Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FISIOLOGI TUMBHAN

VERNALISASI

Oleh
Nama :Elisabeth.Dolhamau
Kelas : B
Nim : 2014-40-010

UNIVERSITAS PATTIMURRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas FISIOLOGI TUMBUHAN tentang Vernalisasi. Makalah ini
dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan
sebagai referensi tambahan dalam belajar Fisiologi Tumbuhan khususnya tentang vernalisasi.
Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan
memahami tentang Fisiologi Tumbuhan(Vernalisasi) secara lebih lanjut.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Vernalisasi. Jangan segan bertanya jika pembaca menemui kesulitan. Semoga
keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Ambon,21 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I.Pendahuluan
a.Latar Belakang
b.Tujuan
c.Rumusan Masalah
BAB II.ISI
BAB III.Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembungaan, pembuahan, dan set biji merupakan peristiwa-peristiwa penting dalam
produksi tanaman. Proses-proses ini dikendalikan baik oleh lingkungan terutama
fotoperiode dan temperatur, maupun oleh faktor-faktor genetik atau internal. Salah satu
proses perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses pembungaan. Tumbuhan
tidak bisa berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya
akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak dapat berbunga dengan lambat,
sehingga buahnya tidak sempurna misalnya datangnya musim dingin.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman,
yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi
akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya dan
temperatur. Penyinaran cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu faktor eksternal
yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi pembungaan (Natania, 2008). Kejadian
musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan.
Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi tunas
merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang umumnya
terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering
digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah
fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis terhadap
fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism) (Campbell,
dkk., 1999).
Penemuan fotoperiodisme merangsang banyak sekali ahli fisiologi tanaman untuk
mengadakan penyelidikan tentang proses itu lebih jauh dalam usahanya untuk
menentukan mekanisme aksi. Mereka segera menemukan bahwa istilah hari pendek dan
hari panjang merupakan salah kaprah (misnomer). Interupsi periode hari terang dengan

interval kegelapan tidak mempunyai efek mutlak pada proses pembungaan (Natania,
2008).
Faktor temperatur sangat berpengaruh terhadap tanaman, karena umumnya temperatur
mengubah atau memodifikasi respons terhadap fotoperiode pada spesies dan varietas
(Thomas dan Raper, 1982). Banyak sepesies membutuhkan periode dingin atau
temperaturnya mendekati pembekuan selama 2 sampai 6 minggu agar dapat berbunga
pada waktu fotoperiode panjang pada musim semi.

1.1.Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
Untuk mengetahui vernalisasi pada tumbuhan
1.2.Batasan Masalah
Yang menjadi batasan masalah pada makalah ini antara lain adalah pengertian dan
mekanisme vernalisasi.

BAB II
ISI

1.Vernalisasi
Pada tahun 1920-an, para ahli sains dari Departemen Pertanian A.S. yang melakukan
penelitian di Beltsville, Maryland mulai meneliti aktivitas pembungaan pada tumbuhan.
Mereka mulai menyadari bahwa pembungaan dimulai oleh panjang siang. Setelah
menanam tumbuhan dalam rumah tanaman, tempat fotokalanya dapat diubah secara
buatan, mereka membuat kesimpulan bahwa tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga
kumpulan :
Tumbuhan pendek siang- berbunga apabila fotokalanya lebih pendek daripada
panjang genting. (Contoh yang baik ialah pohon cocklebur, pohon merah (poinsetia,
kekwa).
Tumbuhan panjang siang- berbunga apabila fotokalanya lebih panjang daripada suatu
panjang genting. (Contoh yang baik ialah gandum, barli, bunga cengkih, bayam).
Tumbuhan neutral siang- pembungaan tidak bergantung kepada suatu fotokala.
(Contoh yang baik ialah tomat dan timun).
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi
diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon
terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi atau
pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin haruslah beberapa hari sampai
beberapa minggu, tergantung sepesiesnya. Spesies semusim pada musim dingin, dua
tahunan, dan banyak spesies tahunan dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan
vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman

di daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam


penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi vernalisasi
secara harfiah berarti membuat suatu keadaan tumbuhan seperti musim semi, yaitu
menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang selama
musim semi (Gardner,dkk, 1991).
Seterusnya kita harus mengambil perhatian bahwa suatu tumbuhan panjang siang dan
pendek siang dapat mempunyai panjang hari genting yang sama. Bayam merupakan
suatu tumbuhan panjang siang yang mempunyai panjang genting selama empat belas
jam, rumput reja merupakan suatu tumbuhan pendek siang dan mempunyai panjang
genting yang sama. Walau bagaimanapun, bayam hanya berbunga pada musim panas
apabila panjang siang meningkat sehingga empat belas jam atau lebih, dan rumput reja
berbunga pada musim gugur apabila panjang siangnya berkurang hingga empat belas
jam atau kurang. (Rumput reja harus menjadi matang sebelum dapat berbunga, sebab
itulah tumbuhan ini tidak berbunga pada musim bunga walaupun panjang siangnya
kurang daripada empat belas jam).
Pada tahun 1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan panjang siang
dan malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu siang dua puluh
empat jam. Mereka kemudian berpendapat bahwa cocklebur yang merupaka tumbuhan
pendek siang akan berbunga pada waktu gelapnya berterusan selama delapan setengah
jam, tanpa memperkirakan panjang waktu siang. Selanjutnya, jika waktu gelap ini
diganggu untuk seketika oleh pancaran cahaya, maka pohon cocklebur tidak akan
berbunga. ( Mengganggu panjang waktu penyinaran dengan kegelapan tidak memiliki
arti ). Keputusan yang sama juga telah diperoleh bagi tumbuhan panjang siang.
Tumbuhan tersebut memerlukan suatu waktu gelap yang lebih pendek daripada suatu
panjang genting tanpa memperhitungkan panjang waktu pencahayaan. Walau
bagaimanapun, jika suatu malam yang lebih panjang dari panjang genting diganggu oleh
suatu pancaran cahaya yang sekejap, maka tumbuhan siang panjang akan berbunga.
Dengan demikian, dapatlah dibuat kesimpulan bahwa panjang waktu gelap yang
mengakibatkan pembungaan, bukannya panjang waktu pencahayaan. Dalam keadaan
alami, jelaslah siang yang lebih pendek senantiasa berfungsi dengan malam yang lebih
panjang, dan begitulah sebaliknya.

Pada jurnal, untuk tanaman photoperiod sensitif, untuk menaggapi stimulus bunga
induktif, daun perlu kompeten dan menghasilkan stimulus bunga dan meristem harus
memiliki kemampuan untuk merespon rangsangan tersebut. Jarak antara meristem
apikal dan akar merupakan faktor yang mengatur saat inisiasi bunga terjadi di bawah
kondisi induktifRibes nigrum L. Nicotiana tabacum L. (Schwabe dan Al-Doori, 1973;
McDaniel, 1980).
1.1 letak Vernalisasi
Bukti-bukti bahwa rangsanagan dingin dihasilkan di dalam meristem atau kuncup dan
bukan didalam daun diperoleh dari empat fenomena:
Biji yang telah mengalami imbibisi mudah divernalisasi
Pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak efektif.
Biji yang sedang berkembang pada tanaman induk dapat dan seringkali sudah
tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung sebelum biji menjadi
kering.
Tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu daun yang sudah tervernalisasi telah
tergalakkan untuk berbunga (Gardner,dkk, 1991).
1.2. Hilangnya Vernalisasi
Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah, seperti
kekeringan atau temperatur tinggi (30-35C) selama periode beberapa hari. Pada
percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia musim
dingin yang divernalisasi dan dipertahankan biji dalam keadaan kering menyebabkan
proses devernalisasi (penghilangan vernalisasi). Percobaan yang dilakukan Lysenko itu
tidak berlaku di mana saja, mungkin karena telah tersedia kultivar tipe musim semi yang
teradaptasi.
Vernalisasi pada rumput-rumputan tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks,
selain dingin, juga diperlukan beberapa fotoperiode pendek. Contohnya pada rumput
orchard, penggalakan pembungaan terjadi secara alamiah, dan diperlukan suhu ingin
untuk menggalakkan pembungaan pada sepesies-sepesies tersebut (Gardner,dkk, 1991).

