Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

VEGETASI DAN KARAKTERISTIKNYA

Disusun oleh kelompok 1:

1. Lailatul Hikmah 201710070311126


2. Ifanny Nurhayatus Saadah 201710070311132
3. Rizqa Mafrida Ziyanatikal Khusna 201710070311137
4. Nenti Rohmatul M 201710070311154
5. M. Nurkholis 201710070311162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah dan
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami sebagai penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, serta
kepada seluruh pihak yang terlibat sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas pada mata kuliah ekologi hewan dengan judul “Ruang Lingkup dan
Pendekatan Ekologi Hewan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan dalam pembuatan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran yang menunjang dari pembaca untuk makalah ini. Demikian,
dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Waalaikumsalam wr wb

14 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
A. Konsep Dasar Vegetasi ............................................................................................................. 2
1. Formasi .................................................................................................................................. 2
2. Asosiasi ................................................................................................................................... 7
3. Ekoton .................................................................................................................................... 8
4. Fisiognomi.............................................................................................................................. 9
5. Life form and cover .............................................................................................................. 9
6. Leaf Area Index..................................................................................................................... 9
B. Interaksi Dalam Komunitas ................................................................................................... 11
C. Karakteristik komunitas tumbuhan...................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan,kebun, padang rumput, dan tundra merupakan
contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk
mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu
tempat. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor geologis, geografis (seperti
ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari
permukaan laut dan letaknya semakin jauh dari garis lintang, di tempat tersebut
suhunya semakin menurun. Setiap kenaikan ketinggian 100 meter dari permukaan laut
dan kenaikan garis lintang maka sebesar 10 suhu daerah tersebut akan turun 50 C, dari
perbdaan-perbedan itulah muncul macam-macam vegetasi. Dalam kehidupan sehari-
hari,kita tentunya pernah mendengar yang disebut dengankomunitas. Komunitas
(masyarakat tumbuhan ) adalah kumpulan populasi tumbuhan yangmenempati suatu
habitat dengan kepentingan ekologis yang berlainan.Jika suatu komunitas ituhidup di
dalam suatu tempat dalam ekosistem maka disebut dengan vegetasi . Nah,vegetasi
inilah yang akan dipelajari pada praktikum biologi kali ini. Mengetahui cara analisis
vegetasidengan menggunakan beberapa macam metode. Namun pada praktikum ini
kami menggunakanmetode petak contoh(plot),yang diantaranya metode kuadrat.
Kajian vegetasi berusaha untuk mengungkapkan sifat dari setiap populasi, sehingga
dapat menggambarkan keadaan vegetasi berdasarkan karakteristik populasi-
populasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep dasar komunitas (Vegetasi) ?
2. Apa yang dimaksud konsep dan model-model interaksi dalam komunitas ?
3. Bagaimana karakteristik komunitas tumbuhan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar komunitas (Vegetasi)
2. Untuk menganalisis konsep dan model-model interaksi dalam komunitas
3. Untuk menganalisis karakteristik komunitas tumbuhan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Vegetasi


Vegetasi (bahasa inggris : vegetation ) dalam ekologi merupakan istilah untuk
keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian kehidupan yang
tersusun atas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Menurut Sagala (1997)
vegetasi merupakan kumpulanh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersamaan pada suatu komunitas dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik antara individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat.
Dalam suatu vegetasi dikenal istilah sebagai berikut :
1. Formasi
Vegetasi yang tersusun atas kelompok tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama
di alam atau suatu tempat tertentu yang dicirikan baik oleh spesies sebagai
komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifatsifatnya yang
mencirikan gambaran vegetasi tersebut secara umum disebut fisiognomi (Zaifbio,
2009). Fisiognomi sendiri merupakan bagian dari kesatuan vegetasi yang dilihat
menurut bentuk umum dari luar secara morfologis dari jenis-jenis tumbuhan yang
karakteristiknya nampak dengannya, misalnya pohon-pohon, semaksemak, jenis-
jenis rumput dan lain sebagainya. Kesatuan vegetasi yang dipandang secara
fisiognomis hampir semuanya adalah heterogen, tersusun atas campuran
bermacam-macam bentuk morfologi (pohon, semak dan sebagainya). Apabila ada
suatu bentuk yang menguasai dalam hal ini disebut dominan, misalnya bentuk
pohon dan tumbuhan itu sejenis, maka akan jarang ditemukan tumbuhan lain di
sekitarnya (Thojib, 1974). Marsono (1977) mengemukakan bahwa komposisi dan
struktur suatu vegetasi bergantung kepada hal-hal berikut. 6 1. Flora di daerah itu,
menentukan spesies yang mampu tumbuh disuatu tempat. 2. Habitat (iklim, tanah
dan lainnya) akan mengadakan seleksi terhadap spesies-spesies yang mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan setempat. 3. Waktu, diperlukan
untuk membentuk suatu vegetasi yang stabil. Proses ini merupakan proses
biologis yang disebut suksesi. 4. Kesempatan suatu jenis untuk mengembangkan
dirinya. Dalam hal ini peranan manusia sangat besar, diantara tindakan manusia
tersebut adalah: a. Ditanamnya jenis baru pada suatu tempat, maka akan berakibat

