BIODIVERSITAS
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat menggunakan istilah biodiversitas untuk
menunjukkan keanekaragaman atau kekayaan jenis organisme di suatu habitat
tertentu atau di suatu ekosistem. Oleh karena yang beraneka adalah jenis
organisme, keanekaragaman jenis ini lebih sering disebut dengan istilah
keanekaragaman hayati.
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan hasil evolusi
selama jutaan tahun. Hasil evolusi, baik secara anagenesis maupun
kladogenesis, dapat menghasilkan dua tipe takson, yaitu monotipik dan
politipik. Takson monotipik adalah takson yang hanya memiliki satu anggota,
sedangkan takson politipik adalah takson yang memiliki lebih dari satu
anggota.
Takson-takson monotipik biasanya bersifat endemik dan kecepatan
evolusinya rendah dalam arti jarang atau sukar muncul variasi baru dari
takson ini. Oleh karena sifatnya yang demikian, sumbangan takson monotipik
terhadap biodiversitas menjadi rendah. Berbeda dengan takson monotipik,
takson politipik pada umumnya memiliki distribusi yang luas dan memiliki
kecepatan evolusi yang lebih tinggi sehingga dengan demikian sumbangannya
terhadap biodiversitas juga tinggi.
Pada zaman sekarang ini tampaknya banyak orang yang semakin tidak
mengenal alam, mungkin saja hal ini juga merupakan “efek samping” dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketika semua kebutuhan akan
bahan alam terutama yang berasal dari sumber daya hayati dapat dihasilkan
melalui rekayasa seolah-olah manusia tidak perlu lagi mengenal alam. Oleh
karena itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang pentingnya
mendokumentasikan keanekaragaman hayati dengan cara apapun.
Dokumentasi biodiversitas dapat dilaksanakan dalam dua cara,
pertama dalam bentuk hidup seperti pembangunan kebun binatang, kebun
raya, kebun fauna dan sebagainya yang pada dasarnya adalah melakukan
koleksi dalam bentuk hidup. Cara ke-2 yaitu pembangunan museum sejarah
alam, atau museum zoologi, atau herbarium. Dalam makalah ini hanya khusus
membahas masalah dokumentasi biodiversitas berupa herbarium dan arsip
biodiversitas di museum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini perlu dibahas
permasalahan dokumentasi biodiversitas berupa herbarium dan arsip
biodiversitas di museum.
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dokumentasi biodiversitas
berupa herbarium dan arsip biodiversitas di museum.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.4 merupakan salah satu contoh koleksi herbarium yang berada di
Bandung Herbarium Jatinangoriense (BUNP) dibawah naungan Departemen
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.
Memiliki 8.120 spesimen dengan spesialisasi penelitian pada tumbuhan tinggi
(tumbuhan obat, bakau, lamun, bambu), tumbuhan rendah (jamur mikro, algae,
lumut kerak dan paku) dan etnobotani. Sifat koleksi herbarium digunakan untuk
kepentingan penelitian, acuan determinasi, pendidikan, pengajaran, dan
pengabdian kepada masyrakat (Tim LIPI, 2018).
Gambar 2.5 contoh koleksi herbarium basah
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Ananta, Evi Dian, dkk. 2018. Kelayakan Awtan Basah Sebagai media Pembelajaran
Submateri Protista Mirip Tumbuhan. Artikel Penelitian. Prodi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Eka, Nalar Mutiara, dkk. 2016. Sebaran dan Karakter Morfologi Endandra
(Lauraceae) dari Sumatera, koleksi Herbarium Bogoriese Pusat Penelitian
Biologi LIPI. Jurnal Biologi. Vol 5. No 4. Hal: 32-38
Hafidah, Siti Hadiyanti Nur, dkk. 2020. Pengenalan Etnobotani melalui Pembuatan
Herbarium Kering di Lingkungan Sekolah MI Muhammadiyah Plumbon
Wonogiri. Buletin KKN Pendidikan. Vol 2. No 2.
Hauenschild, Andrea. (1988). “Claim and Reality of New Museology: Case Studies
in Canada, the United States and Mexico”., diakses pada tanggal 15 Maret
2021. http://museumstudies.si.edu/claims2000.htm
Kalima, Titi. 2014. Panduan Teknis Pengumpulan Herbarium Rotan. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.
Magetsari, Noerhadi. 2009. “Pemaknaan Museum untuk Masa kini”. Makalah dalam
Diskusi dan Komunikasi Museum di Jambi tanggal 4-7 Mei 2009. Direktorat
Permuseuman
Tim LIPI. 2018. Index Herbariorum Indonesianum. Jakarta: LIPI Press.