1.3. Interaksi Vernalisasi dengan faktor lain


Chailakhyan menyatakan bahwa hanya tumbuhan di daerah temperatur yang mengalami
musim dingin, dapat kita harapkan memerlukan vernalisasi, dan ini adalah tumbuhan
hari panjang (LPD). Tumbuhan hari pendek biasanya berada di daerah subtropis.
Ada sebuah interaksi yang ganjil pada Petkus rye (secale cereale), kebutuhan akan
vernalisasi dapat digantikan dengan perlakuan hari pendek (short day), tetapi apabila
tanaman ini telah memperoleh vernalisasi, dia memerlukan induksi hari panjang untuk
pembungaannya. Sama halnya dengan Hyoscyamus nigermemerlukan vernalisasi apabila
dalam tahap roset dan perbungaan akan terjadi hanya pada hari panjang.
1.4. Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi
Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi yaitu
biji, akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi
mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka
tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi).
Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari beberapa
proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam biji dan semua
jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem yang tervernalisasi. Pada
Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya.
Zat yang bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut
vernalin, yaitu suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah diisolasi. Di
dalam hal perbungaan GA dapat mengganti fungsi vernalin, meskipun GA tidak sama
dengan vernalin. Pada H. Niger, pemberian GA dapat menggantikan vernalisasi:
Tumbuhan roset GA vegetatif berbunga
Tumbuhan roset vernalisasi berbunga
Menurut hipotesis Chailkhyan, hal tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
Pada tumbuhan hari panjang, apabila mengalami vernalisasi akan menghasilkan
vernalin, dan pabila selanjutnya memperoleh induksi hari panjang, vernalin akan diubah
menjadi giberelin. Giberelin dengan antesin yang sudah tersedia pada tumbuhan hari

panjang akan menghasilkan perbungaan. Jadi vernalisasi adalah suatu proses yang aerob,
tidak akan terjadi vernalisasi kalau atmosfirnya diganti dengan Nitrogen. Disamping itu
vernalisasi merupakan proses kimia yang tidak biasa, karena terjadi reaksi yang cepat
pada suhu dingin (Sasmitamihardja, dkk, 1996).
Dalam jurnal kita dapat mengidentifikasi 3 fase perkembangan yaitu fase pra induktif
(Juvenil), induktif dan pacsa induktif (Roberts et al 1986). Fase pra induktif tidak sensitif
terhadap photoperiod, fase induktif tanaman sensitif terhadap photoperiod dan fase
pacsa induktif periode photoperiod insensitive selama bunga berkembang. Dengan
demikian, jelas bahwa setidaknya empat fase perkembangan perlu dibedakan dalam
percobaan mentransfer timbal balik: (1) photoperiod-insensitive fase remaja; (2)
photoperiod-sensitif fase induktif, berakhir pada komitmen bunga; (3) photoperiodsensitif
bunga tahap pengembangan, dan (4) photoperiod-insensitive bunga fase
pertumbuhan. Suhu optimum yang digunakan ialah 21 derajat celsius.Namun,
pendekatan analitis mengasumsikan tanaman sama-sama sensitif terhadap photoperiod
selama induksi bunga dan fase awal pembangunan bunga; pengembangan lebih lanjut
akan diperlukan untuk memungkinkan analisis transfer data timbal balik dari tanaman
dengan tanggapan yang berbeda photoperiod, terutama mereka dengan persyaratan
photoperiod ganda.

BAB III
KESIMPULAN
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum
mulai perbungaan. Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang
parah, seperti kekeringan atau temperatur tinggi (30-35C). Apabila daun tumbuhan yang
memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya
dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi). Zat yang
bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu
suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah diisolasi. Disamping itu
vernalisasi merupakan proses kimia yang tidak biasa, karena terjadi reaksi yang cepat
pada suhu dingin.

DAFTAR PUSTAKA
Silvia S.Mader. 1995. Biologi, Evolusi, Keanekaragaman dan Lingkungan. Malaysia :
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.
Riana yani,dkk. 2003. Biologi SMU kelas II, Bandung : Remaja RosdaKarya.
Steven R.Adams, Simon Pearson, Paul Hadley. 2000.Improving quantitative flowering

Anda mungkin juga menyukai