2
pada berubahnya vegetasi di tempat tersebut. b. Merubah habitat yang ada,
misalnya dengan jalan pembakaran, penebangan dan lainnya

Bioma Hutan Hujan Tropis


Bioma Hutan hujan Tropis memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau

sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan
yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat
pada daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan. Bioma hutan hujan
tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah
termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan
hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun dan curah hujan
yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma
ini paling beragam dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di
bioma-bioma lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah
tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti
anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan
orangutan.

Bioma Tundra
Bioma Tundra memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak
(Lichenes)dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada. Bioma
tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan

3
yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada
musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat
tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang
yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub),
serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu.
Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan
adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan
keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada
yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap
memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan
serangga terutama nyamuk dan lalat hitam.

Bioma Taiga
Bioma Taiga memiliki ciri-ciri vegetasi hutan hujan jarum (konifer) dan

terdapat pada daerah Skandinavia, Alaska, Kanada dan Siberia. Bioma taiga
dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini
memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat
basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma
taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm
per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan
Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer dan
pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang hitam,
salamander, dan tupai. Ciri-ciri lainnya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer,
pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke
selatan pada musim gugur.

Bioma Hutan

Bioma Hutan meranggas (4 musim), Bioma hutan gugur memiliki ciri-ciri


vegetasi hutan yang hijau pada musim panas dan menggugurkan daunnya pada
musim dingin. Terdapat pada daerah iklim sedang, seperti Eropa, sebagian Asia
dan Amerika. Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar

4
di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri
suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas
(-30°C hingga 30°C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat
menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis)
dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup
di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing, dan burung. Beberapa hewan pada
bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin
dengan terlebih dahulu mengonsumsi banyak makanan. Ciri-ciri lainnya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat
musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan tidak terlalu
rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan
rakoon (sebangsa luwak).

Bioma Padang Rumput


Bioma Padang Rumput memiliki ciri-ciri vegetasi tanpa pohon, tumbuhan
berupa rumput (Graminae). Terdapat pada daerah Hongaria, Amerika Utara,
Argentina dan Rusia Selatan. Ciri-ciri lainnya adalah curah hujan kurang lebih 25 –
30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan
drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba)
dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain
bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus,
dan ular.

Bioma gurun
Bioma Gurun memiliki ciri-ciri vegetasi dengan jumlah pohon sangat
sedikityang tumbuh adalah jenis tumbuhan tahan kering (xerofit), berbunga dan
berbuah dalam waktu pendek (efermer). Terdapat pada daerah gurun Gobi (RRC),
gurun

Sahara (Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan). Bioma gurun terdapat di
Asia, Afrika, India, Amerika, dan Australia. Tanah yang tandus dan kandungan air
yang sangat rendah membuat tumbuhan dan hewan-hewan tertentu saja yang dapat
bertahan di daerah ini. Tumbuhan yang dapat bertahan di gurun di antaranya kaktus,
sedangkan hewan yang dapat bertahan di gurun di antaranya adalah unta dan ular.
Ciri-ciri lain bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).

5
Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi,
sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu
antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun
berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun
seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan
untuk menyimpan air, contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain
rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.

Bioma Savana

Bioma Savana memiliki ciri-ciri vegetasi padang rumput dan pepohonan.


