hanya ada satu proses yang terjadi. Kehidupan merupakan satu kesatuan. Tidak ada
dua kali penciptaan atau lebih.
3. Perubahan terus terjadi dari generasi ke generasi.
Biologi molekuler memandang proses perkembangan organisme yang ada saat ini
adalah merupakan hasil perkembangan makhluk hidup sebelumnya. Keragaman organisme
yang ada pada saat ini dipandang sebagai perubahan organisme yang dimulai dari struktur
DNA dimana mekanisme perubahan tersebut dimulai dari tingkat molekul DNA (penyandi
7
program kehidupan) sehingga memungkinkan adanya keragaman organisasi makhluk
hidup. Dari kajian bidang molekuler muncul banyak konsep penting adanya gen yang
tidak berubah selama proses evolusi. Gen-gen tersebut memiliki tingkah homologi
(kesamaan) struktur antara spesies dalam skala luas dan ekspresi fungsional protein yang
dihasilkannya tidak berbeda satu dengan yang lainnya.Gen-gen ini disebut gen-gen yang
mengalami konservasi. Berdasarkan konsep biologi molekuler bahwa kajian asal usul
organisme sangat diuntungkan oleh keberadaan mitokondria karena dalam kedua organela
tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu telah
terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Sehingga untuk menelaah asal
usul manusia, hewan dan tanaman tingkat tinggi. Banyak dilakukan dengan analisis DNA
mitokondria.
E. Pohon Filogeni
Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang perlu dipegang
terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana sekelompok makhluk hidup membagai
sifat yang dimilikinya satu dengan yang lainnya. Dalam ilmu Biologi, pembagian sifat ini
mempunyai istilahnya sendiri. Beberapa istilah tersebut adalah:
1. Symplesiomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tapi juga ditemukan pada
taksa nenek moyang yang sebelumnya. Misalnya pada monyet dan tikus ditemukan
terdapat 5 kubu jari, hal ini juga ditemukan pada kadal. Namun, kedua kelompok ini
terdapat pada taksa yang berbeda.
2. Homoplasy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tetapi tidak dimiliki oleh
nenek moyang yang paling terakhir yang dimilki. Misalnya saja pada mamalia dan
aves. Keduanya berdarah panas, tetapi pada nenek moyang terakhir sebelum keduanya
terpisah sifat ini tidak ditemukan.
3. Synapomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh satu atau dua taksa yang mempunyai nenek
moyang terakhir yang sama. Misalnya saja pada kelompok mamalia, semua mamalia
membagi sifat mempunyai rambut dan berdarah panas.
Pohon filogeni atau filogenetik merupakan genealogi (silsilah) atau diagram yang
melacak kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-kelompok taksonomik.
Pola percabangan suatu pohon filogenetik menunjukkan jenjang taksonomik. Dimana
posisi cabang pohon menandakan umur devergensi evolusioner, dengan demikian spesies
8
taksa yang paling terakhir diturunkan, berada pada cabang paling atas. Dalam membangun
pohon filogeni digunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan. Akan tetapi dapat pula
digunakan metode lain yakni membandingkan DNA dan protein spesies-spesies yang akan
dibuatkan silsilah.
Dalam penentuan taksa, diperlukan pengelompokan spesies kedalam taksa yang lebih
spesifik seperti ;
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies
turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk nenek moyang
yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek moyang
yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson tersebut.

Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam bagan diatas :


a. Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies (B-H), memenuhi kualifikasi sebagai suatu
pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal dalam taksonomi. Takson
tersebut meliputi semua spesies terutama dan juga nenek moyang bersama yang paling
dekat (spesies B).
b. Polifiletik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik (spesies E dan G)
diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat (spesies C dan F).
c. Parafiletik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa menggabungkan semua
keturunan dari nenek moyang tersebut.

9
Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat kelompok besar
dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh misalnya : Oryza sativa (padi), Zea
mays (jagung), dan Musa paradisiaca. Kelompok semacam itu dikatakan sebagai
kelompok monofiletik, yang dapat digambarkan. Kajian di atas membuktikan bahwa
monokots adalah monofiletik dan dikot adalah parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun
(Olea europaea). Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan
nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone") sebagai
pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun
sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae
dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik.
Contoh pohon filogeni
1. Gambar pohon filogeni dari Hewan Reptil

2. Gambar pohon filogeni dari Hewan Karnivora

10
Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi yang
bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik (silsilah) ini
menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa taksa yang berada di
bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas mamalia. Dimana posisi cabang
pohon itu juga menandakan umur relative divergensi evolusioner dengan demikian spesies
taksa yang paling terakhir di turunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para
ahli sistematika menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain, seperti
membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.
Ketika silsilah membelah (spesiasi), itu direpresentasikan sebagai percabangan pada
filogeni. Ketika peristiwa spesiasi terjadi, garis keturunan leluhur tunggal menimbulkan
dua atau lebih garis keturunan. Filogeni melacak pola keturunan dari garis keturunan.
Setiap garis keturunan memiliki bagian dari sejarah yang unik dan bagian yang dibagi
dengan garis keturunan lainnya.
Demikian pula, setiap keturunan memiliki nenek moyang yang unik dengan garis
keturunan dan nenek moyang yang dibagi dengan garis keturunan lain (common
ancestors). Clade adalah pengelompokan yang mencakup satu nenek moyang dan semua
keturunan (hidup dan punah) leluhur itu. Menggunakan filogeni, mudah untuk mengetahui
apakah kelompok garis keturunan membentuk clade.
Ujung filogeni merupakan garis keturunan. Tetapi hal itu tergantung pada berapa
banyak cabang pohon. Namun, keturunan di ujung mungkin populasi yang berbeda dari
spesies, spesies yang berbeda, clades yang berbeda, atau masing-masing terdiri dari
banyak spesies.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-
kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya.
Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi.
Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari suatu
organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri
merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya.

B. Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara
mendalam/detail. Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca dan penulis selanjutnya
dapat melengkapi makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Campbell dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Diniari, Embun B. 2018. Berkenalan dengan Pohon Filogeni. Jakarta: Ruang Guru.
Iskandar, Djoko T. 2008. Evolusi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kimball. 1999. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lubis, Khairiza. 2014. Cara Pembuatan Pohon Filogeni. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Vol. 2, No. 75.
Marwanto, Rosid. 2013. Klasifikasi Sistem Filogenetik. Jakarta: Artikel Bioinformatika.

13

Anda mungkin juga menyukai