Terdapat pada daerah Asia, Australia dan Indonesia. Bioma savana (padang
rumput) terdapat di wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan curah hujan 25
cm sampai 75 cm per tahun. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput

. Hewan yang hidup di bioma ini adalah hewan-hewan yang bisa bertahan di
kondisi padang rumput, di antaranya adalah kuda, zarafah, dan singa. Di Indonesia
bioma savana dapat ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Hutan bakau,

Hutan Bakau memiliki ciri-ciri vegetasi yang memiliki akar nafas karena tanah
dan airnya miskin oksigen, contohnya Pohon Bakau (Rhizipora), kayu api
(Avicinea) dan Sonneratia/jenis tumbuhan tahan kering (xerofit). Terdapat di
daerah tropik dan subtropik pada zona pasang surut di tempat landai pada pantai.

Hutan lumut

Hutan Lumut memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan lumut dan terdapat di


daerah pegunungan.Semua suku tumbuhan terwakili dengan baik di Indonesia.
Karena pengetahuan tentang tumbuhan masih terbatas maka belum semuanya
dapat dipelajari. Oleh karena itu, masih banyak jenis baru yang menunggu untuk
dipelajari. Perkiraan jumlah lumut yang ditemukan di Indonesia sekitar 4.250
sampai 12.000 jenis dari 47.000 jenis yang ada di dunia. Tumbuhan lumut
ditemukan hampir 3.000 jenis dari 15.000 jenis lumut yang ada di dunia.
Sedangkan, tumbuhan paku-pakuan mencapai 4.000 jenis mewakili seperempat
jumlah paku-pakuan yang ada di dunia. Kelompok terbesar terdiri dari tumbuhan

6
berbiji dengan 20.000 jenis, mewakili 8% jumlah yang ada di dunia. Sebaran jenis
tumbuhan di Indonesia sangat heterogen. Daerah terkaya adalah daerah hutan
hujan primer dataran rendah Kalimantan yang terdiri atas 10.000 jenis tumbuhan
berbiji yang 34%-nya merupakan jenis yang endemik.

2. Asosiasi

Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah yang
dapat digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan sembarang
umur. Komunitas merupakan satu unit ekologi yang sangat luas namun juga dapat
merupakan satuan yang sangat sempit. Istilah komunitas juga dapat digunakan untuk
satuan yang paling kecil sekalipun seperti halnya menempelnya lumut yang beraneka
ragam di pohon tertentu. Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan
batasan suatu komunitas tumbuhan demikian juga dengan perubahan komponen
vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas tetap berlaku untuk vegetasi yang
mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan penyusun vegetasinya. berupa
padang rumput yang mudah ditemui di manapun. Asosiasi lebih merupakan
kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi. Suatu komunitas besar dapat terdiri
dari banyak asosiasi atau komunitas kecil yang didalamnya terdapat banyak spesies
tumbuhan penyusun vegetasi tersebut. Assosiasi dapat dilabel sebagai asosiasi jika
mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai komposisi floristik yang seragam


b. Fisiognomi yang seragam
c. Terdapat pada habitat yang relatif konsisten

7
Gambar 4. Asosiasi pada hutan hujan basah

Gambar diatas menunjukan minimal tiga kanopi penyusun dalam suatu


asosiasi. kanopi pohon adalah bentuk dari percabangan dahan pohon yang
menutupi daratan di bawahnya. apabila tepi percabangan dahan suatu pohon
bertemu dengan tepi percabangan dahan pohon lain dalam kawasan hutan maka
disebut sebagai kanopi hutan. Demikian juga untuk asosiasi yang lainnya yang
sudah anda pelajari diatas. Dengan banyaknya pembatas yang terdapat dalam
vegetasi, maka perlu pemisahan dan pembatasan dalam tujuan yang berfungsi
untuk lebih detail dalam mempelajari vegetasi tersebut.

3. Ekoton

Ekoton adalah transisi daerah antara dua bioma tetapi berbeda wilayah dari
lanskap seperti antara hutan dan padang rumput. Secara harfiah kata ekoton
diambil dari kombinasi eco(logy) ditambah –tone, dari bahasa yunani tonos atau
tension, dengan kata lain ekoton adalah tempat dimana ekologi berada dalam
tekanan.Pada skala lokal dan regional, komunitas bervariasi sebagaimana individu
spesies merespon terhadap gradien lingkungan. Batasan antara individu spesies,
komunitas dan bioma tidaklah jelas dan secara tiba-tiba, tetapi tidak jelas dan
gradual. Bioma melebur antara satu sama lain di sepanjang ekoton. Peta vegetasi
menumpang tindihkan batasan pada kontinuum ini, mengindikasikan perkiraan
dimana satu bioma berakhir dan yang lainnya memulai.

8
4. Fisiognomi

Fisiognomi adalah kenampakan eksternal vegetasi, struktur vertical


arsitektur atau struktur biomas), dan bentuk pertumbuhan (growth form) taksa
dominan. Fisiognomi merupakan sifat yang muncul pada komunitas. Struktur
vertical mengacu pada tinggi dan penutupan kanopi tiap lapisan dalam komunitas.
Penutupan kanopi dinyatakan sebagai persentase tanah yang ditutupi oleh kanopi
bila kanopi diproyeksikan kebawah. Penutupan dapat juga dinyatakan sebagai leaf
area index (LAI).

5. Life form and cover

Menurut Chain (1950) dalam Aryanto 2014 , Bentuk kehidupan (life form)
merupakan keseluruhan proses hidup dan muncul secara langsung sebagai respon
atas lingkungan. Bentuk kehidupan (life form) dikelompokkan atas dasar adaptasi
organ kuncup untuk melalui kondisi yang tidak menguntungkan bagi tumbuhan.
Raunkier mengelompokkan bentuk kehidupan (life form) tumbuhan bersarakan
posisi dan tingkat perlindungan tunas dalam untuk memunculkan kembali tubuh
tumbuhan pada musim yang sesuai.Sesuai dasar ini, maka tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi 5 kelas utama life form yang meliputi: Phanerophyte,
Chamaephyte, Hemikriptophyte, Chryptophyte, dan Therophyte. Tampilan
bersama dari persentase setiap kelas life form tersebut dinamakan spektrum
biologi life form. Kemiripan distribusi persentase spektrum biologi dari area yang
berbeda mengindikasikan kemiripan iklim. Tipe vegetasi yang terdiri dari
beberapa bagian vegetasi dicirikan oleh bentuk kehidupan (life form) dari
tumbuhan dominan, terbesar atau paling melimpah atau tumbuhan yang
karakteristik.

6. Leaf Area Index

Indeks Luas Daun (Leaf Area Index) adalah salah satu parameter penting
untuk mengidentifikasi produktivitas. Tanaman pertaniasn. LAI dapat diturunkan
dari data penginderaan jauh dengan berbagai pendekata, salah satunya melalui
indeks vegetasi. Nilai-nilai LAI yang dihasilkan mempunyai tingkat akurasi yang
dipengaruhi oleh jenis data citra yang digunakan dan analisis yang digunakan.

9
Menurut Beadle (1993) dalam suwarsono (2011) secara sederhana fungsi

LAI memenuhi persamaaan

LAI = s/G

Keterangan:

s= Luas daun pada kanopi

G= Luas permukaan tanah yang tertutupi kanopi

Istilah luas daun pada kanopi (s) secara umum diukur sebagai luas daun
yang diproyeksikan pada bidang datar, yaitu setelah menempatkan contoh daun
pada permukaan bidang datar. Menurt asner (2003) dalam suwarno (2011) metode
pengukuran LAI secara langsung dilapangan, yaitu dengan beberapa pendekatan
yaitu:

7. Metode Destructive Harvesting


8. Metode penimbangan berat daun
9. Metode allometry
10. Metode secara tidak langsung seperti garis timbangan pengukurgaris
tegak lurus atau (plumb lines
11. Metode tidak kontak secara langsung menggunakan peralatan Decagon
Ceptometer

2.8 Surat Az-Zumar Ayat 21

10
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-
macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan,
Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal.”

Penjelasan:

Bahwa Allah SWT telah menurunkan air dari langit dan menjadikannya sumber-
sumber air di bumi dan ditumbuhkan berbagai jenis tanaman-tanaman yang
bermacam-macam. Dan itu sebetulnya adalah rahmat dan anugerah yang besar
bagi manusia yang memiliki akal untuk melihatnya sebagai bentuk keadilan dan
kasih saying Allah kepada umatnya.

B. Interaksi Dalam Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan
saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas
sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular,
dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan
dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk
peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua
komunitas tersebut. Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya
melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas
dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan darat.

C. Karakteristik komunitas tumbuhan


1. Keanekaragaman Hayati
a. Tingkat Gen
Keanekaragaman tingkat gen disebut pula keanekaragaman genotip, yaitu
tingkat variasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi antar gena-gena di
dalam genotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan fenomena yang

11
berbeda sekalipun gena-genanya sama. Hal ini terjadi sebagai akibat sifat gena-
gena ada yang dominan dan ada yang resesif. Itulah sebabnya, sekalipun gena-
gena di dalam genotipnya sama dalam satu keluarga terdapat anggota keluarga
yang memiliki ciri atau sifat penampilan yang berbeda dengan anggota lainnya
dalam keluarga itu. Penampakan sifat genotif berinteraksi dengan lingkungannya
disebut fenotif. Dengan begitu, akibat adanya sifat dominansi dan resesif gena-
gena dalam genotip induk organisme itu, suatu induk akan menghasilkan fenotip
yang berbeda pada keturunannya. Keanekaragaman genotip disebut juga plasma
nutfah. Individu yang masih alami atau belum termutasi oleh manusia, memiliki
kekayaan plasma nutfah yang berharga, karena gena-genanya masih bisa
direkayasa lebih lanjut. Keanekaragaman hayati dalam bentuk hutan seisinya
merupakan sumber plasma nutfah untuk kesejahteraan hidup manusia di masa kini
dan masa datang, sehingga keberadaan hutan di tiap wilayah semestinya
dipelihara dan dilestarikan .
Keanekaragaman tingkat gen dapat kita pelajari pada pola-pola bentuk daun
pada tumbuhan. Pada tumbuhan Dahlia memiliki bentuk daun yang berbeda-beda
antara daun semasa kecambah, semasa muda, dan semasa dewasanya atau semasa
akan menghasilkan bunga. Pada bagian-bagian bunga, sekalipun memiliki genotip
sama pada kelopak, mahkota, benang sari, dan putiknya, kesemuanya memiliki
bentuk yang berbeda-beda. Demikian pula bentuk daun Ranunculus aquatalis,
Salvinia, dan Myriophyllum adalah berbeda antara daun yang berada di atas
permukaan air dengan daun yang berada di bawah permukaan air. Daun yang
berada di bawah permukaan air memiliki bentuk serupa akar, tetapi daun yang
berada di atas permukaan air memiliki bentuk yang lebih lebar. Hal ini berarti
faktor lingkungan mempengaruhi penampakan sifat genotip yang sama pada
suatu bagian organisme sejenis di tempat tertentu.
Pada organisme bersel satu seperti bakteri (kokus, basil, vibrio, dan
spirilum) mengandung kurang lebih 1.000 gen, apalagi organisme multiseluler
memiliki lebih banyak lagi variasi gena-genanya. Satu gena merupakan satu
penggal benang DNA dalam ukuran tertentu, dan benang DNA yang amat panjang
dapat dikemas menjadi butir-butir kromatin, lalu menjadi nukleosom dan akhirnya
terbentuk benang kromosom. Sel semasa interfase, kromosom tidak dapat dilihat
dengan mikroskop biasa dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron, karena
terurai menjadi benang-benang DNA. Dewasa ini pemanfaatan DNA mikroba

12
untuk dicangkokkan kepada tanaman budidaya agar menghasilkan sesuatu zat
yang meningkatkan mutu gizi dari produksi tanaman melalui rekayasa genetika
adalah banyak dilakukan untuk menciptakan bibit-bibit unggul. Berdasarkan
keanekaragaman hayati tingkat gen ini, Indonesia memiliki bank gen atau
sumber plasma nutfah yang sangat banyak untuk kesejahteraan hidup manusia.
b. Tingkat Jenis
Variasi pada keanekaragaman tingkat gen adalah bukan disebabkan oleh
keanekaragaman gen, melainkan perbedaan pengaruh interaksi antar gena-gena
pada genotip dengan lingkungan yang berbeda. Tetapi keanekaragamantingkat
jenis merupakan variasi yang terjadi pada tingkat individu sebagai akibat
pengaruh keanekaragamangena-genayang membentuk genotip individu-individu
itu. Keanekaragaman tingkat jenis, contohnya variasi pada jenis kelapa (Cocos
nucifera), yaitu ada kelapa gading, kelapa kopyor, dan kelapa hijau adalah berbeda
varietasnya, tetapi sama jenisnya. Individu yang satu dengan individu yang
lainnya memiliki persamaan dan perbedaan. Makin banyak persamaannya atau
makin sedikit perbedaannya, makin dekat kekerabatannya, dan sebaliknya. Untuk
melihat jauh dekatnya kekerabatan suatu organisme satu dengan organisme
lainnya, para hali membuat sistem pengelompokan-pengelompokan atau
klasifikasi yang disebut tingkatan takson. Ilmu yang khusus mempelajari
pengelompokan atau klasifikasi organisme ini disebut Taksonomi.
c. Tingkat ekosistem
Istilah Ekosistem berasal dari bahasa Greek, yaitu Ecosistem (oikos=
rumah tangga, + sistema= keseluruhan bagian-bagian sebagai satu kesatuan).
Ekosistem berarti satu kesatuan yang ada dalam rumah tangganya, yaitu satu
kesatuan antara semua makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya.
Seringkali faktor abiotik menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Faktor pembatas dapat berupa perbedaan
iklim, bentang alam yang luas, keadaan air tanah dan mineral yang
mempengaruhi pertumbuhan organisme. Oleh karena setiap jenis makhluk
hidup memiliki daya toleransi, adaptasi, dan suksesi yang berbeda-beda
terhadap lingkungan yang berbeda-beda, menyebabkan di dunia terjadi
keanekaragaman ekosistem maupun bioma. Pada Gambar 1.2 ditunjukkan
pengaruh ketinggian tempat dan jauh dekatnya ke kutub (garis lintang)
menyebabkan adanya perbedaan dan persamaan sebaran vegetasinya. Puncak

13
gunung bersalju dan daerah kutub memiliki jenis vegetasi yang sama, juga di
daerah ugahari dan ketinggian antara 1.000 - 1.500 m di atas permukaan laut
ditemukan hutan pinus (berdaun jarum) yang subur, dan seterusnya. Akibat
perputaran bola dunia pada porosnya menyebabkan pembagian iklim, siang
dan malam, arah angin, dan kondisi air di tiap bagian dunia adalah berbeda-
beda. Iklim adalah menunjukkan pukul rata tentang keadaan suhu, sinar
matahari, cuaca, curah hujan, tekanan udara dan kelembaban udara di suatu
daerah. Pengaruh iklim terhadap bentang alam menyebabkan terbentuknya
berbagai Bioma seperti: Gurun, Kutub, Tundra, Savana, Stepa, Hutan Berdaun
Jarum (Pinus), Hutan Tropis, dan Hutan Berdaun Gugur. Kondisi seperti itu
berdampak ada daerah yang berpenghuni dan daerah tidak berpenghuni, baik
dihuni oleh jenis tumbuhan, hewan maupun manusia. Ekosistem hutan
merupakan habitat hewan-hewan liar, sehingga rusaknya hutan berakibat
terganggunya kehidupan hewanhewan tersebut, bahkan mungkin kehilangan
habitat mereka. Kehidupan hewan-hewan yang tidak sesuai dengan habitatnya
dapat berakibat semakin merana, bahkan mungkin menyebabkan kematian dan
punahnya suatu hewan. Ekosistem hutan memiliki fungsi ekologis bagi
kehidupan hewan, yaitu untuk berlangsungnya rantai makanan dan jaring-
jaring kehidupan bagi mereka, serta menjamin berlangsungnya daur ulang
materi dan aliran energi bagi kehidupan di bumi. Dengan demikian akibat
rusaknya berbagai ekosistem menyebabkan punahnya beberapa jenis spesies.
Sekali jenis makhluk hidup itu punah, jangan harap ia dapat muncul kembali
di dunia ini. Hutan yang berfungsi untuk melindungi kehidupan hewan-hewan
disebut Hutan Suaka Margasatwa. Di sinilah pentingnya memelihara kelestian
suatu ekosistem dan adanya distribusi tumbuhan dan hewan yang berbeda-
beda pada setiap jenis Ekosistem maupun Bioma. Selain itu, berbagi jenis
hutan memiliki fungsi orologis, yaitu mencegah terjadinya erosi permukaan
tanah akibat hujan mau mencegah terjadinya longsor dan bahaya banjir. Daun-
daunan tumbuhan pada hutan menahan jatuhnya air hujan secara perlahan-
lahan sehingga dapat meresap ke dalam tanah. Air hujan yang meresap ini
ditahan oleh akarakar tumbuhan sebagai reservoir air tanah, sumber mata air
untuk sungai-sungai dan laut. Akibat pemanasan sinar matahari, air laut
menguap membentuk awan di atmosfer, kemudian terbawa angin dan tertahan
di pegunungan tinggi, kemudian terjadi kondensasi membentuk mendung yang

14
tebal, dan akhirnya jatuh lagi sebagai air hujan. Dengan demikian, hutan
memiliki fungsi dalam daur ulang air di alam (hidrologis). Air yang ke luar
dari mata air bersifat bersih dan steril, sehingga baik digunakan sebagai
sumber air minum yang sehat. Demikian pula, ekosistem hutan menampung
daun-daunan tumbuhan yang gugur dan sumber humus yang akan
menyuburkan tanah. Tanah yang mengandung lapisan humus yang tebal
bersifat subur bagi pertumbuhan tumbuhan. Itulah sebabnya, pembukaan hutan
sebagai lahan pertanian pada awalnya tidak memerlukan pupuk, karena sudah
subur baginya. Oleh karena itu, untuk menyuburkan kembali tanahtanah kritis
atau tanah tandus perlu diupayakan penghutanan kembali agar tanahnya
menjadi subur kembali sebagai cadangan lahan pertanian maupun perkebunan
untuk kesejahteraan hidup manusia. Hutan yang berfungsi menjaga
kelestarian untuk berlangsungnya proses-proses alami dan seisi hutan tersebut
disebut Hutan Lindung atau Cagar Alam. Hutan berupa Cagar Alam dapat
membentuk iklim local dan iklim mikro bagi tumbuhan dan hewan yang
hidup di bawah kanopi (naungan daun) hutan itu.
2. Struktur dan komposisi komunitas
Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang
membentuk suatu tegakan (Muller-Dombois dan Ellenberg, 1974; Nabilah, 1996).
Ditegaskan pula bahwa elemen pokok dari struktur adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan (coverage). Komposisi vegetasi merupakan susunan dan
jumlah individu yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan. Komposisi dan
struktur vegeatsi salah satunya dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh (habitat)
yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah (Marsono, 1997; Nabilah, 1996).
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya
dengan lingkungannya dapat disebut pola. Struktur komunitas dibedakan menjadi
struktur fisik (Struktur fisik suatu komunitas tampak apabila komunitas tersebut
diamati) dan biologi (komposisi spesies, kelimpahan individu dalam spesies,
perubahan temporal dalam komunitas, hubungan antara spesies dalam suatu
komunitas).
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies

15
di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau
biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan
penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat
diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini
komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi
merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap
yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
3. Dominansi
Dominasi adalah besaran yang menyatakan derajat penguasaan ruang atau
tempat tumbuh. Dominasi diukur dari luas area penutupan tajuk (crown over).
Dominasi memiliki kaitan dengan wilayah. Semakin besar tajuk,maka semakin
besar dominasinya,semakin luas atau besar batang,akar semakin luas atau besar
pula tajuknya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Vegetasi merupakan bagian kehidupan yang tersusun atas tumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,stratifikasi dan
penutupan tajuk.Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,diameter,dan
tinggi untukmenentukan nilai penting dari penyusun komunitas .Dengan analisis vegetasi
dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan .
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai
tujuannya.Dalam hal inisuatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang pengetahuan lainnya,tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kesalahan dan kekurangan untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan penulis dengan harapan dapat
menyempurnakan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kartini, Entin, dkk. 2016. Karakteristik Vegetasi dan Cadangan Karbon pada Lahan Tambang
di Gunung Pongkor, Bogor Jawa Barat. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA. Vol. 7
No. 2

Nursal, dkk. 2013. Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon Komunitas
Riparian di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. JURNAL BIOGENESIS. Vol. 9 No. 2

Yulianti, dkk. 2007. Model Distribusi Kelimpahan Populasi Pada Komunitas Plankton di
Kolam Percobaan. JURNAL MATEMATIKA. Vol. 7 No. 1

18
19

Anda mungkin juga menyukai